Anda di halaman 1dari 8

________________________________________________________________________________________________________________________

Kajian Terkini CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19)


Chicy Widya Morfi1, Ahmad Junaidi1, Elsesmita1, Diana Nur Asrini1, Freidlander
Pangestu2, Dya Mulya Lestari2, Irvan Medison1, Russilawati1, Fauzar3, Roza Kurniati3,
Finny Fitry Yani2
1 Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M.Djamil Padang
2
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang
3
Bagian Kedokteran Internal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang/RSUP Dr. M. Djamil Padang

A B S T R A C T
Abstrak Apa yang sudah diketahui tentang topik ini?
Wabah COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang
disebabkan oleh coronavirus strain yang baru dikenal, yaitu • COVID-19 merupakan pneumonia viral yang
SARS-CoV-2, sampai dengan tanggal 3 Maret 2020, dilaporkan
disebabkan oleh corona virus yang bermutasi,
90.870 kasus konfirmasi di 72 negara (termasuk Indonesia)
dimulai dari daerah Wuhan China sejak Desember
dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%). Spesimen swab saluran
napas atas dan bawah dari pasien terduga diperlukan untuk 2019.
pemeriksaan dengan metode RT-PCR metode mikrobiologi • Wabah COVID-19 sudah menyebar hingga ke 72
untuk menegakkan COVID-19. Belum ada antiviral spesifik negara, dan data ini diperkirakan akan selalu
untuk tatalaksana COVID-19. Pada tanggal 30 Januari 2020
bertambah.
WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC), namun
penambahan jumlah kasus berlangsung cukup cepat sehingga
pada 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 Apa yang ditambahkan pada studi ini?
sebagai pandemi.
Kata kunci: COVID-19 • Kajian ini membahas detail tentang COVID-19
meliputi manifestasi klinis, diagnosis,
Abstract penatalaksanaan dan alur manajemen kasus di
The COVID-19 outbreak in Wuhan, Hubei Province, China, rumah sakit.
caused by a newly known coronavirus strain, SARS-CoV-2, up to
March 3th, 2020, has caused 90.870 confirmed cases to be
reported from 72 countries (including Indonesia) with 3.112 CORRESPONDING AUTHOR
deaths (CFR 3,4%). Upper airway swab and lower airway Phone: +6281231960896
aspirate specimens from suspected patients are required for E-mail: chicy.widya22@gmail.com
examination by the RT-PCR microbiological method for
establishing COVID-19. There are no specific antivirals for the ARTICLE INFORMATION
management of COVID-19. On January, 30th, 2020 WHO has Received: March 9th, 2020
established Covid-19 as the Public Health Emergency of Revised: March 19th, 2020
International Concern (PHEIC), but the increase in the number Available online: March 20th, 2020
of cases is fast enough so that on March,11th 2020, WHO has
established Covid-19 as a pandemic.
Keyword: COVID-19

Pendahuluan terinfeksi COVID-19 adalah rute penularan utama.


Secara global telah dilaporkan 90.870 kasus Kita harus mementingkan pencegahan, diagnosis,
konfirmasi COVID-19 di 72 negara dengan 3.112 dan pengobatan pada pasien tersebut. Orang-
kematian sampai dengan 3 Maret 2020, termasuk orang dari segala usia rentan terhadap infeksi
Indonesia. Kontak yang erat dengan pasien yang COVID-19, terutama mereka pada kategori rentan

http://jikesi.fk.unand.ac.id 1
CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

serperti anak, usia lanjut ataupun mereka dengan ular, dan mamalia lainnya.7
kondisi imunitas rendah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk megetahui penyebab, diagnosis, Pemeriksaan Fisik
tatalaksana, serta pencegahan terhadap COVID- Kesadaran pasien dalam tahap awal bisa
19.1,2,3 dalam keadaan composmentis, penurunan
Penelitian ini berupa artikel review dari press- kesadaran biasanya terjadi pada pasien COVID-19
release WHO, jurnal dan artikel kesehatan dari berat. Tanda vital pasien umumnya terjadi
sumber kredibel yang membahas tentang COVID- peningkatan frekuensi nadi, napas, dan suhu.
19 (sebelumnya 2019-nCoV Pneumonia). Rentang Tekanan darah bisa dalam batas normal atau bisa
waktu informasi yang digunakan adalah dari 31 menurun. Pemeriksaan fisik torak didapati
Desember 2019 hingga Maret 2020. retraksi otot pernapasan, fremitus meningkat,
redup pada bagian konsolidasi, suara napas
Etiologi bronkovesikuler atau bronkial, atau ronki kasar.7
Corona virus merupakan virus zoonotik, RNA
virus, bersirkulasi di hewan, seperti unta, kucing, Diagnostik
dan kelelawar. Hewan dengan coronavirus dapat 1. Kimia darah: darah perifer lengkap, analisa
berkembang dan menginfeksi manusia seperti gas darah, faal hepar, faal ginjal, gulas darah
pada kasus MERS dan SARS seperti kasus sewaktu, elektrolit, faal hemostasis.
outbreak saat ini.4,6,9,15 2. Radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG
Epidemi dua betacoronavirus SARS dan MERS toraks bisa didapati gambaran pneumonia.
sekitar 10.000 kasus; tingkat kematian 10 % 3. Mikrobiologi: Swab saluran napas atas,
untuk SARS dan 37% untuk MERS. Studi saat ini aspirat saluran napas bawah (sputum,
telah mengungkapkan bahwa COVID-19 mungkin kurasan bronkoalveolar) untuk RT-PCR
berasal dari hewan liar, tetapi asal pastinya masih virus.
belum jelas.4,6,9,15 4. Biakan mikroorganisme dan uji sensitivitas
dari spesimen saluran napas, dan darah.7

Pengobatan
Pengobatan definitif untuk COVID-19 sampai
saat ini belum ada. Akan tetapi sudah dilakukan
studi klinis tahap II di China menggunakan
antiviral Remdesivir, yang digunakan untuk terapi
Ebola. Sementara di Jepang dikembangkan studi
klinis menggunakan ARV (antiretroviral) yang
biasa digunakan untuk terapi HIV.1
Terapi yang dapat dfigunakan pada kasus
2
COVID-19 berupa terapi simptomatik sesuai gejala
Gambar 1. Morfologi coronavirus
(sumber: draeger.com)
dan pencegahan komplikasi, seperti terapi
suportif, berupa terapi oksigen, terapi cairan,
Manifestasi Klinis antibiotik untuk kemungkinan infeksi sekunder,
Anamnnesis serta pengobatan sesuai komorbid.1
Pasien dapat datang dengan keluhan infeksi
saluran napas, mulai dari ringan hingga berat Kriteria Diagnostik Kasus COVID-19
seperti demam, batuk, atau sesak napas hingga Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
kesulitan bernapas. Adanya riwayat bepergian ke 1. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan
dan atau dari Wuhan/China dalam 14 hari Akut (ISPA) yaitu demam (≥38˚C) atau riwayat
terakhir, atau kontak erat dengan pasien COVID- demam disertai salah satu gejala/tanda
19, atau berkunjung ke tempat yang diketahui penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak
merawat pasien COVID-19, atau kontak dengan nafas/ sakit tenggorok/ pilek/ pneumonia
hewan/produk hewan seperti unggas, mamalia, ringan hingga berat (Perlu waspada pada

2 Chicy Widya Morfi


CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

pasien immunocompromised karena gejala dan Kontak Erat


tanda menjadi tidak jelas) Seseorang yang melakukan kontak fisik atau
DAN berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam
tidak ada penyebab lain berdasarkan radius 1 meter dengan kasus pasien dalam
gambaran klinis yang meyakinkan pengawasan, probabel atau konfirmasi) dalam 2
DAN hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, hari setelah kasus timbul gejala. Termasuk kontak
memenuhi salah satu kriteria berikut: erat adalah petugas kesehatan yang memeriksa,
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di merawat, mengantar dan membersihkan ruangan
luar negeri yang melaporkan transmisi di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan
lokal; APD sesuai standar, orang yang berada dalam satu
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di ruangan yang sama dengan kasus, orang yang
area transmisi lokal di Indonesia (negara bepergian bersama (radius 1 meter) dengan
dan area transmisi lokal menurut WHO segala jenis alat angkut dalam 2 hari sebelum
dapat dilihat melalui situs kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus
http://infeksiemerging.kemkes.go.id) 1 timbul gejala.1
2. Seseorang dengan demam (≥38˚C) atau
riwayat demam atau ISPA dan pada 14 hari Manifestasi klinis infeksi COVID-19
terakhir sebelum timbul gejala memiliki 1. Uncomplicated illness yaitu pasien dengan
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri
probabel COVID-191 tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit
3. Seseorang dengan ISPA berat/pneumonia kepala, nyeri otot. Perlu waspada pada usia
berat di area transmisi lokal di Indonesia yang lanjut dan imunocompromised karena gejala
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan dan tanda tidak khas.1
tidak ada penyebab lain berdasarkan klinis
yang meyakinkan.1 2. Pneumonia ringan yaitu pasien dengan
pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia
Orang Dalam Pemantauan (ODP) berat. Anak dengan pneumonia ringan
Seseorang yang mengalami demam mengalami batuk atau kesulitan bernapas +
(≥38˚C)atau riwayat demam; atau gejala sistem napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan,
pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/ ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5
batuk. tahun, ≥40x/menit dan tidak ada tanda
DAN pneumonia berat.1
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan. 3. Pneumonia berat/ISPA berat adalah pasien
DAN remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, pengawasan infeksi saluran napas, ditambah
memenuhi salah satu kriteria berikut: satu dari: frekuensi napas >30 x/menit,
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di distress pernapasan berat, atau saturasi
luar negeri yang melaporkan transmisi lokal) oksigen (SpO2) <90% pada suhu kamar.1
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di Pasien anak dengan batuk atau kesulitan
area transmisi lokal di Indonesia.1 bernapas, ditambah setidaknya satu dari
berikut ini:
Kasus Probabel a. Sianosis sentral atau SpO2 <90%;
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa b. Distres pernapasan berat (seperti
untuk COVID-19 tetapi inkonklusif (tidak dapat mendengkur, tarikan dinding dada yang
disimpulkan)1 berat);
c. Tanda pneumonia berat:
Kasus Konfirmasi ketidakmampuan menyusu atau minum,
Seseorang yang terinfeksi COVID-19 dengan letargi atau penurunan kesadaran, atau
hasil pemeriksaan laboratorium positif.1 kejang.
http://jikesi.fk.unand.ac.id 3
CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

b. Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan 5. Sepsis


dinding dada, takipnea: <2 bulan, Pasien dewasa: disfungsi organ yang
≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1– mengancam nyawa disebabkan oleh
5tahun, ≥40x/menit; >5 tahun, disregulasi respon tubuh terhadap dugaan
≥30x/menit. 1,13
atau terbukti infeksi. Tanda disfungsi organ
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan meliputi: perubahan status
dada yang dapat menyingkirkan komplikasi. mental/kesadaran, sesak napas, saturasi
oksigen rendah, urin output menurun,
4. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) denyut jantung cepat, nadi lemah,
Onset: baru terjadi atau perburukan dalam ekstremitas dingin atau tekanan darah
waktu satu minggu. Pencitraan dada (CT scan rendah, petekie/purpura/mottled skin, atau
toraks, atau ultrasonografi paru): opasitas hasil laboratorium yang menunjukkan
bilateral, efusi pleura yang tidak dapat koagulopati, trombositopenia, asidosis, laktat
dijelaskan penyebabnya, kolaps paru, kolaps yang tinggi, hiperbilirubinemia.
lobus atau nodul. Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti
Penyebab edema: gagal napas yang bukan infeksi dan kriteria Systemic Inflammatory
akibat gagal jantung atau kelebihan cairan. Response Syndrome (SIRS) ≥2, dan disertai
Perlu pemeriksaan objektif (seperti salah satu dari: suhu tubuh abnormal atau
ekokardiografi) untuk menyingkirkan bahwa jumlah sel darah putih abnormal.1
penyebab edema bukan akibat hidrostatik jika
tidak ditemukan faktor risiko.
6. Syok Septik
Kriteria ARDS pada dewasa:
Pasien dewasa: hipotensi yang menetap
a. ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2 /FiO2 ≤
meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan
300 mmHg (dengan PEEP atau continuous
dan membutuhkan vasopresor untuk
positive airway pressure (CPAP) ≥5
mempertahankan mean arterial pressure
cmH2O, atau yang tidak diventilasi).
(MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum>
b. ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2
2mmol/L.1
lebih 200 mmHg dengan PEEP lebih 5
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau
cmH2O, atau yang tidak diventilasi).
>2 SD di bawah normal usia) atau terdapat 2-3
c. ARDS berat: PaO2 / FiO2 = 100 mmHg
gejala dan tanda berikut: perubahan status
dengan PEEP = 5 cmH2O, atau yang tidak
mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia
diventilasi).
(HR<90x/menit atau >160x/menit pada bayi
d. Ketika PaO2 tidak tersedia,
dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada
SpO2/FiO2=315 mengindikasikan ARDS
anak); waktu pengisian kembali kapiler yang
(termasuk pasien yang tidak diventilasi)1
memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi
Kriteria ARDS pada anak berdasarkan
hangat dengan bounding pulse; takipnea;
Oxygenation Index dan oxygenatin Index
mottled skin atau ruam petekie atau purpura;
menggunakan SpO2:
peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau
a. PaO2 / FiO2 ≤300 mmHg atau SpO2 /
hipotermia1.
FiO2 =264: Bilevel noninvasive ventilation
(NIV) atau CPAP ≥5 cmH2O dengan
Alur deteksi dini COVID-19
menggunakan full face mask
Kegiatan penemuan COVID-19 di wilayah
b. ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤
dilakukan melalui penemuan orang sesuai definisi
Oxygenation Index (OI) <8 atau 5 ≤OSI
operasional. Penemuan kasus dapat dilakukan di
<7,5
puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Alur
c. ARDS sedang (ventilasi invasif): 8≤ OI <16
penemuan kasus dan respon di wilayah dapat
atau 7,5 ≤ OSI <12,3
dilihat pada diagram (Gambar 2).1
d. ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥16 atau
OSI ≥12,31,11

4 Chicy Widya Morfi


CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

Gambar 2. Alur Deteksi dan Respon di Pintu Masuk dan Wilayah1


Sumber : Pedoman Kesiapsiagaan COVID-19 Revisi ke-3, Kemenkes RI

Manajemen Klinis COVID-19 Tabel 2. Terapi Suportif Dini dan Monitoring


1. Triase No. Tahapan
1. Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada
Pasien dengan gejala ringan, tidak memerlukan pasien ISPA berat dan distress pernapasan,
rawat inap kecuali ada kekhawatiran untuk hipoksemia, atau syok.
perburukan yang cepat. Deteksi COVID-19 sesuai 2. Gunakan manajemen cairan konservatif pada
pasien dengan ISPA berat tanpa syok.
dengan kriteria diagnostik kasus COVID-19. 3. Pemberian antibiotik empirik berdasarkan
Pertimbangkan COVID-19 sebagai penyebab ISPA kemungkinan etiologi. Pada kasus sepsis (termasuk
berat. Semua pasien yang pulang ke rumah harus dalam pengawasan COVID-19) berikan antibiotik
empirik yang tepat secepatnya dalam waktu 1 jam.
memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalami 4. Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara
perburukan.1 rutin untuk pengobatan pneumonia karena virus
atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat alasan
lain
2. Tatalaksana Pasien di Rumah Sakit Rujukan 5. Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala
a. Terapi Suportif Dini dan Monitoring1 klinis yang mengalami perburukan seperti gagal
napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan
suportif secepat mungkin
6. Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk
menyesuaikan pengobatan dan penilaian
prognosisnya.
7. Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi
suportif dan penyesuaian dengan fisiologi
kehamilan

http://jikesi.fk.unand.ac.id 5
CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

b. Pengumpulan Spesimen untuk diagnosis g. Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat
laboratorium disarankan menggunakan PEEP lebih tinggi
Diagnosis COVID-19 ditegakkan secara dibandingkan PEEP.1
mikrobiologi dengan ditemukannya strain virus h. Pada pasien ARDS sedang-berat (td2/FiO2
SARS-CoV-2 pada pemeriksaaan RT-PCR. Sampel <150) tidak dianjurkan secara rutin
yang diperiksa adalah swab saluran pernapasan menggunakan obat pelumpuh otot.1
atas (nasofaring atau orofaring) dan bawah i. Pada fasyankes yang memiliki Expertise in
(sputum, aspirat endotrakeal, bilasan Extra Corporal Life Support (ECLS), dapat
bronkoalveolar). Hasil tes pemeriksaan negatif dipertimbangkan penggunaannya ketika
pada spesimen tunggal, terutama jika spesimen menerima rujukan pasien dengan hipoksemi
berasal dari saluran pernapasan atas, belum tentu refrakter meskipun sudah mendapat lung
mengindikasikan ketiadaan infeksi. Oleh karena
protective ventilation.1
itu harus dilakukan pengulangan pengambilan
j. Hindari terputusnya hubungan ventilasi
dan pengujian spesimen. Spesimen saluran
mekanik dengan pasien karena dapat
pernapasan bagian bawah sangat
mengakibatkan hilangnya PEEP dan
direkomendasikan pada pasien dengan gejala
atelektasis. Gunakan sistem closed suction
klinis yang parah atau progresif. Adanya patogen
kateter dan klem endotrakeal tube ketika
lain yang positif tidak menutup kemungkinan
adanya infeksi COVID-19, karena sejauh ini peran terputusnya hubungan ventilasi mekanik dan
koinfeksi belum diketahui.1 pasien (misalnya, ketika pemindahan ke
ventilasi mekanik yang portabel).1
3. Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS
a. Kenali gagal napas hipoksemi ketika pasien 4. Manajemen Syok Septik
dengan distress pernapasan mengalami a. Kenali tanda syok septik
kegagalan terapi oksigen standar (walaupun Pasien dewasa: hipotensi yang menetap
telah diberikan oksigen melalui sungkup meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan
dengan kantong reservoir 10-15 L/menit). dan membutuhkan vasopresor untuk
Gagal napas hipoksemi pada ARDS biasanya mempertahankan MAP ≥65 mmHg dan kadar
membutuhkan ventilasi mekanik.1 laktat serum> 2 mmol/L.
b. Oksigen nasal aliran tinggi (High-Flow Nasal Pasien anak: hipotensi (Tekanan Darah Sistolik
Oxygen/HFNO) atau ventilasi non invasif (NIV) (TDS) < persentil 5 atau >2 standar deviasi
hanya pada pasien gagal napas hipoksemi (SD) di bawah normal usia) atau terdapat 2-3
tertentu, dan pasien tersebut harus dipantau gejala dan tanda berikut: perubahan status
ketat untuk menilai terjadi perburukan klinis.1 mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia
c. Intubasi endotrakeal harus dilakukan oleh (HR <90 x/menit atau >160 x/menit pada bayi
petugas terlatih dan berpengalaman dengan dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada
memperhatikan kewaspadaan transmisi anak); waktu pengisian kembali kapiler yang
airborne.1 memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi hangat
d. Ventilasi mekanik menggunakan volume tidal dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin
yang rendah (4-8 ml/kg prediksi berat badan, atau ruam petekie atau purpura; peningkatan
Predicted Body Weight/PBW) dan tekanan laktat; oliguria; hipertermia atau hipotermia.
inspirasi rendah (tekanan plateau <30 b. Resusitasi syok septik pada dewasa: berikan
cmH2O).1 cairan kristaloid isotonik 30 ml/kg. Resusitasi
e. Pada pasien ARDS berat, lakukan ventilasi syok septik pada anak-anak: pada awal berikan
dengan prone position > 12 jam per hari.1 bolus cepat 20 ml/kg kemudian tingkatkan
f. Manajemen cairan konservatif untuk pasien hingga 40-60 ml/kg dalam 1 jam pertama.
ARDS tanpa hipoperfusi jaringan.1 c. Jangan gunakan kristaloid hipotonik, kanji,
atau gelatin untuk resusitasi.
d. Resusitasi cairan dapat mengakibatkan
kelebihan cairan dan gagal napas. Jika tidak
6 Chicy Widya Morfi
CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

ada respon terhadap pemberian cairan dan d. Pembersihan/perawatan lingkungan rumah


muncul tanda-tanda kelebihan cairan (seperti sakit: untuk memastikan kondisi selalu bersih
distensi vena jugularis, ronki basah halus pada terutama pada ruangan yang digunakan untuk
auskultasi paru, gambaran edema paru pada penangan pasien infeksius.
foto toraks, atau hepatomegali pada anak- e. Pencucian dan disenfektan peralatan medis:
anak) maka kurangi atau hentikan pemberian sebagain sarana pencegahan berpindahnya
cairan. patogen dari alat kesehatan yang sudah
e. Vasopresor diberikan ketika syok tetap digunakan.
berlangsung meskipun sudah diberikan f. Manajemen pembuangan limbah medis:
sampah medis infeksius dibuang pada tempat
resusitasi cairan yang cukup. Pada orang
sampah berwarna kuning dan diberi label
dewasa target awal tekanan darah adalah MAP
‘limbah infeksius’, sementara sampah biasa
≥65 mmHg dan pada anak disesuaikan dengan
(non-infeksius) dibuang pada tempat sampah
usia.
dengan warna gelap dan diberi label ‘sampah
f. Jika kateter vena sentral tidak tersedia,
non-infeksius’.
vasopresor dapat diberikan melalui intravena
perifer, tetapi gunakan vena yang besar dan Implementasi PPI di ruangan:
pantau dengan cermat tanda-tanda a. Triase: masker medis untuk pasien suspek
ekstravasasi dan nekrosis jaringan lokal. Jika infeksius, adanya ruang isolasi, praktek
ekstravasasi terjadi, hentikan infus. Vasopresor kebersihan tangan.
juga dapat diberikan melalui jarum intraoseus. b. Pencegahan transmisi droplet: masker medis
g. Pertimbangkan pemberian obat inotropik untuk petugas kesehatan, ruang khusus untuk
(seperti dobutamine) jika perfusi tetap buruk pasien dengan kemungkinan etiologi atau
dan terjadi disfungsi jantung meskipun diagnosis klinis yang sama, pelindung mata,
tekanan darah sudah mencapai target MAP hingga pembatasan aktivitas bagi pasien untuk
dengan resusitasi cairan dan vasopresor.1 tidak keluar dari ruang.
c. Pencegahan kontak: kebersihan tangan,
Pengobatan Spesifik Anti-COVID-19 menggunakan APD lengkap dan segera dilepas
Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik setelah selesai di luar ruangan, penggunaan
anti-COVID-19 untuk pasien dalam pengawasan alat sekali pakai jika memungkinkan, hindari
ataupun konfirmasi COVID-19.1 kontak dengan daerah yang tidak secara
langsung terkait pasien seperti gagang pintu,
Implementasi Pengendalian dan Pencegahan ventilasi ruangan yang adekuat, dan hindari
Infeksi (PPI) mobilisasi pasien oleh petugas.
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) d. Pencegahan airborne pada alat prosedur
merupakan bagian vital dalam manajemen klinis saluran napas (suction, intubasi, bronkoskopi,
pasien dan harus dimulai dititik pasien masuk ke RJP): gunakan ruangan tunggal bertekanan
rumas sakit (instalasi gawat darurat, IGD). negatif, penggunaan APD lengkap mulai dari
Standar pencegahan PPI terdiri atas : masker N95, sarung tangan, pakaian
a. Kebersihan tangan (hand hygiene): dengan pelindung, kacamata pelindung.
prinsip ‘6 Langkah 5 Momen’ sesuai panduan
WHO. Kesimpulan
b. Alat pelindung diri (APD): mulai dari masker COVID-19 disebabkan oleh strain baru corona
(surgical atau N95), sarung tangan karet, virus yang disebut SARS-CoV-2. Tatalaksana pada
kacamata pelindung (googles), hingga pasien terduga COVID-19 adalah terapi
pakaian/jubah pelindung infeksi sekali pakai. simptomatik, serta empirik disesuaikan untuk
c. Pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam: infeksi saluran napas ringan hingga berat, sambil
terutama pada staff kesehatan dan pasien, menunggu hasil pemeriksaan RT-PCR yang
diperlukan alur tatalaksana jika terjadi berasal dari spesimen swab saluran napas atas
kecelakaan seperti ini. atau bawah. Pencegahan berupa menjaga
kebersihan tangan, menggunakan alat pelindung
http://jikesi.fk.unand.ac.id 7
CHICY WIDYA MORFI / JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA- VOL. 1 NO. 1 (2020)

diri, serta menghindari kontak dengan pasien se-researchers-reveal-draft-genome-virus-


implicated-wuhan-pneumonia-outbreak.
terduga COVID-19, tempat yang diketahui
13. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. World
merawat pasien terduga COVID-19 atau telah Pneumonia Day 2018. 2018 (diunduh 15 Januari
diketahui terjadinya wabah infeksi COVID-19. 2020). Tersedia dari:
klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8704.
14. Mackenzie G. The Definition and Classification of
Daftar Pustaka Pneumonia. Pneumonia Journal. 2016. 8: 14.
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman 15. GISAID. Genomic Epidemiology of BetaCoV 2019-
Kesiapsiagaan Menghadapi COVID-19 versi 3 Maret 2020. [Homepage on The internet]. 2020 (diunduh
2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik 25 Januari 2020). Tersedia dari:
Indonesia. 2020; 25. https://www.gisaid.org/epiflu-applications/next-
2. Fotterl Q. Here’s How Here’s How The Mysterious betacov-app/.Jan 23rd 2020.
Coronavirus has Spread Around the World so
Rapidly. [homepage on The Internet]. 2020 (diunduh
25 Januari 2020). Tersedia dari:
https://www.marketwatch.com/story/how-the-
mysterious-coronavirus-from-china-has-spread-so-
quickly-2020-01-21.
3. Haryono W. Malaysia Konfirmasi Tiga Kasus Virus
Korona. 2020 (diunduh 25 Januari 2020). Tersedia
dari: https://www.medcom.id/internasional/asia/
yKXG0R6k-malaysia-konfirmasi-tiga-kasus-virus-
korona
4. Drager. Novel Coronavirus (nCoV or COVID-19)
Outbreak. 2020 (diunduh 16 Maret 2020). Tersedia
dari: https://www.draeger.com/en_sea/Home/
Novel-Coronavirus-Outbreak.
5. WHO. Interim Guidance: Clinical Management of
Severe Acute Respiratory Infection when Novel
Coronavirus (nCoV) Infection is Suspected. 12
Januari 2020.
6. WHO. Novel Coronavirus. [homepage on The
Internet]. 2020 (diunduh 24 Januari 2020). Tersedia
dari: https://www.who.int/emergencies/diseases/
novel-coronavirus-2019/advice-for-public.
7. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G,
etc. Clinical Features of Patients Infected with 2019
Novel Coronavirus in Wuhan, China. The Lancet; 24
Jan 2020.
8. WHO. WHO Statement Regarding Cluster of
Pneumonia Cases in Wuhan, China. 2020 (diunduh
15 Januari 2020). Tersedia dari:
https://www.who.int/china/news/detail/09-01-
2020-who-statement-regarding-cluster-of-
pneumonia-cases-in-wuhan-china.
9. Virological org. Initial Genom Release of Novel
Coronavirus. [Homepage on the Internet]. 2020
(diunduh 5 Januari 2020). Tersedia dari:
http://virological.org/t/initial-genome-release-of-
novel-coronavirus/319.
10. WHO. WHO Statement on Novel Coronavirus in
Thailand. [Homepage on The Internet]. 2020
(diunduh 15 Januari 2020). Tersedia dari:
https://www.who.int/news-room/detail/13-01-
2020-who-statement-on-novel-coronavirus-in-
thailand.
11. The Government of The Hong Kong Special
Administrative Region. Severe Respiraroty Disease
Associated with a Novel Infectious Agent. 2020
(diunduh 15 Januari 2020). Tersedia dari:
https://www.chp.gov.hk/en/healthtopics/content/2
4/102466.html.
12. Cohen J. Chinese researchers reveal draft genome of
virus implicated in Wuhan pneumonia outbreak.
2020 (diunduh 15 Januari 2020). Tersedia dari:
https://www.sciencemag.org/news/2020/01/chine

8 Chicy Widya Morfi

Anda mungkin juga menyukai