Anda di halaman 1dari 4

1) Tanggung jawab dalam perencanaan dan persiapan

Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, salah satu syaratnya terlebih dahulu guru harus
mendesain pembelajaran yang dilandasi oleh berbagai pengetahuan dan pengalamannya baik
terkait dengan kebutuhan perkembangan peserta didik, materi yang harus dipelajari peserta didik,
tujuan yang harus dicapai, sumber daya pendukung ketercapaian tujuan, dan cara-cara menilai
belajar peserta didik. Dalam mendesain perencanaan pembelajaran, sebagaimana fungsi
perencanaan mensyaratkan guru untuk membuat keputusan, di antaranya tentang: kebutuhan
peserta didik; menetapkan tujuan dan sasaran yang paling tepat untuk membantu memenuhi
kebutuhan peserta didik tersebut; rnenentukan konten atau materi yang akan dipelajari peserta
didik; menetapkan pendekatan, strategi atau model, metode, dan teknik yang paling sesuai, baik
dengan kebutuhan perkernbangan peserta didik, tujuan, dan materi; menentukan surtherdaya
yangdapat memotivasi ketercapaian tujuan; menetapkan penilaian yang dapat mendeskripsikan
perubahan perilaku peserta didik.

2) Tanggung jawab dalam mengelola lingkungan belajar

Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, salah satu syaratnya, guru harus rnenciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk lajar. Tanggung jawab guru dalam
mengelola kelas, mencakup: manajemen fisik kelas, menciptakan lingkungan yang peduli dan
menciptakan hubungan ang harmonis antara guru dengan peserta didik, membangun budaya
belajar, mengelola prosedur aktivitas kelas, dan mengelola perilaku peserta didik. epatnya guru
harus menciptakan lingkungan yang ramah terhadap berbagai ntingan peserta didiknya.

3) Tanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran

tanggung jawab melaksanakan pembelajaran merupakan inti dari semua nggung jawab guru.
Pembelajaran yang diciptakan oleh guru, harus mampu elibatkan peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif dalam belajar, menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memberikan fleksibilitas dan intennsif terhadap kebutuhan perkembangan,, minat, kemampuan,
latar belakang budaya, dan berbagai keunikan setiap peserta clidik, serta mernberikan um secara
berkelanjutan kepada peserta diclik. Menggunakan berbagai per strategi, model, metode, dan
teknik yang kondusif, yang ditunjukkar berbagai ketemmpilan mengajar.
4) Tanggung jawab professional

Tanggung jawab protesional, seorang guru bertanggung jawab utamanya adalah terhadap
keberhasilan belajar peserta didiknya. Di samping itu, sebagai seorang yang profesional guru
mempunyai tanggung jawab atas hasil kinerjanya, kepada Yang Maha Kuasa, pemerintah,
lembaga internal, masyarakat, dan kepada orang tua peserta didik, bahkan bertanggung jawab
pula terhadap peserta didik itu sendiri.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai guru, menurut McGuey & Moore
(2016), guru abad ke 21 harus mampu menginspirasi peserta didiknya sehari-hari. Menurutnya
rumus dari guru inspiratif, yaitu: menerapkan prinsip pemodelan; mendemonstrasikan rasa
hormat; mendengarkan dengan sungguh- sungguh; dan membangun hubungan yang interaktif.

Setiap guru yang profesional idealnya bekerja secara profesionalisme. Profesionalisme


ditandai oleh dua pilar penyangga utama, yaitu layanan ahli yang aman yang menjamin
kemaslahatan bagi peserta didik, serta pengakuan dan penghargaan dari masyarakat. Pilar yang
pertama, yaitu layanan ahli, harus mampu ditunjukkan secara meyakinkan dengan berpegang
pada kode etik profesi, sehingga masyarakat merasa aman menerima layanan tersebut. Di pihak
lain, pengakuan dan penghargaan masyarakat terhadap layanan ahli yang diberikan akan
memperkokoh kehandalan profesi tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan timbal balik
antara kehandalan layanan dengan pengakuan dan penghargaan masyarakat. Makin handal
layanan ahli yang diberikan dan makin tinggi rasa aman yang dirasakan penerima layanan, makin
tinggi pula penghargaan dan pengakuan dari masyarakat terhadap profesi guru.

Seorang guru yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa akan mendorong dirinya
untuk mewujudkan kinerjanya secara profesional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yang
ditampilkan dari seorang guru yang memiliki jiwa profesionalisme, di antaranya: (1) selalu
memiliki keinginan untuk menampilkan perilaku dalam kinerjanya secara ideal, yang artinYa
merujuk pada standar yang telah ditetapkan; (2) selalu berkeinginan untuk meningkatkan dan
memelihara itnej profesionalnya dalam berbagai cara, seperti melalui penampilan dalam
berpakaian, cara berkomunikasi, penampilan sikap tubuh, life style sehari-hari, dan cara bersikap
pada orang lain; (3) selalu berkeinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan dalam
pengembangan profesionalnya yang dapat meningkatkan dan memperbarui kualitas, baik terkait
pengetahuan dan keterampilan maupun afektifnya; (4) selalu berusaha untuk men jadi
berkualitas, sehingga dapat merasa bangga dan percaya diri dengan profesinya.

Dengan mengacu kepada ciri-ciri guru profesional yang digambarkan di atas, maka dapat
dipahami bahwa seorang guru yang profesional bukanlah seorang teknisi atau seorang tukang
yang hanya menunggu perintah dari mandomya atau bukan hanya menjadi guru biasa saja.
Seorang guru yang profesional seyogianya mampu mengambil keputusan serta membuat rencana
yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik, situasi, wawasannya sendiri, nilai, serta
komitmennya. Dengan perkataan lain, seorang guru yang profesional harus mampu mengambil
keputusan situasional dan transaksional. Keputusan situasional yang diambil oleh guru ketika
merencanakan pembelajaran, sedangkan keputusan transaksional diambil oleh guru ketika
seciang melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru yang profesional
tidak akan pernah menganggap bahwa rencana pembelajaran yang disusunnya dapat digunakan
seuntur hidup. la selalu harus mampu membaca situasi (seperti karakteristik peserta didik, ruang,
waktu, sarana/fasilitas, perkembangan dalam dunia pembelajaran) dan kemudian menyesuaikan
rencananya dengan situasi yang akan dihadapi. Guru harus mampu memutuskan sumber dan
media belajar apa yang akan digunakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan sesuai pula
dengan karakteristik perkembangan peserta didik, dennikian pula strategi pembelajaran serta
evaluasi yang akan diterapkannya.

Ketika pembelajaran atau transaksi sedang berlangsung, kembali guru harus mampu rnembaca
situasi dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, agar pembelajaran selalu
kondusif dalam menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Selain itu,
yang sangat penting dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran adalah memberikan respons
yang paling positif pada setiap peserta didik, seperti melalui senyuman, pelukan, hak istimewa,
stiker reward. Peserta didik yang mendapatkan respons positif dari gurunya akan memiliki
keinginan untuk belajar, menjelajahi informasi baru, dan tantangan akademis baru.

Selanjutnya, setelah pembelajaran berlangsung, guru harus mampu melakukan refleksi/analisis


terhadap apa yang telah terjadi di dalam kelas dan apa yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
Akhirnya, guru harus mampu memana f atkan hasil refleksi/analisis ini untuk memperbaiki
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran herikutnya. Melalui proses refleksi secara
Berkelanjulan baik berkenaan dengan apa yang sudah tepat dilakukan maupu, apa yang masih
harus cliperhaiki dalam merencanakan maupun dalarn melaksanakan pembelajaran, maka guru
akan mampu mernherikan layanan pendidikan yang berkualitas tinggi bagi peserta didiknya.

Gambaran singkat tentang guru profesional ahad ke-21 yang dikernukakan di atas, tampaknya
tepat dikatakan sebagai guru yang terpuji, guru yang marnpu memberikan inspirasi bagi peserta
didiknya. Artinya guru yang profesional, bukan hanya sebagai guru biasa, tetapi guru yang
mampu menjadi pelita dalam kegelapan, dan bagaikan laksana embun penyejuk dalam kehausan
untuk belajar bagi peserta didiknya. Andrews, dkk. (Sale, 2015) mengemukakan guru abad ke-21
harus menjadi guru excellent (yang sangat baik), yaitu guru yang selalu mempunyai keinginan
memfasilitasi tcrciptanya pembelajaran dengan pendekatan bermakna secara mendalam untuk
belajar lebih dari hanya (permukaan) pendekatan bereproduksi. Selain itu, mereka cenderung
untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang kongruen dengan pendekatan yang mereka sukai
dan memiliki nilai-nilai dan keyakinan, dan memi I iki karakteristik (misalnya, kejujuran,
integritas, keaslian dan menghormati diri sendiri, peserta didik, material dan proses
pernbelajaran) yang dianggap mendasar untuk pendekatan bermakna dalam mengajar.

Melengkapi paparan di atas, menurut McGuey & Moore (2016), guru abad ke-21 harus mampu
menginspirasi peserta clicliknya sehari-had. Menurutnya rumus dari guru inspiratif, yaitu:
menerapkan prinsip pernodelan; mendemonstrasi kan rasa hormat; mendengarkan dengan
sungguh-sungguh; dan membangun hubungan yang interaktif. Faktor yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan peserta didik adalah sejauh mana guru menghargai mereka. Kunci
untuk menjadi sosok guru abadke-21 di antaranya mampu menciptakan interaksi yang bermakna
dengan peserta didik. Guru inspiratif memandang mengajar sebagai profesi, bukan pekerjaan.
Guru inspiratif, akan tetap mewujudkan misinya dan memastikan bahwa perilaku mereka sesuai
dengan misinya dengan mengikuti proses untuk mewujudkan menjadi guru inspiratif, guru dapat
membentuk budaya pemberdayaan di mana peserta didik merasa dihargai dan dihormati. Guru
akan menginspirasi dan menantang peserta didiknya untuk mencapai dan melampaui harapan
mereka sendiri. Guru inspiratif akan membuat pendi karierdikannya seumur hidup, dari waktu ke
waktu, dan akan membuat perbedaan yang luarbiasa dalam kehidupan peserta didiknya.

Anda mungkin juga menyukai