Anda di halaman 1dari 5

Bab 2

Pembahasan

2.1 Proses Pengolahan Aluminium

Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor atomnya 13.


Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, tetapi
merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah
ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered
aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau,
penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik, dan kembang api.

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Ringan dan kuat. Merupakan


konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat
dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang. Tahan korosi.

Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat
terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dsb.
Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.

Proses pemurnian aluminium dapat dilakukan melalui metode Bayer. Proses Bayer adalah
sarana indusri utama bauksit pemurnian untuk menghasilkan alumina. Bauksit, bijih yang paling
penting dari aluminium, berisi alumina hanya 30-54%, Al2O3, sisanya menjadi campuran dari
silica (SiO2), oksida besi (Fe2O3), dan titanium dioksida (TiO2). Caranya adalah dengan
malarutkan bauksit dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Siklus Bayer

Proses Bayer adalah satu siklus dan sering disebut Bayer Siklus. Ini melibatkan:

1) Digestion (peluruhan)
2) Clarification (klarifikasi)
3) Precipitation (pengendapan)
4) Calcination (kalkinasi)

1) Digestion

Pada langkah pertama, bauksit adalah tanah, slurried dengan larutan soda kostik (natrium
hidroksida), dan dipompa ke tank tekanan besar disebut digester, dikontrol mengalami
panas uap 175 °C dan tekanan. natrium hidroksida bereaksi dengan mineral alumina
bauksit untuk membentuk solusi jenuh natrium aluminat; pengotor tak larut, disebut lumpur
merah (RM) , tetap dalam suspensi dan dipisahkan pada langkah klarifikasi.

Proses Bayer menurut persamaan kimia:

Al2O3 + 2OH- +3H2O -> 2[Al(OH)4]-

2) Clarification

Pengotor tak larut yang disebut lumpur merah /Red Mud (RM) , tetap dalam suspensi dan
dipisahkan dengan menyaring dari kotoran padat, selanjutnya didinginkan di exchangers
panas, untuk meningkatkan derajat jenuh dari alumina terlarut, dan dipompa menuju tempat
yang lebih tinggi yaitu presipitator silolike untuk proses Precipitation (pengendapan)

3) Precipitation

Selanjutnya aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan
pengenceran.
2NaAl(OH)3 (aq) + CO2 (g) -> 2Al(OH)3 (s) + Na2CO3 (aq) + H2O (l)

Campuran dari kotoran padat disebut lumpur merah, dan menyajikan masalah pembuangan.
Selanjutnya, solusi hidroksida didinginkan, dan aluminium hidroksida dilarutkan presipitat
sebagai putih solid halus.

4) Calcination

Hasil kemudian dipanaskan sampai 1050 °C (dikalsinasi), aluminium hidroksida terurai


menjadi alumina, memancarkan uap air dalam proses:

2Al(OH)3 (s) -> Al2O3 (s) + 3H2O (g)

Dan dihasilkan aluminium oksida murni (Al2O3) yang selanjutnya menuju proses
peleburan dengan proses Hall-Héroult untuk menghasilkan material aluminium.

Proses Peleburan Aluminium

Proses pembuatan Al pada tahap selanjutnya adalah proses hall-heroult. Ini merupakan
proses metode elektrolisis yang ditemukan oleh Charles M. Hall dan Paul Heroult.

Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida Al2O3 dilarutkan dalam lelehan kriolit
(Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode (-).
Sebagai anode (+) digunakan batang grafit.Selanjutnya elektrolisis dilakukan pada suhu
950 oC. Dalam proses elektrolisis dihasilkan aluminium di katode dan di anode terbentuk
gas O2 dan CO2.

Reaksi yang terjadi:

Al2O3 <-> Al3+ + O2-

Katode (-): Al3+ + 3e -> Al x 4


Anode (+): 2O2- -> O2 + 4e x3

4Al3+ + 6O2- -> 4Al + 3O2

Lalu O2 bereaksi dengan C menjadi C02. Jadi hasil akhirnya adalah

3C (s) 4Al3+ + 6O2- -> 4Al (l) + 3CO2 (s)


Aluminium yang terbentuk berupa zat cair dan terkumpul di dasar wadah lalu dikeluarkan
secara periodik ke dalam cetakan untuk mendapat aluminium batangan (ingot). Jadi, selama
elektrolisis, Anode grafit terus menerus dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga
harus diganti dari waktu ke waktu. Rata-rata Untuk mendapat 1 Kg Al dihabiskan 0,44 kg
anode grafit.

2.2 Proses Pengolahan Bauksit Sebelum Tahap Pemurnian

Sebelum melakukan pengolahan aluminium. Hal pertama kali yang dilakukan adalah
melakukan pengolahan bijih yang nantinya sebagai mineral utama dalam proses pembentukan
aluminium. Salah salah satu yang memiliki komposisi paling banyak dalam penyusun aluminium
adalah bijih bauksit. Bijih bauksit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah
pertambangan PT. Antam di Tayan, Kalimantan Barat. Percontoh bijih yang dipakai sudah
mengalami proses pencucian untuk mengurangi lempung yang melekat pada permukaan bijih
sehingga kandungan Al2O3dalam bijih meningkat. Bagan alir pengolahan bijih bauksit dapat
dilihat dari gambar dibawah ini
Bauksit tercuci selanjutnya dilakukan proses reduksi ukuran bijih menggunakan
peremuk rol (roll crusher)dan pelumat bola (ball mill)yang dilanjutkan klasifikasi
ukuran bijih dengan pengayakan. Ukuran partikel bijih yang digunakan dalam
percobaan yaitu lolos ayakan 60, 100, 140, 200 dan 270 mesh. Percontohbijih bauksit
kemudian dianalisis komposisi kimianya dengan spektroskopi serapan atom atauatomic
absorption spectrophotometer(AAS). Analisis komposisi kimia bijih dengan AAS dilakukan
pada setiap fraksi ukuran bijih. Identifikasi mineral yang dominan dalam
percontohbijih dilakukan dengan analisis X-Ray Diffraction(XRD). Analisis kandungan
mineral dalam bijih juga dilakukan dengan mikroskop optik pada setiap fraksi ukuran bijih.
Distribusi elemen dalam percontohdan morfologi mineral dalam percontohbijih
dianalisisdengan scanning electron microscope(SEM).

Setelah karakterisasi percontohbijih, kemudian dilakukan serangkaian percobaan pelindian di


laboratorium dengan variabel-variabel independen yaitu persen padatan, suhu, ukuran
partikel dan konsentrasi HCl. Percobaan-percobaan dilakukan pada kecepatan pengadukan
tetap 200 rpm. Dari percobaan yang dilakukan akan diperoleh data konsentrasi Al dan Fe
terlarut dalam larutan hasil pelindian dengan analisis AAS sehingga dapat dihitung persen
ekstraksi Al hasil pelindian dan persen ekstraksi Fe yang ikut terlarut. Dari hasil
percobaan yang dilakukan dapat diperoleh persen ekstraksi Al dan Fe sebagai fungsi waktu
dan diperoleh kondisi proses pelindian yang menghasilkan persen ekstraksi tertinggi

Anda mungkin juga menyukai