Anda di halaman 1dari 7

INVESTIGASI WABAH

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. A
Organisasi, Prosedur, dan Peraturan dalam Penyelidikan Wabah/KLB
1. Organisasi Pelayanan Kesehatan Darurat

Salah satu hak asasi manusia adalah mendapatkan pelayanan


kegawatdaruratan. Pelayanan kegawatdaruratan meliputi pelayanan
kegawatdaruratan pada bencana dan pelayanan kegawatdaruratan sehari-hari.
Pelayanan Kegawatdaruratan ini harus ditingkatkan secara terus-menerus untuk
memenuhi harapan masyarakat yang selalu menginginkan kualitas pelayanan yang
bermutu tinggi. Untuk mencapai pelayanan yang bermutu tinggi tersebut perlu
peningkatan kualitas sumber daya manusia, di samping peningkatan sarana dan
prasarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan, tanpa meninggalkan prinsip pelayanan
yang terjangkau biayanya bagi masyarakat. Pelayanan Kegawatdaruratan meliputi
penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan, intrafasilitas
pelayanan kesehatan, dan antarfasilitas pelayanan kesehatan.
a. Instalasi Gawat Darurat

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun


2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan dijelaskan terkait Instalasi Gawat
Darurat.
IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi Pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit)/lanjutan
(bagi Pasien rujukan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari PSC
119), menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya. IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang
membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari-
hari maupun bencana.
Secara garis besar kegiatan di IGD Rumah Sakit dan menjadi tanggung
jawab IGD secara umum terdiri dari:
1) Menyelenggarakan Pelayanan Kegawatdaruratan yang bertujuan menangani
kondisi akut atau menyelamatkan nyawa dan/atau kecacatan Pasien.
2) Menerima Pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
3) Merujuk kasus-kasus Gawat Darurat apabila Rumah Sakit tersebut tidak
mampu melakukan layanan lanjutan/definitif.
IGD Rumah Sakit harus dikelola dan diintegrasikan dengan instalasi/unit
lainnya di dalam Rumah Sakit. Kriteria umum IGD Rumah Sakit:
1) Dokter/Dokter Gigi sebagai Kepala IGD Rumah Sakit disesuaikan dengan
kategori penanganan.
2) Dokter/Dokter Gigi penanggungjawab Pelayanan Kegawatdaruratan
ditetapkan oleh kepala/direktur Rumah Sakit.
3) Perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan
kegawatdaruratan.
4) Semua Dokter, Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain, dan tenaga
nonkesehatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic
Life Support).
5) Memiliki program penanggulangan Pasien massal, bencana (Disaster Plan)
terhadap kejadian di dalam Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit.
6) Jumlah dan jenis serta kualifikasi tenaga di IGD Rumah Sakit sesuai dengan
kebutuhan pelayanan.
b. Pusat Komando Nasional (National Command Center) dan Pusat Pelayanan
Keselamatan Terpadu/Public Safety Center dengan Layanan 119

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19


Tahun 2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Pusat
Komando Nasional (National Command Center) adalah pusat panggilan
kegawatdaruratan bidang kesehatan dengan nomor kode akses 119 yang
digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Pusat Komando Nasional (National
Command Center) mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi dan panduan
terhadap penanganan kasus kegawatdaruratan. Dalam menjalankan fungsi, Pusat
Komando Nasional (National Command Center) memiliki tugas:

1) memilah panggilan gawat darurat/non gawat darurat;

2) meneruskan panggilan ke PSC; dan

3) dokumentasi, monitoring, pelaporan dan evaluasi.


Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu/Public Safety Center yang
selanjutnya disebut PSC adalah pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan yang
berada di kabupaten/kota yang merupakan ujung tombak pelayanan untuk
mendapatkan respon cepat.

PSC dapat berupa unit kerja sebagai wadah koordinasi untuk memberikan
pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat, dan cermat bagi masyarakat yang
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus serta
dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan unit teknis lainnya di luar
bidang kesehatan seperti kepolisian dan pemadam kebakaran tergantung
kekhususan dan kebutuhan daerah. Lokasi PSC dapat ditempatkan di dinas
kesehatan kabupaten/kota; rumah sakit; atau lokasi lain yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

PSC mempunyai fungsi sebagai:

1) pemberi pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat dan/atau pelapor melalui


proses triase (pemilahan kondisi Korban/Pasien Gawat Darurat);
2) pemandu pertolongan pertama (first aid);
3) pengevakuasi Korban/Pasien Gawat Darurat; dan
4) pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan.

Dalam menjalankan fungsi, PSC memiliki tugas:

1) menerima terusan (dispatch) panggilan kegawatdaruratan dari Pusat


Komando Nasional (National Command Center);
2) melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritme
kegawatdaruratan;
3) memberikan layanan ambulans;
4) memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan; dan
5) memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.

Data Health Sector Review tahun 2014, menyebutkan bahwa dalam


beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran pola penyakit dimana 3 peringkat
penyakit tertinggi yang menjadi beban di Indonesia yaitu penyakit
cerebrovascular (peringkat pertama), kecelakaan Lalu Lintas (peringkat ke dua)
dan penyakit jantung iskemik (peringkat ke tiga) (Kemenkes, 2016).

Tingginya kasus kegawatdaruratan penyakit tersebut, mendorong


Kementerian kesehatan melakukan terobosan baru untuk meningkatkan layanan
kegawatdaruratan, yaitu melalui layanan 119. Layanan ini menyediakan layanan
emergensi khususnya emergensi medik dengan menggunakan kode akses 119
dan bebas biaya (Kemenkes, 2016).

Layanan kegawatdaruratan medis melalui nomor 119 dapat diakses secara


luas dan gratis oleh masyarakat melalui telepon seluler maupun telepon rumah.
Peluncuran 119 sejalan dengan agenda ke lima Nawa Cita yaitu meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia, maka dalam perjalanannya Kementerian
Kesehatan terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam rangka
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat. salah satu caranya adalah
melalui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Layanan 119 merupakan kolaborasi nasional antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah, dimana terjadi integrasi layanan antara Pusat Komando
Nasional atau National Command Center (NCC) yang berada di Kantor
Kementerian Kesehatan, Jakarta, dengan Public Safety Center (PSC) yang
berada di tiap Kabupaten/Kota (Kemenkes, 2016).

Alur 119 dimulai saat NCC menerima panggilan dari masyarakat di


seluruh Indonesia selama 24 jam. Telepon yang bersifat gawat darurat akan
diteruskan/dispatch ke PSC Kabupaten/Kota yang selanjutnya akan menangani
sekaligus menindaklanjuti laporan gawat darurat yang dibutuhkan. Sedangkan
telepon yang bersifat pertanyaan atau kebutuhan informasi kesehatan lainnya
dan pengaduan kesehatan akan diteruskan/dispatch ke nomor Halo Kemkes
(1500-567) (Kemenkes, 2016).

Selain itu, telah terjadi pandemi COVID-19 yang melanda masyarakat


Indonesia, oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) menetapkan nomor 117 sebagai pelayanan darurat bagi
masyarakat terkait wabah Covid-19 di Tanah Air. Nomor darurat baru tersebut
dapat diakses publik bebas pulsa, yang secara eksklusif digunakan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB, 2020). 

Selain itu dalam menghadapi wabah COVID-19 saat ini, Kemenkominfo


juga telah menyediakan kanal informasi bagi BNPB dan Kementerian Kesehatan
dalam menyebarluaskan penanganan Covid-19. Kanal informasi dimaksud dan
sudah aktif, antara lain, SMS Blast dengan pengirim BNPB melalui operator
selullar, call center 119 (Kementerian Kesehatan), public service announcement
(PSA) oleh lembaga penyiaran public dan swasta, baik radio maupun televisi,
serta website Covid19.go.id (Pusdalops BNPB, 2020).

Khusus untuk Layanan Darurat 117, sistem tersebut dimaksudkan untuk


memberikan pelayanan bagi masyarakat, dalam 24 jam khususnya untuk urusan
kebencanaan (Pusdalops BNPB, 2020).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat


Pengendalian Operasi (Pusdalops) mulai menerima pengaduan masyarakat,,
terkait wabah Covid-19, sejak April 2020. Kedepan melalui pusat layanan call
center 117, masyarakat dapat melaporkan kejadian bencana, mendapatkan
layanan informasi ancaman bencana serta komunikasi tim lapangan
(Pusdalops BNPB, 2020) .

Dengan adanya layanan ini, BNPB sekaligus ingin mewujudkan


komitmennya untuk lebih dekat kepada masyarakat dalam memberikan
pelayanan terbaik sehingga penanganan bencana dapat dilakukan lebih cepat,
tepat dan merata (Pusdalops BNPB, 2020). 
Sumber:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 Tentang


Pelayanan Kegawatdaruratan dijelaskan terkait Instalasi Gawat Darurat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu,
KEMENKES. 2016. Layanan 119, Terobosan Baru Layanan Kegawatdaruratan Medik
di Indonesia. Kementerian Kesehatan. Diakses di
https://www.kemkes.go.id/article/view/16070100006/layanan-119-terobosan-
baru-layanan-kegawatdaruratan-medik-di-indonesia pada 13 April 2021.

Pusdalops BNPB. Kemenkominfo Tetapkan 117 Sebagai Nomor Pelayanan Darurat


Covid-19. Pusat Pengendalian Operasi BNPB. Diakses di
https://web.bnpb.go.id/pusdalops/detailpost/kemenkominfo-tetapkan-117-
sebagai-nomor-pelayanan-darurat-covid-19 pada 13 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai