Anda di halaman 1dari 27

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

30 Rangkaian etika
dari al-Qur`anul karim

Segala puji hanya milik Allah ta‟ala, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam beserta para keluarganya, para
sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya yang selalu berjalan di atas sunnahnya.

Rangkaian kutipan ayat-ayat dari al-Qur`anul karim ini, berisi tentang etika dasar
seorang muslim, sebagai pedoman khususnya bagi para penuntut ilmu Syar‟i dalam
kehidupannya bersama keluarga, kawan, dan masyarakat sekitarnya,. Kami berharap dengan
metode penyusunan secara tematik seperti ini dapat memudahkan pembacanya untuk
memahami ayat-ayat sekaligus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Metode penyusunan kami di sini ialah menyantumkan ayat sesuai dengan tema beserta
terjemahannya, tafsirnya secara singkat, beberapa faedah yang bisa diambil, dan arahan
sederhana mengenai cara penerapannya. Mengenai referensi, kami mengambil dari berbagai
sumber, di antaranya: situs https://quranenc.com/id/home, at-Tafsir al-Muyassar, dan Aisar
at-Tafasir. Saran dan masukkan dari pembaca sangat kami harapkan, semoga menjadi amal
jariah bagi semua pihak yang ikut andil dalam penyusunan buku kecil ini. Amiin.

Penyusun Tim Diniyah IDN Boarding School Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Silakan kunjungi situs kami https://diniyah.idn.sch.id/


1. Beribadah hanya kepada Allah

Allah ta‟ala berfirman,

ِ ‫اْلنْس إََِّّل لِي ْعب ُد‬ ِ ُ ‫وما َخلَ ْق‬


‫ون‬ ُ َ َ ِْ ‫ت الْج َّن َو‬ ََ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. adz-Dzariyat: 56).

Tujuan utama hidup seorang manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada
Allah SubhanahuWa Ta'ala. Ibadah yang dikerjakan harus sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam sebagai utusan Allah serta rasul dan Nabi terakhir,
tidak ada Nabi lain sepeninggal beliau.

Faedah dari ayat:

1) Tujuan utama Manusia diciptakan adalah beribadah kepada Allah ta‟ala.


2) Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-
Nya.
3) Manusia hanya beribadah kepada Allah ta‟ala karena tidak ada Tuhak yang berhak
untuk diibadahi kecuali Dia.

Penerapan ayat:

1. Semua jenis ibadah dilakukan secara ikhlas, hanya berharap kepada Allah
SubhanahuWa Ta'ala, tidak berharap apa pun dari manusia.
2. Mengerjakan ibadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, seperti: shalat, puasa, berzikir, membaca al-Qur`an, ibadah haji, dan jenis
amalan ibadah lainnya.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

2. Larangan melakukan kesyirikan terhadap Allah

Allah ta‟ala berfirman:

َ َ‫َ لِ ََ ْن ي‬
‫ش اوُ َوَم ْن يُ ْش ِر ْك بِاللَّ ِه َْ َق ْد َ َّ َ ًََّل‬ َ ِ‫إِ َّن اللَّهَ ََّل يَ ْغ ِف ُر أَ ْن يُ ْش َر َك بِ ِه َويَ ْغ ِف ُر َما ُدو َن َذل‬
‫بَ ِعيدا‬
“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan
Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.”
(QS. an-Nisaa`: 116).
Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫الشر َك لَظُل‬ ِ ِ ِِ ِ
‫يم‬
ٌ ‫ْم َعظ‬
ٌ ْ ِّ ‫ال لُْق ََا ُن َّلبْنه َو ُه َو يَعظُهُ يَابُنَ َّي ََّل تُ ْش ِر ْك بِاللَّه إِ َّن‬
َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu dia memberi pelajaran
kepadanya, “Hai anakku! janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13).

Beribadah hanya kepada Allah SubhanahuWa Ta'ala merupakan perintah mutlak yang
tidak bisa ditawar-tawar. Allah-lah yang telah menciptakan dan melimpahkan berbagai
nikmat kepada manusia dan segenap makhluk di alam semesta ini. Sehingga, tidak patut jika
seseorang menyekutukan dan menyembah sebuah benda atau sesama makhluk. Tidak boleh
seseorang mengagungkan siapa pun dan benda apa pun layaknya Tuhan. Karena sifat
ketuhanan dan Dzat yang hanya layak untuk disembah adalah Allah, tidak ada yang lainnya.

Faedah dari ayat:

1) Syirik adalah menyekutukan Allah ta‟ala dengan sesuatu yang lain.


2) Allah ta‟ala tidak mengampuni pelaku dosa syirik besar jika dia meninggal dan
belum sempat bertobat.
3) Perbuatan syirik merupakan kezaliman yang paling besar.
4) Syirik dapat menghapus dan membatalkan pahala amal ibadah.
5) Bahaya melakukan kesyirikan.

Penerapan ayat:

1. Menjauhi segala bentuk kesyirikan, seperti menyembah berhala, pohon, batu,


meminta kepada orang-orang yang sudah mati.
2. Bersujud hanya kepada Allah ta‟ala, membungkukkan badan atau merukuk hanya
kepada Allah ta‟ala. Sujud dan rukuk tidak boleh ditujukan kepada siapa pun dari
makhluk-Nya.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

3. Birrul walidain (berbakti kepada Orang tua)

Allah ta‟ala berfirman:

‫َا ُد ُه ََا أ َْو كِ ًَ ُه ََ ا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ


َ ‫إ انا إِ َّم ا يَ ْب لُغَ َّن ع ْن َد َك الْدبَ َر أ‬
َ ‫َ أ َََّّل تَ ْعبُ ُدوا إ ََّّل إيَّابُ َوبال َْوال َديْ ِن إ ْا‬
َ ‫ض َربك‬ َ َ‫َوق‬
‫اُّ ال كَ ِّل ِم َن‬ ِ
َ َ‫) َوا ْخف ْ لَ ُا ََ ا َان‬32 ‫َْ ًَ تَ ُق ْ لَ ُا ََ ا أُا َوََّل تَ ْن َا ْرُه ََ ا َوقُ ْ لَ ُا ََ ا قَ ْوَّل َك ِريَ ا‬
)32 ‫ص ِغيرا‬ ِ
َ ‫ب ْار َا َْ ُا ََا َك ََا َربَّيَاني‬ ِّ ‫الر ْا ََ ِة َوقُ ْ َر‬
َّ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku!
Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
(QS. al-Israa`: 34-24).

Ayah dan ibu yang telah mengasuh dan merawat anaknya sejak lahir hingga dewasa
mempunyai hak yang sangat besar. Hingga Allah SubhanahuWa Ta'ala menyandingkan hak
keduanya setelah memenuhi hak-Nya.

Faedah dari ayat:

1) Allah subhanahu wata‟ala memerintahkan seorang anak agar berbakti kepada kedua
orang tua.
2) Larangan menghardik kedua orang tua.
3) Allah melarang seorang anak mengatakan perkataan „ah‟ atau perkataan yang semisal
kepada kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya.
4) Perintah agar anak mendoakan kedua orang tuanya baik semasa hidup mereka atau
wafat keduanya.
5) Di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang berisi bahwa Allah menyandingkan
perintah agar jangan beribadah (menyembah) kecuali hanya kepadanya dan berbakti
(berbuat baik) kepada kedua orang tua, hal ini menunjukkan betapa pentingnya
berbuat baik kepada kedua orang tua.
6) Mematuhi kedua orang tua hanya pada hal-hal yang baik dan perkara mubah, tetapi
jika menyangkut perkara dosa dan maksiat perintah kedua orang tua tidak boleh
ditaati.

Penerapan ayat:

1. Membantu kedua orang tua dalam segala jenis tugas, seperti: menyapu rumah,
mengepel lantai, membersihkan kamar mandi dan sekitarnya, serta membelikan
keperluan-keperluan lainnya.
2. Tidak membentak ayah dan ibu, dalam kondisi apa pun, justru kita harus bertutur kata
baik dan sopan disertai suara yang rendah dan wajar. Tatkala kita memandang beliau
berdua, dengan menampakkan sikap hormat, rendah hati, santun, dan senyuman tulus.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

4. Tiga Waktu meminta Izin

Allah ta‟ala berfirman:


‫ث َم َّرات‬ َ ًَ َ ‫ْحلُ َم ِم ْن ُد ْم‬
ُ ‫ين لَ ْم يَ ْب لُغُوا ال‬
ِ َّ
َ َ‫ت أَيْ ََانُ ُد ْم َوال‬ ْ ‫ين َملَ َد‬ ِ َّ ِ ِ
َ َ‫آمنُوا ليَ ْإتَأْذنْ ُد ُم ال‬ َ ‫ين‬
ِ َّ
َ َ‫يَاأَيك َاا ال‬
‫ث َع ْوَرات‬ ُ ًَ َ ‫ش ِاو‬ َ ‫ص ًَةِ ال ِْع‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ‫ِمن قَ ْب ِ ص ًَةِ الْ َف ْج ِر و ِا ين ت‬
َ ‫ض عُو َن َيَ ابَ ُد ْم م َن الظَّ ِاي َرة َوم ْن بَ ْع د‬ َ َ َ ْ
َ ِ‫ض ُد ْم َعلَ بَ ْع َك ََل‬
ُ‫َ يُبَ يِّ ُن اللَّ ه‬ ٌ َ‫س َعلَْي ُد ْم َوََّل َعلَْي ِا ْم ُان‬
ُ ‫اُّ بَ ْع َد ُه َّن طََّواُْو َن َعلَْي ُد ْم بَ ْع‬ َ ‫لَ ُد ْم لَْي‬
‫اذ تَأْذَ َن‬ ِ ِ ُ ‫) وإِذَا ب لَ ََ ْاأَطْ َف‬85 ‫ات واللَّ ه علِ يم ا ِد يم‬ ِ
ْ ‫ْحلُ َم َْ لْيَ ْإ تَأْذنُوا َك ََ ا‬
ُ ‫ال م ْن ُد ُم ال‬ َ َ ٌ َ ٌ َ ُ َ َ‫لَ ُد ُم ْاْلي‬
.)85 ‫يم‬ ِ
ٌ ‫يم َاد‬
ِ ِِ
ٌ ‫َ يُبَ يِّ ُن اللَّهُ لَ ُد ْم آيَاته َواللَّهُ َعل‬ َ ِ‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ِا ْم َك ََل‬ ِ َّ
َ َ‫ال‬
Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan)
yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di antara kamu, meminta izin
kepada kamu pada tiga kali (kesempatan), yaitu sebelum salat Subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan setelah salat Isya. (Itulah) tiga aurat
(waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga
waktu) itu, mereka keluar masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebagian yang lain.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana. (58). Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa, maka
hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti orang-orang yang lebih dewasa meminta izin.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana. (59).” (QS. an-Nur: 58-59).

Faedah dari ayat:

1) Ada tiga waktu seseorang diwajibkan meminta izin saat hendak masuk kamar orang
lain: sebelum shalat Subuh, waktu tengah hari (waktu dzuhur) saat beristirahat, dan
setelah shalat Isya, dalam tiga waktu ini hamba sahaya (budak) laki-laki dan wanita
serta anak-anak yang masih kecil (belum balig) harus meminta ijin untuk bertemu
majikannya dan orang tua mereka (anak-anak). untuk memasuki kamar atau ruangan
yang mereka tempati.
2) Hamba sahaya dan anak-anak disamakan hukummnya dalam masalah meminta izin
dan permisi.
3) Orang yang sudah dewasa berbeda hukumnya dari hamba sahaya dan anak-anak
dalam permasalahan meminta izin untuk memasuki ruangan atau rumah, mereka
harus meminta izin dan permisi setiap kali ingin masuk.

Penerapan ayat:

1. Seorang anak harus meminta izin kepada ayah dan ibu yang sedang berada di dalam
kamar, terutama pada ketiga waktu: Sebelum shalat Subuh, waktu siang hari, dan
setelah Isya.
2. Tata cara meminta izin, yaitu mengetuk pintu dan mengucapkan salam, jika tidak ada
jawaban setelah mengetuk tiga kali atau setelah mengucapkan salam, maka tidak
boleh memaksa masuk ke dalam.
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

5. Bersyukur

Allah ta‟ala berfirman,

‫ش ِدي ٌد‬
َ َ‫لَئِ ْن َش َد ْرتُ ْم َأَ ِزي َدنَّ ُد ْم َولَئِ ْن َك َف ْرتُ ْم إِ َّن َع ََابِي ل‬
“Jika kamu bersyukur niscaya aku menambahi nikmatku atas kamu,jika kamu kufur
sesungguhnya adzabku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Jika kalian bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan
kepada kalian, niscaya Dia akan menambahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kalian. akan
tetapi jika kalian mengingkari nikmat-nikmat-Nya atas kalian dan kalian tidak
mensyukurinya, maka azab Allah atas siapa yang mengingkari nikmat-nikmat-Nya dan tidak
mensyukurinya benar-benar berat.

Faedah dari ayat:

1) Manusia wajib bersyukur


2) Allah memberikan balasan terhadap orang-orang yang bersyukur.
3) Allah akan melipatgandakan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Penerapan ayat:

1. Mengucapkan alhamdulillah (segala puji hanya milik Allah) saat mendapatkan


nikmat sekecil apa pun, entah itu setelah selesai makan, minum, dan lain-lain.
2. Mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu kita, seraya berucap
kepadanya Jazakumullah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan).
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

6. Bersabar

Allah ta‟ala berfirman:

‫صابِ ُروا َوَرابِطُوا َواتَّ ُقوا اللَّهَ لَ َعلَّ ُد ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬
َ ‫اصبِ ُروا َو‬
ْ ‫آمنُوا‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ َ‫يَاأَيك َاا ال‬
“Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan berusaha untuk bersabar dan
tetaplah bersiap-siaga serta bertaqwalah kamu kepada Allah mudah-mudahan kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Ali „Imran: 200).

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya, bersabarlah
kalian terhadap beban-beban syariat (agama) serta musibah-musibah dunia yang menimpa
kalian. Dan kalahkanlah orang-orang kafir dalam hal kesabaran. Jangan sampai mereka lebih
sabar dari kalian. Tegakkanlah jihad di jalan Allah. Dan takutlah kalian kepada Allah dengan
cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, supaya kalian
mendapatkan apa yang kalian harapkan. Yaitu selamat dari Neraka dan masuk ke dalam
Surga.

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkan untuk bersabar.


2) Allah melipatgandakan pahala orang-orang yang bersabar dengan tanpa batas.
3) Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.
4) Orang-orang yang bersabar akan beruntung.

Penerapan ayat:

1. Menahan diri untuk tidak lekas terpancing emosi dan mudah marah.
2. Mengingat, betapa besarnya pahala orang yang mampu bersabar, terutama saat
ditimpa musibah dan cobaan, entah itu berupa sakit, kekurangan harta, tertusuk duri,
dan perkara berat lainnya.
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

7. Berdoa

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫ال ربك ُدم ا ْدعونِي أَذت ِجب لَ ُدم إِ َّن الَّ َِين يإت ْدبِرو َن عن ِعبادتِي ذي ْد ُخلُو َن اان‬
َ ‫َّم َداخ ِر‬
‫ين‬ َ ََ ََ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ْ َْ ُ ُ َ َ َ‫َوق‬
“Dan Rabb (Tuhan) kamu berfirman:berdaoalah kamu kepadaku niscaya aku kabulkan bagi
kamu,sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepadaku maka mereka
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina.” (QS. Ghafir: 60).

Rabb kalian -wahai manusia- berfirman, “Esakanlah Aku dalam (doa) ibadah dan
permintaa, nisacaya Aku akan memperkenankan doa kalian, memaafkan kalian dan
merahmati kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah
kepada-Ku akan masuk ke neraka Jahanam pada hari Kiamat dalam keadaan hina dina.”

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa.


2) Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya.
3) Doa merupakan ibadah.
4) Orang yang tidak mau berdoa kepada Allah SubhanahuWa Ta'ala berarti tidak mau
beribadah kepadanya dan termasuk orang yang sombong.
5) Tidak boleh berdoa kepada selaian Allah SubhanahuWa Ta'ala karena doa termasuk
ibadah.

Penerapan ayat:

1. Menengadahkan kedua tangannya ke atas layaknya orang yang tenag meminta-minta,


sambil disertai rasa bahwa diri ini fakir dan sangat membutuhkan pertolongan Allah
ta‟ala.
2. Berdoa kepada Allah pada waktu-waktu mustajab, di antaranya: Antara azan dan
iqamat, sepertiga malam terakhir, bakda Ashar menjelang Maghrib di hari Jum‟at,
ketika sujud, dan saat tahiyat akhir, dan lain-lainnya.
3. Berdoa untuk kebaikan diri sendiri dunia dan akhirat setelah itu untuk kedua orang
tua, keluarga, kerabat, dan segenap kaum muslimin.
4. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

8. Larangan berputus asa

Allah berfirman:

‫َس ِم ْن َرْو ُِّ اللَّ ِه إََِّّل الْ َق ْو ُم الْ َداِْ ُرو َن‬ ِ ِ َّ ِ ‫وََّل تَ يأ‬
ُ ‫َذوا م ْن َرْو ُِّ الله إنَّهُ ََّل يَ ْيأ‬
ُ ْ َ
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah,sesungguhnya tidaklah berputus asa
dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).

Dan jangan pernah merasa putus asa terhadap pertolongan serta jalan keluar dari
Allah kepada hamba. Orang yang merasa putus asa terhadap pertolongan Allah hanyalah
orang-orang kafir, karena mereka tidak mengetahui besarnya kekuasaan Allah dan rahasia
anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya.

Faedah dari ayat:

1) Allah melarang dari berputus asa.


2) Orang-orang kafir berputus asa dari rahmat Allah.
3) Berputus asa merupakan tanda-tanda (ciri) orang yang sesat.

Penerapan ayat:

1. Berusaha keras dalam meraih tujuan dan cita-cita mulia, tidak mudah lelah dan
kecewa.
2. Rahmat Allah ta‟ala sangat luas, setelah berusah keras, hendaknya seorang Muslim
berdoa supaya usaha kerasnya dimudahkan dan terasa ringan.
3. Meminta bantuan orang lain yang dirasa mampu, saat menghadapi sebuah kesulitan
yang belum bisa ia tangani sendiri.
4. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
9. Bertawakal hanya kepada Allah

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ِ
ُ‫ب َوَم ْن يَتَ َوَّك ْ َعلَ اللَّ ِه َْ ُا َو َا ْإ بُهُ إِ َّن اللَّ هَ بَال َُ أ َْم ِرب قَ ْد َا َع َ اللَّ ه‬ ِ ُ ‫َويَ ْرُزقْهُ ِم ْن َا ْي‬
ُ ‫ث ََّل يَ ْحتَإ‬
‫لِ ُد ِّ َش ْيو قَ ْدرا‬
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu.” (QS. ath-Thalaq: 3).

Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak terdetik di dalam hatinya dan tidak ada
dalam perhitungannya. Barangsiapa bersandar kepada Allah dalam segala urusannya, maka
Allah akan mencukupi kebutuhannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya, tidak
lemah untuk berbuat sesuatu dan tidak ada sesuatu yang luput dari-Nya. Allah sudah
membuat batasan untuk segala sesuatu yang akan selesai pada batasnya. Kesusahan ada
batasnya, kesenangan ada batasnya, masing-masing dari keduanya tidak kekal menimpa
manusia.

Faedah dari ayat:

1) Orang-orang yang beriman bertawakal hanya kepada Allah.


2) Seorang muslim yang sejati akan bertawakal kepada Allah.
3) Bertawakal (berserah diri) kepada Allah merupakan ciri khas umatnya para Nabi dan
Rasul.
4) Bagi orang yang bertawakal kepada Allah, maka segala keperluannya akan
dicukupkan oleh-Nya.

Penerapan ayat:

1. Bertawakal maksudnya menyandarkan diri hanya kepada Allah ta‟ala, tidak


bergantung kepada manusia siapa pun, setelah berusaha maksimal.
2. Allah ta‟ala maha bijaksana dan maha mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-
hamba-Nya, sehingga jika ternyata belum berhasil setelah berusaha maka serahkan
semuanya kepada Allah SubhanahuWa Ta'ala.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

10. Jujur

Allah ta‟ala berfirman:


‫ين‬ ِ ِ َّ ‫ياأَيكاا الَّ َِين آمنُوا اتَّ ُقوا اللَّهَ وُكونُوا مع‬
َ ‫الصادق‬ ََ َ َ َ َ َ
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang jujur(benar).” (QS. at-Taubah: 119).

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, mengikuti rasul-Nya, dan


menjalankan syariat-Nya, takutlah kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya
dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan bergabunglah bersama orang-orang yang jujur
dalam keimanan, ucapan, dan perbuatannya. Karena tidak ada keselamatan bagi kalian
kecuali di dalam kejujuran.

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar berlaku jujur.


2) Jujur merupakan sifat dan ciri khas orang-orang yang beriman.
3) Orang yang bersifat jujur adalah orang yang mengamalkan dan mempraktikkan ajaran
dan Syari‟at Islam di dalam hidupnya.
4) Allah memuji orang-orang yang bersifat jujur.

Penerapan ayat:

1. Jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan, tidak menutup-nutupinya, sepahit apa
pun.
2. Selalu mengingat-ingat bahwa perilaku jujur akan mengarahkan seseorang kepada
kebaikan, dan setelah itu menuju surga, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah
hadits al-Bukhari (6094) dan Muslim (2607).
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

11. Amanah

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫ات إِلَ أ َْهلِ َاا َوإِذَا َا َد َْتُ ْم بَ ْي َن الن‬


َ‫َّاس أَ ْن تَ ْح ُد َُوا بِال َْع ْد ِل إِ َّن اللَّه‬ ِ َ‫إِ َّن اللَّهَ يأْمرُكم أَ ْن تُ َؤدكوا ْاأَمان‬
َ ْ ُُ َ
‫صيرا‬ ِ ‫نِ ِع ََّا ي ِعظُ ُدم بِ ِه إِ َّن اللَّهَ َكا َن ذ َِيعا ب‬
َ َ ْ َ
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya
dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. an-Nisaa`: 58).

Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menunaikan amanat kepada pemiliknya. Dan


Dia menyuruh kalian, apabila kalian memutuskan perkara di antara manusia dalam semua
urusan mereka, maka putuskanlah perkara mereka dengan adil, jangan memihak atau zalim
dalam memutuskan. Sesungguhnya Allah mengingatkan dan memberi bimbingan yang
sebaik-baiknya ke arahnya (menjaga amanat) dalam setiap kondisi kalian. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan Maha Melihat perbuatan-perbuatan kalian.

Faedah dari ayat:

1) Allah ta‟ala memerintahkan agar menunaikan amanah.


2) Mengemban amanah merupakan perkara yang sangat berat.
3) Karena kebodohan manusia mau saja mengemban amanah dari Allah, padahal
makhluk yang lain enggan untuk mengembannya karena merasa khawatir menyia-
nyiakannya.

Penerapan ayat:

1. Jika ada seseorang yang menitipkan barangnya kepada kita, maka kita wajib
menjaganya dengan sebaik-baiknya.
2. Apabila meminjam barang milik orang lain, maka harus dikembalikan dalam keadaan
utuh.
3. Tugas yang diberikan oleh orang tua atau guru pun termasuk amanah yang harus
ditunaikan dan dikerjakan dengan benar serta tuntas sampai selesai, jika tidak sampai
tuntas dan selesai, maka kita tidak menunaikan amanah dengan baik.
4. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

12. Jangan berkhianat

Allah ta‟ala berfirman:

‫ين‬
َ ‫ْخائن‬ ‫إِ َّن اللَّهَ ََّل يُ ِح ك‬
ِِ َ ‫ب ال‬

“Sesungguhnya Allah tidak mencintai(menyukai) orang-orang yang suka berkhianat.” (QS.


al-Anfal ayat 58).

Khianat adalah melakukan sesuatu yang menyelisihi apa yang telah diamanahkan oleh
pemberi amanah tanpa sepengetahuannya. Ada yang berpendapat, bahwa khianat adalah
menyelisihi kebenaran dengan melanggar perjanjian secara sembunyi-sembunyi.

Faedah dari Ayat:

1) Allah membenci orang-orang yang suka berkhianat.


2) suka berkhianat merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan musyrik.
3) Orang yang biasa berkhianat kepada Allah pasti dengan mudah untuk berkhianat
kepada sesama manusia dan orang lain.

Penerapan ayat:
1. Menjalankan segala macam tugas dan tanggung jawa dengan maksimal, tidak
menyelisihi apa yang sudh ditugaskan.
2. Apabila hendak mengubah tugas yang ada, maka harus sepengetahuan pemberi tugas
atau meminta izin terlebih dahulu kepadanya.
3. ..........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

13. Berbuat Adil

Allah ta‟ala berfirman:

‫ش ِاو َوال َُْ ْن َد ِر َوالْبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُد ْم‬


َ ‫ان َوإِيتَ ِاو ِذي الْ ُق ْربَ َويَ ْن َا َع ِن الْ َف ْح‬
ِ ‫اْل ْاإ‬ ِ ِ َّ ِ
َ ِْ ‫إ َّن اللهَ يَأ ُْم ُر بال َْع ْدل َو‬
‫لَ َعلَّ ُد ْم تَ ََ َّك ُرو َن‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl: 90).

Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan pada hamba-hamba-Nya dengan


menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak para hamba, tidak mengutamakan seseorang di atas
orang lain dalam hukum kecuali karena satu hak yang mengharuskan demikian. Allah
memerintahkan berbuat kebaikan dengan memberikan apa yang tidak wajib atas seorang
hamba seperti infak suka rela atau memaafkan orang zalim. Allah memerintahkan membantu
hajat kebutuhan para kerabat. Allah melarang segala sesuatu yang buruk, baik berupa
perkataan seperti perkataan yang buruk atau perbuatan seperti zina. Allah melarang apa yang
diingkari oleh syariat, yaitu segala bentuk kemaksiatan. Allah melarang berbuat zalim dan
sombong di hadapan manusia. Allah menasihati kalian dengan apa yang Dia perintahkan
kepada kalian dan apa yang Dia larang dalam ayat ini dengan harapan kalian mau mengambil
pelajaran dari nasihat Allah tersebut.

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkahkan untuk berlaku adil.


2) Menegakkan hukum di antara kaum Muslimin harus dengan adil.
3) Semua manusia harus diperlakukan secara adil berdasarkan posisi dan kedudukannya
masing-masing.

Penerapan ayat:

1. Bersikap adil terhadap siapa pun, sampai kepada orang kafir.


2. Adil bukan berarti menyamaratakan, tetapi sesuai dengan kondisi dan situasinya,
misalnya: memberi bekal kepada para musafir, maka bekal musafir yang jaraknya
lebih jauh, akan mendapatkan jatah yang lebih banyak daripada yang jaraknya lebih
pendek.
3. Mengedepankan kebenaran saat memutuskan perkara dua orang yang sedang
berselisih, tidak menggunakan sekedar perasaan, atau atas dasar kedekatan hubungan
kerabat, karena jasa, atau lainnya.
4. ..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

14. Bersedekah

Allah ta‟ala berfirman:

‫ص َّدقُوا َخ ْي ٌر لَ ُد ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ َُو َن‬


َ َ‫َوأَ ْن ت‬
“Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. al-
Baqarah: 280).

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkan agar bersedekah.


2) Sedekah akibatnya baik bagi orang yang bersedekah.
3) Bersedekah merupakan ciri khas dan tanda-tanda orang yang beriman.
4) Sedekah pahalanya sangat besar.
5) Sedekah merupakan penyebab mendapat ampunan dari Allah.

Penerapan ayat:

1. Bersedekah dengan sebagian harta yang dimiliki walau sedikit.


2. Sedekah yang dikeluarkan harus diiringi dengan niat ikhlas hanya berharap ridha
Allah SubhanahuWa Ta'ala, bukan pujian manusia.
3. Tidak mengungkit-ungkit sedekah atau pemberian yang telah ia serahkan.
4. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

15. Berinfak

Allah ta‟ala berfirman:

‫اه ْم يُ ْن ِف ُقو َن‬ ِ َّ ‫ب وي ِقيَو َن‬ ِ ِ َِ َّ‫ال‬


ُ َ‫الص ًَةَ َوم ََّا َرَزقْن‬ ُ ُ َ ِ ‫ين يُ ْؤمنُو َن بالْغَْي‬
َ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan
sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. al-Baqarah: 3).

Allah ta‟ala berfirman:


‫ت َذ ْب َع َذنَابِ َ ِْ ي ُك ِّ ُذ ْنبُ لَة ِمائَ ةُ َابَّ ة‬
ْ َ‫ين يُ ْن ِف ُقو َن أ َْم َوالَ ُا ْم ِْي َذبِي ِ اللَّ ِه َك ََثَ ِ َابَّة أَنْ بَت‬ ِ َّ
َ َ‫َمثَ ُ ال‬
ِ ِ َ َ‫ف لِ ََ ْن ي‬ ِ‫ض‬
ٌ ‫شاوُ َواللَّهُ َواذ ٌع َعل‬
‫يم‬ ُ ‫اع‬ َ ُ‫َواللَّهُ ي‬
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah:
362).

Faedah dari Ayat:

1) Berinfak merupakan cirri khas orang yang beriman dan bertakwa.


2) Allah melipat gandakan balasan orang yang menginfakkan harta dengan tujuh ratus
kali lipat sampai kepada jumlah yang tidak terhitung bagi orang yang dikehendakinya.
3) Disunnahkan berinfak pada saat senang dan di waktu susah.

Penerapan ayat:

1. Infak dengan mengeluarkan sebagian hartanya semampunya, diberikan kepada orang


yang sangat membutuhkan.
2. Berinfak sangat dianjurkan pada kondisi apa pun, entah pada saat senang atau
sengsara, namun tetap dalam batas kewajaran, tidak menginfakkan seluruh hartanya,
sehingga dirinya menjadi orang yang termiskin dan serba kekurangan yang pada
akhirnya harus meminta-minta.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

16. Menahan emosi dan memaafkan orang lain

Allah ta‟ala berfirman:

ِ َّ ِ ‫ت لِل‬ ِ ‫ات و ْاأَر‬ َّ ‫َو َذا ِرعُوا إِلَ َم ْغ ِف َرة ِم ْن َربِّ ُد ْم َو َانَّ ة َع ْر ُ َاا‬
‫ين‬
َ َ ‫) ال‬322 ‫ين‬ َ ‫َْتَّق‬ُ ْ ‫ِ أُع َّد‬ ُ ْ َ ُ ‫الإ ََ َاو‬
ِِ ‫اس َواللَّ هُ يُ ِح ك‬
ِ َّ‫ين َع ِن الن‬ ِ َ ‫ين الْغَ ْي‬ ِِ ِ َّ ‫الإ َّر ِاو و‬ ِ ِ
‫ين‬
َ ‫ب ال َُْ ْحإ ن‬ َ ْ‫َ َوال َْع ا‬ َ َ‫الض َّراو َوالْ َد اظ‬ َ َّ ‫يُ ْنف ُق و َن ْ ي‬
)322
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Robb(Tuhan)mu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya),baik di waktu lapang maupun sempit,dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali „Imran: 133-134).

Faedah dari ayat:


1) Menahan emosi termasuk ciri-ciri orang yag bertakwa.
2) Sifat pemaaf merupakan ciri khas orang yang bertaqwa.
3) Memafkan adalah perbuatan yang sangat terpuji dan mulia.
4) Pahala dan balasan yang Allah berikan kepada orang yang memaafkan orang lain
sangat banyak, tidak ada yang mengetahui berapa jumlahnya kecuali Allah sendiri.
5) Orang yang memaafkan orang lain Allah sendiri yang langsung memberikan balasan
pahalanya tanpa perantaraan yang lain.

Penerapan ayat:

1. Berusaha keras menahan emosi, dengan mengubah posisi, dari yang sebelumnya
berdiri silakan duduk, atau berbaring, atau beranjak dari tempat tersebut untuk
mengambil air wudhu.
2. Memaafkan orang lain yang telah berbuat kekeliruan kepada kita sambil mengingat
betapa besarnya pahala, yaitu menjadi orang yang mulia dan brtakwa di sisi Allah
ta‟ala.
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

17. Tidak boleh takut kecuali terhadap Allah

Allah ta‟ala berfirman:

ِِ ِ ِ ُ ‫الشيطَا ُن ي َخ ِّو‬ ِ
َ ‫وه ْم َو َخاُْون إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤمن‬
‫ين‬ ُ ُْ‫اوبُ َْ ًَ تَ َخا‬
َ َ‫ا أ َْولي‬ ُ ْ َّ ‫إِنَّ ََا ذَل ُد ُم‬
“Sesungguhnya mereka hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman
setianya,karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-ku jika kamu
benar-benar orang-orang yang beriman.” (QS. Ali „Imran: 175).

Sesungguhnya yang menakut-nakuti kalian itu hanyalah setan. Dia menakut-nakuti


kalian melalui para pendukung dan kawan-kawannya. Oleh karena itu, janganlah kalian takut
kepada mereka. Karena mereka tidak mempunyai daya dan upaya sedikitpun. Tetapi takutlah
kalian kepada Allah saja dengan senantiasa patuh kepada-Nya, jika kalian benar-benar
beriman kepada-Nya.

Faedah dari ayat:

1) Tidak boleh takut kecuali hanya kepada Allah.


2) Setan berusaha untuk menakuti manusia.
3) Allah melarang orang-orang yang beriman dari merasa takut kepada yang selainnya.
4) Tidak merasa takut kecuali kepada Allah suatu penyebab untuk mendapatkan hidayah.

Penerapan ayat:
1. Rasa takut yang wajar masih dibolehkan di dalam agama, contohnya: takut kepada
hewan singa, harimau, ular, dan hal-hal lainnya yang membahayakan diri dan ia
dituntut untuk menghindar serta menyelamatkan diri.
2. Tidak boleh merasa takut saat melintasi kuburan, karena hakikatnya mereka semua
sudah berada di alam lain.
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

18. Jangan Bersedih

Allah ta‟ala berfirman:

‫اذ تَ َق ُاموا تَ تَ نَ َُّ ُل َعلَ ْي ِا ُم ال ََْ ًَئِ َد ةُ أ َََّّل تَ َخ اُْوا َوََّل تَ ْح َُنُ وا َوأَبْ ِش ُروا‬
ْ ‫ين قَ الُوا َربكنَ ا اللَّ هُ َُ َّم‬
ِ َّ
َ َ ‫إِ َّن ال‬
َ ُ‫ْجن َِّة الَّتِي ُك ْنتُ ْم ت‬
‫وع ُدو َن‬ َ ‫بِال‬
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan
berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (QS.
Fushshilat ayat 30).

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah, tidak ada Rabb
bagi kami kecuali Allah,” mereka istikamah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, maka para Malaikat turun kepada mereka saat mereka menghadapi ajal dengan
mengatakan, “Jangan takut kepada kematian dan kejadian sesudahnya, jangan bersedih atas
dunia yang kalian tinggalkan, berbahagialah dengan Surga yang dijanjikan kepada kalian di
dunia karena iman dan amal saleh kalian.

Faedah dari ayat:

1) Allah melarang untuk bersedih.


2) Orang-orang yang Istiqamah tidak merasakan kesedihan.
3) Allah memberikan kabar gembira dengan surga kepada orang-orang yang tidak
bersedih.

Penerapan ayat:

1. Kesedihan yang berkepanjangan dan berlarut-larut tidak diperbolehkan di dalam


Islam, hendaknya seseorang mengingat kabar gembira dari Allah SubhanahuWa
Ta'ala saat merasa sedih, berupa surga-Nya yang abadi.
2. Istikamah di atas jalan-Nya, pantang menyerah, selalu berfikir positif bahwa kelak ia
akan mengalami serta meraih apa yang sudah dikabarkan bagi orang-orang yang tidak
terus-menerus bersedih.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

19. Belomba-lomba dalam kebaikan

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫ْخ ْي ر‬
‫ات‬ ِ ْ َْ
َ َ ‫اذتَب ُقوا ال‬
“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. al-Baqarah: ayat 148).

Allah „azza wajalla berfirman:

‫آمنُ وا بِاللَّ ِه‬ َ َ َّ‫ت لل‬


َ ‫ين‬ ِ ‫الإ ََ ِاو َو ْاأ َْر‬
ِ ِ ْ ‫ِ أ ُِع َّد‬ َّ ِ ِ ‫َذ ابِ ُقوا إِلَ َمغْ ِف َرة ِم ْن َربِّ ُد ْم َو َانَّ ة َع ْر ُ َاا َك َع ْر‬
ِ ‫ض ِ ال َْع ِظ‬
‫يم‬ َ َ‫ض ُ اللَّ ِه يُ ْؤتِ ِيه َم ْن ي‬
ْ ‫شاوُ َواللَّهُ ذُو الْ َف‬ َ ِ‫َوُر ُذلِ ِه ذَل‬
ْ َْ َ
“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Robb(Tuhan) kamu dan
syurga yang luasnya seluas langit dan bumi,yang disediakan bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-rasulnya. Itulah karunia Allah,diberikannya kepada siapa saja yang
dikehendakinya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. al-Hadid: 32).

Berlomba-lombalah kalian -wahai manusia- melaksanakan amal saleh yang


dengannya kalian mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kalian, seperti tobat dan berbagai
macam ibadah lainnya, dan agar kalian mendapatkan dengannya Surga yang luasnya seperti
luas langit dan bumi. Surga ini disiapkan Allah untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya
dan beriman kepada rasul-rasul-Nya. Balasan ini adalah anugerah dari Allah yang diberikan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan Allah -Subḥānahu-
mempunyai karunia yang agung untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkan agar berlomba-lomba kepada kebaikan.


2) Allah memerintahkan agar berlomba-lomba untuk mendapatkan ampunan darinya
dan Surga yang sangat luas.

Penerapan ayat:

1. Berlomba dan saling berkompetisi untuk meraih kebaikan sebanyak mungkin dengan
melakukan amalan-amalan saleh, sebagai contoh: berpuasa, bersedekah, menimba
ilmu, serta amalan saleh lainnya.
2. Meniatkan semua amalan yang dilakukan guna meraih ridha dan ampuna dari-Nya,
supaya kelak dapat masuk ke dalam surga-Nya.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
20. Berbuat baik kepada sesama

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ِ
َ ‫إ ْنتُ ْم أَنْ ُفإ ُد ْم َوإِ ْن أ‬
‫َذأْتُ ْم َْ لَ َاا‬ َ ‫َا‬
ْ ‫إ ْنتُ ْم أ‬ ْ ‫إِ ْن أ‬
َ ‫َا‬
“Jika kamu berbuat baik maka kebaikan itu untuk diri kamu,dan jika kamu melakukan
kejahatan maka kejahatan itu akan kembali kepadanya(diri).” (QS. al-Israa`: 7).
Seandainya kalian memperbaiki amalan kalian, dan mengerjakannya sesuai tata cara
yang diperintahkan, niscaya ganjaran amalan tersebut pasti kembali pada diri kalian, sebab
Allah tidak membutuhkan amalan-amalan tersebut. Sebaliknya, andai kalian berbuat
keburukan maka balasannya juga akan kembali kepada kalian

Faedah dari ayat:


1) Allah subhanahu wata‟ala memerintahkan hambanya agar berbuat baik sebagaimana
dia telah berbuat baik kepada hamba itu.
2) Perintah berbuat baik kepada sesama.
3) Kebaikan seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri.
4) Allah „azza wajalla mencintai orang-orang yang melakukan kebaikan.
Penerapan ayat:
1. Memperlakukan orang lain dengan baik, sebagaimana diri kita sendiri ingin
diperlakukan oleh orang lain dengan baik pula.
2. Mengerjakan amal saleh sebanyak mungkin, seperti membantu orang lain, menolong
kalangan lemah yang sangat membutuhkan, serta perbuatan lainnya yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang sekitar.
3. Tidak berbuat jahat atau melakukan tindakan kasar terhadap sesama, tidak mengejek
teman, atau mengganggunya, karena diri kita pun tidak ingin diejek atau diganggu
oleh orang lain.
4. ..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

12. Tawaduk (rendah hati)

Allah ta‟ala berfirman:

‫ين‬ِ ِ ‫َ لِل‬ ِ
َ ‫َْ ْؤمن‬
ُ َ ‫اا‬
َ َ‫َوا ْخف ْ َان‬
“Berendah hati (Tawaduklah) kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. al-Hijr: 88).

Tawaduk merupakan sifat terpuji, yaitu berperilaku sewajarnya serta merasa dirinya
tidak memiliki kelebihan apa pun daripada orang lain, padahal dirinya layak untuk dihormati
dan disanjung.
Faedah dari ayat:

1) Perintah Allah SubhanahuWa Ta'ala kepada makhluk-makhluk-Nya agar


merendahkan hati (Tawaduk).
2) Allah memerintahkan agar tawaduk terhadap orang-orang yang beriman.
3) Perintah untuk merendahkan hati kepada kedua orang tua.
4) Tawaduk (merendahkan hati) merupakan kewajiban bagi seorang muslim.

Penerapan ayat:

1. Bersikap rendah hati dan tidak merasa dirinya paling baik dan hebat dibandingkan
orang lain, walaupun pada kenyataannya demikian.
2. Meyakini, bahwa sehebat apa pun diri kita, pasti memiliki kekurangan dan
kelemahan, sehingga masih butuh bantuan orang lain.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

22. Menundukkan pandangan (ghaddhul bashar).

Allah ta‟ala berfirman:

َ ِ‫وا ُا ْم ذَل‬ ِ ‫قُ لِلَْ ْؤِمنِين ي غُضكوا ِمن أَب‬


‫ص نَ عُو َن‬ ْ َ‫َ أَ ْزَك لَ ُا ْم إِ َّن اللَّ هَ َخبِي ٌر بِ ََ ا ي‬ َ ‫صا ِره ْم َويَ ْح َفظُوا ُْ ُر‬
َْ ْ ََ ُ ْ
‫ين ِزينَ تَ ُا َّن إََِّّل َم ا ظَ َا َر‬ ِ ِ ‫ض ن ِم ن أَب‬ ِ َ‫) وقُ لِلَْ ْؤِمن‬23
َ ‫وا ُا َّن َوََّل يُ ْب د‬َ ‫ص ا ِره َّن َويَ ْح َفظْ َن ُْ ُر‬ َْ ْ َْ ‫ض‬ ُ ‫ات يَ ْغ‬ ُ ْ َ
‫ين ِزينَتَ ُا َّن إََِّّل لِبُ عُولَتِ ِا َّن أ َْو آبَائِ ِا َّن أ َْو آبَ ِاو بُعُ ولَتِ ِا َّن‬ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ِم ْن اا ولْي‬
َ ‫ض ِربْ َن ب ُخ َُ ِره َّن َعلَ ُايُوب ِا َّن َوََّل يُ ْبد‬ ََ َ
‫إ ائِ ِا َّن أ َْو َم ا‬ ِ ِ َ ‫أَو أَبْ نَ ائِ ِا َّن أَو أَبْ نَ ِاو ب ع ولَتِ ِا َّن أَو إِ ْخ وانِ ِا َّن أَو بنِ ي إِ ْخ وانِ ِا َّن أَو بنِ ي أ‬
َ ‫َخ َوات ِا َّن أ َْو ن‬ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُُ ْ ْ
‫ات‬ِ ‫ال أَ ِو الطِّْف ِ الَّ َِين لَم يظ َْاروا َعلَ َع ور‬
َْ ُ َْ َ
ِ ‫الر َا‬ ِْ ‫ين غَْي ِر أُولِي‬
ِّ ‫اْل ْربَِة ِم َن‬ ِِ
َ ‫ت أَيْ ََانُ ُا َّن أَ ِو التَّابع‬
ْ ‫َملَ َد‬
‫ين ِم ْن ِزينَ تِ ِا َّن َوتُوبُ وا إِلَ اللَّ ِه َا َِيع ا أَيك هَ ال َُْ ْؤِمنُ و َن‬ ِ ِ ِ ِ ْ ‫النِّإ ِاو وََّل ي‬
َ ‫ض ِربْ َن ب أ َْر ُال ِا َّن ل يُ ْعلَ َم َم ا يُ ْخف‬ َ َ َ
.)23 ‫لَ َعلَّ ُد ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat (30). Dan katakanlah kepada para perempuan yang
beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang
mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai hasrat (terhadap
perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah
mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung.” (QS. an-Nur: 30-31).

Perintah Allah subhanahu wa ta'ala untuk menundukkan pandangan dari lawan jenis
dan hal-hal terlarang yang semisal, berlaku bagi kaum laki-laki dan kaum wanita. Seorang
laki-laki muslim tidak boleh membiarkan pandangannya bebas melihat wanita yang bukan
mahramnya, sama halnya dengan seorang muslimah, tidak boleh melihat kaum laki-laki yang
bukan mahramnya.

Faedah dari ayat:

1) Allah memerintahkan kepada kaum laki-laki dan wanita yang beriman agar
menundukkan pandangan (ghaddhul bashar).
2) Menjelaskan siapa saja di antara laki-laki yang menjadi mahram bagi seorang wanita.
3) Larangan bagi wanita untuk menggerak-gerakkan kaki secara berlebihan sehingga
bunyi perhiasan yang ada pada kakinya terdengar.
4) Perintah untuk bertobat.
5) Orang yang bertobat termasuk orang yang beruntung.

Penerapan ayat:

1. Menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SubhanahuWa Ta'ala.
2. Contoh di antara hal-hal yang tidak boleh dilihat: lawan jenis yang bukan mahram,
entah itu wajah atau anggota badan yang seharusnya ditutup, aurat orang lain, gambar
atau video yang memperlihatkan adegan dan tampilan aurat dan yang serupa.
3. Mengingat bahwa Allah ta‟ala maha melihat, dan selalu merasa diawasi oleh Allah
SubhanahuWa Ta'ala meski pun tidak ada orang lain yang melihat dirinya.
4. ..........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

23. Larangan bersikap boros atau mubazir

Allah ta‟ala berfirman:

‫الش ْيطَا ُن لَِربِِّه َك ُفورا‬ ِ ‫الشي‬


َّ ‫اطي ِن َوَكا َن‬َ َّ ‫ين َكانُوا إِ ْخ َوا َن‬
َ ‫إِ َّن ال َُْبَ َِّ ِر‬
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.” (QS. al-Israa`: 27).

Allah berfirman:

ِ ‫آد َم ُخ َُوا ِزينَتَ ُد ْم ِع ْن َد ُك ِّ َم ْإ ِجد َوُكلُوا َوا ْش َربُوا َوََّل تُ ْإ ِرُْوا إِنَّهُ ََّل يُ ِح ك‬
َ ْ‫ب ال َُْ ْإ ِر‬
‫ين‬ َ ‫يَابَنِي‬
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan! Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A‟raf: 31).
Kebutuhan pokok setiap individu berbeda-beda, harus disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing, tidak berlebihan sehingga ada yang terbuang, atau justru kekurangan hingga
harus meminta-minta. Makan atau minum pun demikian, sebaiknya dengan porsi yang
secukupnya, mengenakan pakaian yang bersih rapi dan layak serta yang terpenting menutup
aurat.

Faedah dari ayat:

1) Larangan untuk melakukan perbuatan mubazir.


2) Orang yang suka melakukan perbuatan mubazir (berlebih-lebihan) merupakan
saudaranya setan.
3) Perintah untuk makan dan minum.
4) Perintah untuk memakai pakaian yang indah (bagus) dan perhiasan setiap memasuki
masjid.
5) Allah subhanahu wa ta'ala tidak menyukai perbuatan mubazir.

Penerapan ayat:

1. Makan dan minum secukupnya, tidak sampai merasa terlalu kenyang, apalagi sampai
muntah.
2. Membeli barang-barang yang diperlukan saja, harganya tidak terlalu mahal dan
membeli sesuai dengan kebutuhan, sehingga uangnya nanti bisa digunakan untuk
membeli barang lain yang lebih dibutuhkan.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

24. Menepati janji

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫ياأَيكاا الَّ َِين آمنُوا أَوُْوا بِالْع ُق‬


‫ود‬ ُ ْ َ َ َ َ
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji!.” (QS. al-Maidah: 1).

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah! Sempurnakanlah perjanjian-


perjanjian yang saling mengikat kuat antara kalian dengan pencipta kalian dan antara kalian
dengan makhluk-Nya.

Janji di dalam kehidupan antarmanusia kerap kali terjadi, di antara mereka ada yang
menepatinya dan ada pula yang melanggarnya. Seorang muslim harus menepati janjinya,
karena ia termasuk dari rangkaian dari syariat Allah subhanahu wa ta'ala.

Faedah dari Ayat:

1) Perintah Allah untuk menepati janji.


2) Menepati janji merupakan ciri khas dan tanda-tanda orang-orang penghuni Surga.
3) Pujian dari Allah terhadap orang-orang yang menepati janji.

Penerapan ayat:

1. Janji yang telah terucap dan didengar oleh orang lain, maka harus ditunaikan.
2. Akibat sering melanggar janji, di antaranya: tidak akan ada lagi orang yang
mempercayai dirinya dan mendengarkan perkataannya.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

25. Bermusyawarah

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫ت َْ تَ َوَّك ْ َعلَ اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ يُ ِح ك‬


َ ‫َو َشا ِوْرُه ْم ِْي ْاأ َْم ِر َِْإ َذا َع َُْم‬
َ ‫ب ال َُْتَ َوِّكل‬
‫ين‬
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.160) Kemudian, apabila engkau
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai
orang yang bertawakal.” (QS. Ali „Imran: 251).

Bermusyawarahlah dengan mereka untuk membahas masalah-masalah yang perlu


dimusyawarahkan. Kemudian apabila kamu sudah bertekad melakukan sebuah keputusan
setelah bermusyawarah, maka kerjakanlah dan berserah dirilah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berserah diri kepada-Nya, dan Dia memberikan bimbingan
serta dukungan-Nya kepada mereka

Faedah dari ayat:

1) Perintah untuk bermusyawarah didalam suatu masalah (urusan).


2) Bermusyawarah adalah cirri khas orang-orang yang beriman.
3) Keharusan untuk bermusyawarah berdasarkan ayat al-Qur‟an, Sunnah (Hadits), dan
dari sirah kehidupan Nabi Muhammad.

Penerapan ayat:

1. Meminta pendapat orang lain saat ingin melakukan perkara yang besar dan
menyangkut orang banyak, contohnya: saat hendak membuka usaha, menimba ilmu
ke daerah yang jauh, menentukan program-program kegiatan, dan lain sebagainya.
2. Mengajak musyawarah orang-orang yang berilmu agama, bijak, berumur, dan dikenal
saleh. Tidak sembarang mengajak musyawarah orang yang ia temui atau sukai.
3. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

26. Menjalin Persatuan


Allah ta‟ala berfirman:

‫ص َُوا بِ َح ْب ِ اللَّ ِه َا َِيعا َوََّل تَ َف َّرقُوا‬


ِ َ‫وا ْعت‬
َ
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai.” (QS. Ali „Imran ayat 103).

Dan berpeganglah kalian -wahai orang-orang mukmin- pada Al-Kitab (Al-Qur`ān)


dan Sunah. Janganlah kalian melakukan sesuatu yang dapat menjerumuskan kalian ke dalam
perpecahan

Faedah dari Ayat:

1) Kewajiban untuk menjalin Persatuan


2) Perintah untuk bersatu.
3) Larangan untuk bertikai dan bercerai-berai.

Penerapan ayat:

1. Persatuan antarsesama Muslim menjadi kekuatan besar bagi umat ini, karena itu
hendaknya kita saling menghargai dan menghormati.
2. Tidak saling mencela dan mencemooh, karena setiap orang pasti butuh bantuan orang
lain, nantinya
3. Persatuan dan kesatuan harus berdasarkan kaidah agama dan jalan yang hak, tidak
sembarang bersatu di atas kebatilan.
4. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

27. Uluk salam antarmuslim

Allah ta‟ala berfirman:

‫كوها إِ َّن اللَّهَ َكا َن َعلَ ُك ِّ َش ْيو َا ِإيبا‬ ِ ‫وإِ َذا ايِّيتم بِت ِحيَّة َْحيكوا بِأَا‬
َ ‫إ َن م ْن َاا أ َْو ُرد‬
َْ َ َ ُْ ُ َ
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan)
dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. an-Nisaa`: 86).

Apabila seseorang mengucapkan salam kepada kalian, jawablah salamnya dengan


ucapan salam yang lebih baik dari salam yang diucapkannya kepada kalian. Atau jawablah
dengan ucapan salam yang setara dengan apa yang diucapkannya. Tetapi menjawab ucapan
salam dengan ucapan yang lebih baik tentu lebih utama. Sesungguhnya Allah mencatat amal
perbuatan kalian dan akan memberikan balasan yang setimpal kepada setiap orang sesuai
dengan amal perbuatannya.
Faedah dari Ayat:

1) Anjuran untuk memberi (mengucapkan salam).


2) Membalas salam dengan (ucapan) yang lebih baik atau yang serupa.
3) Memberi (mengucapkan) salam harus dengan ungkapan:
‫الإًَ ُم َعلَْي ُد ْم‬
َّ
ِ ُ‫الإًَم َعلَْي ُدم ور ْاَة‬
‫الل‬ َ ََ ْ ُ َّ
ِ ُ‫الإًَم َعلَْي ُدم ور ْاَة‬
ُ‫الل َوبَ َرَكاتُه‬ َ ََ ْ ُ َّ
4) Tidak boleh mengucapkan salam lain selain salam yang disyariatkan.
5) kewajiban untuk membalas salam.
6) Mengucapkan salam kepada orang Islam.

Penerapan ayat:

1. Mengucapkan salam kepada setiap muslim yang dikenal maupun belum.


2. Tidak mengucapkan salam kepada lawan jenis, sekiranya dapat menimbulkan fitnah.
3. Mengucapkan salam sambil meyakini bahwa sejatinya dirinya sedang mendoakan
saudaranya seiman.
4. ..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

28. Menegakkan Amar makruf dan Nahi Mungkar

Allah ta‟ala berfirman:

ِ ِ ِ ِ َّ‫ت لِلن‬
َ ‫اس تَ أ ُْم ُرو َن بِ ال ََْ ْع ُروا َوتَ ْن َا ْو َن َع ِن ال َُْ ْن َد ِر َوتُ ْؤمنُ و َن بِاللَّ ه َولَ ْو‬
‫آم َن‬ ْ ‫ُك ْن تُ ْم َخ ْي َر أ َُّم ة أُ ْخ ِر َا‬
ِ ‫اب لَ َدا َن َخي را لَام ِم ْن ام الَْ ْؤِمنُو َن وأَ ْكثَ رُهم الْ َف‬
‫اذ ُقو َن‬ ِ َ‫ْدت‬ِ ‫أ َْه ال‬
ُ ُ َ ُ ُُ ُْ ْ ُ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka
ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali ‘Imran:
110).

Faedah dari Ayat:

1) Kewajiban untuk menegakkan Amar makruf dan nahi mungkar.


2) Umat terbaik adalah yang melakukan Amar ma‟ruf dan Nahi munkar.
3) Kalau ingin menjadi yang terbaik harus menegakkan Amar makruf dan Nahi
mungkar.
4) Amar makruf dan nahi mungkar penyebab datangnya pertolongan Allah Subhanahu
Wa Ta'ala.

Penerapan ayat:

1. Tatkala seseorang melihat kawan atau saudaranya akan berbuat kejahatan atau
keburukan, sebaiknya ia menasihatinya dengan bahasa yang santun dan secara
sembunyi-sembunyi.
2. Ketika seseorang hendak melakukan amalan ibadah, sebaiknya mengajak kawan atau
saudaranya untuk ikut serta dalam amal ibdah tersebut.
3. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

29. Larangan saling mengejek

Allah ta‟ala berfirman:

‫إ‬ ِ ِ ِ‫يا أَيك َاا الَّ َِين آمنُوا ََّل يإ َخر قَ وٌم ِمن قَ وم َعإ أَ ْن ي ُدونُوا َخ ْي را ِم ْن ُام وََّل ن‬
َ ‫إاو َع‬
َ ‫إاوٌ م ْن ن‬َ َْ َ َ ْ ْ ْ ْ َْ َ َ َ
ِ َ‫اْلي‬
َ ِْ ‫إ و ُ بَ ْع َد‬ ِ ‫أَ ْن يَ ُد َّن َخ ْي را ِم ْن ُا َّن َوََّل تَ ل َِْ ُُوا أَنْ ُفإ ُد ْم َوََّل تَ نَابَ ُُوا بِ ْاأَلْ َق‬
ِ ‫اب بِْئ‬
‫ان‬ ُ ‫س اَّل ْذ ُم الْ ُف‬
َ َ
‫َ ُه ُم الظَّالِ َُو َن‬ َ ِ‫ب َْأُولَئ‬ ْ ُ‫َوَم ْن لَ ْم يَت‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan
lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan
(yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (QS. al-Hujurat: 11).

Faedah dari ayat:

1. Dilarang saling mengolok-olok atau mengejek antarsesama.


2. Tidak boleh seseorang memberi julukan apa pun yang tidak disukai kepada orang
lain.
3. Mengejek termasuk perbuatan orang-orang fasik
4. Bagi orang yang tidak bertobat dari perbuatan fasiknya tersebut, maka ia tergolong
orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri.

Penerapan ayat:
1. Tidak mengejek orang lain dengan ejekan apa pun, sekalipun orang yang diajak
mengatakan bahwa dirinya rela dengan ejekan tersebut. Karena hal itu termasuk
perbuatan tercela. Terlebih sesama muslim, maka lebih terlarang lagi.
2. Orang yang diejek bisa jadi lebih baik dan terhormat, daripada yang mengejeknya,
maka apa pun alasannya, perbuatan saling mengejek tetap tercela.
3. Perbuatan saling mengejek bukanlah termasuk perilaku orang-orang baik dan
terhormat, namun kebiasaan orang-orang jahat dan fasik.
4. ..........................................................................................................................................
......................................................................................................................................

30. Bertobat

Allah ta‟ala berfirman:

‫إ َربك ُد ْم أَ ْن يُ َد ِّف َر َع ْن ُد ْم َذ يِّئَاتِ ُد ْم َويُ ْد ِخلَ ُد ْم‬ َ ‫ص واا َع‬


ِ
ُ َ‫آمنُوا تُوبُوا إِلَ اللَّه تَ ْوبَة ن‬ َ ‫ين‬
ِ َّ
َ َ‫يَا أَيك َاا ال‬
ِ َّ ِ ِ ِ
‫ورُه ْم يَ ْإ َع بَ ْي َن‬ ُ ُ‫آمنُ وا َم َع هُ ن‬ َ ‫ين‬ َ َ ‫ار يَ ْوَم ََّل يُ ْخ ُِي اللَّ هُ النَّب َّي َوال‬ ُ ‫َانَّ ات تَ ْج ِري م ْن تَ ْحت َا ا ْاأَنْ َا‬
‫َ َعلَ ُك ِّ َش ْيو قَ ِد ٌير‬ َ َّ‫ورنَا َوا ْغ ِف ْر لَنَا إِن‬ ِ ِ ِ ِ
َ ُ‫أَيْدي ِا ْم َوبأَيْ ََان ِا ْم يَ ُقولُو َن َربَّنَا أَتَْ ْم لَنَا ن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-
murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada
hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama
dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan
ampunilah kami; sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. at-Tahrim: 8)

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan menjalankan apa yang
disyariatkan untuk mereka, bertobatlah kalian kepada Allah dari dosa-dosa kalian dengan
tobat yang jujur, semoga Rabb kalian menghapuskan kesalahan-kesalahan kalian dan
memasukkan kalian ke dalam Surga-surga yang di bawah istana-istananya dan pepohonannya
mengalir sungai-sungai pada hari Kiamat, yaitu hari di mana Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan memasukkan mereka ke dalam Neraka.
Cahaya mereka memandu di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka di atas Ṣiraṭ (titian
di atas Neraka). Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, sempurnakan bagi kami cahaya kami
hingga kami masuk Surga, sehingga kami tidak seperti orang-orang munafik yang mana
cahaya mereka padam di atas Ṣiraṭ. Dan ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, sesungguhnya
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak lemah dalam menyempurnakan cahaya kami
dan menghapus dosa-dosa kami.”

Faedah dari ayat:

1) Keberuntungan bagi orang-orang yang bertobat.


2) Anjuran bertobat dari segala jenis dosa, entah itu dosa besar ataupun kecil.
3) Bertobat dapat menghapuskan segala jenis dosa-dosanya yang lalu.
4) Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencintai orang-orang yang bertobat.

Penerapan ayat:

1. Bertobat dengan tobat nasuha, maksudnya sungguh-sungguh dalam bertobat, dengan


menyesali perbuatan dosanya, tidak akan mengulanginya, dan bertekad kuat untuk
tidak kembali dosa tersebut.
2. Mencari kegiatan positif dan kawan saleh, setelah bertobat agar tidak terjerumus
kembali kepada perbuatan dosa yang sebelumnya.
3. ..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

Alhamdulillah semoga shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad,


keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingg akhir zaman.

Anda mungkin juga menyukai