Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU KULIT

SINGKONG DAN TETES TEBU


Chairiyah Umi Rahayu
NIM 171710201060
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Email: chairiyahumirahayu6@gmail.com
ABSTRAK
Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi menyebabkan peningkatan
kebutuhan energi untuk aktivitas kehidupan manusia, salah satunya yaitu
kebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM). Untuk menanggulangi
permasalahan tersebut diperlukan alternatif yang dapat mengurangi penggunaan
minyak bumi yaitu pembuatan bioetanol. Bioetanol adalah cairan biokimia dari
proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan
mikroorganisme. Limbah pertanian dan perkebunan, ketika saat dipanen bahan
lignoselulosa akan tertinggal sebagai limbah pertanian dan biasanya kurang
dimanfaatkan. Secara umum, limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku bioetanol adalah yang mengandung pati atau gula seperti tetes tebu
dan singkong dengan melalui proses delignifikasi, hidrolisis, fermentasi, dan
destilasi. Alat yang digunakan pada proses pembuatan bioetanol yaitu lem pipa,
gunting, destilator, stopwatch, botol plastik 1500 ml, botol plastik 600 ml, selang,
alkoholmeter, gelas ukur, timbangan digital dan stirrer. Sedangkan bahan yang
digunakan pada proses pembuatan bioetanol yaitu kulit singkong, tetes tebu,
pupuk NPK, pupuk ZA, pupuk urea, yeast (ragi), aquadest dan enzim selulase.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data yaitu tetes tebu merupakan alternatif
terbaik yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan bioetanol. Hal ini
disebabkan oleh kandungan yang dimiliki oleh tetes tebu. Pada molase atau tetes tebu
terdapat kurang lebih 60% selulosa dan 35,5% hemiselulosa (dasar berat kering). Kedua
bahan polisakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana (mono dan disakarida)
yang selanjutnya difermentasi menjadi etanol.

Kata Kunci: BBM, alternatif, bioetanol, limbah, kulit singkong, dan tetes tebu.
1. PENDAHULUAN berkembang termasuk di
Indonesia.
Seiring dengan kemajuan
Untuk menanggulangi
zaman dan teknologi
permasalahan tersebut
menyebabkan peningkatan
diperlukan alternatif yang
kebutuhan energi untuk
dapat mengutangi
aktivitas kehidupan manusia.
penggunaan minyak bumi,
Dalam segala aktivitas dan
gas bumi dan batu bara. Salah
untuk memenuhi kebutuhan
satu cara untuk mengurangi
sehari-hari kini manusia tidak
penggunaan minyak bumi
lepas dari sarana transportasi,
yaitu pembautan bioetanol.
pembangkit listrik dan
industri yang hampir
Bioetanol adalah cairan
semuanya menggunakan
biokimia dari proses
energi berupa bahan bakar
fermentasi gula dari sumber
minyak (BBM). Hal ini
karbohidrat dengan
berakibat pada peningkatan
menggunakan bantuan
konsumsi bahan bakar
mikroorganisme. Limbah
minyak (BBM). Sumber
pertanian dan perkebunan,
energi ini berbahan bakar
ketika saat dipanen bahan
fosil yang berasal dari
lignoselulosa akan tertinggal
minyak bumi, gas bumi dan
sebagai limbah pertanian dan
batu bara yang sifatnya tidak
biasanya kurang
dapat diperbaharui.
dimanfaatkan. Secara umum,
Kebutuhan energi dari BBM
limbah pertanian yang dapat
di berbagai belahan dunia
dimanfaatkan sebagai bahan
dalam beberapa tahun
baku bioetanol adalah yang
terakhir semakin meningkat
mengandung pati atau gula
tajam baik di negara maju
seperti tetes tebu dan
maupun di negara
singkong dengan melalui
proses delignifikasi,
hidrolisis, fermentasi, dan Reaksi pembentukkan etanol
destilasi (Diana, 2010). secara umum dapat dituliskan
Delignifikasi bertujuan sebagai C6H12O6 2C2H5OH +
untuk menghilangkan lignin 2CO2.
karena lignin merupakan Menurut Putra (2014),
polimer yang memiliki destilasi atau penyulingan
dinding yang kokoh sehingga adalah suatu metode
dapat menghambat proses pemisahan bahan kimia
hidrolisis dan menghambat berdasarkan perbedaan
pertumbuhan mikroba dalam kecepatan atau kemudahan
proses fermentasi (Gunam et menguap (volatilitas) bahan.
al., 2010). Hidrolisis Dalam penyulingan,
merupakan proses pemecahan campuran zat dididihkan
polisakarida menjadi sehingga menguap, dan uap
monosakarida sehingga dapat ini kemudian didinginkan
langsung difermentasi oleh kembali kedalam bentuk
yeast (Gozan, 2008). cairan. Zat yang memliki titik
Hidrolisis dapat dilakukan didih lebih rendah akan
secara kimia, menggunakan menguap terlebih dahulu.
asam atau basa atau dapat Bahan yang mengandung
juga dilakukan secara biologi, karbohidrat dapat diperoleh
menggunakan enzim (Santana dari umbi-umbian misalnya
et al., 2016). singkong (manihot esculenta
crantz atau manihot
Menurut Nengah
utilisima). Kulit singkong
(2013), fermentasi alkohol
mengandung karbohidrat
merupakan proses
cukup tinggi (Rukmana,
pengubahan gula reduksi
1997). Hasil analisa awal
menjadi bioetanol dengan
kulit singkong yaitu
bantuan mikroorganisme
mengandung 36,5% pati atau
seperti bakteri atau jamur.
amilum (Artiyani &
Soedjono, 2011). Kulit dari industri gula dimana
singkong bagian kulit luar produk ini masih banyak
umbi singkong, tidak mengandung gula dan asam –
digunakan pada waktu asam organik, sehingga
penggunaan umbi singkong, merupakan bahan baku yang
hanya dijadikan untuk bahan sangat baik untuk industri
pakan ternak. Kandungan gizi pembuatan etanol. Bahan ini
singkong diantaranya, merupakan produk
karbohidrat 36,8%, lemak sampingan yang dihasilkan
0,3%, serat 0,9%, abu 0,5%, selama proses pemutihan
dan air 61,4%. Di Indonesia, gula. Kandungan gula dari
singkong memiliki arti molasses terutama sukrosa
ekonomi terpenting berkisar 40 – 55 %
dibandingkan dengan jenis (Simanjuntak, 2009).
umbi-umbian yang lain. Praktikum ini
Selain itu kandungan pati dilakukan dengan tujuan
dalam singkong yang tinggi menganalisis kadar bioetanol
sekitar 25-30%. yang dihasilkan dari kulit
singkong dan tetes tebu.
Molases merupakan
Dengan adaya perbandingan
bahan dasar yang berharga
kadar bioetanol antara tetes
sekali untuk industri dengan
tebu dan kulit singkong maka
fermentasi. Molases adalah
dapat diketahui bahan yang
sejenis sirup yang merupakan
memiliki kadar bioetanol
sisa dari proses pengkristalan
tinggi dan dengan kualitas
gula pasir. Molases tidak
yang baik.
dapat dikristalkan karena
2. ALAT DAN BAHAN
mengandung glukosa dan
fruktosa yang sulit untuk Alat yang digunakan pada proses
dikristalkan. Molases pembuatan bioetanol yaitu lem pipa,
merupakan produk limbah gunting, destilator, stopwatch, botol
plastik 1500 ml, botol plastik 600 ml,
selang, alkoholmeter, gelas ukur,
timbangan digital dan stirrer.
Sedangkan bahan yang digunakan Gambar 1. Diagram alir
pada proses pembuatan bioetanol fermentasi tetes tebu
yaitu kulit singkong, tetes tebu, Pada proses
pupuk NPK, pupuk ZA, pupuk urea, pembuatan bioetanol dari
yeast (ragi), aquadest dan enzim kulit singkong diawali
selulase dengan proses fermentasi.
Adapun diagram alir proses
.
fermentasi kulit singkong
3. METODE adalah sebagai berikut.

Pada proses pembuatan bioetanol


Mulai
dari tetes tebu diawali dengan proses
fermentasi. Adapun diagram alir
Gelas ukur, kulit singkong, aquades,
pupuk urea, pupuk ZA, pupuk NPK,
botol 1,5 L dan 600 mL, selang, lem
proses fermentasi tetes tebu adalahpipa, gunting, timbangan digital,
blender

sebagai berikut.
Pembersihan kulit singkong dari arinya sebanyak 500 gram

Mulai
Perebusan kulit singkong sebanyak 4 kali perebusan dengan
menggunakan air yang berbeda

Gelas ukur, tetes tebu, aquades,


pupuk urea, pupuk ZA, pupuk NPK,
Penirisan dan Pendinginan kulit singkong selama
botol 1,5 L dan 600 mL, selang, lem 15 menit
pipa, gunting, timbangan digital

Penambahan aquades sebanyak 1 L pada kulit


singkong dan diblender hingga menjadi pasta
Pencampuran aquades dengan tetes tebu

Penambahan enzim (selulase) 200 ppm atau 0,46 gram pada pasta
kulit singkong dan diaduk hingga homogen. Setelah itu didiamkan
Pelarutan yeast (1 mL), ZA (1 mL), NPK (0,5 mL) selama 24 jam
dan urea (1 mL) dengan aquades sebanyak 50 mL.
Dan aduk hingga homogen Pelarutan yeast (1 mL), ZA (1 mL), NPK (0,5 mL)
dan urea (1 mL) dengan aquades sebanyak 50 mL.
Dan aduk hingga homogen
Pemindahan campuran larutan ke dalam botol 1,5 L
dan penambahan air pada botol 600 mL. Kemudian
didiamkan selama 72 jam (3 hari) Pemindahan campuran larutan ke dalam botol 1,5 L
dan penambahan air pada botol 600 mL. Kemudian
didiamkan selama 72 jam (3 hari)

Pengamatan jumlah gelembung yang keluar


setiap menitnya selama masa fermentasi Pengamatan jumlah gelembung yang keluar
setiap menitnya selama masa fermentasi

Data hasil pengamatan Data hasil pengamatan

Selesai
Selesai
Gambar 3. Diagram alir
fermentasi campuran kulit
Gambar 2. Diagram alir singkong dan tetes tebu
fermentasi kulit singkong Langkah selanjutnya yaitu
Pada proses pembuatan proses destilasi. Adapun
bioetanol dari campuran kulit diagram alir proses destilasi
singkong dan tetes tebu adalah sebagai berikut.
diawali dengan proses
fermentasi. Adapun diagram
alir proses fermentasi
campuran kulit singkong dan
tetes tebu adalah sebagai
berikut.

Mulai
Mulai

Gelas ukur, larutan campuran,


Gelas ukur, tetes tebu, aquades,
destilator, alkoholmeter, gelas ukur,
pupuk urea, pupuk ZA, pupuk NPK, stopwatch, tisu, botol 600 mL
botol 1,5 L dan 600 mL, selang, lem
pipa, gunting, timbangan digital
Pemasangan saringan 3 tingkat pada
kolom fraksi

Pencampuran kulit singkong, tetes tebu dan


aquades Pemasukan larutan fermentasi ke dalam boiler,
tutup rapat, usahakan tidak ada bagian yang bocor
pada boiler

Pelarutan yeast (1 mL), ZA (1 mL), NPK (0,5 mL)


dan urea (1 mL) dengan aquades sebanyak 50 mL. Pemasangan selang pada ujung kondesor untuk
Dan aduk hingga homogen mengalirkan boetanol ke dalam botol

Pemindahan campuran larutan ke dalam botol 1,5 L Pengoperasian kompor listrik dan mengalirkan air
dan penambahan air pada botol 600 mL. Kemudian melalui selang ke kondensor
didiamkan selama 72 jam (3 hari)

Pengamatan termometer dan usahakan suhu pada


Pengamatan jumlah gelembung yang keluar boiler pada kisaran 79-81 derajat celcius
setiap menitnya selama masa fermentasi

Pengukuran volume kadar bioetanol yang


Data hasil pengamatan
dihasilkan pada durasi 30, 60 dan 90 menit

Selesai
Penghitungan nilai rendemen bioetanol dengan
menggunakan persamaan yang telah ditentukan

Data hasil pengamatan

Selesai
Berdasarkan Tabel 1
pada awal fermentasi, jumlah
gelembung pada ketiga
substrat tergolong sedikit, hal
ini dapat disebabkan karena
Gambar 4. Diagram alir proses kadar gula dalam sampel
destilasi masih terlalu tinggi sehingga
4. DISKUSI proses fermentasi berjalan
lambat. Saat suatu mikroba
Bahan yang digunakan
dipindahkan ke dalam suatu
pada praktikum ini yaitu tetes
medium, mikroba harus
tebu dan kulit singkong.
melakukan adaptasi terhadap
Parameter yang diukur yaitu
lingkungan baru atau biasa
intensitas gelembung pada
disebut sebagai fase adaptasi.
saat fermentasi, volume,
Pada fase ini, mikroba
kadar bioetanol dan
mengalami pembelahan yang
randemen pada kuli singkong,
masih sangat lambat sehingga
tetes tebu dan campuran
pada waktu fermentasi 24-48
antara kulit singkong dan
jam, peningkatan kadar etanol
tetes tebu. Data hasil
masih rendah. Pada waktu
pengamatan bioetanol adalah
fermentasi 96 - 168 jam,
sebagai berikut.
mikroba sudah memasuki fasa
A. Intensitas Gelembung
log sehingga terjadi
Tabel 1. Data pengamatan
intensitas gelembung peningkatan kadar etanol
secara signifikan. Kadar
Intensitas Gelembung (∑
Volume
Perlakuan Larutan
gelembung/menit) etanol tertinggi terjadi pada
Destilat
Hari Hari Hari waktu fermentasi 168 jam
ke-1 ke-2 ke-3
yaitu sebesar 23,6106%.
Tetes Tebu 800 3 56 0
Kulit Namun memasuki waktu
Singkong 800 0 0 0
Campuran 800 7 10 0 fermentasi 192 jam kadar
etanol yang dihasilkan mulai Tabel 2. Data pengamatan
volume bioetanol
mengalami penurunan. Pada
waktu fermentasi 216 jam Volume Volume Bioetanol (ml)
Perlakuan Larutan
kadar etanol yang dihasilkan Destilat

mendekati hasil kadar etanol 30 60 90


Tetes Tebu 800 21,5 68 101
pada fase awal. Produksi Kulit
Singkong 800 5 11 26
bioetanol dipengaruhi oleh
Campuran 800 2,5 20 35
faktor pertumbuhan S.
cerevisiae. Produksi bioetanol
Volume Bioetanol (ml)
dapat dilakukan dengan proses 120
100
80

Volume (ml)
fermentasi oleh S. cerevisiae 60 Tetes Tebu
40 Kulit Singkong
20
untuk mengubah karbohidrat 0 Campuran
20 40 60 80 10 0
menjadi etanol melalui jalur Waktu (menit)

metabolismenya. Semakin
lama waktu inkubasi untuk Gambar 5. Grafik volume

proses fermentasi bioetanol

pembentukan etanol, maka Pada Gambar 5

nutrisi dalam medium menunjukkan bahwa semakin

semakin berkurang karena lama waktu pemisahan,

adanya peningkatan jumlah semakin banyak volume

sel dan menyebabkan bioetanol yang dihasilkan.

kompetisi dan pada akhirnya Tetes tebu menghasilkan

akan mengalami kematian bioetanol terbanyak

(Adini et al., 2015). dibanding substrat yang lain.

B. Volume Bioetanol Hal ini dikarenakan tetes tebu

Berdasarkan hasil sebagian besar gula, asam

pengukuran volume amino dan mineral.

bioetanol, diperoleh data Kandungan senyawa gula

sebagai berikut. yang tinggi, berkisar antara


50 – 65 %. Senyawa gula
merupakan komponen dasar
yang kemudian dikonversi pengukuran volume yang
khamir menjadi etanol diperoleh tidak memenuhi
(Rochani et al., 2015). batas pengukuran
(alhokolmeter ternggelam
C. Kadar Bioetanol menyentuk dasar) pada
Berdasarkan hasil alkohol meter. Sehingga pada
pengukuran kadar bioetanol menit ke-90 dapat dilakukan
menggunakan alkoholmeter, dan akan menghasilkan
diperoleh data sebagai destilasi.
berikut. Berdasarkan data hasil
Tabel 3. Data pengamatan praktikum diperoleh produk
kadar bioetanol
bioetanol yang memiliki
Volume Kadar Bioetanol kadar etanol tertinggi yaitu
Perlakuan Larutan (%v/v)
Destilat tetes tebu. Hal ini disebabkan
30 60 90
Tetes oleh kandungan yang dimiliki
Tebu 800 0 0 80
Kulit
oleh tetes tebu. Pada molase
Singkong 800 0 0 17 atau tetes tebu terdapat
Campuran 800 0 0 54
kurang lebih 60% selulosa
dan 35,5% hemiselulosa
Kadar Bioetanol (%)
(dasar berat kering). Kedua
80

60
Tetes Tebu bahan polisakarida ini dapat
Kulit Singkong
40 Campuran dihidrolisis menjadi gula
20 sederhana (mono dan
0
disakarida) yang selanjutnya
Gambar 6. Grafik kadar bioetanol difermentasi menjadi etanol
Pada substrat tetes (Komarayati dan Gusmailina,
tebu, kulit singkong, dan 2010). Rukmana (1997)
campuran saat proses menyatakan bahwa
destilasi 30 dan 60 menit komponen kimia dan gizi
memiliki nilai 0% dalam 100 g kulit singkong
dikarenakan pada saat adalah sebagai berikut :
protein 8,11 g; serat kasar Volum
e
15,20 g; pektin 0,22 g; lemak Perlakua Laruta Randemen (%)
n n
1,29 g; kalsium 0,63 g. Destila
t 30 60 90
Kandungan karbohidrat kulit Tetes
Tebu 800 0 0 10
singkong segar blender Kulit
Singkong 800 0 0 2,125
adalah 4,55%, sehingga Campura
n 800 0 0 6,75
memungkinkan digunakan
sebagai sumber energi bagi
Randemen (%)
mikroorganisme dalam proses
15

Randemen (%)
fermentasi (Turyoni dalam 10 Tetes Tebu
5 Kulit Singkong
Putri, dkk, 2012). Selain itu Campuran
0
kulit singkong juga 20 60 10
0
waktu (menit)
mengandung tannin, enzim
peroksida, glikosa, kalsium Gambar 7. Grafik randemen
oksalat, serat, dan HCN Nilai rendemen terus
(Arifin, 2005). meningkat seiring dengan
Kulit singkong peningkatan suhu dan waktu
mengandung α-selulosa yang destilasi.Peningkatan nilai
cukup besar. Berdasarkan rendemen ini disebabkan
analisis laboratorium karena peningkatan suhu dan
diketahui kulit tanaman ini waktu destilasi menyebabkan
mengandung 56,82% α- cairan yang dapat diuapkan
selulosa, lignin 21,72%, dan menjadi semakin banyak.
panjang serat 0,05 – 0,5 cm Uap yang dihasilkan
(Santoso, 2012) terkondensasi menjadi etanol
D. Randemen destilat pada wadah
Randemen yang diperoleh penampung destilat. Selain
berdasarkan hasil perhitungan pengaruh suhu dan waktu
yaitu sebagai berikut. destilasi, nilai rendemen juga
Tabel 4. Data pengamatan sangat dipengaruhi oleh
randemen
bahan baku, proses, dan alat
destilasi yang digunakan. tebu hal ini dikarenakan
Upaya untuk meningkatkan kandungan gula pada tetes
nilai rendemen yang tebu lebih tinggi
dihasilkan dapat dilakukan dibandingkan kulit singkong.
dengan menambah lama Alternatif bahan pembuatan
waktu destilasi sehingga bioetanol yang baik yaitu
larutan fermentasi yang tetes tebu karena memiliki
teruapkan akan semakin kadar bioetanol tertinggi.
bertambah (Ernita dan Zola, 6. DAFTAR PUSTAKA
2016) Adini, S., E. Kusdiyantini, dan A.
5. KESIMPULAN Budiharjo. 2015.
Produksi Bioetanol Dari
Berdasarkan hasil dan
Rumput Laut dan
pembahasan yang telah
Limbah Agar Gracilaria
diuraikan di atas, maka
sp. dengan Metode
didapat kesimpulan sebagai
Sakarifikasi Yang
berikut: Terdapat empat
Berbeda. Jurnal BIOMA.
proses dalam pembuatan
16(2)
bioetanol, yaitu delignifikasi,
Arifin, 2005. Kandungan Gizi Pada
hidrolisis, fermentasi, dan
Ubi Kayu. Jurnal Ilmiah
destilasi. Pada proses
Ilmu-Ilmu Peternakan.
fermentasi gelembung yang
9(2) : 90-110.
dihasilkan hari kedua lebih
Artiyani, A., & Soedjono, E. S. 2011.
tinggi dari hari pertama dan
Bioetanol Dari Limbah
ketiga, hal ini disebabkan
Kulit Singkong Melalui
oleh fase tumbuh yeast yang
Proses Hidrolisis Dan
terjadi pada hari kedua.
Fermentasi Dengan
Volume dan randemen
Saccharonyces Cerevisiae.
bioetanol berbanding lurus
Prosiding Seminar Nasional
dengan waktu. Volume
Manajemen Teknologi XIII.
bioetanol tertinggi yaitu tetes
Surabaya: FTSP Institut
Teknologi Sepuluh LIPI Press , 34 (Edisi
Nopember. Khusus 2011): 24--32.
Diana,U. 2010. Studi Pembuatan Komarayati, Sri dan Gusmailina.
Bioetanol dari Limbah Buah 2010. Prospek Bioetanol
Pisang [Skripsi]. Jurusan Sebagai Pengganti
Teknik Pertanian Fakultas Minyak Tanah. Bogor:
Teknologi Pertanian Pusat Penelitian dan
Universitas Jember. Pengembangan Hasil
Ernita. Y dan P. Zola. 2016. Hutan
Pengembangan Alat Nengah, I. 2013. Hidrolosis Onggok
Produksi Bioetanol Dibawah Pengaruh
Limbah Kulit Ubi Kayu. Ultrasonik Dan Uji
Jurnal Teknologi Fermentasinya Menjadi
Pertanian Andalas. 20(2) Bioetanol. Serial on-Line.
Gozan, M. 2008. Sakarifikasi Dan http://digilib.unila.
Fermentasi Bagas Menjadi ac.id/902/8/BAB%20II.pdf.
Ethanol Menggunakan [Diakses pada 07 November
Enzim Selulase Dan Enzim 2019].
Sellobiase. Depok : Putra, D. 2014. Teori Viskositas
Universitas Indonesia. Cairan Sebagai Fungsi
Gunam, I. B., Wartini, N. M., Temperatur. Serial on-Line.
Anggreni, A. A., & http://eprints.polsri.ac.id/31
Suparyana, P. M. 2011. 8/3/BAB%20II%20.pdf.
Delignifikasi Ampas Tebu [Diakses pada 07 November
Dengan Larutan Natrium 2019].
Hidroksida Sebelum Rochani, A., S. Yuniningsih, Z.
Sakarifikasi Secara Ma’sum. 2015.
Enzimatis Menggunakan Pengaruh Konsentrasi
Enzim Selulase Kasar Dari Gula Larutan Molases
Aspergillus Niger FNU Terhadap Kadar Etanol
6018. Teknologi Indonesia
Pada Proses Fermentasi.
Jurnal Meka Buana. 1(1)
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu
Budidaya Pascapanen.
Jakarta: Kanisius.
Santana, J.O. et al., 2016.
Characterization Of The
Legumains Encoded By The
Genome Of Theobroma
Cacao L. Plant physiology
and biochemistry : PPB /
Société française de
physiologie végétale, 98,
pp.162–70. Available at:
http://www.sciencedirect.co
m/science/article/pii/S09819
42815301650 [Diakses pada
07 November 2019].

Santoso, S.P. 2012. Pemanfaatan


Kulit Singkong Sebagai
Bahan Baku Pembuatan
Natrium Karboksimetil
Selulosa. Jurnal Teknik
Kimia Indonesia. 11(3):
125.
Simanjuntak, R. 2009. Studi
Pembuatan Etanol Dari
Limbah Gula [Skripsi].
Medan. Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai