Anda di halaman 1dari 20

KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA YANG SEMAKIN RENDAH KARENA

SISTEM BELAJAR DARING SAAT PANDEMI

KURNIAWATI LATHIFAH

X3C

201941500209

PENDIDIKAN BIOLOGI

Tugas Papper Sejarah Pendidikan dan PGRI Mengenai Isu Pendidikan Terkini
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan papper ini dengan baik untuk melengkapi
tugas yang diberikan oleh dosen Sejarah Pendidikan dan PGRI di UNINDRA yaitu Bapak Giry
Marhento.Papper ini berisi tentang “Kualitas pendidikan yang semakin rendah karena sistem
belajar daring “.Dimana disini akan dijabarkan penjelasan tentang masalah yang timbul akibat
dari perubahan kebijakan pendidikan yang memiliki sejumlah konteks dalam dunia pendidikan.
Tujuan pembuatan papper ini seperti sudah disebutkan diatas adalah untuk menyelesaikan tugas
Sejarah Pendidikan dan PGRI.Di Samping itu juga dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman para pembaca guna mendapatkan wawasan tentang kualitas
pendidikan Indonesia supaya kelak bisa lebih maju.Dari hati yang terdalam,saya mengutarakan
permintaan maaf atas kekurangan dalam papper ini,karena saya tahu dalam papper yang saya
buat ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,saya berharap kritikan,saran dan masukan
yang membangun dari pembaca guna penyempurnaannya ke depan.Akhir kata saya ucapkan
terima kasih dan semoga papper ini dapat bermanfaat sesuai fungsinya.

Jakarta,24 November 2020

PENULIS
ABSTRAK

Papper ini berisi tentang bagaimana kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Penjelasan arti pendidikan,maksud dari kualitas dan kualitas pendidikan di Indonesia serta solusi
untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan modal yang
sangat penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, didalam pendidikan kita dapat
memperoleh banyak pengetahuan seperti pengetahuan tentang moral, agama, kedisiplinan dan
masih banyak lagi yang lainnya. Namun pendidikan di Indonesia pada saat ini tergolong rendah
dibanding dengan negara-negara lain. Hal tersebut terbukti dengan adanya data yang berasal dari
UNNESCO dan Balitbang pada tahun 1996-2000. Pada tahun 2008 pendidikan di Indonesia
berada diperingkat ke-69 tingkat dunia. Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah berupaya
untuk meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan Indonesia,
menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan
dan penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.

Pandemi covid-19 telah mengganggu proses pembelajaran secara konvensional. Maka


diperlukan solusi untuk menjawab permasalahan tersebut. Pembelajaran secara daring adalah
salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran daring di Prodi Pendidikan Biologi X3C-
UNINDRA sebagai upaya menekan penyebaran covid-19 di Perguruan Tinggi. Subjek penelitian
adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi. Data dikumpulkan dengan wawancara melalui
zoom cloud meeting. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis interaktif Miles &
Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) mahasiswa telah memiliki fasilitas-fasilitas
dasar yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran daring; (2) pembelajaran daring memiliki
fleksibilitas dalam pelaksanaannya dan mampu mendorong munculnya kemandirian belajar dan
motivasi untuk lebih aktif dalam belajar; dan (3) pembelajaran jarak jauh mendorong munculnya
perilaku social distancing dan meminimalisir munculnya keramaian mahasiswa sehingga
dianggap dapat mengurangi potensi penyebaran Covid-19 di lingkungan perguruan tinggi.
Lemahnya pengawasan terhadap mahasiswa, kurang kuatnya sinyal di daerah pelosok, dan
mahalnya biaya kuota adalah tantangan tersendiri dalam pembelajaran daring. Meningkatkan
kemandirian belajar, minat dan motivasi, keberanian mengemukakan gagasan dan pertanyaan
adalah keutungan lain dari pembelajaran daring.
BAB I

PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pilar pokok dalam pembangunan sebuah bangsa. Ini
berarti, untuk menetapkan standar tinggi rendahnya derajat suatu bangsa, kita bisa melihat
bagaimana mutu pendidikan yang diterapkan dalam bangsa tersebut. Semakin bagus mutu
pendidikannya, maka semakin baguslah bangsa tersebut. Sama halnya dengan majunya
mundurnya sebuah peradaban bukan disebabkan oleh para tentaranya yang jago perang atau
tidak. Tapi cukup dilihat apakah orang-orang yang didalamnya berpendidikan atau tidak.
dengan adanya pendidikan yang tepat sasaran dan efektif, akan melahirkan generasi bangsa yang
memiliki etos kerja yang tinggi, sehingga bisa membuat bangsa tersebut maju.

Negara-negara maju saat ini contohnya, mereka banyak mengawali kesuksesan mereka
dengan memberikan perhatian lebih pada sektor pendidikan nasional. Sektor pendidikan
mendapat dukungan penuh dari Negara, serta ada upaya dari mereka untuk terus memperbaiki
sistem di dalamnya, agar sejalan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan.Namun bila dikaitkan
dengan hal di atas, mutu pendidikan Indonesia masih bisa dibilang mengecewakan. Apalagi bila
hal itu dikaitkan dengan UUD 1945 yang mematok tujuan pendidikan nasional Indonesia berupa,
bisa  mencerdaskan bangsa Indonesia. Cerdas di sini dalam artian belajar dan mengajar dalam
segala aspek kesehariannya. Sebagai salah satu sarana pembentuk karakter sebuah bangsa, sudah
semestinya juga pendidikan memiliki ruang untuk melahirkan para intelektual yang nantinya bisa
menopang keberlangsungan perjalanan bangsa yang bersandar pada kesejahteraan rakyat.

Namun keberadaan intitusi pendidikan saat ini malah menghamba pada modal dan
kekuasaan.Hingga saat ini, pendidikan selalu dihadapakan dengan tantangan penigkatan layanan
dan mutu pendidikan. Tantangan inilah yang akhirnya memunculkan masalah isu-isu aktual
dalam masyarakat. Tuntutan akan peningkatan layanan atau mutu pendidikan adalah meruapakan
dampak keberhasilan pembangunan dalam perubahan sosial, antara lain meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap pendidikan.
Kualitas merupakan sesuatu yang menjadikan suatu barang atau jasa memiliki arti, namun
tergantung dari sisi mana orang melihatnya (aldialbani.blogspot.com, 2013). Sedangkan kualitas
pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar adalah kemampuan lembaga pendidikan
dalam mendayagunakan atau memanfaatkan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan belajar secara optimal (pengertianpengertian.blogspot.com,  2011).

Undang-undang system pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (lihat selengkapnya
pada Munib et al., 2010:30).

Sedangkan tujuan dari pendidikan nasional itu, seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional
dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (lihat zuwaily.blogspot.com,
2013).

Mencerdaskan kehidupan bangsa itu mempunyai 3 komponen yang mempunyai arti yang
sangat penting yaitu  (1) cerdas, Cerdas disini bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, yang
bingung saat ditanya bagaimana menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Namun yang
dimakisud cerdas disini adalah memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang nyata, kreatif serta inovatif. (2) Hidup, Hidup itu memiliki filosofi untuk
menghargai kehidupan dan melakukan hal yang baik untuk kehidupan itu sendiri. Filosofi hidup
ini sangat erat akan makna individualisme yang mempunyai arti mengangkat kehidupan
seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makna kehidupan berupa semangat,
nilai moral dan tujuan hidup. (3) Bangsa, Manusia selain sebagai sosok individu, dia juga
sebagai makhluk sosial, dimana antar manusia saling membutuhkan satu sama lain. Kewajiban
sebagai individu yaitu untuk menyebarakan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha
meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya dan berperan aktif dalam dinamika
masyarakat. Yang dimaksud masyarakat disini adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu
masyarakat.

          Namun tujuan pendidikan diatas yang mempunyai arti sangat penting bagi kelangsungan
pendidikan di Indonesia belum tercapai secara optimal atau sepenuhnya, sehingga kualitas
pendidikan di Indonesia saat ini dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan berdasarkan data dari
UNESCO (2000) tentang peringkat indeks pengembangan manusia yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukan
bahwa indeks pengembangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 1996
Indonesia menempati peringkat ke-102, pengembangan masyarakat Indonesia mengalami
kenaikan menjadi peringkat ke-99 pada tahun 1997, namun pada tahun 1998-1999
pengembangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan hingga menjadi peringkat ke-105
dan ke-109 (lihat meilanikasim.wordpress.com, 2009).
Pandemi COVID-19 merupakan musibah yang memilukan seluruh penduduk bumi.
Seluruh segmen kehidupan manusia di bumi terganggu, tanpa kecuali pendidikan. Banyak negara
memutuskan menutup sekolah, perguruan tinggi maupun universitas, termasuk Indonesia. Krisis
benar-benar datang tiba-tiba, pemerintah di belahan bumi manapun termasuk Indonesia harus
mengambil keputusan yang pahit menutup sekolah untuk mengurangi kontak orang-orang secara
masif dan untuk menyelamatkan hidup atau tetap harus membuka sekolah dalam rangka survive
para pekerja dalam menjaga keberlangsungan ekonomi. Ada dua dampak bagi keberlangsungan
pendidikan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Pertama adalah dampak jangka pendek, yang dirasakan oleh banyak keluarga di
Indonesia baik di kota maupun di desa. Di Indonesia banyak keluarga yang kurang familier
melakukan sekolah di rumah. Bersekolah di rumah bagi keluarga Indonesia adalah kejutan besar
khususnya bagi produktivitas orang tua yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah.
Demikian juga dengan problem psikologis anak-anak peserta didik yang terbiasa belajar bertatap
muka langsung dengan guru-guru mereka. Seluruh elemen pendidikan secara kehidupan sosial
“terpapar” sakit karena covid-19. Pelaksanaan pengajaran berlangsung dengan cara online.

Proses ini berjalan pada skala yang belum pernah terukur dan teruji sebab belum pernah
terjadi sebelumnya. Tak Pelak di desadesa terpencil yang berpenduduk usia sekolah sangat padat
menjadi serba kebingungan, sebab infrastruktur informasi teknologi sangat terbatas. Penilaian
siswa bergerak online dan banyak trial and error dengan sistem yang tidak ada kepastian, malah
banyak penilaian yang banyak dibatalkan. Kedua adalah dampak jangka panjang. Banyak
kelompok masyarakat di Indonesia yang akan terpapar dampak jangka panjang dari covid-19 ini.
Dampak pendidikan dari sisi waktu jangka panjang adalah aspek keadilan dan peningkatan
ketidaksetaraan antar kelompok masyarakat dan antardaerah di Indonesia.

 1.2  PEMBATASAN MASALAH

Dari uraian diatas dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam pendidikan yang ada
di Indonesia.Oleh karena itu penulis membatasi beberapa masalah dalam penulisan makalah
dengan “Masalah-masalah mendasar pendidikan di Indonesia,Kualitas pendidikan di
Indonesia,dan Solusi Pendidikan di Indonesia”.

1.3  TUJUAN

Sesuai dengan pembatasan masalah diatas,maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui
masalah-masalah apa saja yang terjadi pada pendidikan di Indonesia pada masa sebelum dan saat
pandemic yang dilihat dari kualitas pendidikannya semakin hari semakin menurun.

1.4  MANFAAT

Dari papper ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta
wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarang ini sehingga kita dapat
mencari solusinya secara bersama-sama supaya pendidikan dimasa yang akan datang (sesudah
pandemic) dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diberikan.
1.5  KERANGKA TEORI/KONSEP

Gambar 1 Pengajaran sebagai interaksi

Pembelajaran jarak jauh perlu dirancang secara matang agar dapat memfasilitasi
pembelajaran peserta didik secara optimal. Banyak prinsip-prinsip desain pengajaran yang
tersedia di literatur untuk melakukannya. Di sini saya akan menawarkan prinsip ‘pengajaran
sebagai interaksi’ sebagai kerangka dalam mendesain pembelajaran jarak jauh.
Mengapa prinsip ini? Prinsip ini mengakui bahwa pengajaran melibatkan proses yang
kompleks antar pelaku pembelajaran. Pelaku-pelaku pembelajaran tersebut saling tergantung satu
sama lain. Selanjutnya, prinsip ini dapat memberikan gambaran interaksi-interaksi antar pelaku
pembelajaran yang terjadi di dalam pembelajaran jarak jauh. Terakhir, prinsip ini juga
memberikan peluang bagi pendekatan pembelajaran modern yang mensyaratkan adanya interaksi
antar peserta didik di dalam lingkungan belajar daring, misalnya adalah pembelajaran kolaboratif
berbantuan komputer atau computer-supported collaborative learning (CSCL).
Prinsip pengajaran sebagai interaksi memiliki aksioma bahwa pengajaran adalah interaksi
antara pendidik dan peserta didik di seputaran konten pembelajaran. Dengan kata lain, prinsip ini
memaknai pengajaran sebagai apa yang pendidik lakukan, katakan, dan pikirkan bersama dengan
peserta didiknya mengenai konten pembelajaran di dalam suatu lingkungan belajar.
Prinsip ini diilustrasikan oleh Gambar 1. Oleh karena itu, untuk mendesain pembelajaran
jarak jauh yang efektif, perlu dipikirkan dan dirancang berbagai macam strategi untuk
memfasilitasi interaksi antara pendidik dengan konten pembelajaran, peserta didik dengan
konten pembelajaran, peserta didik dengan pendidik, dan peserta didik dengan peserta didik
lainnya.

1.6  METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif Sederhana dengan cara
pengumpulan data menggunakan studi literatur. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan
pembelajaran daring yang diselenggarakan di Prodi Pendidikan Biologi X3C-UNINDRA sebagai
upaya dalam menekan mata rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan perguruan tinggi.
Pembelajaran daring yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
menggunakan mediamedia pembelajaran yang dapat diakeses menggunakan layanan internet.

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan survey kepada mahasiswa


mengenai penerapan pembelajaran daring. Survey disebarkan menggunakan google form yang
diberikan kepada mahasiswa melalui pesan WhatsApp. Ada 20 orang subyek yang telah
memberikan respon terhadap survei yang disebarkan.

Hasil survey kemudian dikelompokkan kedalam tiga kategori respon mahasiswa:

(1) Setuju dengan penerapan pembelajaran daring;

(2) Tidak setuju dengan penerapan pembelajaran daring;

(3) Ragu dengan pelaksanaan pembelajaran daring.


Subjek penelitian adalah mahasiswa Program studi Pendidikan Biologi X3C-UNINDRA
telah melaksanakan pembelajaran daring, dan dikelompokkan berdasarkan respon subjek
penelitian. Di dapatkan 20 orang subjek penelitian, 5 orang mahasiswa berjenis kelamin laki-laki
dan 15 orang mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara via telpon dan atau zoom cloud meeting. Aspek-aspek yang ditanyakan dalam
wawancara adalah: (1) sarana dan prasarana yang dimiliki mahasiswa untuk melaksanakan
pembelajaran daring; (2) Respon mahasiswa mengenai efektivitas pembelajaran daring; (3)
Pelaksanaan pembelajaran daring dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di
lingkungan perguruan tinggi. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan model analisis
Miles & Huberman (1994) yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi data, display data, serta
penarikan dan verifikasi kesimpulan.

PENARIKAN DAN VERIFIKASI


REDUKSI DATA DISPLAY DATA
KESIMPULAN

Gambar 1: Tahapan Analisis data penelitian

Analisis data penelitian tahap reduksi data merupakan tahap mengumpulkan seluruh
informasi yang dibutuhkan dari hasil wawancara lalu di kelompokkan datanya. Tahap display
data merupakan pemaparan data yang diperlukan dalam penelitian dan yang tidak perlu dibuang.
Tahap penarikan dan verifikasi kesimpulan adalah tahap interpretasi data penelitian untuk ditarik
kesimpulan berdasarkan fenomena yang didapatkan (Miles, M. B., & Huberman, M.,1994).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  HASIL DAN PEMBAHASAN

Sales

mempunyai smartphone dan


laptop
mempunyai smartphone saja
TIDAK MEMPUNYAI KEDUANYA

1. Mahasiswa memiliki fasilitas yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran daring


Peningkatan dalam penggunaan internet di Indoensia dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (Rahadian, D.,2017). Pada tahun 2018 ada 62,41%
orang penduduk Indonesia telah memiliki telepon seluler dan 20,05 % rumah tangga telah
memiliki komputer dirumahnya (BPS, 2019). Data ini relevan dengan hasil riset yang
memaparkan bahwa walaupun ada mahasiswa yang belum memiliki laptop, akan tetapi
hampir seluruh mahasiswa telah mempunyai smartphone. Survey yang telah dilakukan
melaporkan bahwa 12 orang mempunyai smartphone dan laptop dan 8 orang mempunyai
smartphone saja.
Penggunaan smartphone dan laptop dalam pembelajaran daring dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik menyatakan banyak kelebihan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pelaksanaan pembelajaran daring diantaranya adalah tidak terikat ruang
dan waktu. Penelitian telah banyak dilakukan yang meneliti tentang penggunaan gawai serpti
smartphone dan laptop dalam pembelajaran.
Kemampuan smartphone dan laptop dalam mengakses internet membantu mahasiswa
untuk mengikuti pembelajaran daring (Kay & Lauricella, 2011; Gikas & Grant, 2013; Chan,
Walker, & Gleaves, 2015; Gokfearslan, Mumcu, Ha§laman, & £evik, 2016). Penggunaan
pembelajaran daring menggunakan zoom cloud meeting memiliki kelebihan dapat
berinteraksi langsung antara mahasiswa dan dosen serta bahan ajar tetapi memiliki
kelemahan boros kuata dan kurang efektif apabila lebih dari 20 peserta didik (Naserly, M.
K.,2020).
Lebih lanjut, tantangan pembelajaran daring adalah ketersediaan layanan internet.
Sebagian mahasiswa mengakses internet menggunakan layanan selular, dan sebagian kecil
menggunakan layanan WiFi. Ketika kebijakan pembelajaran daring diterapkan di
UNINDRA.Mahasiswa pulang kampung,mereka mengalami kesulitan sinyal selular ketika di
daerah masing-masing, jikapun ada sinyal yang didapatkan sangat lemah. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri dalam penerapan pembelajaran daring di Universitas Jambi.
Pembelajaran daring memiliki kelemahan ketika layanan internet lemah, dan intruksi dosen
yang kurang dipahami oleh mahasiswa (Astuti, P., & Febrian, F.,2019).

Tantang lain yang dihadapi adalah kendala dalam pembiayaan pembelajaran daring.
Mahasiswa mengungkapkan bahwa untuk mengikuti pembelajaran daring, mereka harus
mengeluarkan biaya cukup mahal untuk membeli kuota data internet. Menurut mereka,
pembelajaran dalam bentuk konferensi video telah menghabiskan banyak kuota data, sementara
diskusi online melalui applikasi pesan instan tidak membutuhkan banyak kuota. Rata-rata
mahasiswa menghabiskan dana Rp. 100.000 sampai Rp. 200.000 per minggu, tergantung
provider seluler yang digunakan.
Penggunaan pembelajaran daring menggunakan konferensi video membutuhkan biaya
yang cukup mahal (Naserly, M. K., 2020). Walaupun penggunaan gawai dapat mendukung
pembelajaran daring, tetapi ada dampak negatif yang perlu mendapat perhatian dan diantisipasi
yaitu penggunaan gawai yang berlebihan. Mereka mengakui bahwa selain untuk pembelajaran,
mahasiswa juga menggunakan gawai untuk media sosial dan menonton youtube. Media sosial
telah memasuki ranah kehidupan golongnan dewasa awal (Lau, 2017).

Mahasiswa mengakses media sosial dalam rangka ekspresi diri, membangun jejaring
pertemanan dan opini (Kim, Wang, & Oh, 2016). Sangat disayangkan, banyak orang kecanduang
gawai akibat menggunakannya secara berlebihan (Waslh, White & Young, 2007). Perlu
dikhawatirkan masuknya informasi yang menyesatkan dan tidak perhatian selama belajar akibat
bermain media sosial (Siddiqui & Singh, 2016). Selain itu, peserta didik yang kecanduan gawai
memiliki masalah akademik dan sosial (Kwon et al., 2013). Peserta didik yang memiliki
kecanduan gadget memiliki masalah emosional dan perilaku (Asif, A. R., & Rahmadi, F. A.,
2017).

2. Efektivitas Pembelajaran daring Pembelajaran daring yang dilaksanakan di Program Studi


Pendidikan Biologi X3C-UNINDRA dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-
19 menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang dapat diakses dengan jaringan internet.
Secara keseluruhan, mahasiswa puas dengan pembelajaran yang fleksibel. Dengan
pembelajaran daring, mahasiswa tidak terkendala waktu dan tempat dimana mereka dapat
mengikuti perkuliahan dari rumah masing-masing maupun dari tempat dimana saja.
Dengan pembelajaran daring, dosen memberikan perkuliahan melalui kelas-kelas virtual
yang dapat diakses dimana pun dan kapan pun tidak terikat ruang dan waktu. Kondisi ini
membuat mahasiswa dapat secara bebas memilih mata kuliah yang dikuti dan tugas mana
yang harus dikerjakan lebih dahulu. Penelitian Sun et al., (2008) menginformasikan bahwa
fleksibilitas waktu, metode pembelajaran, dan tempat dalam pembelajaran daring
berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran.
Ditemukan hasil penelitian yang unik dari penelitian ini yaitu mahasiswa merasa lebih
nyaman dalam mengemukakan gagasan dan pertanyaan dalam pembelajaran daring.
Mengikuti pembelajaran dari rumah membuat mereka tidak merasakan tekanan psikologis
dari teman sebaya yang biasa mereka alami ketika mengikuti pembelajaran tatap muka.
Ketidakhadiran dosen secara langsung atau fisik juga menyebabkan mahasiswa merasa tidak
canggung dalam mengutarakan gagasan. Ketiadaaan penghambat fisik serta batasan ruang
dan waktu menyebabkan peserta didik lebih nyaman dalam berkomunikasi (Sun et al., 2008).
Lebih lanjut, pembelajaran secara daring menghilangkan rasa cangung yang pada akhirnya
membuat mahasiswa menjadi berani berekpresi dalam bertanya dan mengutarakan ide secara
bebas.
Pembelajaran daring juga memiliki kelebihan mampu menumbuhkan kemandirian belajar
(self regulated learning). Penggunaan aplikasi on line mampu meningkatkan kemandiri
belajar (Oknisih, N., & Suyoto, S., 2019). Kuo et al., (2014) menyatakan bahwa
pembelajaran daring lebih bersifat berpusat pada siswa yang menyebabkan mereka mampu
memunculkan tanggung jawab dan otonomi dalam belajar (learning autuonomy). Belajar
secara daring menuntut mahasiswa mempersiapkan sendiri pembelajarannya, mengevaluasi,
mengatur dan secara simultan mempertahankan motiviasi dalam belajar (Sun, 2014; Aina,
M.,2016). Sobron, A. N., & Bayu, R. (2019) menyatakan bahwa pembelajaran daring dapat
meningkatkan minat peserta didik.
Pembelajaran daring memiliki tantangan khusus, lokasi mahasiswa dan dosen yang
terpisah saat melaksanakan menyebabkan dosen tidak dapat mengawasi secara langsung
kegiatan mahasiswa selama proses pembelajaran. Tidak ada jaminan bahwa mahasiswa
sunguh-sungguh dalam mendengarkan ulasan dari dosen. Szpunar, Moulton, & Schacter,
(2013) melaporkan dalam penelitiannya bahwa mahasiswa menghayal lebih sering pada
perkuliahan daring dibandingkan ketika kuliah tatap muka.
Oleh karena itu disarankan pembelajaran daring sebaiknya diselenggarakan dalam waktu
tidak lama mengingat mahasiswa sulit mempertahankan konsentrasinya apabila perkuliahan
daring dilaksanakan lebih dari satu jam (Khan.,2012). Hasil penelitian juga melaporkan
bahwa tidak sedikit mahasiwa yang kesulitan dalam memahami materi perkuliahan yang
diberikan secara daring.
Bahan ajar biasa disampaikan dalam bentuk bacaan yang tidak mudah dipahami secara
menyeluruh oleh mahasiswa (Sadikin, A., & Hakim, N., 2019). Mereka berasumsi bahwa
materi dan tugas tidak cukup karena perlu penjelasan secara langsung oleh dosen. Garrison &
Cleveland-Innes (2005) dan Swan (2002) melaporkan bahwa kelas yang dosennya sering
masuk dan memberikan penjelasan memberikan pembelajaran lebih baik dibandingkan kelas
yang dosennya jarang masuk kelas dan memberikan penjelasan.
3. Pembelajaran daring memutus mata rantai Penyebaran Covid-19 di Perguruan Tinggi Wabah
Covid-19 adalah jenis wabah yang tingkat penyebarannya sangat tinggi dan cepat. Wabah ini
menyerang sistem imun dan pernapasan manusia (Rothan & Byrareddy, 2020).
Pencegahan wabah ini dilakukan dengan menghindari interkasi langsung orang yang
terinfeksi dengan orang-orang yang beresiko terpapar virus corona ini (Caley, Philp, &
McCracken, 2008). Mengatur jarak dan kontak fisik yang berpeluang menyebarkan virus
disebut social distancing (Bell et al., 2006). Berbagai upaya untuk menekan mata rantai
penyebaran Covid-19 di lingkungan kampus, Universitas Jambi menerapkan aturan
pembelajaran daring.
Perkuliahan dilakukan menggunakan internet sehingga memudahkan dosen dan
mahasiswa berinterkasi secara on line. Dosen dapat membuat bahan ajar yang dapat diakses
oleh mahasiswa dimana saja dan kapan saja. Menurut Bell et al., (2017) pembelajaran daring
memungkin adanya interaksi melalui web walaupun mereka berada ditempat yang jauh dan
berbeda (Arzayeva, et al., 2015).
Keberadaan dosen dan mahasiswa yang berada ditempat yang berbeda selama
pembelajaran menghilangkan kontak fisik dan mampu mendorong muculnya perilaku social
distancing. Menurut Stein (2020) melakukan social distancing sebagai solusi yang baik untuk
mencegah penyebaran Covid-19. Pelaksanaan pembelajaran daring memungkinan mahasiswa
dan dosen melaksanakan perkuliahan dari rumah masing-masing. Mahasiswa dapat
mengakses materi perkuliahan dan mengirim tugas yang diberikan dosen tanpa harus
bertemu secara fisik di kampus.
Tindakan ini bisa mengurangi timbulnya kerumunan massa di kampus seperti yang
terjadi pada perkuliahan tatap muka. WHO (2020) merekomendasi bahwa menjaga jarak
dapat mencegah penularan Covid-19. Sayangnya, di daerah-daerah yang pelosok dan tidak
mempunyai akses internet yang baik pelaksanaan pembelajaran daring menunjukkan
kecenderungan yang berbeda. Dalam menyiasati kondisi ini, mahasiswa yang tinggal
didaerah yang sinyal internet lemah akan mencari wilayah-wilayah tertentu seperti
perbukitan dan wilayah kecamatan untuk dapat terjangkau oleh akses internet.

Dampak Covid-19 pada Proses Belajar di Sekolah

Proses pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan publik terbaik sebagai upaya
peningkatan pengetahuan dan skill.2 Selain itu banyak siswa menganggap bahwa sekolah adalah
kegiatan yang sangat menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat
meningkatkan keterampilan sosial dan kesadaran kelas sosial siswa. Sekolah secara keseluruhan
adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan
rasa kasih sayang diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan yang bernama sekolah berhenti
dengan tiba-tiba karena gangguan Covid-19. Sejauh mana dampaknya bagi proses Belajar di
sekolah? Khusus untuk Indonesia banyak bukti ketika sekolah sangat mempengaruhi
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Situasi Indonesia dengan negara-negara lain di belahan dunia mesti segera diatasi dengan
seksama. Dalam keadaan normal saja banyak ketimpangan yang terjadi antardaerah.
Kementerian Pendidikan di bawah kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim, mendengungkan
semangat peningkatan produktivitas bagi siswa untuk mengangkat peluang kerja ketika menjadi
lulusan sebuah sekolah.

Namun dengan hadirnya wabah Covid-19 yang sangat mendadak, maka dunia pendidikan
Indonesia perlu mengikuti alur yang sekiranya dapat menolong kondisi sekolah dalam keadaan
darurat. Sekolah perlu memaksakan diri menggunakan media daring. Namun penggunaan
teknologi bukan tidak ada masalah, banyak varians masalah yang menghambat terlaksananya
efektivitas pembelajaran dengan metode daring diantaranya adalah:
1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa Kondisi guru di Indonesia
tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, ini bisa dilihat dari guru-guru yang lahir tahun
sebelum 1980-an. Kendala teknologi informasi membatasi mereka dalam menggunakan media
daring. Begitu juga dengan siswa yang kondisinya hampir sama dengan guru-guru yang
dimaksud dengan pemahaman penggunaan teknologi.

2. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai Perangkat pendukung teknologi jelas mahal.
Banyak di daerah Indonesia yang guru pun masih dalam kondisi ekonominya yang
menghawatirkan. Kesejahteraan guru maupun murid yang membatasi mereka dari serba terbatas
dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan
musibah Covid-19 ini.

3. Akses Internet yang terbatas Jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di
pelosok negeri. Tidak semua lembaga pendidikan baik Sekolah dasar maupun sekolah menengah
dapat menikmati internet. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum mampu
mengkover media daring.

4. Kurang siapnya penyediaan Anggaran Biaya juga sesuatu yang menghambat karena, aspek
kesejahteraan guru dan murid masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota
internet untuk memenuhi kebutuhan media daring, maka jelas mereka tidak sanggup
membayarnya. Ada dilema dalam pemanfaatan media daring, ketika menteri pendidikan
memberikan semangat produktivitas harus melaju, namun disisi lain kecakapan dan kemampuan
finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang sama. Negara pun belum hadir secara
menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan biaya yang dimaksud.

Langkah Strategis dan Solusi bagi dunia Pendidikan Indonesia

Dalam penanganan dampak Covid-19 pada dunia pendidikan, seluruh steakholders harus
bahu membahu berbuat. Kondisi ini tidak boleh terlepas pandang dari kebijakan pemerintah dan
pelaksanaannya operasionalisasi di lapangan. Adapun hal-hal yang wajib dilakukan oleh semua
steakholders pendidikan adalah;
1. Pemerintah

Peran pemerintah sangat penting dan fundamental. Alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh
Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang refocussing kegiatan, relokasi anggaran, serta
pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 harus segera
dilaksanakan.

2. Orang Tua

Orang tua sebagai pendidik utama di rumah tangga harus menjalankan fungsinya. Meskipun
demikian tetap saja bantuan guru di sekolah perlu hadir door to door disemua peserta didik. Ini
harus membuka cakrawala dan tanggungjwab orang tua bahwa pendidikan anaknya harus
dikembalikan pada effort orang tua dalam mendidikan mental, sikap dan pengetahuan
anakanaknya.

3.Guru

Langkah pembelajaran daring harus seefektif mungkin. Guru bukan membebani murid dalam
tugas-tugas yang dihantarkan dalam belajar di rumah. Jika perlu guru hadir secara gagasan dalam
door to door peserta didik. Guru bukan hanya memposisikan sebagai pentransfer ilmu, tetapi
tetap saja mengutamakan ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
4. Sekolah

Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus bersiaga memfasilitasi perubahan


apapun menyangkut pendidikan siswanya. Pendidikan tingkah laku harus menjadi pijakan kuat
ditengah perkembangan teknologi dan arus percepatan informasi. Program-program pendidikan
yang dilakukan sekolah harus benar-benar disampaikan kepada murid, terlebih dengan media
daring tetap saja pihak sekolah harus benar-benar memperhatikan etika sebagai lembaga
pendidikan. Penekanan belajar dirumah kepada murid harus benar-benar mendapat kawalan agar
guru-guru yang mengajar melalui media garing tetap smooth dan cerdas dalam menyampaikan
pelajaran-pelajaran yang wajib dipahami oleh murid.
BAB III
PENUTUP

3. 1   KESIMPULAN
Desain pembelajaran jarak jauh dengan memandang pengajaran sebagai proses interaksi
antar pelaku pembelajaran. Interaksi yang dimediasi oleh teknologi ini perlu didesain dengan
matang dan diimplementasikan dengan berpatokan pada kebutuhan peserta didik. Selain apa
yang telah dibagi di sini, ruang-ruang inovasi masih sangat terbuka lebar dalam desain dan
implementasi pembelajaran jarak jauh. Demikian juga dengan ruang belajar untuk terus
memperbaiki pengajaran. Masih luasnya ruang inovasi dan belajar inilah yang memerdekakan
pendidik untuk terus mengamati, bertanya, mencoba, menemukan, dan berefleksi tentang
bagaimana bentuk pembelajaran jarak jauh yang paling sesuai dengan konteks peserta didiknya.

Dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan perguruan


tinggi, maka Prodi Pendidikan Biologi X3C-UNINDRA melaksanakan pembelajaran daring
sebagai solusi pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa memiliki
sarana dan prasarana untuk melaksanakan pembelajaran daring. Pembelajaran daring efektif
untuk mengatasi pembelajaran yang memungkinan dosen dan mahasiswa berinteraksi dalam
kelas virual yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Pembelajaran daring dapat membuat
mahasiswa belajar mandiri dan motivasinya meningkat. Namun, ada kelemahan pembelajaran
daring mahasiswa tidak terawasi dengan baik selama proses pembelajaran daring. Lemah sinyal
internet dan mahalnya biaya kuota menjadi tantangan tersendiri pembelajaran daring. Akan tetapi
pembelajaran daring dapat menekan penyebaran Covid-19 di perguruan tinggi.

3. 2   SARAN

Demikianlah yang dapat kami uraikan tentang isu-isu actual tentang penurunan kualitas
pendidikan yang terjadi di dunia pendidikan, kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin
mengetahui lebih dalam lagi tentang hal tersebut di atas untuk mencari referensi melalui berbagai
media yang tersedia.
3. 3   DAFTAR PUSTAKA

- Anggrawan, A. (2019). Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran
Online Menurut Gaya Belajar Mahasiswa. MATRIK: Jurnal Manajemen, Teknik Informatika Dan Rekayasa
Komputer, 18(2), 339-346. https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411
- Dedi Supriyadi. Guru di Indoensia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai