Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Jenis luka di antaranya adalah luka bakar, yang merupakan suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar (Elizabeth, 1997). Kulit dengan luka
bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau
penyebabnya. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pejanan
pada kulit (Syamsuhidayat dan Jong, 1997).
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan kekurangan volume cairan CES. Syok
hipovolemik paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan
gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan.
Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan
rongga abdomen. Syok hipovolemik biasanya terjadi akibat pendarahan yang herbat, muntah,
diare, intake dan output yang tidak seimbang, sehingga terjadi suatu keadaan dimana
sesorang mengalami syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi
yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.

B. Etiologi

Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau
radiasi elektromagnitik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

a. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan
cairan tubuh disertai panas/energi.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.

C. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan bermakna,
kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan
pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan
pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah,
dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi 12 protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan
masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler
mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke
jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok.
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ
multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan
kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi
cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan
cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi
jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak,
kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan
kegagalan organ multi sistem.

D. Klasifikasi Luka Bakar


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
lukabakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :

1. Berdasarkan penyebab
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia
 Luka bakar karena listrik
 Luka bakar karena radiasi
 Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar

a. Luka bakar derajat I


 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bulae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

 Derajat IIdangkal (superficial)

 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.


 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

 Derajat II dalam (deep)

 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.


 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

c. Luka bakar derajat III

 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih


dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.
d. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Luka bakar mayor

 Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
 Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
 Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
 Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

2. Luka bakar moderat


 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.

3. Luka bakar minorLuka bakar minor seperti yg didefinisikan oleh Trofino


(1991) dan Griglak (1992)adalah :
 Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10 % pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
 Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
 Luka tidak sirkumfer.
 Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :

Rule of nine

 Kepala dan leher : 9%


 Dada depan dan belakang : 18%
 Abdomen depan dan belakang : 18%
 Tangan kanan dan kiri : 18%
 Paha kanan dan kiri : 18%
 Kaki kanan dan kiri : 18%
 Genital : 1%

E. Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar Fase Akut.


  Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma –
trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.
Evaluasi Pertama (Triage)
A. Airway, sirkulasi, ventilasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
C. Anamnesis
D. Pemeriksaan luka bakar
Penanganan di Ruang Emergency
  Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
  Bebaskan pakaian yang terbakar.
  Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya trauma
lain yang menyertai.
  Bebaskan jalan napas.
  Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30
cc/jam untuk anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
  Dilakukan pemasangan Foley kateter
  Di lakukan pemasangan nosogastrik tube
  morfin intravena
  Timbang berat badan
  Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan.
  Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum
  Eskarotomi
  Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Biodata Pasien
Nama : Tn . A
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Kristen protestan
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Petani
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Kuda Mati
 Keluhan Utama

Tubuh terbkar 1 jam yang lalu sebelum di bawah ke RS

 Keluhan Tambahan

Pasien tampak kesakitan

 Riwayat Penyakit sekarang

1 jam SMRS, Tn. A terbakar api ketika sedang membakar sate. Tn. A
yang sedang hendak menyiapkan pembakaran sate terkena ledakan dari dirigen
minyak tanah yang terletak dekat dari sumber api. Dan ketika itu juga adik dari
Tn. A  berusaha membantu memadamkan dengan berniat menyiramkan air tapi
ternyata yang disiramkan itu adalah minyak tanah. Sehingga api disekujur tubuh
Tn. A malah semakin membesar, Tn. A terkapar di tanah dan berguling-guling
kesakitan. Dan akhirnya orang-orang sekitar cepat-cepat memadamkan dengan
jalan menyiramkan air dan juga dengan menggunakan kain.Kejadian ini terjadi
pada halaman belakang rumah pasien (ruangan terbuka) dan ketika jatuh  ke tanah
Tn. A mengaku tidak membentur sesuatu, Tn. A juga mengaku tidak mengalami
sesak napas ataupun penurunan kesadaran.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tn. A mengaku tidak memiliki riwayat perawatan/pembedahan di RS
sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus disangkal, Hipertensi (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC

 Klasifikasi Data
DS:
 Klien mengeluh badan lemas
 Klien mengeluh nyeri pada daerah luka bakar
 Klien mengatakan panas pada daerah luka bakar
DO:
 Turgor kulit tampak menurun > 2 detik
 Bibir tampak kering
 Suhu 37,80C
 Nadi 87 x/menit
 TD 120/80 mmHg
 Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, dengan skala nyeri  4.
 Pada perabaan terasa hangat Suhu tubuh 38,8-0C Di sekitar luka bakar terlihat
kemerahan
 Peningkatan leukosit (26.900 mm3).
 Ekspresi wajah tampak cemas
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, berdasarkan ukuran
luas luka bakar, dan berdasarkan berat ringannya. Berdasarkan penyebabnya luka bakar
terdiri dari : luka bakar yang disebabkan oleh radiasi, air panas, listrik, bahan/ zat kimia, api
dan sebagainya.
. Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan bebebrapa faktor antara
lain : persentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh, kedalaman luka bakar,
umur klien, riwayat pengobatan yang lalu, dan trauma yang menyertai atau bersamaan.
. Seseorang yang menderita luka bakar akan mengalami sesuatu bentuk syok hipovolemik
yang dikenal sebagai syok luka bakar. Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata
pada tekanan hidrostatik kapiler pada jaringan yang cidera, disertai dengan peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini mengakibatkan perpindahan cepat cairan plasma dari
kompartemen intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas, dalam daerah
interstisial (mengakibatkan edema) dan luka bakar itu sendiri.
.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca  khususnya tentang keperawatan klien dengan kegawatan pada pasien luka bakar.
N Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Gangguan kebutuhan Setelah 1.      Observasi tanda- 1.      Mengetahui 16 Juli 2007 16 Juli 2007
cairan berhubungan dilakukan tanda vital. perkembangan (Jam 08.30 WIB) Jam 09.30 WIB
dengan peningkatan perawatan ± 3 2.      Monitor intake dan kesehatan klien dengan1.      Melakukan Observasi tanda- S:
kebocoran kapiler, hari, diharapkan output. peningkatan TTV tanda vital:        Klien masih
ditandai dengan: volume cairan 3.      Pantau turgor kulit. menandakan adanya        Suhu 37,8 C
0
mengeluh lemas
DS: dan elektrolit inspeksi.        Nadi 87 x/mnt O:
         Klien mengeluh seimbang, 2.      Untuk mengetahui        TD 120/80 mmHg        Turgor masih jelek
badan lemas dengan kriteria: pemasukan dan        R 18 x/mnt.        Bibir masih tampak
DO:          Mukosa bibir pengeluaran cairan. (Jam 08.35 WIB) kering
         Turgor kulit tampak lembab 3.      Untuk mengetahui 2.      Memantau intake dan output 0
       Suhu 37,8 C
menurun > 2 detik          Suhu normal penurunan turgor. cairan: A:
         Bibir tampak kering (36,50-370C).        Intake:        Masalah belum
0
         Suhu 37,8 C          Tidak ada
8 jam I: 1040 ml teratasi
         Nadi 87 x/menit infeksi pada luka. 8 jam II: 260 ml P:
         TD 120/80 mmHg           
8 jam III: 260 ml        Lanjutkan
      Output : intervensi.
± 400 cc/hari
(Jam 08.40 WIB)
3.      Melakukan tes turgor kulit
Respon: turgor jelek, tidak kembali dalam
2 detik.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
         R 18 x/menit. 4.      Kolaborasi intake 4.      Untuk membantu (Jam 08.45 WIB)
         Haluaran ± 400 pemberian obat mempercepat 4.  Melaksanakan terapi pembe-rian
cc/hari. penyembuhan. obat:
         Infus metro 3 x 500        Ceftriaxon 2×1 IV
ml (20 tts/menit).        Metro infus 3×500
       Toramine 3×30 IV
       Braunaer 2×250 IV
       Salep bioplacenton 2×1/ hari
2 Gangguan rasa Setelah 1.       Ubah posisi 1.      Gerakan dan latihan 16 Juli 2007 16 Juli 2007
nyaman nyeri dilakukan 2.       Kaji keluhan nyeri menurunkan kekakuan (Jam 08.50 WIB) (Jam 13.30 WIB)
berhubungan dengan perawatan perhatikan 10 kasi. sendi dan kelemahan 1.      Membantu melakukan posisi S:
terputusnya selama 3 hari, otot. sesering mungkin.        Klien masih
kontinuitas jaringan, diharapkan nyeri 2.      Perubahan lokasi nyeri      Bantu klien untuk duduk semi mengeluh nyeri pada
ditandai dengan: dapat berkurang, dapat mengidentifikasi fowler daerah luka bakar.
DS: dengan kriteria: terjadinya komplikasi.      Membantu klien untuk O:
         Klien mengeluh          Keluhan nyeri melakukan mobilitas fisik.            Ekspresi wajah
nyeri pada daerah tidak ada       (Jam 08.55 WIB) menunjukkan nyeri.
luka bakar.          Dapat 2.      Memantau keluhan nyeri dan A:
DO: melakukan lokasi, menyentuh bagian luka        Masalah belum
         Ekspresi wajah aktivitas klien, menyentuh bagian luar teratasi.
menunjukkan nyeri,          Ekspresi wajah daripada luka. P:
dengan skala nyeri  tenang Respon: nyeri di daerah luka        Lanjutkan
4.          Suhu tubuh 36-               bakar. intervensi.
370C
         Skala nyeri 0
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
         Nampak pucat 3.       Berikan tindakan 3.      Meningkatkan (Jam 08.60 WIB)
         Suhu tubuh kenyamanan dasar, relaksasi: menurunkan 3.      Melaksanakan pemijatan pada
meningkat 38,80C. contoh pijatan pada tegangan otot, area yang tidak sakit, merubahan
         Klien tampak area yang tidak kelemahan umum. posisi yang sesering mungkin.
meringis jika sakit, perubahan 4.      Memfokuskan kembali Respon: klien merasa lebih
dilakukan perawatan posisi yang sering. perhatian,               nyaman.
luka. 4.       Dorong penggunaan meningkatkan relaksasi (Jam 09.00 WIB)
         Klien tampak teknik manajemen dan meningkatkan rasa 4.   Melatih nafas dalam dan
cemas. stres (napas dalam, kontrol. membimbing imajinasi.
         Ekspresi wajah bimbing imajinasi).      Suruh klien untuk tarik napas
tampak gelisah. panjang
Memikirkan sesuatu untuk
mengalihkan rasa sakit
3 Resiko terhadap Setelah 1.      Pantau tanda/ gejala1.      Untuk mengetahui Jam 09.05 WIB Tgl 16 Juli 2007
infeksi berhubungan dilakukan infeksi sejauh mana infeksi 1.      Memonitor dengan cara inspeksi jam 14.40 WIB
dengan kerusakan perawatan tanda adanya kemerahan, S:
barier kulit, ditandai selama 3 hari bengkak, panas dan        klien mengatakan
dengan: klien diharapkan: ketidakfungsian organ, dan masih panas pada
DS: –      Suhu tubuh dengan cara palpasi untuk daerah luka bakar.
         Klien mengatakan dalam batas mengetahui adanya bengkak.
panas pada daerah normal. Respon:   adanya pening-katan leukosit, di
luka bakar. –      Di sekitar luka sekitar luka memerah, suhu
tidak tampak tinggi
merah lagi.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(7)
DO: –      Di sekitar luka 2.      Bersihkan daerah 2.      Untuk mencegah (37,80C), perabaan kulit di O:
         Pada perabaan tampak bersih luka bakar. terjadinya infeksi. sekitar luka hangat, disekitar        Masih terasa hangat
terasa hangat 3.      Berikan penyuluhan3.      Untuk memberikan luka tampak kotor. pada waktu
         Suhu tubuh 38,8-0C kesehatan tentang informasi tentang Jam 09.10 WIB perabaan.
         Di sekitar luka infeksi luka bakar pencegahan infeksi luka2.      Membersihkan daerah luka luka        Suhu 37,80C
bakar terlihat bakar bakar dengan menggunakan A:
kemerahan NaCl Genta        Masalah teratasi
         Peningkatan Respon: klien bersedia untuk sebagian.
leukosit (26.900 dilakukan pembersihan luka P:
mm3). Jam 09.15 WIB.        Rencana tindakan
3.      Melakukan penyuluhan tentang dilanjutkan.
pencegahan infeksi
Respon: klien mengerti dan mau
melaksanakan.
4 Intoleransi aktivitas Kebutuhan 1.      Monitor 1.       Untuk mengetahui 16 Juli 2007 16 Juli 2007
berhubungan dengan aktivitas kemampuan klien tingkat ketergantungan (Jam 09.20 WIB) (Jam 15.40 WIB)
kelemahan fisik, terpenuhi dalam dalam beraktivitas klien dalam memenuhi 1.      Memantau tingkat kemampuan S:
ditandai dengan: waktu 3 hari memenuhi ADL. kebutuhan sehari- klien dalam melakukan aktivitas.        Klien mengatakan
DS: dalam 24 jam, harinya. tubuhnya masih
         Klien mengatakan dengan kriteria: lemah.
badannya lemah          Klien mampu
melakukan ADL
secara mandiri.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
DO:          Klien tidak 2.      Bantu klien dalam 2.       Untuk mempertahankan (Jam 09.25 WIB) O:
         Activyng Daily lemah melaksanakan kebutuhan energi
2. Menolong klien untuk melakukan        ADL masih dibantu
Living dibantu oleh          Pergi ke WC aktivitas sesuai minimal dan tanggung gerak aktif/ pasif, sesuai dengan keluarga dan
keluarga dan perawat tidak dibantu dengan kemampuan jawab perawat untuk kemampuan. perawat.
         Bila ingin BAK oleh keluarga dan klien. membantu klien. Respon: klien dapat melakukan secara        Klien masih
klien selalu dibantu perawat. bertahap mengguna-kan
oleh keluarga fisvot.
mengguna-kan A: Masalah belum
fisvot. teratasi
P:  Lanjutkan intervensi.
5 Gangguan rasa aman: Rasa cemas 1.       Kaji tingkat 1.       Untuk mengetahui 16 Juli 2007 16 Juli 2007
cemas berhubungan hilang dalam kecemasan klien apakah klien dalam (Jam 09.30 WIB) (Jam 16.50 WIB)
dengan kurangnya waktu 2 hari, 2.       Beri penjelasan keadaan cemas ringan, 1.      Menanyakan tingkat kecemasan S:
informasi tentang dengan kriteria: mengenai penyakit sedang dan berat. klien, klien ada pada tingkat        Klien mengatakan
penyakit, ditandai          Klien mengerti yang diderita. 2.       Dengan memberikan kecemasan sedang. sudah mengetahui
dengan: tentang keadaan penjelasan akan Respon: klien ada pda tingkat kecemasan tentang keadaan
DS: penyakitnya. mengurangi kecemasan sedang. penyakitnya
        Klien selalu         Ekspresi wajah klien. (Jam 09.35 WIB) O:
menanyakan keadaan tampak tenang. 2.      Melakukan Penyuluhan        Ekspresi wajah
penyakitnya mengenai penyakit yang diderita masih cemas.
        Klien mengatakan oleh klien. A:
cemas karena kurang      Memberikan penjelasan tentang        Masalah sebagian
pengetahuan tentang pengertian luka bakar. teratasi.
penyakitnya.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
DO:      Memberikan penjelasan tentang P:
         Ekspresi wajah tanda dan gejala luka bakar.      Pertahankan
tampak cemas.      Memberikan penjelasan tentang intervensi 1-4
cara pengobatan dan perawatan
luka bakar.
Respon: klien dan keluarga dapat
mengerti.
Departemen Keperawatan Anak

LAPORAN KHASUS PADA PENDERITA MALARIA

OLEH : JOSANGLE PIPIANA

NPM : 12114201130129

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2015/2016

Anda mungkin juga menyukai