Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR DENGAN KELUHAN

KESEHATAN DIARE SERTA KUALITAS AIR SUNGAI PADA PENGGUNA


AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN
MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2012

Kelompok 1:
1. Ade Hilman
2. Ahmad Bahtiar
3. Ahmad Nur Mahmudi
4. Annisa Lintang Gumanti
5. Arsya Aulia Isfahani
6. Ayu Sri Mia Ilmia
7. Dea Sinta Lestari
8. Delvina Sheila Prastika
9. Dewi Widiastusi
10. Dian Hartiningrum

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FALETEHAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Acuan pembangunan kesehatan saat ini adalah konsep “Paradigma Sehat“


yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada
upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventive).
Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Perumusan visi Indonesia sehat
2010, melalui empat strategi pembangunan kesehatan merupakan wujud
dari perubahan paradigma yang kita anut. Kebijaksaanan pembangunan
lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventive dengan
meningkatkan, melindungi orang sehat agar menjadi lebih sehat dan
produktif serta tidak jauh dari sakit dapat pula disembuhkan agar menjadi
sehat.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan.
Faktor-faktor risiko yang menimbulkan diare antara lain sarana air bersih
yang tidak memenuhi syarat, pembuangan tinja (termasuk tinja bayi) yang
tidak memenuhi syarat serta penggelolaan sampah yang merupakan tempat
hidup mikroorganisme pathogen. Faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare (DirjenPPMN-PLP, 2000).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitas-
nya yang masih
tinggi. Berdasarkan hasil survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare
(Depkes RI, 2010), terlihat adanya kecenderungan insidens naik dari tahun
2003 sampai 2010. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi
dengan CFR yang masih tinggi. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).
Angka prevalensi diare pada tahun 2007 di Provinsi Sumatera Utara
adalah sebesar 8,8%, dimana angka prevalensi nasional adalah 9%. Sekarang
diperkirakan ada 60 % penduduk di kota Medan ini sulit untuk mendapat akses
air bersih dan kebanyakan dari masyarakat berpenghasilan rendah. Meski ini
masih berupa persentasi perkiraan, paling tidak pemerintah harus memberikan
perhatian serius pada persoalan air bersih. Sulitnya penduduk memperoleh air
bersih dapat menimbulkan persoalan baru salah satunya buruknya kesehatan
masyarakat.
Sungai Deli adalah salah satu sungai yang membelah kota Medan
melewati beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Maimun, Medan
Polonia, Medan sunggal, Medan selayang, Medan kota, Medan denai, dan
Medan Petisah. Beberapa anak sungainya berada disepanjang Kecamatan
Medan Maimun dan melintasi pertokoan, perdagangan, dan pemukiman
domestik.

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal


yang disebut rumah. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan
sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai
Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana
yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah,
transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger, 2002). Permukiman
kumuh di bantaran sungai Deli dan Faktor manusia yang menggunakan
bantaran sungai untuk mendirikan rumah tinggal dan tempat buangan sampah
telah menyempitkan alur sungai.
Penyumbatan-penyumbatan sampah di alur-alur riol dan anak-anak sungai telah
memperburuk keadaan lingkungan Sungai Deli.

Selain itu, sarana pembuangan air limbah rumah tangga memiliki kondisi
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dimana terlihat air limbah rumah
tangga yang dihasilkan langsung dibuang ke badan sungai. Kondisi ini jelas
sangat berpengaruh pada kualitas sumber air bersih karena dapat mengandung
senyawa kimia dan mikroorganisme berbahaya.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun tahun 2011, diare merupakan penyakit terbesar ketiga (879 kasus)
setelah ISPA (7405 kasus) dan Gastritis (2536 kasus).

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, ternyata sungai Deli di


kelurahan Sukaraja terlihat keruh, berwarna coklat kekuningan, dan terlihat
adanya buangan limbah industri domestik sementara di hilir sungai, sebagian
besar masyarakat menggunakan air sungai deli untuk Mandi Cuci Kakus
(MCK).
1.2. Perumusan Masalah

Secara statistik angka kesakitan diare masyarakat di sepanjang aliran


sungai tercatat cukup tinggi. Sanitasi dasar, khususnya sanitasi penyediaan air
bersih, menjadi penting bagi kesehatan masyarakat di sepanjang aliran sungai
karena kebiasaan sebagian besar masyarakat di sana yang masih menggunakan
sungai Deli sebagai sumber air bersih. Padahal secara fisik, air sungai Deli
terlihat keruh dan kuning kecoklatan. Dari beberapa wilayah penduduk yang
berada di sepanjang bantaran sungai, terlihat rumah dengan sarana pembuangan
tinja (jamban) yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa ditampung melalui
septic tank. Kondisi sanitasi dasar yang buruk dikuatirkan dapat menjadi media
penularan penyakit bagi masyarakat pengguna air sungai Deli, yaitu diare.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi dasar sungai dengan
keluhan kesehatan diare serta kualitas air pada pengguna air sungai deli di
kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun, kota Medan 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi air bersih dengan keluhan
kesehatan diare.
2. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi jamban keluarga dengan
keluhan kesehatan diare.
3. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi saluran pembuangan air
limbah dengan keluhan kesehatan diare.
4. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi pembuangan sampah dengan
keluhan kesehatan diare.
5. Untuk mengetahui kualitas air sungai Deli yang terdiri dari suhu, selenium,
Nitrat,
e. Coli.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air
Air merupakan senyawa yang disusun oleh unsur Hidrogen dan Oksigen
dengan rumus molekulnya H2O, di dalam kondisi suhu sekitar (250C) dan
tekanan 1 atmosfir yang berupa fluida cair. Air menutupi sekitar 70%
permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta 𝑘𝑚3 (Angel dan Wolseley,
1992 dalam Effendi, 2001).

2.1.1. Pengertian Air


Menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua
air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada
didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari
tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia
baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi
adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran
sebagai sumber penyakit.

2.1.2. Perbedaan Air Bersih dengan Air Minum

Berdasarkan Permenkes RI no.416/Menkes/IX/1990, air bersih adalah


adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sedangkan air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
tanpa dilakukan pengolahan.

2.1.3. Jenis – jenis Sumber Air Bersih


Pemilihan sumber air bersih dan pemanfaatannya tergantung dari
jumlah anggota keluarga, sistem perpipaan, musim, jarak ke sumber air bersih,
biaya, pendidikan, tipe rumah, ukuran tempat pengangkut air, tenaga yang
dibutuhkan, penggunaan, tempat mencuci pakaian, agama/adat-istiadat.
Menurut Sanropie (1986) Jenis sarana sumber air bersih ada beberapa macam
yaitu mata air, sumur gali dan bor dan air permukaan (sungai).

2.1.3.1. Perusahaan Air Minum (PAM)


PAM adalah perusahaan yang menangani air bersih dengan sistim
perpipaan. Menurut Biro Pusat Statistik (1995), status perusahaan air minum di
Indonesia terdiri dari: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah
perusahaan yang merupakan prasarana air bersih (air minum) untuk kebutuhan
lebih dari 60 liter/orang/hari yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Air
dari PAM dianggap memenuhi syarat sebagai sumber air bersih.

2.1.3.2. Sumur Gali dan Bor


Menurut Depkes RI tahun 1990, sumur gali adalah sarana air bersih
yang mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara menggali lubang di
tanah dengan menggunakan tangan sampai mendapatkan air. Lubang kemudian
diberi dinding, bibir, tutup, dan lantai serta Saluran Penbuangan Air Limbah
(SPAL). Sedangkan sumur bor adalah sarana air bersih yang sama seperti
sumur gali, letak perbedaannya
adalah terletak dari cara menggali lubang, sumur bor menggali lubang dengan
menggunakan bor, keuntungan yang di dapat adalah sumur bor dapat mencapai
kedalaman 40 meter, untuk mendapatkan air, sumur bor dilengkapi dengan alat
penghisap air.

2.1.3.3. Sungai (Air Permukaan)


Berdasarkan PP RI No.35 Tahun 1991 tentang Sungai, sungai adalah
tempat- tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata
air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengaliranya oleh garis sempadan.

Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di
daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air
hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih
rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat,
akhirnya melimpah ke danau atau laut. Suatu alur yang panjang di atas
permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur
sunga dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut
sungai ( Gayo, 1994).
Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat
dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak
mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak
mengalir misalnya danau, telaga, sungai mati, anak sungai yang mengalir hanya
pada musim penghujan, rawa dan lain- lain. Adapun yang termasuk wilayah
keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai permukaan, sungai bawah
tanah dan lain-lain.
2.2. Morfologi Sungai
Faktor dominan yang berpengaruh terhadap pembentukan permukaan
bumi adalah aliran air, termasuk di dalamnya sungai permukaan. Aliran air ini
melintasi permukaan bumi dan membentuk alur aliran sungai atau morfologi
sungai tertentu. Morfologi sungai tersebut menggambarkan keterpaduan antara
karakteristik abiotik (fisik-hidrologi, hidraulika, sedimen, dan lain-lain) dan
karakteristik biotik (biologi atau ekologi-flora dan fauna) daerah yang
dilaluinya. Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sungai tidak hanya
faktor abiotik dan biotik namun juga campur tangan manusia dalam
aktivitasnya mengadakan pembangunan-pembangunan di wilayah sungai.
Pengaruh campur tangan manusia ini dapat mengakibatkan perubahan
morfologi sungai yang jauh lebih cepat dari pada pengaruh alamiah biotik dan
abiotik saja.

2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung
bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke
laut atau danau. DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan
lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di
dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi
(Suripin, 2002).
Menurut UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, wilayah sungai
merupakan gabungan dari beberapa DAS. Areal DAS meliputi seluruh alur
sungai ditambah areal dimana setiap hujan yang akan jatuh di areal tersebut
mengalir ke
sungai yang bersangkutan. Suatu DAS terdiri atas dua bagian utama, yaitu
daerah tadahan (catchment area) yang membentuk daerah hulu atau daerah
kepala sungai, dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadahan.
Daerah penyaluran air dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah tengah
dan daerah hilir. Daerah tadahan merupakan daerah sumber air bagi DAS yang
bersangkutan, sedang daerah penyaluran air berfungsi untuk menyalurkan air
turah (excess water) dari sumber air ke daerah penampungan air, yang berada
di sebelah bawah DAS. Daerah penampungan air dapat berupa danau atau laut.

2.4. Kualitas Air Bersih

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air
adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).

2.4.1. Kualitas Fisik


Menurut Kusnaedi (2004), kualitas fisik sumber air bersih adalah
a. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti jernih atau
tidak keruh. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang
tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat
anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam,
sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau
hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan
b. .Tidak berwarna
Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat
secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh
karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini
bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang
beracun. Warna dapat juga berasal dari buangan industri.
c. Rasanya tawar
Secara fisik air biasa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,
manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kulitas air tersebut tidak baik.
Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun
anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang
sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam
saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak,
dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES /PER/
IX/1990, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Parameter Kualitas Fisik Air Bersih
No. Parameter Kadar Ketera
Satuan Maksimum ngan
1. Bau - - Tidak
berbau
2. TDS 1500 -

Mg/l
3 Kekeruhan 25 -

NTU
4. Rasa - - Tidak
berasa
5. Suhu 0C Suhu udara -
±30C
6. Warna 50 -

TCU
Sumber : Depkes RI, 1990

2.4.2. Kualitas Kimia

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990,


persyaratan kimia air adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Parameter Kualitas Kimia Air Bersih
N Parameter Satuan Kadar
o Maksimum
.
1 Air Raksa mg/L 0,001
2 Arsen mg/L 0,05
3 Besi mg/L 1,0
4 Flourida mg/L 1,5
5 Kadmium mg/L 0,005
6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7 Khlorida mg/L 600
8 Kromium, val.6 mg/L 0,05
9 Mangan mg/L 0,5
1 Nitrat, sebagai N mg/L 10
0
1 Nitrit, seagai N mg/L 1,0
1
1 pH - 6,5-9,0
2
1 Selenium mg/L 0,01
3
1 Seng mg/L 15
4
1 Sianida mg/L 0,1
5
1 Sulfat mg/L 400
6
1 Timbal mg/L 0,05
7
Sumber : Depkes RI, 1990
2.4.3. Parameter Radioaktifitas

Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas


efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar.
Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian
sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak
seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker dan mutasi.

2.4.4. Kualitas Biologi

Air tidak boleh mengandung bakteri Coliform. Air yang mengandung


bakteri golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia
(Sutrisno, 2004). Berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES/PER/IX /1990,
persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari koliform tinja per 100 mil
sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.

2.5. Pencemaran Air

Pencemaran air didefenisikan sebagai pembuangan substansi dengan


karakteristik dan jumlah yang dapat menyebabkan estetika, bau, dan rasa
terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin, 2002).
Penyebab pencemaran badan air berdasarkan sumbernya secara umum dapat
dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industry, Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau hujan, yaitu
seperti residu pupuk,
residu pestisida, atau hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga
digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari rumah tangga, dan pertanian
(Surawiria, 1996).

2.6. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan

Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang


menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media
penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat
dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.
Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat (Chandra, 2006),
yaitu:

1. Waterborne mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan melalui mulut atau sistem
percernaan. Contoh
penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis
viral, disentri basiler, dan poliomielitis.

2. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum
dan perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagian
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan
penyakit akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related insect vector mechanism


Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang
biak di dalam air. Contoh: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
2.7. Fasilitas Sanitasi Dasar dan Upaya Sanitasi Rumah

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk


menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995).
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas sanitasi, yaitu: sarana air
bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah,
dan fasilitas dapur.
Sedangkan upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih,
pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air
limbah (Notoadmodjo, 2008).

2.7.1. Sarana Air Bersih


Sarana air bersih adalah semua sarana sebagai sarana air bersih bagi
pemenuhan rumah yang dipakai sehari-hari. Sarana air bersih yang memenuhi
syarat apabila:
1. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran septic tank,
tempat pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air limbah minimal
11 meter.
2. Pada sumur gali dan bor, diberi tembok kedap air dengan kedalaman 3
meter dari permukaan tanah, dilengkapi tutup dan bibir sumur setinggi ± 70
cm, dan lantai diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari
bibir.
3. Sumber air tersebut harus memiliki kualitas fisik, kimia, dan biologi yang
memenuhi syarat kesehatan (Depkes RI. 1999).

2.7.2. Sarana Jamban keluarga


Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan
dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta
tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto, 1997). Sementara itu menurut
Soemardi (1999) pengertian jamban
adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak
menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu
estetika.
Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian
dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangnya
berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia
yang tidak dikelola dengan baik, yaitu tinja atau feces dan air seni atau urine
(Notoatmodjo, 2003).
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran
harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
2.7.2.1. Syarat Jamban yang sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :
1. Tidak mencemari sumber air bersih, letak lubang penampung kotoran
berjarak 10- 15 meter dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air.
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih.

2.7.2.2. Transmisi Penyakit dari tinja.


Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan
lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana
jamban atau sarana jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan. Menurut
M. Soeparman dan Suparmin (2002), terjadinya proses penularan penyakit.

2.7.3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)


Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia
atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk
industrialisasi (Azwar, 1995). Saluran pembuangan air limbah adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk membuang air dari kamar mandi, tempat cuci,
dapur, dan lain-lain bukan dari jamban. (Depkes RI, 1999).

2.7.3.1. Syarat Sarana Pembuangan Limbah (SPAL)


Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan
kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan
genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan
becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran
pembuangan tertutup, dan lancar (Depkes RI, 1993).

2.7.4. Sarana Pembuangan Sampah


Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Sampah erat kaitanya dengan
kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai
pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu sampah harus dikelola
dengan baik sampai sekecil mungkin, tidak mengganggu atau mengancam
kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2007).

2.7.4.1. Syarat-syarat Tempat Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan


Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya


sampah.
2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan,
sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa
mengotori tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh
satu orang.

2.8. Diare

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan


bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 (tiga) kali atau lebih dari 1
(satu) hari (Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
buang air besar lebih dari biasanya (>3 kali sehari) disertai dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi cair atau lembek, dengan / tanpa darah dan / atau
lendir (Suraatmaja,
2010). Pada feses dapat dijumpai darah, lender atau pus. Gejala ikutan dapat
berupa mual, muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda
dehidrasi (Zein, 2011).

2.8.1. Klasifikasi Diare

Menurut Suraatmaja (2010), penyakit diare dapat dikelompokkan


menjadi 2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik.

a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14
hari .

b. Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14
hari ), dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama
masa diare tersebut.

Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain

1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi.


2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu
(> 14 hari) dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam
sehari.
3. Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat
(misalnya 1-3 bulan) dapat timbul berulang kali.
4. Prolonged diare, adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari
3 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada
tanda- tanda infeksi maupun malabsorpsi.
Dari sudut pandang klinis praktis, diare dapat dibedakan menjadi 6 gejala
klinik, yaitu :
1. Diare ringan diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri
dari air, glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidak terlalu
penting dalam penatalaksanaan
2. Diare berdarah (disentri) disebabkan oleh mikroorganisme seperti
shigella, E.coli dan beberapa mikroorganisme tertentu.
3. Diare persisten, berlangsung paling sedikit selama 14 hari
4. Diare berat, seperti pada cholera
5. Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus
gastroenterides, diare karena toksin, seperti yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, atau Cl.perferingens, dan
6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung banyak darah tetapi
tanpa demam atau fekal lekositosis.
2.9.Kerangka Konsep

Kondisi Sanitasi Dasar


Pengguna Air Sungai :

Keluhan
Sarana Air Bersih Kesehatan Diare
Jamban keluarga
Pembuangan sampah
Saluran Pembuangan air

Kualitas Air Sungai (PP


82 tahun 2001)

Fisik
a. Suhu
Kimia
a. Se b.
Biologi
a. E. Coli
2.10. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi sumber air bersih dengan


keluhan kesehatan diare.
2. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi jamban keluarga dengan keluhan
kesehatan diare.
3. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan air limbah dengan
keluhan kesehatan diare.
4. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan sampah dengan
keluhan kesehatan diare.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain jenis Cross
Sectional. Penelitian ini untuk menganalisa kualitas air sungai dan mengetahuji
hubungan kondisi sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan diare pada
pengguna air sungai Deli di kelurahan Sukaraja kecamatan Medan Maimun
kota Medan Tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi penelitia
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan
Maimun.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan sampai Bulan Maret - Oktober 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan air sungai
Deli di lingkungan VIII, kelurahan Suka Raja, kecamatan Medan Maimun yang
berjumlah 59 ibu rumah tangga.
3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi. Alasan pemilihan


sampel di Daerah Sukaraja, lingkungan VIII ini adalah karena masyarakat
bermukim di sepanjang bantaran, paling dekat dengan sungai, dan sebagian
besar menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari.
3.4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah air sungai Deli di Kelurahan Suka Raja Medan
Maimun. Sampel air diambil pada tiga titik yaitu : hulu (Gg.Alfalah), Tengah
(Gg.bahagia), dan Hilir (Gg.Usaha) pada lokasi sampel.
3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Data Primer

Data primer adalah sampel air yang diambil dari ketiga titik tersebut
secara langsung ke lapangan kemudian dianalisis di laboratorium BTKL
Medan. Selain itu, dilakukan observasi pada rumah penduduk mengenai
kondisi sanitasi rumah penduduk dan dilakukan wawancara pada masyarakat
yang bermukim di pinggiran sungai.
Data kualitas air sungai Deli yang diperoleh dengan cara mengambil
air sungai dan diambil pada siang hari, dikarenakan aktivitas pada siang hari
lebih banyak dibanding pagi atau sore hari.
Menurut Effendi (2000), dalam Kumpulan Standard Nasional Indonesia
Bidang Pekerjaan Umum mengenai kualitas air tahun 1990. Pengambilan
sampel air dapat dilakukan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut :
1. Disiapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air.
2. Alat- alat tersebut dibilas sebanyak 3 kali dengan sampel air yang akan
diambil.
3. Dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan keperluan sampel yang
diperoleh diambil secara merata di dalam penampung sementara.
4. Jika pengambilan sampel pada beberapa titik maka volume sampel dari
setiap titik harus sama.
Dalam pengambilan sampel sebaiknya harus wadah baru, agar dapat
menjamin wadah tersebut bebas dari pengaruh sampel. Setelah pengambilan
sebaiknya segera dianalisis, jika harus disimpan setiap parameter kualitas air
memerlukan perlakuan tertentu terhadap sampel, selain pengawetan bahan
kimia pengawetan pada pendinginan suhu 4 ˚C. Selama transportasi dan
penyimpanan.
Teknik pengambilan sampel air secara rinci:
1. Menyiapkan alat pengambil contoh sesuai dengan analisis yang diperlukan.
2. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3(tiga) kali.
3. Mengambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis.
4. Memasukkan air ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis.
5. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan
khusus.
6. Pengambilan contoh untuk parameter pengujian dilakukan di laboratorium.
7. Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak 2,5
m dari permukaan.
3.5.2. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh pada penelitian ini adalah data demografi yang
diperoleh dari Kantor Kelurahan Suka Raja, data Puskesmas Kampung Baru.
3.6. Definisi Operasional

1. Kondisi Sanitasi dasar adalah keadaan sanitasi minimum yang diperlukan


memenuhi syarat kesehatan mencakup Sarana air bersih, Jamban keluarga,
Pembuangan sampah, Saluran Pembuangan air limbah
2. Sarana air bersih adalah sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih dan observasi langsung ke setiap rumah keluarga responden
3. Sarana air bersih adalah sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih dan observasi langsung ke setiap rumah keluarga responden dan
pencemaran dari kotoran manusia.
4. Pembuangan sampah adalah tempat untuk menampung sampah menimbun
sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastik.
5. Saluran Pembuangan air limbah adalah bangunan yang digunakan untuk
membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dll.
6. Keluhan Kesehatan Diare adalah hasil wawancara responden mengalami
keluhan diare
7. Kualitas air adalah menunjukkan mutu atau kondisi air dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan air sungai yang terdiri dari fisik, kimia,
biologi.
8. Suhu air adalah temperatur air diukur dengan menggunakan termometer
suhu.

9. Nitrat (𝑁𝑂3) adalah ion anorganik alami merupakan nitrogen organik yang
menjadi amonia, dioksidasikan menjadi nitrat dan nitrit
10. Selenium adalah trace mineral yang sangat penting dalam tubuh yang
mempunyai nomor Atom adalah nomor 34.
11. Esscherhia coli adalah bakteri pathogen tergolong coliform dan hidup
secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga
digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari
kotoran hewan berdarah panas
3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang dilakukan dengan observasi dan kuesioner


dengan mengamati kondisi sanitasi dasar berdasarkan kriteria memenuhi
persyaratan atau tidak memiliki persyaratan terhadap kondisi sanitasi dasar
meliputi :
1. Sarana Air bersih (Depkes RI, 1999) yang terdiri dari :

a. Jarak sumber air bersih dengan sumber pencemaran ≥ 10 meter.

b. Pada sumur gali kedalaman 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap
air dan dilengkapi tutup dan bibir sumur.
c. Sumber air diperoleh dari air PAM, air sumur gali dan air sungai.
d. kondisi fisik air yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
keruh.

1. Kriteria sarana air bersih yaitu :


a. Memenuhi syarat kesehatan jika semua variabel memenuhi
persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang
ada.
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan jika terdapat satu atau lebih
persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi
2. Jamban keluarga (Depkes RI, 2004) terdiri dari :
a. tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak
10-15 meter dari sumber air minum.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah di sekitarnya.
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
f. Cukup penerangan.

g. Lantai kedap air.

h. Ventilasi cukup baik.

i. Tersedia air dan alat pembersih.

Kriteria jamban keluarga persyaratan yaitu :

a. Memenuhi syarat kesehatan, Jika semua variabel memenuhi


persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang
ada.
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan jika terdapat satu atau lebih
persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah (DepKes RI,1993) meliputi :
a. Tidak mencemari sumber air bersih.
b. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang
serangga/nyamuk.
c. Tidak menimbulkan bau.
d. Tidak menimbulkan becek,
kelembaban dan pandangan yang tidak
menyenangkan.
Kriteria sarana Pembuangan air limbah (SPAL) persyaratan yaitu :

e. Memenuhi syarat kesehatan, Jika semua variabel memenuhi


persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang
ada.
f. Tidak memenuhi syarat kesehatan jika terdapat satu atau lebih
persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi.
4. Sarana Pembuangan Sampah (Notoadmodjo, 2007) meliputi:
a. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor.
b. Tidak berserakan sampahnya
c. Mempunyai tutup, mudah dibuka.
d. Dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup
sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
e. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut
oleh satu orang.
Kriteria sarana pembuangan sampah persyaratan yaitu :
a. Memenuhi syarat kesehatan, jika semua variabel memenuhi
persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang
ada.
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika terdapat satu atau lebih
persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi.
3.8. Metode Analisa Data Hasil Pemeriksaan Kualitas Air
Data hasil permeriksaan kualitas air sungai Deli berdasarkan parameter
fisik, kimia, dan biologi dibandingkan dengan PP No.82 Tahun 2001 untuk
mengetahui apakah air sungai tersebut telah memenuhi syarat atau tidak.
3.9. Teknik Pengolahan Data Kuesioner
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
program komputer SPSS 16 dan dianalisa secara deskriptif lalu disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Setelah itu, dilanjutkan dengan analisa
statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan
95% untuk mengetahui hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan
keluhan kesehatan (Suprapto, 2000)

Anda mungkin juga menyukai