Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMELIHARAAN ANJING DAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA GIGITAN ANJING DI DESA SABA WILAYAH KERJA


UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II

Description of Community Knowledge about Dog Care and First Aid for Dog Bites in the
Saba Village Work Area of the UPTD Public Health Center's Blahbatuh II

Ida Ayu Made Sukmadewi 1, Ni Kadek Muliawati 2, Ni Ketut Ayu Mirayanti3


STIKes Wira Medika BALI¹,2, 3

ABSTRAK
Rabies merupakan penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh virus rabies. Pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit rabies juga sangat
diperlukan, karena pengetahuan akan mempengaruhi perilaku masyarakat untuk melakukan pemeliharaan
anjing dan pertolongan pertama pada gigitan anjing. Kesadaran dan kemauan masyarakat untuk melaporkan
kasus gigitan hewan penular rabies ke fasilitas Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan anjing dan pertolongan pertama pada gigitan
anjing. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini
adalah kepala keluarga yang memiliki anjing, dengan menggunakan teknik purposive sampling yang
berjumlah 281 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan
anjing, didapatkan sebagian besar dengan kategori baik (75,8%). Pengetahuan masyarakat tentang
pertolongan pertama pada gigitan anjing, didapatkan sebagian besar dengan kategori baik (38,8%).
Pengetahuan seseorang terhadap masalah kesehatan akan mempengaruhi tindakan seseorang, dalam hal
ini tindakan pencegahan terhadap penyakti rabies. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang yang dalam hal ini adalah tindakan dalam pencegahan rabies.
Disarankan kepada perawat agar lebih rutin dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang cara memelihara anjing yang benar dan pertolongan pertama terhadap gigitan anjing.

Kata kunci: Rabies, pengetahuan, pemeliharaan anjing, pertolongan pertama

ABSTRACT.
Rabies is an acute infection of the central nervous system in humans and animals caused by the
rabies virus. Public knowledge about the dangers of rabies is also very necessary, because knowledge will
influence people's behavior in carrying out dog maintenance and first aid for dog bites. Public awareness and
willingness to report bites of rabies transmitting animals to health facilities. This study aims to determine the
description of public knowledge about dog maintenance and first aid for dog bites. This research uses
quantitative methods and descriptive research design. The sample of this research is the head of a family
who owns a dog, using a purposive sampling technique, amounting to 281 people. The results showed that
most of the public knowledge about dog maintenance was in the good category (75.8%). Most of the public
knowledge about first aid in dog bites was in the good category (38.8%). A person's knowledge of health
problems will influence a person's actions, in this case preventive measures against rabies disease.
Knowledge is a very important domain in shaping a person's actions, in this case, actions to prevent rabies. It
is advisable for nurses to be more routine in providing health education to families on how to raise dogs
properly and first aid to dog bites.

Keywords: Rabies, knowledge, dog maintenance, first aid

Alamat Korespondensi :
Email :

1
PENDAHULUAN pencegahan terhadap rabies, baik dalam hal
Rabies merupakan penyakit infeksi memelihara hewan yang baik dan benar yaitu
akut susunan saraf pusat pada manusia dan melakukan vaksinasi rutin dan tidak
hewan yang disebabkan oleh virus rabies, membiarkan hewan peliharaan berkeliaran
yang termasuk genus Lyssavirus dari family bebas ataupun dalam hal pelayanan
Rhabdoviridae (Ferri, 2017). Virus rabies kesehatan setelah digigit hewan penular
ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan rabies untuk mendapatkan pengobatan yang
penular rabies seperti anjing, kucing dan kera. sesuai (Huwae et al., 2020). Perilaku
Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama menurut
atau hewan melalui luka gigitan hewan Lawrence Green yang dikutip dalam
penderita rabies atau luka yang terkena air liur (Notoatmodjo, 2018) yaitu, faktor predisposisi
hewan penderita rabies. Rabies menjadi yang meliputi pengetahuan, sikap,
masalah kesehatan masyarakat di seluruh kepercayaan dan nilai-nilai. Faktor pendukung
dunia termasuk Indonesia karena memiliki yang meliputi sarana prasarana atau fasilitas
tingkat kematian yang cukup besar (Huwae et kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
al., 2020). bagi masyarakat. Faktor penguat mencakup
Berdasarkan data World Health sikap dan perilaku masyarakat, petugas
Organization rabies diperkirakan kesehatan serta peraturan-peraturan terkait
menyebabkan 59.000 kematian per tahun di kesehatan.
seluruh dunia dengan angka kematian hampir Hal ini sesuai dengan penelitian
100%, sekitar 56% di antaranya terjadi di Asia (Hoetama et al., 2017) dengan judul
dan 44% di Afrika, terutama di daerah “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
pedesaan (WHO, 2018). Di Indonesia saat ini Masyarakat terhadap Penyakit Rabies di
terdapat 24 dari 34 provinsi yang endemis Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara
rabies. Berdasarkan data dan informasi Ditjen Timur”, yang menyatakan bahwa masih
P2P Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, banyak masyarakat yang tidak mengetahui
kasus kematian akibat rabies sejak tahun apa itu rabies, bagaimana proses
2010 sampai dengan tahun 2015 cenderung penularannya, apa gejalanya, tindakan awal
menurun, tetapi kembali meningkat pada apabila terkena gigitan anjing, serta tindakan
tahun 2017 menjadi 118 kematian, dan apa yang dilakukan apabila menemukan
kemudian di tahun 2018 mengalami kasus gigitan anjing. Sebagian besar mereka
penurunan yaitu, menjadi 86 kematian. yang tidak melakukan vaksinasi pada
Demikian juga dengan kasus Gigitan Hewan anjingnya mengaku malas mengurus proses
Penular Rabies (GHPR) dan kasus yang vaksin dan ada beberapa mengaku tidak
digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies (VAR) dapat informasi sama sekali mengenai
mengalami penurunan pada tahun 2018 yaitu vaksinasi Hewan Penular rabies (HPR).
menjadi sebesar 64.774 kasus dan 42.533 Sistem pemeliharaan HPR yang selalu
kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2019). dilepas dan tidak diberikan vaksinasi akan
Data Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) berpeluang besar terinfeksi rabies, yang
di Provinsi Bali pada tahun 2019, sebanyak memegang peranan penting terkait dengan
38.187 kasus dengan 20.622 kasus (54%) tingginya kasus gigitan HPR pada manusia
telah diberikan vaksin VAR, sedangkan di adalah kepemilikan, cara pemeliharaan dan
Kabupaten Gianyar dilaporkan sebanyak status vaksinasi yang kurang baik (Purnawan
4.515 kasus dengan 1.288 kasus (28,5%) & Kardiwinata, 2018). Menurut Kemenkes R.I.
telah diberikan vaksin VAR dan kasus gigitan (2018) tindakan pencegahan penularan rabies
hewan penular rabies di Wilayah Kerja UPTD pada manusia adalah dengan memberikan
Puskesmas Blahbatuh II sebanyak 318 kasus tatalaksana luka gigitan hewan penular rabies,
dan dilaporkan sebanyak tiga orang dengan yang terdiri dari pencuci luka, pemberian
kasus rabies. antiseptik, pemberian vaksin anti rabies (VAR)
Tinggi rendahnya kasus rabies pada dan serum anti rabies (SAR). Menurut
hewan dan manusia di suatu daerah (Kemenkes R.I., 2018) perilaku memelihara
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan anjing yang baik diantaranya memberi
masyarakat tentang bahaya penyakit rabies makanan anjing 2-4 kali sehari, memandikan
dan kesadaran masyarakat terkait tindakan anjing lebih sering dari sekali dalam

2
seminggu, memotong kuku anjing secara pengetahuan masyarakat tentang pertolongan
teratur karena kuku dapat menjadi sarang pertama pada gigitan anjing.
virus rabies, tidak memotong anjing untuk
dijadikan makanan, anjing dikurung di dalam HASIL
rumah atau di halaman rumah yang berpagar, Karakteristik responden pada
memberi vaksinasi rabies pada anjing secara penelitian ini, seperti pada tabel berikut.
teratur, menghidnari anjing berkelahi dengan
hewan lainnya dan menggunakan rantai saat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
mengajak anjing jalan-jalan. Berdasarkan Umur
Masyarakat perlu memiliki kesadaran
dalam tatacara memelihara hewan yang baik Umur f %
dan benar (pemberian vaksinasi rutin dan 17-25 tahun 0 0
tidak membiarkan hewan peliharaan 26-35 tahun 32 11,4
berkeliaran). Pengetahuan masyarakat 36-45 tahun 176 62,6
tentang bahaya penyakit rabies juga sangat 46-55 tahun 73 26,0
diperlukan, karena pengetahuan akan Jumlah 281 100
mempengaruhi perilaku masyarakat untuk
melakukan pemeliharaan anjing dan Berdasarkan tabel 1 didapatkan
pertolongan pertama pada gigitan anjing. bahwa sebagian besar responden berada
Kesadaran dan kemauan masyarakat untuk pada rentang usia 36-45 tahun (masa dewasa
melaporkan kasus gigitan hewan penular akhir), yaitu sebanyak 176 orang (62,6%).
rabies ke fasilitas Kesehatan (Kemenkes R.I.,
2018). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Studi pendahuluan yang dilakukan Berdasarkan Jenis Kelamin
peneliti di UPTD Puskesmas Blahbatuh II,
terdapat 318 kasus GHPR pada tahun 2019 Jenis Kelamin f %
dengan tiga kasus positif pada anjing. Hasil Laki-Laki 198 70,5
wawancara pada bulan Juni tahun 2020 dan Perempuan 83 29,5
dari data di UPTD Puskesmas Blahbatuh II Jumlah 281 100
dengan 10 orang pasien yang berobat karena
tergigit anjing, 8 orang (80%) mengatakan Berdasarkan tabel 2 didapatkan
belum paham tentang cara memelihara bahwa sebagian besar responden adalah laki-
anjing, sedangkan 2 orang (20%) mengatakan laki yaitu sebanyak 198 orang (70,5%).
sudah paham, tetapi dari 10 orang tersebut,
semuanya (100%) yang belum mengetahui Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
bagaimana pertolongan pertama ketika digigit. Berdasarkan Pendidikan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan Pendidikan f %
masyarakat tentang pemeliharaan anjing dan Tidak sekolah 15 5,3
pertolongan pertama pada gigitan anjing di SD 80 28,5
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II. SMP 121 43,1
SMA 55 19,6
Diploma/Perguruan Tinggi 10 3,6
BAHAN DAN METODE
Jumlah 281 100
Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan desain penelitian deskriptif,
dengan pendekatan cross sectional. Teknik Berdasarkan tabel 3 didapatkan
pengambilan sampel dalam penelitian adalah bahwa sebagian besar responden
non probability sampling jenis purposive pendidikannya SMP yaitu sebanyak 121
sampling, dengan jumlah responden orang (43,1%).
sebanyak 281 orang kepala keluarga yang
memiliki anjing. Intrumen penelitian Hasil analisis
menggunakan kuesioner pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan

3
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Parwis (2016) yang mengungkapkan bahwa
Masyarakat Tentang Pemeliharaan karakteristik masyarakat pemilik anjing di Kota
Anjing Banda Aceh dari 60 responden, sebagian
besar atau sebesar 28,3% dengan usia 41-50
Tingkat Pengetahuan f % tahun, sebagian besar atau sebesar 76,6%
Kurang 31 11,0 adalah laki-laki dan sebagian besar atau
Cukup 37 13,2 sebesar 61,7% dengan pendidikan SMP.
Baik 213 75,8 Umur seseorang dapat mempengaruhi
Jumlah 281 100 dalam upaya pencegahan rabies, hasil
Berdasarkan tabel 4. didapatkan penelitian Lesnussa (2016) mengungkapkan
bahwa dari 281 responden tingkat bahwa responden yang berada pada umur 40
pengetahuan tentang pemeliharaan anjing tahun ke atas terlihat lebih baik partisipasinya
sebagian besar responden dengan kategori dibandingkan dengan seseorang yang berada
baik yaitu sebanyak 213 orang (75,8%). pada usia pada usia dibawah 30 tahun. Umur
seseorang akan mempengaruhi tindakannya
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan yang dalam hal ini partisipasi pemilik anjing
Masyarakat Tentang Pertolongan dalam program pencegahan penyakit rabies,
Pertama pada Gigitan Anjing karena dengan meningkatnya umur berarti
pengalaman dalam memelihara anjing terkait
Tingkat Pengetahuan f % tentang penyakit rabies juga akan meningkat
Kurang 88 31,3 terutama pemilik anjing yang tinggal di daerah
Cukup 84 29,9 endemis rabies. Hasil penelitian yang
Baik 109 38,8 didapatkan bahwa sebesar 43,1% dengan
Jumlah 281 100
pendidikan SMP, sebesar 19,6% pendidikan
SMA dan sebesar 3,6% dengan pendidikan
Berdasarkan tabel 4. didapatkan Diploma/Perguruan tinggi.
bahwa dari 281 responden tingkat Pendidikan merupakan suatu upaya
pengetahuan tentang pertolongan pertama atau proses pembelajaran untuk
pada gigitan anjing sebagian besar responden mengembangkan kepribadian dan
dengan kategori baik yaitu sebanyak 109 kemampuan baik di dalam maupun di luar
orang (38,8%). sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Tingkat pendidikan juga menentukan tingkat
perkembangan dan kerumitann seseorang
PEMBAHASAN dapat menyerap dan memahami bahan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran. Secara umum semakin tinggi
didapatkan karakteristik berdasarkan umur pendidikan seseorang, semakin baik pula
didapatkan sebagian besar responden berada pengetahuannya, begitu pula dengan
pada masa dewasa akhir (usia 36-45 tahun), pencegahan penyakit rabies, sangat
berdasarkan jenis kelamin sebagian besar diharapkan lebih tinggi jenjang pendidikan
adalah laki-laki dan berdasarkan tingkat maka semakin baik juga pengetahuan dan
pendidikan sebagian besar adalah tematan pemahaman tentang rabies dan
SMP. pencegahannya.
Hasil penelitian yang didapat didukung Menurut peneliti karakteristik
oleh penelitian yang dilakukan oleh (Huwae et responden berdasarkan umur sangat
al., 2020) yang mengungkapkan bahwa berkaitan dengan kedewasaan seseorang
karakteristik responden yang memiliki anjing dalam hal melakukan hobi khususnya untuk
di Desa Morekau, Kecamatan Seram Barat memelihara anjing, karena anjing memerlukan
diddapatkan dari 210 responden, berdasarkan perhatian yang khusus untuk merawatnya
usia didapatkan sebesar 54,3% dengan sehingga lebih banyak orang dewasa yang
kategori usia dewasa akhir, berdasarkan jenis memelihara anjing. Seorang laki-laki dikaitan
kelamin didapatkan sebesar 51% adalah laki- dengan adanya waktu luang yang dimiliki oleh
laki dan berdasarkan pendidikan didapatkan laki-laki sehingga lebih ada waktu dalam
sebesar 72,4% dengan pendidikan dasar (SD memelihara anjing. Pendidikan responden
dan SMP) dan penelitian yang dilakukan oleh akan berpengaruh terhadap pengetahuannya

4
dalam memelihara anjing dan menjaga aspek positif dan objek yang diketahui, maka
kesehatan anjingnya. akan menimbulkan sikap makin positif
Berdasarkan hasil penelitian terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi,
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan 2017). Menurut (Prestiana, 2017) perawatan
tentang pemeliharaan anjing sebagian besar anjing agar anjing terhindar dari penyakit
responden dengan kategori baik dan jawaban rabies dan penyakit lainya, yaitu: perawatan
yang sebagian besar salah dari responden bulu, pemeriksaan organ tubuh (pemeriksaan
yaitu Anjing yang sakit tidak perlu diperiksa ke mata, telingan, mulut, kulit, kaki dan kuku)
dokter hewan. Hal ini sesuai dengan yang memandikan anjing, pemberian pakan harian
diungkapkan oleh (Prestiana, 2017) dan pencegahan terhadap serangan penyakit
pengetahuan yang baik terjadi karena sudah dengan vaksinasi.
banyaknya informasi yang didapatkan oleh Pemeliharaan anjing di masyarakat
masyarakat tentang bahaya penyakit rabies Bali umumnya dilepasliarkan, pemiliki anjing
yang mana informasi bisa didapatkan dari hanya menyediakan pakan secukupnya dan
Puskesmas dan Media Sosial yang sering umumnya anjing mencari makan tambahan di
memberitakan tentang penyakit rabies, luar ruma. Masih cukup banyak ditemukan
sedangkan responden yang menilai anjing anjing yang aktif mencari makan di sekitar
yang sakit tidak perlu diperiksa ke dokter gundukan sampah, pasar dan tempat-tempat
hewan dikarenakan lebih banyak memelihara umum lainnya. Pemeliharaan anjing yang
anjing liar sehingga anjing yang sakit lebih dilepas, umumnya kurang akrab dengan
banyak dibiarkan dan akan sembuh dengan pemilikinya sehingga menyulitkan saat
sendirinya. vaksinasi massal oleh petugas. Pemeliharaan
Hasil penelitian yang didapatkan anjing dengan cara di lepas juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh memungkinkan berkontak dengan anjing yang
Nurrohman (2017) yang mengungkapkan diduga terserang rabies (Nurrohman, 2017).
pemahaman masyarakat pemeliharan anjing Menurut peneliti tingkat pengetahuan
di Kabupaten Karangasem Bali, didapatkan tentang pemeliharaan anjing sebagian besar
bahwa sebesar 71% cara memelihara anjing responden dengan kategori baik, dikarenakan
dengan cara dilepas dan sebesar 76% yang responden sudah mendapat berbagai
tidak pernah memeriksakan anjingnya. Hasil informasi tentang memelihara anjing baik itu
penelitian yang dilakukan (Purnawan & dari pihak Puskesmas, maupun mendapatkan
Kardiwinata, 2018) mengungkapkan bahwa sendiri informasi dari media sosial.
tingkat pengetahuan tentang pencegahan Pengalamannya saat memelihara anjing juga
penyakit rabies di Ubud, dari 96 responden menambah wawasannya, karena merasakan
sebanyak 63 orang (65,6%) dengan kategori dan mengalami sendiri apa yang harus
baik. dilakukan dengan anjing peliharaannya.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu Berdasarkan hasil penelitian
yang terjadi melalui proses sensori khususnya didapatkan bahwa tingkat pengetahuan
mata dan telinga terhadap obyek tertentu. tentang pertolongan pertama pada gigitan
Pengetahuan merupakan obyek yang sangat anjing sebagian besar responden dengan
penting untuk terbentuknya perilaku terbuka kategori baik yaitu sebesar 38,8% dan
(over behaviour). Pengetahuan itu sendiri jawaban yang sebagian besar salah dari
dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. responden yaitu mencuci luka merupakan
Pengetahuan sangat erat hubungannya langkah pertama yang dilakukan setelah
dengan pendidikan, dimana diharapkan tergigit anjing dan pencucian luka karena
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka gigitan anjing tidak perlu memakai sabun. Hal
orang tersebut akan semakin luas pula ini terjadi karena responden sudah banyaknya
pengetahuannya, tetapi perlu ditekankan, informasi yang didapatkan oleh masyarakat
bukan berarti seseorang yang berpendidikan tentang pertolongan pertama pada gigitan
rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. anjing yang mana informasi bisa didapatkan
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek dari Puskesmas dan Media Sosial yang sering
mengandung du aspek, yaitu aspek positif memberitakan tentang penyakit rabies,
dan negatif. Kedua aspek ini yang akan sedangkan responden kurang paham tentang
menentukan sikap seseorang semakin banyak pencucian luka dikarenakan jika terjadi gigitan

5
anjing biasanya cepat-cepat di bawa ke Menurut peneliti tingkat pengetahuan
Puskesmas atau Rumah Sakit. tentang pertolongan pertama pada gigitan
Hasil penelitian yang didapatkan anjing sebagian besar responden dengan
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh kategori baik, hal ini dikarenakan ada yang
Andasari (2017) yang mengungkapkan bahwa sudah pernah tergigit anjing sehingga
pengetahuan ibu dalam pertolongan pertama sebagian besar sudah mengetahui
pada gigitan anjing rabies di Desa Merti Jaya pertolongan pertama yang harus dilakukan
didapatkan dari 36 responden, sebanyak 30 terhadap gigitan anjing. Pengetahuan yang
orang (83,3%) dengan kategori tingkat didapatkan bisa dari cerita tetangga yang
pengetahuan baik dan penelitian yang sudah pernah tergigit anjing dan dari informasi
dilakukan oleh Sarjana (2018) yang petugas kesehatan dan media sosial.
mengungkapkan tingkat pengetahuan tentang
pencegahan penyakit rabies pada warga di SIMPULAN DAN SARAN
Wilayah Puskesmas Kuta II didapatkan dari Simpulan
96 responden, sebanyak 75 orang (78,1%) Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan tingkat pengetahuan baik. diambil simpulan bahwa pengetahuan
Pertolongan pertama merupakan masyarakat tentang pemeliharaan anjing,
tindakan pertama terhadap seseorang yang didapatkan sebagian besar atau sebanyak
mengalami penderitaan atau kecelakaan. 213 orang (75,8%) dengan kategori baik.
Tindakan ini dilakukan sebelum orang Pengetahuan masyarakat tentang pertolongan
mengalami sakit atau derita dibawa ke dokter. pertama pada gigitan anjing, didapatkan
Pertolongan pertama berarti tindakan yang sebagian besar atau sebanyak 109 orang
dilakukan secepat mungkin bagi orang yang (38,8%) dengan kategori baik.
menderita untuk meringankan sakitnya
(Margareta, 2018). Menurut Kemenkes RI Saran
(2016) anjing merupakan salah satu hewan Disarankan kepada perawat agar lebih
penular rabies yang penularannya salah rutin dalam melakukan pendidikan kesehatan
satunya melalui gigitan. Penyakit rabies kepada keluarga yang memelihara anjing
sampai saat ini belum ada obatnya, namun tentang cara memelihara anjing yang benar
bisa dicegah, yaitu dengan: pencucian luka, dan pertolongan pertama terhadap gigitan
pemberian antiseptic dan pemberian vaksin. anjing sehingga dapar mencegah penularan
Pengetahuan seseorang terhadap penyakit rabies.
masalah kesehatan akan mempengaruhi
tindakan seseorang, dalam hal ini tindakan KEPUSTAKAAN
pencegahan terhadap penyakti rabies.
Pengetaghuan merupakan domain yang Ferri, F. (2017). Ferri’s Clinical Advisor.
sangat penting dalam membentuk tindakan Elsevier.
seseorang yang dalam hal ini adalah tindakan
dalam pencegahan rabies. Menurut (Huwae et Hoetama, E., Tanri, N. P., Gianni, L. F.,
al., 2020) pengetahuan yang baik akan Kusuma, K. B., Gunardi, H. D., &
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Suryadi, E. F. (2017). Pengetahuan,
yaitu pendidikan, informasi atau media massa, Sikap, dan Perilaku Masyarakat
lingkungan, pengalaman dan usia. Pendidikan terhadap Penyakit Rabies di Kabupaten
mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman Manggarai, Nusa Tenggara Timur,
seseorang, sehingga semakin tinggi 2014. EJournal Kedokteran Indonesia,
pendidikan seseorang maka informasi 4(3), 3–8.
semakin mudah diterima dan dimengerti https://doi.org/10.23886/ejki.4.7111.177-
dengan baik. Selain itu di era yang semakin 82
berkembang dengan berbagai teknologi yang
menyediakan berbagai media massa, Huwae, L. B. S., Sanaky, M., & Pirsouw, C. G.
masyarakat dapat dengan mudah mengakses (2020). Gambaran Pengetahuan , Sikap
informasi sehingga menambah pengetahuan , Dan Perilaku Masyarakat Tentang
dan wawasannya, dalam hal ini tentang Pencegahan Rabies Di Desa Morekau
rabies. Kecamatan Seram Barat Kabupaten

6
Seram Bagian Barat. Jurnal PAMERI,
2(April), 47–58.

Kemenkes R.I. (2018). Buku saku petunjuk


teknis penatalaksanaan kasus gigitan
hewan penular rabies di Indonesia.
53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO978110741
5324.004

Kementerian Kesehatan RI. (2019). InfoDatin:


Jangan Ada lagi Kematihan Akibat
Rabies. In InfoDATIN.
https://doi.org/ISSN 2442-7659

Notoatmodjo, S. (2018). Ilmu Perilaku


Kesehatan. Rineka Cipta.

Prestiana, D. I. (2017). Insidensi Piometra


Melalui Pemeriksaan Radiologi Pada
Anjing Di Rumah Sakit Hewan
Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga. Universitas
Airlangga.

Purnawan, N., & Kardiwinata, M. . (2018).


Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku
Pencegahan Wisatawan Terhadap
Penyakit Rabies Di Ubud Sebagai
Daerah Tujuan Wisata Di BALI. The
New Zealand Nursing Journal. Kai Tiaki,
72(2), 6–8.

Wawan, A., & Dewi, M. (2017). Teori dan


pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika.

WHO. (2018). Updates and Call for Data.


Http://Apps.Who.Int/Iris/Bitstream/10665
/254622/2/WER9207.Pdf.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/
254622/2/WER9207.pdf

Anda mungkin juga menyukai