Anda di halaman 1dari 14

HORMON-HORMON REPRODUKSI

1. Pengertian Hormon Reproduksi

Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas adalah
sebuah zat organik. Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah zat ini merupakan
pengatur fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem.
Hormon dapat didefinisikan sebagai zat organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus
dalam bahan dan dialirkan ke dalam peredaran darah dan dengan jumlah yang sangat
kecil dapat merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi.

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang
bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam
tubuh yang memberikan suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-
fungsi dalam tubuh. Hormon dapat memberikan efeknya pada struktur-struktur target
dengan cara :
1) Mengubah fungsi gen
2) Memengaruhi jalur-jalur metabolik secara langsung
3) Mengontrol perkembangan organ-organ spesifik atau produk-produk
skretorisnya.
Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan
disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju atau
ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem
reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek dan fungsi dalam
perkembangannya.

2. Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Unsur Pembentuknya


Semua hormon mamalia berpartisipasi dalam semua aspek reproduksi.
Partisipasi ini mungkin melalui kerja langsung terhadap fungsi fisiologik lingkungan
internal yang menjamin keberhasilan reproduksi atau pengaruh tidak langsung.

Hormon-hormon reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur


pembentuknya, yakni Golongan protein (peptida), Golongan steroid, dan Golongan
asam lemak. Berikut penjelasan dari ketiga golongan hormon diatas, sebagai berikut :

1. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul 300-
70.000 dalton dengan sifat-sifat mudah dipisahkan oleh enzim sehingga tidak
dapat diberikan melalui oral tetapi harus diberikan melalui suntikan (ex : Gn-
RH).
2. Hormon steroid mempunyai berat molekul 300-400 dalton. Hormon steroid
alami tidak efektif apabila diberikan melalui oral, tetapi steroid sintesis dan
yang berasal dari tumbuhan dapat diberikan melalui oral maupun suntikan (ex :
estrogen, progesteron, dan androgen).
3. Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya dapat
diberikan melalui suntikan (ex : prostaglandin).
Hormon-hormon Reproduksi
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat
kelenjar tersebut, antara lain :
1. Kelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior meghasilkan tiga
macam hormon reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone , Luteinizing
Hormone yang pada hewan jantan disebut dengan Interstitial Cell Stimulating
Hormone dan Luteotropic Hormone, serta bagian posterior yang menghasilkan
dua macam hormon yakni oksitoksin dan vasopressin.
2. Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen, progesteron,
dan relaksin.
3. Endometrium dari uterus yang menghasilkan hormon Prostaglandin.
4. Testis pada hewan jantan menghasilkan hormon testosteron. Kedua belas
hormon ini mempunyai peranan mengatur kegiatan reproduksi pada tubuh
hewan, sehingga disebut hormon reproduksi.
 Hormon Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada betina yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain.
 Hormon Progesterone
Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga
dapat menerima implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta dan
produksi air susu.
 Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone)
Hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi
oleh hipofisis akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel.
 Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon ini ujuga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan
dari GnRH. Berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar Gonade /
Foliclle menjadi matang pecah dan ovulasi.
 Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus
diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating
hormone) di hipofisis.
 Hormon Testosteron
Dihasilkan di dalam testes. Berfungsi mempegaruhi
pertumbuhan alat kelamin jantan, menstimulasi bermacam-macam
metabolisme tubuh, memperpanajang daya hidup spermatozoa dalam
saluran kelamin, meningkatkan pertumbuhan tulang.
 Hormon Pertumbuhan  / Growth Hormone (GH)
Hormon pertumbuhan (Somatotrop) dihasilkan di Kelenjar
hipofisa. Fungsinya antara lain mengendalikan pertumbuhan &
perkembangan, meningkatkan pembentukan protein, mendorong
pertumbuhan umum tubuh, mempercepat sintesa protein.
 Hormon Prostaglandin (PGF2α)
Dihasilkan di endometrium dari uterus.

3. Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Cara Kerjanya


Berdasarkan cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi dapat dibagi dalam
tiga kelompok yaitu hormon reproduksi primer, hormon reproduksi sekunder, dan
hormon pelepas.

Hormon-hormon reproduksi primer secara langsung memengaruhi berbagai


aspek reproduksi seperti spermatogenesis, ovulasi, kelakuan kelamin, fertilisasi,
pengangkutan ovum, implantasi, kelangsungan kebuntingan, kelahiran, laktasi dan
tingkah laku induk.Hormon-hormon reproduksi sekunder berfungsi untuk
mempertahankan keadaan fisiologik yang memungkinkan terjadinya proses
reproduksi.
Tabel 1. Hormon-hormon reproduksi primer
Kelenjar Hormon Beberapa fungsi
Adenohipofisis Follicle Stimulating spermatogenesis, pertumbuhan folikel
Hormone (FSH)
Luteinizing Hormon (LH) ovulasi, pelepasan estrogen, pelepasan
progesteron
Interstitial Cell Stimulasi sel-sel interstitial leydig,
Stimulating Hormone pelepasan testosteron
(ICSH)
Prolaktin/Luteotropic Pelepasan progesteron, laktasi
Hormone (LTH)
Neurohipofisis Oksitosin Kontraksi uterus, kelahiran, penurunan (let
down) susu
Testis Testosteron Spermatogenesis, mempertahankan sistem
kelamin jantan dan sifat-sifat kelamin
sekunder, kelakuan kelamin jantan.
Ovarium Estrogen/estradiol Mempertahankan sistem saluran kelamin
betina dan sifat-sifat kelamin sekunder,
tanda-tanda birahi/ekstrus, kelakuan kelamin
betina, stimulasi kelenjar susu, mobilisasi
Ca, dan lemak pada unggas
Progesteron Implantasi, mempertahankan kebuntingan,
stimulasi kelenjar susu
Relaxin Relaksasi serviks uteri, kontraksi uterus,
pemisahan simfisis pubis
Plasenta Human Chorionic Seperti LH (LH-like)
Gonadotrophin (HCG)
Pegnan Mare Serum Seperti FSH (FSH-like)
Gonadotrophin (PMSG)
Estradiol Lihat ovarium
Progesteron Lihat ovarium
Relaxin Lihat ovarium
Prostaglandin Luteolisis (melisiskan korpus luteum)

Reproduksi merupakan hasil kerjasama berbagai sekresi endoktrin terhadap


organ sasaran dan reaksi-reaksi khusus di dalam tubuh. Kelompok ketiga dari
hormon-hormon reproduksi terdapat di dalam hipotalamus dan kelompok hormon ini
disebut sebagai faktor-faktor pelepas (releasing factors).
Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder
Kelenjar Hormon Beberapa fungsi
Adenohipofisis Somatotropic Hormone (STH) Pertumbuhan, sintesa protein
Thyroid Stimulating Hormone Stimulasi kelenjar tyroid,
(TSH) pelepasan tiroksin, dan
pengikatan iodium oleh thyroid
Adrenocorticotrophic Stimulasi korteks adrenal,
Hormone (ACTH) pelepasan kortikoid adrenal
Neurohipofisis Vasopressin (Antidiuretic Pertumbuhan tubuh,
Hormone, ADH) perkembangan dan
pematangan, oksidasi zat
makanan
Tri-iodothyronin Sama dengan atas
Thyrocalcitonin Metabolisme kalsium
Pankreas Aldosteron Metabolisme air dan elektrolit
Corticoid Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathyroid Insulin Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathormon Metabolisme Ca dan P

Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)


Faktor (Hormon) Fungsi
Gonadotropin Releasing Hormone (Gn- Stimulasi pelepasan gonadotropin
RH) (FSH dan LH)
Thyrotropin Hormone (TRH) Stimulasi pelepasan TSH
Prolacting Inhibition Factore (PIF) Inhibisi pelepasan prolaktin
Corticotropin Releasing Factore ( CRF) Stimulasi pelepasan ACTH
Somatotropic Hormone Releasing Factore Stimulasi pelepasan STH
(STH-RH)

A. Hormon-hormon reproduksi primer


Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang
dikenal sebagai sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-hormon,
seperti Melanophore Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin juga disekresikan
oleh kelenjar hipofisis. MSH mengatur sintesis dan penyebaran melanin sedangkan
Vasopressin mempengaruhi tekanan darah dan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon-hormon gonadotropin
Kelenjar adenohipofisis mensekresikan tiga hormon gonadotropin yaitu, FSH,
LH dan LTH. Hormon-hormon ini sangat penting dalam pengaturan ovarium dan
testis untuk produksi ova dan spermatozoa dan pelepasan hormon-hormon gonadal
yaitu testosteron, estradiol, dan progesteron.
Fungsi utama FSH menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel
deGraaf di dalam ovarium dan spermatogenesis di dalam tubuli semeniferi testis.
FSH murni menstimulir pertumbuhan folikel pada hewan betina yang dihipofisektomi
tetapi tidak menyebabkan ovulasi, luteinisasi, atau stimulasi terhadap jaringan
interstistial ovarium.
Luteinizing Hormon (LH) bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir
pematangan folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH
menyebabkan ovulasi dengan menggertak pemecahan dinding sel dan pelepasan
ovum. FSH dan LH bersifat sinergistik dalam pengaruhnya terhadap gonad.
Keduanya terdapat dalam berbagai perbandingan yang berimbang sesuai dengan
berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin dari berbagai jenis hewan.
Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolaktin. Hormon ini merupakan hormon
protein dengan berat molekul 22.000 sampai 35.000. prolaktin yang berasal dari
domba dan sapi tampaknya terdiri dari satu rantai peptida tunggal dengan suatu
konfigurasi siklis dan mengandung jembatan-jembatan disulfida.
Oksitosin
Oksitosin adalah suatu oktapeptida yang mengandung 8 asam amino yaitu
tirosin, leusin, isoleusin, prolin, asam glutamik, asam aspartic, glisin dan sistin.
Aktifitas oksitosin adalah kontraksi uterus dan let down atau penurunan air susu.
Hormon-hormon gonadal
Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina sebagai
organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon kelamin
jantan dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel kelamin. Pada
umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi mempertahankan organ-organ kelamin
pelengkap dan sifat-sifat kelamin sekunder
Androgen. Androgen atau testosteron merupakan hormon kelamin jantan
diproduksi di dalam testis dan sedikit ole korteks adrenal. Selain androgen, testis
juga menghasilkan sejumlah kecil estrogen. Testosteron dan testis berfungsi untuk:
a. Diferensiasi sesual organ-organ kelamin luar dan penurunan testis
kedalam skrotum pada fetus yang baru lahir,
b. Keratinisasi epithel praeputium, pemisahan glands penis dari
praeputium, serta pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas,
c. Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-kelenjar kelamin
untuk menghasilkan cairan atau plasma semen pada waktu ejakulasi,
d. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta
ejakulasi,
e. Perkembangan sistem-sistem kelamin sekunder yang khas bagi hewan
jantan, misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada
pinggul, jengger ayam dan perubahan suara,
f. Kelangsungan sekretoris dan aktivitas absorbsi dan struktur ductulli
eferentes, epididimis, ductus defferensia termasuk ampula,
g. Spermatogenesis, perkembangan dan pematangan spermatid dan
spermatozoa didalam saluran-saluran testiskuler dan memperpanjang
umur sperma di dalam epididimis, dan
h. Aktifitas metabolik terhadap protein.
Kastrasi (penghilangan testis) yang dilakukan sebelum pubertas akan
menghambat perkembangan , fungsi, dan aktivitas organ-organ yang memerlukan
testosteron. Apabila kastrasi dilakukan sesudah pubertas maka akan menyebabkan
atropi organ-organ reproduksi dan terhentinya aktivitas-aktivitas tersebut dapat
dipulihkan kembali dengan penyuntikan preparat-preparat testosteron.
Estrogen. Hormon ini merupakan hormon yang menimbulkan estrus atau birahi
pada hewan betins. Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca interna dan
folikel de Graaf. Estrogen bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin
sekunder pada hewan betina. Hormon ini menggertak pertumbuhan sistem saluran
kelenjar susu, mempengaruhi deposisi dan distribusi lemak tubuh, serta mempercepat
ossifikasi epifise tulang.
Progesteron. Progesteron merupakan progesteron alamiah terpenting yang di
ekskresikan oleh sel-sel lutein korpus luteum. Fungsi progesteron sulit dipisahkan
dari hormon-hormon lsin seperti estrogen. Hal ini disebabkan progesteron secara
normal bekerja sama dengan estrogen dan steroid-steroid lainnya yang menghasilkan
hanya sedikit pengaruh khusus jika berdiri sendiri. Beberapa pengaruh progesteron
dapat disebut sebagai berikut:
a. Menstimulir pertumbuhan sistem glanduler pada endometrium uterus yang
telah disensitifkan oleh estrogen.
b. Mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu lingkungan
endometrial yang sesuai untuk kelanjutan hidup dan perkembangan
embrio,
c. Menghambat otilitas atau pergerakan uterus secara spontan dan
meniadakan atau menurunkan respon miometrium terhadap oksitosin,
d. Dengan menghambat produksi FSH dan LH, progesteron mencegah
terjadinya estrus, ovulasi dan siklus strus,
e. Bekerjasama dengan estrogen untuk menstimulir ovulasi dengan
menggertak LH, apabila disuntikkan dalam jumlah kecil selama permulaan
estrus pada sapi, progesteron akan mempercepat terjadinya ovulasi, dan
f. Bekerjasama dengan estrogen menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan sistem alveolar kelenjar mammae.
Relaxin. Hormon ini terutama dihasilkan oleh korpus luteum selama masa
kebuntingan. Fungsi fisiologik terutama berhubungan dengan partus yaitu:
a. Menstimulir pemisahan simfisis pubis pada marmot dan mencit sesudah
pemberian estrogen. Fungsi ini mempermudah keluarnya fetus pada waktu
partus,
b. Menghambat aktivitas miometrium yaitu menghambat kontraksi uterus,
c. Menurunkan kadar air dalam uterus,
d. Bersama estrogen menyebabkan pertambahab pertumuhan uterus, dan
e. Meningkatkan pertumbuhan kelenjar susu bila diberikan bersama estrogen
dan progesteron.
Hormon-hormon plasenta
Gonadotropin telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan tikus.
Sifat-sifat fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia telah banyak
dipelajari dan merupakan sumber biologik hormon-hormon gonadotropin. Pada kuda,
hormon gonadotropin dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda
bunting kira-kira 40 sampai 120 hari masa kebuntingan dan tidak diekskresikan
melalui urin tetapi terdapat dalam konsentrasi tinggi pada serum darah sehingga
disebut Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG).
Hormon-hormon uterus
Prostaglandin merupakan hormon yang meregulasi beberapa fenomena
fisiologik seperti kontraksi otot polos pada saluran reproduksi dan saluran
gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi, kelahiran dan turun susu, menstimulasi
kontraksi uterus, serta meregenerasi korpus luteum.

B. Hormon-hormon reproduksi sekunder


Hormon-hormon reproduksi sekunder adalah zat-zat endoktrin dengan
aktivitas metabolik yang mempertahankan fungsi fisiologik tubuh dan
memungkinkan berlangsungnya proses-proses reproduksi.
Tiroksin. Kelancaran sekresi kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk
kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn
fertilitas dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.
Corticoid adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses reproduksi
dinyatakan oleh (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan steroid-steroid
kelamin, dan (b) kegunaan dasar kortikoid adrenal untuk mempertahankan hidup
hewan dan fungsi reproduksi
Pankreas. Pada umumnya, pancreatectomi (penghilangan kelenjar pankreas)
akan menyebabkan disfungsi aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan waktu atau
pemberhentian siklus estrus dan kelambatan masa pubertas.
Paratiroid. Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada
sapi, parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi kebuntingan
walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi
menimulkan gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.
Thyrocalcitonin. Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi
menurunkan kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi kalsium pada tulang.
Hipotalamus
Hipotalamus berfungsi dalam pengaturan proses penting yang terjadi secara
otomatis, seperti nafsu dan selera makan, detak jantung, kontrol suhu tuuh, tingkah
laku kawin, serta aktivitas neuroendoktrin. Hipotalamus merupakan pusat pengolahan
dan integrasi informasi yang diterima kemudian menterjemahkan kepada
neurohumoral untuk memberikan respon secara fisiologis.
4. Mekanisme Kerja Hormon dalam Mengatur Fungsi Reproduksi
Secara umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama yakni
Hipotalamus, Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang memegang
peranan penting dalam mensintesis ataupun mensekresikan hormon reproduksi.
Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-RH (Gonadotropin Releasing Hormone),
dimana Gn-RH berfungsi untuk merangsang atau menstimulasi hipofisa anterior
untuk mensintesis hormon gonadotropin yakni FSH dan LH, ICSH pada jantan.
Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa anterior
akan mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin yakni FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada betina dan ICSH
(Interstitial Cell Stimulating Hormone) pada jantan.
Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam merangsang
perkembangan pada organ reproduksi baik jantan maupun betina. FSH akan
menstimulasi pertumbuhan folikel di dalam ovarium dalam menghasilkan hormon
estrogen tepatnya pada folikel yang terdapat di dalamnya, sedangkan LH akan
menstimulasi ovarium dalam menghasilkan hormon progesteron tepatnya pada corpus
luteum.
Pada jantan, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan mengatur
perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam tubulus
seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon
testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial.
a. Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Betina
Telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber
hormon reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan
hormon Gn-RH yang kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior
dalam mengatur pelepasan hormon FSH dan hormon LH. Hormon FSH akan
menstimulasi pertumbuhan folikel dalam ovarium dan menghasilkan hormon
estrogen, sedangkan hormon LH akan menstimulasi corpus luteum dalam
ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron. Apabila terlampau banyak
FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar estrogen yang
dihasilkan oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim
inhibin dalam menghambat folikel dalam menghasilkan hormon estrogen
melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior).
b. Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Jantan
Tidak jauh beda dengan penjelasan  diatas, hal yang membedakan
adalah pada hewan jantan yang berperan sebagai alat reproduksi primer
adalah testis. Di dalam testis terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig.
Tubulus seminiferus akan menghasilkan dan mengatur perkembangan sperma
dalam proses spermatogenesis, sedangkan sel leydig berperan dalam
mensintesis hormon testosteron.
Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus
distimulasi oleh FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel leydig
distimulasi oleh ICSH. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh
HA (hipofisa anterior) maka kadar spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus
seminiferus akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam
menghambat tubulus seminiferus dalam menghasilkan spermatozoa melalui
feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sistem Koordinasi Hormon.


http://biologigonz.blogspot.com/2009/11/system-koordinasi-hormon.html. Diakses
pada tanggal 13 September 2014.
Anonim. 2009. Spermatogenesis.  www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/swf/f74.swf. Dikases
pada tanggal 13 September 2014.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press.
Surabaya.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC, 2008.
Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan.  Universitas
Airlangga. Surabaya.
Syaifuddin., Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta: Salemba Medica, 2011.

Anda mungkin juga menyukai