DISUSUN OLEH :
REGULER1 CLUSTER 1 VA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
2.2 Pemupukan........................................................................................................5
· Urea..............................................................................................................6
· SP36.............................................................................................................7
· KCL..............................................................................................................8
· DOLOMIT...................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................12
Prosedur percobaan...............................................................................................12
BAB IV........................................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan kedelai sebagai sumber pangan fungsional juga telah banyak dilakukan di banyak
negara. Di Indonesia, pemanfaatan kedelai dititikberatkan pada konsumsi tempe dan tahu, yang
berfungsi sebagai lauk dan merupakan bagian dari menu makan. Penelitian yang mengarah pada
kualitas nutrisi pangan dan sosialisasi pemanfaatan produk kedelai sangat penting yang
berdampak positif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Makalah ini menelaah
pentingnya kedelai sebagai pangan fungsional. bahan olahan asal kedelai Di negara-negara Asia,
termasuk Indonesia, kedelai digunakan terutama sebagai bahan pangan dan pakan ternak. Bahan
pangan dan minyak makan dari kedelai masing-masing menempati sekitar dua pertiga dan
sepertiga dari nilai ekonomi kedelai. Minyak kedelai merupakan minyak makan penting, secara
global menyumbang 25% minyak nabati (Thoenes 2006).
Sejak awal tahun 2000 minyak kedelai juga digunakan sebagai bahan bioenergi berupa minyak
diesel. Produk olahan kedelai sebagai bahan makanan berasal dari berbagai proses, termasuk
fermentasi, nonfermentasi, dan fortifikasi. Makanan fermentasi berupa tempe, kecap, tauco, miso,
natto, tahu, dan susu kedelai. Produk nonfermentasi antara lain kedelai segar, tahu, susu kedelai,
kembang tahu, burger, es krim, daging sintetik, bakon sintetik dan campuran kue dan roti. Bahan
fortifikasi berasal dari tepung kedelai yang kaya gizi (Burssens et al. 2011).
Kedelai merupakan komoditas terpenting karena kaya protein nabati yang diperlukan untuk
peningkatan gizi masyarakat. Protein nabati ini selain aman bagi kesehatan juga relatif murah
dibandingkan sumber protein hewani. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang setiap tahun
bertambah terus maka kebutuhan biji kedelai semakin meningkat untuk bahan baku industri
olahan pangan (tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco dan sebagainya)
Protein kedelai mengandung konsentrasi isoflavon yang tinggi, hingga 1 g/kg Isoflavon memiliki
banyak manfaat kesehatan, antara lain antiinflamasi (Kole 2011), berhubungan dengan
pengurangan kadar kolesterol dan gejala menopause, serta pengurangan risiko untuk beberapa
penyakit kronis, antara lain kanker, penyakit jantung, dan osteoporosis Penelitian menunjukkan
menunjukkan tempe mengandung isoflavon tinggi, terutama daidzein dan genistein sebagai
antioksidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep kesuburan tanah
Kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya ditentukan
oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman dan tidak selalu dapat
terpenuhi. Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya pergiliran tanaman dapat menyebabkan
terkurasnya unsur hara esensial dari dalam tanah pada saat panen dan kesuburan tanah akan
menurun secara terus menerus. Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi faktor utama yang
mempengaruhi produktivitas tanah, sehingga penambahan unsur hara dalam tanah melalui proses
pemupukan sangat penting dilakukan agar diperoleh produksi pertanian yang menguntungkan.
Evaluasi status kesuburan untuk menilai dan memantau kesuburan tanah sangat penting
dilakukan agar dapat mengetahui unsur hara yang menjadi kendala bagi tanaman.Penilaian
evaluasi status kesuburan tanah dapat dilakukan melalui pendekatan uji tanah dimana penilaian
dengan menggunakan metode ini relatif lebih akurat dan cepat.Pengukuran sifat-sifat kimia tanah
sebagai parameter kesuburan tanah kemudian ditetapkan dalam kriteria kesuburan tanah.
Pergeseran penggunaan lahan tersebut dipicu karena fungsi sawah sudah tidak optimal, misalnya
karena 144 Jurnal Buana – Vol-2 No-1 tahun 2018 telah terjadi degradasi mutu tanah atau
berkurangnya tingkat kesuburan tanah sehingga usaha tani tidak dapat berkembang dengan baik.
Tingkat kesuburan tanah sawah yang rendah umumnya ditandai dengan kandungan bahan
organik dan hara nitrogen yang rendah. Kesuburan tanah sawah perlu ditingkatkan yaitu dengan
pemberian bahan organik berupa kompos, pupuk kandang dan jerami padi, di samping itu bahan
organik berfungsi sebagai ameliorant yang dapat memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan
sumber hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2006).
PH merupakan reaksi tanah yang menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah. pH tanah
berperan penting dalam menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman.
Unsur hara pada umumnya dapat diserap dengan baik oleh tanaman pada pH netral.
Mikroorganisme tanah dan jamur dapat berkembang dengan baik pada pH di atas 5.5 jika kurang
maka akan terhambat aktivitasnya. pH tanah yang rendah akan menyebabkan tanaman tidak dapat
memanfaatkan N, P, K, dan zat hara lain yang dibutuhkan. pH yang rendah juga menyebabkan
tersedianya unsur beracun seperti alumunium yang selalu meracuni tanaman dan juga mengikat
fosfor sehingga tidak bisa diserap oleh tanaman (Hardjowigeno 2007).
pH tanah pada lokasi penelitian termasuk pada kategori agak masam yaitu berkisar 5.45-5.89.
Pada masing-masing perlakuan pH tanah mengalami peningkatan setelah dilakukan penanaman
kecuali pada plot kelas umur 2 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semakin tua umur
tanaman eucalyptus pH tanah semakin tinggi, hal ini berbeda dengan penelitian Supangat (2013)
Bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman, keadaan tanah dan pengelolaan
merupakan faktor penting yang akan menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang
diusahakan.Hal ini disebabkan karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai
gudang dan pensuplai unsur hara.Tanah berdasarkan ukuran partikelnya merupakan campuran
dari pasir, debu, dan liat. Makin halusnya partikel akan menghasilkan luas permukaan partikel
per satuan bobot yang makin luas. Dengan demikian, liat merupakan fraksi tanah yang
berpermukaan paling luas dibanding 2 fraksi lainnya.Pada permukaan partikel inilah terjadi
berbagai reaksi kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah
(Hanafiah, 2005).
2.2 Pemupukan
Lahan sawah maupun kering masih banyak kendala dalam memperbaiki pertumbuhan padi baik
dari segi unsur hara dalam tanah dan varietas padi yang digunakan. Salah satu cara memperbaiki
pertumbuhan padi dengan penggunaan pupuk yang tepat dan varietas unggul baru. Sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan teknologi pemupukan serta terjadinya perubahan status hara
di dalam tanah maka rekomendasi pemupukan yang telah ada perlu diteliti lagi dan
disempurnakan (Kasniari dan Supadma, 2007).
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik
pada tanaman padi dengan mengkombinasikan penggunaan pupuk organik 10 ton/ha dan pupuk
anorganik (200kg Urea/ha + 100kg SP36/ha + 100kg KCl/ha) mampu meningkatkan efektivitas
agronomi tanaman padi jika dibandingkan hanya menggunakan pupuk anorganik. (Rohcmah dan
Sugiyanta 2010)
Manfaat pemberian pupuk organik adalah dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan bahan
serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat
makanan bagi tanaman. Sedangkan, pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan, yaitu pada cabang, batang, dan daun serta berperan penting dalam
pembentukan hijau daun. Untuk itu, pemupukan bertujuan intuk menggantikan unsur hara yang
hilang dan dapat menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
meningkatkan produksi dan mutu tanaman (Dewanto et al., 2013).
Secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu: 1. Pupuk an-
organik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk K). 2. Pupuk organik
seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau (Lingga & Marsono, 2013).
Penambahan unsur hara kedalam tanah untuk meningkatkan produksi tanaman yang dapat
dilakukan dengan cara pemupukan. Pemupukan dapat 7 dilakukan dengan pemakaian pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pada pemberian pupuk organik bertujuan untuk menjaga
ekosistem pertanian terutama mencegah terjadinya degradasi lahan dan dapat memperbaiki
kesuburan tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu
juga dapat meningkatkan kebutuhan unsur hara serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pemupukan dengan pupuk organik akan meningkatkan kehidupan organisme dalam tanah
karena memanfaatkan bahan organik sebagai nutrisi yang dibutuhkan organisme tersebut.
Sedangkan, pada pemberian pupuk anorganik dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara yang diserap tanaman, yang dapat disebut dengan pupuk NPK majemuk. Dimana pupuk
NPK majemuk ini merupakan pupuk campuran yang paling tidak memiliki dua macam unsur
hara tanaman dan dapat dikelompokkan menjadi hara makro maupun mikro seperti N, P, dan K
(Haryadi et al., 2015).
Urea
Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi sebesar 45% - 56%
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur nitrogen di dalam
pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat
lainnya antara lain pupuk urea membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen
juga membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya
zat hijau daun yang berlimpah, tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea
juga mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Serta,
pupuk urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam tanaman (Fajrin, 2016).
Pupuk ini termasuk salah salah satu jenis pupuk higroskopis sehingga lebih mudah menguap di
udara. Bahkan pada kelembaban 73%, urea sudah dapat menarik uap air dari udara sehingga
mudah larut dalam air serta mudah diserap oleh tanaman. Untuk dapat diserap oleh tanaman,
nitrogen dalam urea harus dikonversi terlebih dahulu menjadi ammonium (N-NH4 + ) dengan
bantuan enzim urease melalui proses hidrolisis. Namun bila diberikan ke tanah, proses hidrolisis
tersebut akan cepat sekali terjadi sehingga mudah menguap sebagai ammonia. Pemberian urea
dengan disebar akan cepat terhidrolisis (dalam 2-4 hari) dan ini rentan terhadap kehilangan
melalui volatilisasi (Nainggolan, 2010).
Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat penting bagi tanaman, jika kekurangan nitrogen
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Nitrogen juga merupakan salah satu
unsur pupuk yang diperlukan dalam jumlah paling banyak, namun keberadaannya dalam tanah
sangat mudah berpindah dan mudah hilang dari tanah melalui pencucian maupun penguapan.
Jumlah nitrogen dalam tanah bervariasi, sekitar 0.02% sampai 2.5% dalam lapisan bawah dan
0.06% sampai 0.5% pada lapisan atas (Darmono et al., 2009).
SP36
Peningkatan produksi jagung manis dapat dilakukan dengan pemberian pengapuran dan
pupuk fosfat. Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi
asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH tanah sehingga karenanya
unsurunsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan
organisme dalam tanah lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni
tanaman. (Rosmarkam dan Yuwono, 200)
P merupakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang
tercukupi kebutuhan fosfatnya mendorong pembentukan bunga lebih banyak dan pembentukan
biji lebih sempurna, oleh karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara penyebaran P
oleh akar dan P yang dibutuhkan. Fosfor yang dihisap oleh akar kemudian disebarkan kedaun,
batang, tangkai dan biji. Nazariah (2010)
Fosfor (P) yang tersedia dalam jumlah cukup akan meningkatkan perkembangan perakaran.
Peranan di dalam metabolisme tanaman, P memegang peranan langsung sebagai pembawa
energi. Fungsi ini dapat terjadi oleh adanya ikatan organik yang melalui proses hidrolisis dapat
menghasilkan energi. Senyawa P yang berenergi tinggi dan mempunyai potensi dan
melepaskan energi untuk proses metabolisme di dalam tanaman disebut adenosine trifosfat
(Lakitan, 2005).
KCL
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berbagai dosis KCl hanya memperlihatkan
pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 mst dan hasil tanaman
jagung. Secara umum, kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman.
Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan tanaman sehingga
akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu unsur K sangat mempengaruhi laju
pemanjangan batang terutama pada jaringan yang aktif membelah pada bagian ujung tanaman
(jaringan meristem).
Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl 75 kg/ha menghasilkan tanaman
tertinggi pada 4 mst (91,82 cm) dan berbeda nyata dengan dosis 0 dan 100 kg/ha. Sedangkan
pada 6 dan 8 mst, dosis pupuk KCl 75 kg/ha juga menghasilkan tanaman tertinggi (182,28 cm
dan 199,46 cm) dan berbeda sangat nyata dengan dosis 0 kg/ ha. Hal ini diduga bahwa pada awal
pertumbuhan tanaman jagung, kalium sangat berperan terutama dalam jaringan yang aktif
melakukan pembelahan (jaringan meristem) pada bagian ujung. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Tisdale dan Nelson (1975), dalam Djalil (2003), bahwa unsur kalium lebih berperan
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pada bagian yang sedang aktif bertumbuh
yaitu pada bagian meristem ujung (pucuk) dan terdapatnya juga dalam jumlah yang lebih banyak
pada jaringan tersebut dibandingkan dengan bagian yang lebih tua.
Sutedjo (2010), menyatakan unsur hara yang diberikan ke tanaman dalam keadaan cukup
dan sesuai akan mendukung lajunya fotosintesis tanaman dan fotosintat yang dihasilkan
ditranlokasikan ke organ tanaman lainnya sehingga dapat mendukung pembentukan sel-sel pada
organ tanaman lainnya dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman.
DOLOMIT
Dolomit berpengaruh nyata terhadap berat biji pertanaman. Kapur sebagai bahan penyedia
kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca. Kalsium penting dalam mencegah kemasaman
pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan, mempercepat
pembelahan sel-sel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, polong dan
ginofor pada tanaman. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun
mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada
daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif
menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi
lebih tinggi (Wijaya, 2011).
Dolomit merupakan pupuk yang berasal dari endapan mineral sekunder yang banyak
mengandung unsur Ca dan Mg dengan rumus kimia CaMg (CO3)2 (Kartono, 2010).
Secara umum uji tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia di laboratorium yang
sederhana, cepat, murah, tepat, dan dapat diulang (reproduceable) untuk menduga ketersediaan
hara dalam tanah. Dalam arti yang luas, uji tanah menyangkut aspek-aspek interpretasi, evaluasi
dan penyusunan rekomendasi pupuk dari hasil uji tanah serta pengambilan contoh tanah
Uji tanah mulai berkembang sejak manusia tertarik untuk menjawab pertanyaan bagaimana
tanaman tumbuh. Pencarian ilmu tentang “prinsip pertumbuhan tanaman” telah dimulai sejak
lama dan hal ini memacu perkembangan ilmu kimia. Kajian Walsh and Beaton pada tahun 1973
menunjukkan bahwa pada tahun 1840 Liebig seorang ahli kimia tanah yang merupakan perintis
dalam bidang soil testing (uji tanah). Seperti pada bidang-bidang pertanian lainnya, keberadaan
program uji tanah menimbulkan pro dan kontra. Pada masa Liebig tahun 1840 sampai awal tahun
1920-an, kemajuan uji tanah sangat kecil, walaupun Dyer sekitar tahun 1894, Hilgard pada tahun
1911 demikian juga Burd pada tahun 1918, telah menyumbangkan kontribusi yang nyata untuk
kimia tanah. Dimulai pada akhir tahun 1920-an hingga awal 1930 barulah perkembangan uji
tanah tampak nyata dengan adanya kontribusi dari Bray tahun 1929, Hester tahun 1934, Morgan
tahun 1932, Spurway tahun 1933, dan Truog tahun 1930 yang telah menemukan teknik analisis
kimia tanah.
Pupuk merupakan zat atau unsur hara yang diberikan baik melalui daun maupun tanah dengan
tujuan untuk menambah hara bagi pertumbuhan tanaman dan dapat berupa berupa pupuk organik
maupun pupuk anorganik. Hara tanaman umumnya sering menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman selain air dan kondisi agroklimat. Oleh karenanya petani sering
menambahkanpupuk dengan tujuan untuk menambah hara bagi tanaman.
Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dalam mendukung proses metabolisme
tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang merupakan bagian integral penyusun
klorofil sehingga bertanggung jawab terhadap proses fotosintesa (Munawar, 2011). Apabila
tanaman memiliki kecukupan hara N, maka dapat ditandai dengan berjalannya proses
fotosintesa, warna daun lebih hijau dan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik.
BAB III
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mengambil tanah ,penggaris dan
alat tulis lainnya.
Prosedur percobaan
Melakukan persiapan media tanam yaitu topsoil , polybag , dan benih kacang kedelai
Melakukan penanaman benih kacang kedelai
Melakukan pengamatan parameter pada minggu pertama
Melakukan pemberian pupuk pada tanaman pada minggu ke 2
Melakukan pengamatan parameter pada minggu ke 3 yaitu pengamatan jumlah daunnya
tinggi tanaman dan dampak yang terjadi pada tanaman
Melakukan pengamatan parameter dan pengambilan data pada minggu ke 4 dengan
mengetahui jumlah daun tinggi tanaman
Melakukan pengamatan pada minggu ke 5 dengan melihat pertumbuhan tinggi dan jumlah
helaian daun dan jumlah bunga dan polong
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Kontrol 20 cm 6 - - -
2 Lengkap 20 cm 4 - - -
3 -N (Putri) 26 cm 9 - - -
4 -P (Pipah) 27 cm 9 - - -
5 -K 13 cm 1 - - -
6 -P (Candra) 28 cm 6 - - -
7 -Mg 50 cm 16 - 3 -
8 -N (Diki) 29 cm 5 - - -
9 -Ca 27 cm 4 - - -
10 -PK 19 cm 5 - - -
11 -Camg 26 cm 21 - - -
12
1 Kontrol 29 cm 9 - - -
2 Lengkap 29 cm 7 - - -
3 -N (Putri) 32 cm 13 - - -
4 -P (Pipah) 32 cm 14 - - -
5 -K 20 cm 2 - - -
6 -P (Candra) 35 cm 9 - - -
7 -Mg 56 cm 19 - 5 -
8 -N (Diki) 34 cm 7 - - -
9 -Ca 32 cm 6 - - -
10 -PK 23 cm 5 - 3 -
11 -Camg 31 cm 27 - - -
12
1 Kontrol 36 cm 15 2 - -
2 Lengkap 38 cm 15 1 - -
3 -N (Putri) 37 cm 15 - - -
4 -P (Pipah) 35 cm 17 - - -
5 -K 28 cm 3 - - -
6 -P (Candra) 39 cm 14 - - -
7 -Mg 65 cm 29 - 8 -
8 -N (Diki) 38 cm 13 - - -
9 -Ca 35 cm 12 - - -
10 -PK 26 cm 8 - 3 -
11 -Camg 36 cm 39 3 - -
12
1 Kontrol 42 cm 21 5 - 2
2 Lengkap 42 cm 18 6 - 3
3 -N (Putri) 41 cm 19 2 - -
4 -P (Pipah) 43 cm 21 2 - -
5 -K 36 cm 11 1 - -
6 -P (Candra) 43 cm 17 3 - -
7 -Mg 74 cm 40 5 11 3
8 -N (Diki) 41 cm 18 - - -
9 -Ca 40 cm 16 4 - -
10 -PK 28 cm 11 - 4 -
11 -Camg 41 cm 48 11 - -
12
1 Kontrol 47 cm 26 9 - 6
2 Lengkap 48 cm 29 7 - 9
3 -N (Putri) 47 cm 26 6 - -
4 -P (Pipah) 49 cm 27 5 - -
5 -K 36 cm 14 1 - 1
6 -P (Candra) 45 cm 24 - - 2
7 -Mg 81 cm 54 8 13 7
8 -N (Diki) 47 cm 23 - - 2
9 -Ca 45 cm 21 - - 4
10 -PK 30 cm 11 - 4 -
11 -Camg 48 cm 54 3 - 12
12
Pembahasan
Hasil pengamatan pemberian unsur hara makro terhadap pertumbuhan vegetif tanaman kedelai
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumblah daun hingga sampai tumbuhnya buliran polong.
Tampak jelas kita lihat bahwa pertumbuhan tanaman kacang kedelai yg diberi pupuk –mg pada
pengamatan ke- 1 bahwa tinggi tanaman yang diperoleh dari tanaman yang diberi unsur hara
berjenis –mg tinggi tanaman 50 cm sedangkan helaian daun adalah 16 helaian, selain dari pada
itu pengamatan ke- 1 pada tanaman yg diberi perlakuan pupuk -camg memiliki jumblah helaian
daun 21 helaian.
Dalam data hasil diatas saya akan bahas perlakuan yang menurut saya hasil yang terbaik,
seperti data perlakuan (-camg) disitu saya lihat pertumbuhan dengan perlakuan –Camg dari
pengamatan pertama hingga pengamatan terakhir pertumbuhan sangat optimal.dari mulai tinggi
tanaman nya dan jumlah cabang produktifnya. Semakin banyak cabang produktif semakin
banyak polong.
Kesimpulan
Tujuan dari pemupukan adalah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yaang tidak
sesuai didalam tanah sehingga produksi yang dihasilkan pada tanaman budidaya memiliki
produktifitas yang tinggi. Tanaman kacang kedelai yang kita budidayakan memiliki perlakuan
yang berbeda sehingga kita dapat mengamati bahwa masing masing perlakuan memiliki hasil
pengamatan yang berbeda, sehingga kita mampu mengetahui respon pertumbuhan tanaman
Thoenes, T. 2006. Background paper for the competitive commercial agriculture in sub-Saharan Africa
(CCAA) study. Soybean: International Commodity Profile. Food and Agriculture Organization of
the United Nations.
Kartono, R.2010. Katalog Produk Pupuk Dolomid A100 lulus 96%. Sumatra Utara.
Perkasa, Jakarta.
Lingga, Pinus dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudaryanto, T., dan D. K.S Swastika. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Kedelai
Burssens, S., I. Pertry, D.D. Ngudi, Y. Kuo, M.V. Montagu and F. Lambein. 2011. Soya, Human Nutrition
and Health. pp.157-180. Hany A. El-Shemy (ed.). In Soybean and Nutrition. InTech. Croatia.
Hanafiah, Kemas Ali. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Setyorini, D., R. Saraswati, dan E. K. Anwar. 2006. Kompos. Dalam Agus, F., R. D. M. Simanungkalit, D. A.
Suriadikarta, R. Saraswati dan W. Hartati (ed.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. BBLPSLP. Bogor
Rimbach, G., C.B. Saadatmandi, J. Frank, D. Fuchs, U. Wenzel, H. Daniel, W.L. Hall and P.D. Weinberg.
2008. Dietary isoflavones in the prevention of cardiovascular disease-A molecular prespective.
Food and Chem. Toxicol. 46:1308-1319.
Rohcmah, H. F. dan Sugiyanta. 2010. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan
Hortikultura IPB.