Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Nur Hadi

Semester/Kelas : 4/C
NIM : SF19114
Resume Imunologi
Bab II
SISTEM KOMPLEMEN
Sistem komplemen merupakan satu kumpulan berbagai jenis protein konsentrasi
rendah dalam serum yang secara kolektif merupakan salah satu mekanisme efektor
respons imun nonspesifik. Tiga mekanisme sistem komplemen berada dalam plasma
sebagai pro-enzim yang in aktif Yaitu C1, C4 Dan C3. Setiap saat dapat dibuat aktif
melalui suatu reaksi permulaan sebagaipencetus rangkaian reaksi. Tiga tahap reaksi
sistem komplemen (C3 memegang peran utama)

1. Fase Pengenalan
Pada fase ini terjadi interaksi antara komponen C1 dengan reseptor pada Fc antibody.
Antibodi yang bebas (tidak berikatan dengan antigen sesuai), reseptor pada Fc tidak
dapat mengikat komplemen. Segera setelah berikatan dengan antigen yang sesuai,
maka reseptor pada Fc antibodi menjadi aktif dan dapat mengikat C1 yang terdiri dari
3 sub fraksi C1q, C1r dan C1s. Ketiga sub fraksi ini dipersatukan dan di stabilisis
menjadi satu kesatuan oleh ion kalsium. Cara kerja komponen C1 adalah : sub fraksi
C1q merupakan protein yang akan mengenali dan berikatan pada reseptor dari Fc
yang ditujukan terhadap C1q apabila, antibodi telah berikatan dengan antigen yang
sesuai membentuk antigen-antibodi kompleks. Ikatan C1q dengan reseptor pada Fc
menyebabkan C1r bekerja aktif sebagai enzim. Enzim ini
menyebabkan C1s Aktif.
2. Fase Pengaktifan / Aktivasi.
C1s bereaksi dengan C4 dan C2 membentuk C142. Kompleks C142 ini bersifat aktif
sebagai enzim disebut C3 konvertase, yang memecah C3 menjadi 2 sub unit yaitu sub
unit kecil C3a yang dilepas ke dalam cairan tubuh dan sub unit besar C3b yang
bekerja sebagai enzim terhadap C5 + C6 + C7 menghasilkan kompleks tri molekul
C567 Aktif.
3. Fase Efektor
C567 yang bekerja sebagai enzim mengaktifkan faktor titik dari C8 dan C9 sehingga
membentuk C89 yang secara aktif melisiskan membran sel. C3b juga berfungsi
sebagai opsonin pada ikatan antigen antibodi yang sesuai sehingga, memungkinkan
makrofag atau sel NK untuk mengikat opsonin tersebut sehingga antigen akan
dihancurkan atau difagositosis, hal ini disebabkan karena makrofag atau sel NK
mempunyai reseptor terhadap C3b.
Jalur Alternatif/Jalur Pintas
Pada jalur alternative tidak membutuhkan kompleks antigen-antibodi ataupun
fragmen Fc dari antibodi sehingga tidak membutuhkan adanya reaksi komponen C1 +
C4 + C2 Untuk menghasilkan C3 konvertase. Rangkaian reaksi jalur alternatif
dimulai Jika terjadi agregasi dari imunoglobulin atau fragmen F (Ab’)2, ataupun
berbagai jenis polisakarida berasal dari kuman yang akan mengubah C3 Proaktivator
menjadi C3 aktivator (C3 konvertase). C3 konvertase akan memecah C3 menjadi C3a
dan C3b yang selanjutnya sama seperti pada jalur klasik.
PROSES TOLERANSI IMUNOGENIK
Dasar respon imun adalah respon imun non spesifik dan spesifik. Pada respon imun
spesifik melibatkan sel limfosit B dan T. Sel limfosit B dan T yang mature (dewasa)
dapat membedakan antigen “self” dan “non self”.
Organ yang berperan dalam pematangan limfosit adalah :
Organ limfoid primer : sumsum tulang & timus.
Organ limfoid sekunder (perifer) : limpa, kelenjar limfe dan Mucosa Associated
Limfoid Tissue (MALT).
Perkembangan Limfosit T
Bone Marrow merupakan tempat pembentukan seluruh sel darah ( Stem cell ).
Limfosit T dibentuk di sum-sum tulang dan dimatangkan di Timus. Sel limfosit T
yang belum dewasa disebut timosit. Setelah dimatangkan di Timus maka sel tersebut
akan masuk ke dalam perifer
Di Timus terjadi proses toleransi (central tolerans)
Disini terjadi seleksi baik positif maupun negatif dengan self MHC-associated
peptida
antigen (MHC sendiri yang berikatan dengan antigen peptida sendiri).

Seleksi (+)
A. Lack of Positive Selection
Pada thymic epithelial cell:
Jika terjadi kegagalan pengenalan terhadap MHC dari kompleks MHC peptida,
terjadi kematian sel apoptosis
B. Positive Selection
Pada thymic epithelial cell :
Jika terjadi pengenalan dengan aividitas lemah terhadap MHC dari kompleks
MHC peptida, terhindar dari kematian sel, konversi ke single positif dan tetap
hidup dilanjutkan ke seleksi negatif.
Seleksi (-)
C. Negative Selection
Pada thymic antigen presenting cell :
Terjadi pengenalan dengan aviditas kuat terhadap peptida dari kompleks MHC
peptida terjadi kematian sel apoptosis. Setelah melewati seleksi positif dan
negatif, dihasilkan limfosit T yang matang (terseleksi) dimana TcR nya
mengenal MHC sendiri dan mengenal antigen asing dengan kata lain mengenal
antigen asing yang disajikan oleh MHC sendiri.
Di perifer toleransi terjadi karena :
 Anergi
 Stimulasi berulang dari antigen
 Supresi

Pengenalan antigen selain ikatan TcR dengan peptida yang disajikan dengan MHC
sebagai sinyal pertama, perlu bantuan sinyal ke dua dari ikatan CD28 dengan B7 dari
antigen presenting cell (sebagai ko stimulator) yang dapat menimbulkan
rangsangan/aktifasi sel T sebagai efektor.
Jika B7 dari APC tidak ada atau B7 berikatan dengan CTL A-4 dari limfosit akan
timbul anergi yaitu sel hidup tetapi tidak mampu memberikan respon imun (tidak
dapat di stimulasi). Bone Marrow merupakan tempat pembentukan seluruh sel darah (
Stem cell ). Limfosit B dibentuk dan dimatangkan di sum-sum tulang. Di perifer
terdapat sel limfosit B mature.

Disumsum tulang terjadi central toleran pada sel B


 Immature limfosit B mengenali multivalen antigen sendiri seperti membran
protein terjadi apoptosis
 Immature limfosit B mengenali secara spesifik antigen sendiri valensi lemah
akan hidup tetapi ≠ mampu berespon terhadap antigen

Anda mungkin juga menyukai