Saat ini dunia sedang dikejutkan dengan adanya wabah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2 atau biasa kita kenal dengan Covid-19 (Corona Virus Diseases-19). Virus
ini mulai mewabah pada 31 Desember 2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok dan
saat ini telah menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat, sehingga WHO
menetapkan wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020.
Ratusan ribu orang terpapar virus ini di seluruh dunia, bahkan puluhan ribu orang meninggal
akibat pandemi ini. Tercatat negara-negara yang memiliki kasus tinggi terpapar covid-19 saat
ini adalah Amerika Serikat, India, Iran, dan Pakistan[CITATION BBC20 \l 1033 ]. Bahkan
Indonesia pun masuk ke dalam 10 negara dengan kasus terparah. Penularan yang sangat cepat
dan sulitnya mendeteksi orang yang terpapar karena masa inkubasi kurang lebih 2 minggu
menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan[ CITATION Mel20 \l 1033 ].
Penularan lewat kontak mata antar manusia sulit di prediksi karena kegiatan sosial yang tidak
bisa dihindari merupakan penyebab terbesar menyebarnya Covid-19 ini. Obat penawar pun
belum bisa ditemukan dan membludaknya jumlah pasien terpapar Covid-19 menjadi
penyebab kematian yang paling tinggi. Rumah sakit dan paramedis yang menangani merasa
kewalahan sehingga banyak pasian yang tidak tertangani dengan baik.
Rumitnya penanganan wabah ini membuat para pemimpin dunia menerapkan kebijakan yang
sangat ketat untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Social Distancing menjadi pilihan
berat bagi setiap negara dalam menerapkan kebijakan untuk pencegaha penyebaran Covid-19,
karena kebijakan ini berdampak negatif terhadap segala aspek kehidupan.
Kebijakan Social Distancing berakibat fatal terhadap roda kehidupan manusia, masalah
ekonomi yang paling terasa dampaknya, karena hal ini menyentuh berbagai lapisan
masyarakat, tersendatnya laju ekonomimengakibatkan tertutupnya kebutuhan primer manusia
untuk memenuhinya, karena negara akan sangat terbebani jika harus menanggung segala
kebutuhan pokok setiap penduduknya.
Tidak terkecuali di bidang Pendidikan yang juga terkena dampak dari kebijakan ini.
Ketidaksiapan sekolah/madrasah melaksanakan pembelajaran online/pembelajaran jarak jauh
menjadi faktor utama kekacauan ini [ CITATION Agu20 \l 1033 ].
Peralihan cara pembelajaran ini memaksa berbagai pihak untuk mengikuti alur yang
sekiranya bisa ditempuh agar pembelajaran dapat berlangsung, dan yang menjadi pilihan
adalah pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran online. Tetapi pembelajaran
online/pembelajaran jarak jauh ini bukan tanpa masalah, ada banyak faktor yang menghambat
terlaksananya efektivitas pembelajaran online ini antara lain:
Meskipun begitu, pembelajaran tetap berjalan secara online. Baik murid atau mahasiswa dan
juga guru maupun dosen harus beradaptasi dengan situasi ini.
Pasalnya, tidak semua murid atau mahasiswa memiiki fasilitas yang memadai. Baik itu
gadget, koneksi internet, atau bahkan listrik. Apalagi, murid dan mahasiswa yang tinggal di
daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Terluar) sulit untuk mendapatkan fasilitas pendukung
pembelajaran online.
1. Penyediaan Platform
Meskipun jelas Covid-19 berdampak buruk bagi dunia Pendidikan, ada juga dampak positif
yang bisa dimanfaatkan bagi pelaku Pendidikan di Indonesia dan mancanegata. Dilansir dari
UNESCO, setiap mancanegara merespon terhadap wabah ini dengan menyediakan platform
Pendidikan resmi dari pemerintah masing-masing.
Platform resmi Pendidikan Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut adalah Rumah
Belajar (program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia) dan SPADA (program
Ristek Dikti).
Referensi
Aliya, H. (2020, Mei 13). Glints. Retrieved from Glints: https://glints.com/id/lowongan/dampak-
corona-bagi-pendidikan/#.Xw0ntSgzaHu