Anda di halaman 1dari 8

Sains Peternakan Vol.

5 (2), September 2007: 39-46


ISSN 1693-8828

Model Rekording dan Pengolahan Data untuk Program


Seleksi Sapi Bali
Hakim, L., Suyadi, V.M.A. Nurgiartiningsih, Nuryadi dan T. Susilawati

Fakultas Petrenakan Universitas Brawijaya, Malang

INTISARI

Sapi Bali merupakan ternak lokal asli Indonesia sangat berpotensi untuk dikembang-
biakkan dan sebagai plasma nutfah harus tetap dilestarikan agar tidak tercemar dengan
“darah” bangsa sapi lain. Disinyalir performans sapi Bali cenderung menurun disebabkan
aplikasi program pemuliaan yang kurang ketat, sehingga mutu genetiknya rendah. Dalam
upaya memperbaiki mutu genetik, Pola Peternakan Inti Terbuka (Open Nucleus Breeding)
tampaknya sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan sapi Bali yang banyak melibatkan
peternakan rakyat sebagai populasi dasar dengan dukungan kegiatan seleksi pada berbagai
lapisan peternakan dan harus ditunjang dengan rekording performans produksi dan
reproduksi secara tertib, benar dan akurat, serta berkesinambungan. Rekording merupakan
metode untuk menunjang keberhasilan program perbaikan mutu genetik ternak yang sangat
bermanfaat dalam program seleksi berdasarkan performans individu, dan dapat membantu
manajemen beternak yang baik. Dari rekording dapat diketahui silsilah ternak sehingga
sangat bermanfaat untuk melakukan analisis komponen ragam dan menduga nilai pemuliaan
(breeding value) ternak. Tujuan penelitian untuk mengembangkan manajemen rekording bagi
pola perbibitan sapi Bali dan perangkat lunak (software) sistem rekording dan pengolahan
data. Luaran berupa laporan Kegiatan Model Rekording dan Pengolahan Data Untuk Program
Seleksi Sapi Bali; model rekording sederhana untuk data primer di lapang dan model tabulasi
data secara manual; dan perangkat lunak program rekording (sistem rekording data produksi
dan reproduksi, rekapitulasi data, faktor koreksi, dan nilai pemuliaan ternak). Kesimpulan
adalah perbaikan mutu genetic untuk memperbaiki performans produksi pada keturunan
secara bertahap dan kontinyu perlu dilakukan sehingga perlu perencanaan dan implementasi
program breeding yang tepat dan berkelanjutan. Diperlukan format recording dan pengolahan
data yang sederhana dan standar sehingga mudah diaplikasikan. Program recording di
lapangan yaitu recording langsung di lapangan dengan menggunakan lembar isian recording
oleh peternak dan komputerisasi data pada petugas atau di pusat pembimbitan, dinas atau
instansi terkait. Diperlukan pelatihan mengenai manfaat dan teknik pengisian paket recording
baik di tingkat peternak maupun petugas/dinas. Penggunaan perangkat lunak (software)
dalam program recording akan sangat membantu dalam pengarsipan, pengolahan dan
pencarian data yang diperlukan dalam rangka mendukung program breeding.

Kata Kunci : sapi Bali, data, model rekording, program seleksi

PENDAHULUAN tahan yang kuat dan dapat berkembang-biak


secara cepat pada berbagai kondisi
Ditinjau dari aspek produksi, sapi Bali lingkungan tropis di Indonesia (Saka, 2000;
merupakan ternak potong yang disenangi Mastika, 2002). Oleh karenanya, dengan
konsumen karena kadar lemak dagingnya berbagai keunggulan tersebut menjadikan
rendah (lean meat), dan karkas yang sapi Bali sebagai modal dasar genetik sapi
dihasilkan berkualitas sangat bagus. lokal di Indonesia. Sebagai ternak lokal asli
Keunggulan lain yang dimiliki adalah Indonesia yang mempunyai potensi untuk
tingkat kesuburannya yang tinggi, serta daya dikembang-biakkan, keberadaan sapi Bali

39
sebagai plasma nutfah harus tetap didasarkan atas besar tubuhnya, terutama
dilestarikan agar tidak tercemar dengan bagi ternak jantan sebagai pemacek. Tanpa
“darah” bangsa sapi lain. Dari beberapa data adanya rekording yang jelas, juga dapat
yang ada di lapang, menunjukkan bahwa mengakibatkan terjadinya silang-dalam,
performans sapi Bali pada saat ini sehingga dapat memunculnya cacat genetik
cenderung menurun, yang disebabkan oleh (Hardjosubroto, 1994).
program pemuliaan yang tepat kurang Dengan adanya data performans
dilakukan secara ketat, sehingga mutu produksi dan reproduksi, serta silsilah
genetiknya rendah. Disinyalir juga terjadi ternak, maka dapat dilakukan pengolahan
pengurasan ternak yang baik performansnya data untuk mengetahui lebih lanjut hasil
untuk dipotong. Selama tahun 1980 - 1990, program seleksi yang telah dilaksanakan.
rataan bobot badan sapi Bali yang Beberapa model rekording yang dapat
dikeluarkan dari pulau Lombok mengalami diterapkan bagi performans produksi sapi
penurunan dari 350 kg menjadi 300 kg Bali, meliputi sifat-sifat kualitatif dan
(Dwipa dan Sarwono, 1992; Sarwono, kuantitatif, serta identifikasi individu-
1995). Bahkan berdasarkan data seri (time individu ternak untuk mengetahui
series), performans produksi sapi Bali silsilahnya. Sedangkan perangkat lunak
(bobot sapih dan bobot badan umur 1 tahun) (soft-ware) untuk menganalisis data
yang ada di Pusat Perbibitan Pulukan performans produksi individu ternak yang
(P3Bali) selama 9 tahun terakhir ini, juga telah banyak dikembangkan, dapat
menunjukkan kecenderungan yang semakin digunakan untuk menduga beberapa
menurun (Hakim, dkk., 2004). parameter genetik dan nilai pemuliaan
Dalam upaya memperbaiki mutu ternak berdasarkan sifat tertentu.
genetik, Pola Peternakan Inti Terbuka (Open Kegiatan ini bertujuan untuk: (1)
Nucleus Breeding) tampaknya sesuai untuk Mengembangkan manajemen rekording bagi
diterapkan dalam pengembangan sapi Bali pola perbibitan sapi Bali, mencakup format,
yang banyak melibatkan peternakan rakyat pelaksanaan, dokumentasi dan rekapitulasi
sebagai populasi dasar. Namun perlu data rekording; (2) Mengembangkan
diperhatikan bahwa dalam kegiatan seleksi perangkat lunak (software) untuk sistem
pada berbagai lapisan peternakan, harus rekording dan pengolahan data.
ditunjang dengan rekording performans
produksi dan reproduksi secara tertib, benar MATERI DAN METODE
dan akurat, serta berkesinambungan.
Rekording sebagai tulang punggung Materi dalam kegiatan ini adalah sapi
keberhasilan program perbaikan mutu Bali pada berbagai kelompok umur, baik
genetik ternak, sangat bermanfaat dalam yang ada di Pusat Perbibitan Pulukan,
program seleksi berdasarkan performans maupun yang ada di Instalasi Populasi Dasar
individu, dan dapat membantu manajemen Kabupaten Tabanan, di populasi peternakan
beternak yang baik. Dengan adanya rakyat Kabupaten Karang Asem, dan di
rekording juga dapat diketahui silsilah Balai Inseminasi Buatan Baturiti. Selain itu
ternak, yang sangat bermanfaat untuk juga melibatkan para peternak dan petugas
melakukan analisis komponen ragam dan teknis lapang dari wilayah kegiatan tersebut.
menduga nilai pemuliaan (breeding value) Data sekunder berupa Laporan
ternak (Henderson, 1984; Searle, Casella, Tahunan P3Bali, Laporan Tahunan Dinas
dan McCulloch, 1992). Seleksi ternak yang Peternakan (Propinsi Bali, Kabupaten
didasarkan pada rekording yang tidak benar, Tabanan, dan Karang Asem), dan dokumen-
akan mengakibatkan tidak adanya dokumen yang terkait dengan program
peningkatan performans produksi pada breeding di P3Bali, serta data sekunder dan
generasi berikutnya, karena terjadi dokumen yang terkait dengan kegiatan
kesalahan dalam memilih ternak yang hanya P3Bali yang ada di Direktorat Perbibitan

40 Sains Peternakan Vol. 5 (2), 2007


Direktorat Jenderal Bina Produksi diperoleh dengan cara wawancara
Peternakan, juga merupakan materi dalam mendalam (deep interview).
kegiatan ini.
Beberapa Kegiatan yang Dilakukan
Lokasi
1. Mengidentifikasi performans sapi Bali
Lokasi dari kegiatan ini adalah (fenotip), yang meliputi sifat kualitatif
propinsi Bali, yang meliputi: (1) Kantor dan sifat kuantitatif yakni pola warna
P3Bali di Denpasar, sebagai sentra tubuh dan keberadaan tanduknya.
perencana dan pengendali bagi 2 unit kerja Statistik vital (tinggi gumba, panjang
dibawahnya, yaitu Instalasi Populasi Dasar badan, lingkar dada) dan bobot badan
(IPD) dan Pusat Perbibitan di Pulukan; (2) pada berbagai kelompok umur, diukur
Pusat Perbibitan Pulukan, sebagai stasiun secara langsung dengan alat ukur
pengujian sapi Bali melalui performance test meteran dan timbangan; sedangkan
dan progeny test; (3) Instalasi Populasi performans reproduksi sapi Bali
Dasar (IPD), sebagai unit kerja teknis diketahui melalui wawancara mendalam
dimana terdapat populasi ternak sebagai dengan para peternak pemilik sapi
“dasar program seleksi”, dengan misi sebagai responden. Selain itu,
pembinaan teknis terutama dalam rekording performans sapi Bali juga diketahui dari
produktivitas ternak. IPD ini berlokasi di data sekunder (pengukuran sebelumnya)
Kabupaten Tabanan (Kecamatan Baturiti); yang terdapat dalam Laporan Tahunan
(4) Kabupaten Karang Asem, sebagai lokasi P3Bali.
pembanding untuk populasi dasar sapi Bali; 2. Menginventarisir dan menganalisis
dan (5) Dinas Peternakan Propinsi Bali; pengetahuan dan kemampuan peternak,
Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan; dan petugas teknis lapang Dinas Peternakan
Dinas Peternakan Kabupaten Karang Asem. Propinsi, Kabupaten, dan di P3Bali,
dalam hal manajemen rekording dan
Waktu tingkat kedisiplinannya.
3. Mendesain format atau model untuk
Kegiatan yang meliputi pra-survei, rekording data primer pada kondisi
pengumpulam data primer dan sekunder, lapang, dan model tabulasi data secara
analisis data dan interpretasi, serta pelatihan manual. Selain itu dilakukan desain
model rekording secara manual bagi perangkat lunak paket program
peternak dan pelatihan tentang perangkat rekording data (soft-ware), rekapitulasi,
lunak model rekording bagi petugas teknis dan analisisnya. Dalam hal ini juga
Dinas Peternakan, dilakukan pada bulan Juli dirumuskan faktor koreksi sifat produksi
sampai dengan bulan Nopember 2005. (data lapang yang kondisinya bervariasi)
agar lebih adil menganalisisnya.
Metode 4. Melakukan uji coba program melalui
data simulasi dan beberapa data yang
Metode yang digunakan dalam telah diperoleh dari pengamatan di
kegiatan ini adalah survei di lapang, dengan lapang selama kegiatan. Selain itu juga
lokasi dan materi penelitian diambil secara dilakukan penerapan paket program
purposive sampling. Data sekunder (soft-ware) untuk pendugaan nilai
dikumpulkan dari berbagai instansi yang pemuliaan ternak.
terkait dengan P3Bali, untuk dianalisis, 5. Melakukan kegiatan pelatihan model
dievaluasi, dan diinterpretasikan. Data rekording data secara manual bagi para
primer diperoleh dengan cara pengukuran peternak; dan pelatihan tentang
dan pengamatan langsung pada obyek perangkat lunak paket program
penelitian; sedangkan sebagian data lainnya rekording data (soft-ware), rekapitulasi,

Model Rekording dan Pengolahan Data ... (Hakim et al.) 41


dan analisisnya bagi petugas teknis tingkat pendidikannya, ternyata para
Dinas Peternakan Propinsi Bali, peternak umumnya telah lulus SMP dan
Kabupaten Tabanan dan Karangasem, SMA. Hal ini merupakan pertanda yang
serta P3Bali. Selama pelatihan juga baik dan positif, karena diharapkan peserta
digali berbagai permasalahan yang dapat menerima materi pelatihan secara
terjadi dan dilakukan evaluasi terhadap baik. Hal ini dapat dirasakan saat
keberhasilan kegiatan pelatihan. berlangsungnya pelatihan pada sesi tanya
jawab, terjadi diskusi dan interaksi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN cukup kondusif. Berdasarkan hasil pengisisn
kuisioner, sebanyak 98 persen peserta
Tingkat Pendidikan dan Pengalaman menjawab sangat mengerti isi materi yang
Peternak diberikan. Dari tingkat pendidikan dan
pengalaman beternak yang cukup baik,
Tingkat pendidikan peternak di diharapkan program rekording dan seleksi
Kabupaten Tabanan dan Karangasem pada sapi Bali di daerahnya masing-masing dapat
umumnya cukup baik, sebagaimana dilakukan dengan baik dan
disajikan pada Tabel 1. Dari komposisi berkesinambungan.

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Peternak Peserta Pelatihan Rekording di Kabupaten Tabanan


dan Karangasem
No. Pendidikan Tabanan (%) Karangasem (%)
1. SD 20 (09/45) 39 (14/36)
2. SMP 38 (17/45) 17 (06/36)
3. SMA 42 (19/45) 44 (16/36)

Peternak peserta pelatihan 521.973 ekor, ada kenaikan populasi


mempunyai persepsi dan tanggapan yang sebanyak 3,41%. Pada masa yang akan
sangat positif terhadap program rekording. datang, diharapkan terjadi peningkatan
Sebagian besar (96%) peserta menyatakan populasi, sejalan dengan pertambahan
perlunya rekording dilakukan untuk penduduk dan meningkatnya konsumsi
perbaikan mutu genetik sapi Bali. Kesadaran pangan protein hewani asal ternak,
ini terbukti dengan keinginan peternak yang khususnya sapi potong.
memandang perlunya diadakan pelatihan
tentang rekording. Karakteristik Fenotip dan Ukuran
Statistik Vital Sapi Bali
Populasi Sapi Bali di Kabupaten
Tabanan dan Karang Asem Dari pengamatan contoh ternak dalam
penelitian ini, diperoleh gambaran tentang
Keberadaan sapi Bali di Propinsi Bali karakteristik fenotipe sapi Bali, sebagai
menyebar di seluruh Kabupaten, yang berikut: (1) Bergelambir kecil; (2) Warna
berdasarkan data Cacah Jiwa Ternak Tahun muka sama dengan warna tubuh; (3) Warna
2003, populasinya sebesar 539.781 ekor, kulit dominan adalah merah coklat dan
terdiri dari Pejantan 80.630 ekor, Jantan merah bata; (4) Batas warna tubuh dengan
Muda 81.808 ekor, Anak Jantan 65.746 warna pantat adalah jelas, tetapi sebagian
ekor, Jantan Dikebiri 1.349, Induk 175.293, besar juga smear; (5) Batas warna tubuh
Betina Muda 70.084 ekor, Anak Betina dengan warna kaki dari lutut kebawah
64.871 ekor. Dibandingkan dengan keadaan adalah jelas; (6) Bulu ekor berwarna hitam;
tahun 2002 yang populasinya sebesar (7) Terdapat garis hitam pada telinga; (8)

42 Sains Peternakan Vol. 5 (2), 2007


Punggung lurus; (9) Terdapat garis belut rendahnya bobot lahir maupun kurangnya
atau garis hitam di bagian punggung; (10) produksi susu induk saat menyusui sebagai
Terdapat tanduk; (11) Arah tanduk akibat kurangnya pakan yang diberikan,
mengarah ke belakang; dan (12) Tidak sehingga tidak mencukupi kebutuhan
berpunuk. Karakter yang dapat diidentifikasi anaknya. Rendahnya bobot badan umur 1
dalam penelitian ini, sesuai dengan yang tahun berdasarkan data seri tersebut,
pernah dikemukakan Pane (1991). mengindikasikan bahwa manajemen yang
Walaupun demikian, ditemukan beberapa diterapkan masih kurang standar, termasuk
sapi Bali (dalam skala kecil) di ketiga lokasi kurang dan rendahnya kualitas pakan.
penelitian yang menyimpang dari Berdasarkan pengamatan di lapang, kondisi
karakteristiknya, misalnya: (1) Terdapatnya padang penggembalaan (ranch) di Pusat
gelambir yang lebar dan tebal; (2) Batas Perbibitan memang menunjukkan
warna di bagian pantat dan kaki smear; (3) kurangnya rumput yang tumbuh.
Bulu ekor berwarna putih; (4) Tidak Service per conception sapi Bali di
terdapat lingkar hitam pada mata dan garis Kabupaten Tabanan adalah 1,02, dan di
hitam pada telinga; (5) Punggung tidak Kabupaten Karang Asem 1,16; sedangkan di
lurus; (6) Tidak bertanduk atau arah tanduk Pusat Perbibitan tidak tersedia data. Days
ke depan dan keatas; dan (7) Berpunuk open sapi Bali di Kabupaten Tabanan adalah
besar atau kecil. Terjadinya penyimpangan 117,39 hari, dan di Kabupaten Karang Asem
karakteristik ini dapat diduga karena 106 hari; sedangkan di Pusat Perbibitan juga
beberapa kemungkinan, diantaranya tidak tersedia data. Berdasarkan data
terjadinya mutasi, dan masuknya gen baru tersebut menunjukkan bahwa tampilan
dari bangsa sapi lain akibat persilangan. reproduksi selama 10 tahun di Populasi
Di Kabupaten Tabanan, sejumlah Dasar Kabupaten Tabanan adalah yang
contoh (48 ekor) sapi Bali yang diamati terbaik.
ukuran statistik vitalnya, terdistribusi dalam
berbagai kelompok umur yang didasarkan Format Rekording dan Tabulasi Data
atas pertumbuhan giginya. Ukuran statistik Secara Manual di Lapang
vital sapi Bali di Kabupaten Tabanan pada
umur PI-0 sampai PI-4 masih menunjukkan Format rekording yang dimaksud
peningkatan; tetapi setelah PI – 4 sampai PI meliputi lokasi peternak, identitas peternak,
8 relatif tetap. Ukuran statistik vital dan identitas sapi, sifat kualitatif dan sifat
bobot badan sapi Bali di Kabupaten Karang kuantitatif sapi yang diamati. Isian lokasi
Asem juga mempunyai pola yang sama peternak diawali dengan tanggal rekording,
dengan pola di Kabupaten Tabanan. yaitu tanggal dimana peternak melakukan
pengamatan dan pengukuran terhadap sapi
Performans Produksi dan Reproduksi yang dimilikinya. Tanggal rekording sangat
Sapi Bali penting dalam suatu pencatatan ternak
karena dapat digunakan sebagai pedoman
Produktivitas ternak dapat dinilai untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
dengan menggunakan ukuran bobot sapih ternak. Selain tanggal rekording, lokasi
dan bobot badan umur 1 tahun. Berdasarkan peternak juga didiskripsikan secara detail,
data seri (time-series) selama 9 tahun dimulai dari propinsi hingga kelompok
terakhir di Pusat Perbibitan Sapi Bali, peternak dan nama pembinanya. Data
menunjukkan bahwa bobot sapih dan bobot seperti ini diperlukan untuk menghindari
badan umur 1 tahun ada kecenderungan kesamaan identitas, baik dari sisi
semakin menurun. Apabila pola peternaknya maupun sapi yang dimilikinya.
pemeliharaan dilakukan sejak ternak Sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif
dilahirkan, maka terjadinya penurunan bobot setiap individu sapi diperlukan untuk
sapih kemungkinan disebabkan oleh mengetahui keaslian sapi Bali berdasarkan

Model Rekording dan Pengolahan Data ... (Hakim et al.) 43


penampakan sapi tersebut. Sifat-sifat kriteria tersebut. Hasil pengamatan di lapang
kualitatif yang diamati meliputi warna kulit, menunjukkan bahwa umur pada saat
kejelasan batas warna, ada tidaknya garis penyapihan sangat bervariasi antar individu
belut, ada tidaknya tanduk, arah tanduk, ada ternak, yaitu berkisar antara 111 sampai
tidaknya punuk, dan ada tidaknya gelambir. dengan 308 hari. Berdasarkan kenyataan
Sedangkan sifat-sifat kuantitatif meliputi tersebut maka sebagai kriteria seleksi, bobot
bobot lahir, umur sapih, bobot sapih, umur sapih harus dikoreksi terhadap umur
beranak pertama, tinggi gumba, panjang penyapihan. Menurut Hardjosubroto (1994)
badan, lingkar dada, bobot badan umur pada sapi Bali umumnya dilakukan
tertentu, jumlah kawin hingga bunting, standarisasi bobot sapih pada umur 205 hari,
lama kosong dan selang beranak. Sifat-sifat yang berarti bahwa pedet diasumsikan
kualitatif dan kuantittif yang disebutkan ditimbang pada umur yang seragam yaitu
tersebut diharapkan sudah dapat 205 hari. Bobot sapih terkoreksi pada umur
menggambarkan performans sapi Bali yang 205 hari dihitung dengan rumus sebagai
ada saat ini. berikut:
 BB  BL 
Desain Perangkat Lunak (Software) BS 205    205  BL FKUI 
 Umur 
Program Rekording Sapi Bali
(Hardjosubroto, 1994)
Dalam mendesain perangkat lunak
(software) program rekording dan
Analisis Data Performans Produksi
pengolahan data sapi Bali, dilakukan
Untuk Program Seleksi
melalui beberapa tahapan diantaranya: (a)
Melakukan diskusi dengan Tim; (b)
Data performan produksi yang
Transfer konsep; (c) Mendesain prototipe
digunakan dalam analisis untuk software
dan desain awal sistem rekording; (d) 2.
rekording ini adalah bobot lahir, bobot
Tahap Kedua, yaitu: (e) Melakukan analisa
sapih, bobot badan saat pengukuran, statistik
sistem dan desain sistem secara menyeluruh;
vital yang meliputi tinggi gumba, panjang
(f) Membuat prototipe sistem dan struktur
badan dan lingkar dada. Menurut
data dasar sistem di semua aspek yang akan
Hardjosubroto (1994), pada sapi potong
diprogramkan; (g) Melakukan uji kelayakan
karakter produksi seperti bobot badan dan
sistem; (h) Melakukan evaluasi sistem; (i)
pertambahan bobot badan harian
Melakukan uji keterkaitan sistem atau
mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi.
program rekording sapi Bali dengan
Sebagai contoh nilai heritabilitas bobot lahir
program atau software terkait atau software
adalah 0,20 sampai 0,58; berat sapih 0,3
payung, yang dalam hal ini adalah windows;
sampai 0,55; pertambahan bobot badan
5.
harian adalah 0,45 sampai 0,50. Besarnya
nilai heritabilitas tersebut memungkinkan
Rumusan Faktor Koreksi Data Primer di
para pemulia (breeder) untuk menyeleksi
Lapang
sapi potongnya berdasarkan karakter
tersebut.
Bobot sapih merupakan salah satu sifat
yang sering digunakan sebagai kriteria
Analisis Data Performans Reproduksi
seleksi pada sapi potong karena bobot sapih
Untuk Program Seleksi
mempunyai nilai heritabilitas yang cukup
tinggi dan keragaman antar individu juga
Service per conception atau jumlah
tergolong tinggi. Untuk memperoleh hasil
perkawinan hingga tejadinya suatu
analisis genetik yang akurat maka kriteria
kebuntingan sapi Bali di Kabupaten
seleksi harus dikoreksi terhadap faktor-
Tabanan adalah 1,02, dan di Kabupaten
faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
Karangasem 1,16. Hal ini menunjukkan data

44 Sains Peternakan Vol. 5 (2), 2007


yang baik sebab sebagai pedoman S/C yang aˆ i  b( y i   ) , dimana b = regresi nilai
baik adalah kurang dari 1,5. Data calving pemuliaan sesungguhnya pada performan
interval di kabupaten Karangasem adalah fenotip yang dinilai;  = rataan performan
12,53 bulan sedangkan di kabupeten
ternak pada suatu populasi dimana ternak i
Tabanan adalah 13,26 bulan hasil tersebut
berasal. Karena b sama dengan rasio
menunjukkan efesiensi Reproduksi yang
peragam genetik ternak dan fenotipnya
baik sekali, hal ini mengingat bahwa
dengan ragam fenotip, maka b identik
lamanya bunting adalah 9 bulan dan sepuluh
dengan nilai heritabiliats (h2). Berdasarkan
hari maka Days open sapi Bali di
rumus tersebut maka nilai pemuliaan bobot
Kabupaten Tabanan adalah 117,39 hari, dan
sapih dari masing-masing individu dapat
di Kabupaten Karangasem 106 hari;
dihitung dengan rumus sebagai berikut
Semakin pendek interval beranak, maka
(Hardjosubroto, 1994; dan Mrode, 2000):
semakin optimum jumlah anak yang
dilahirkan selama hidupnya. Data yang NP  h 2 ( y i   ) .
dipergunakan untuk mengukur efisiensi
reproduksi adalah nilai S/C, Conception KESIMPULAN
Rate (CR) dan Angka Kebuntingan.
Berdasarkan temuan studi awal
Menduga Nilai Pemuliaan dan Parameter diperoleh gambaran bahwa sapi Bali
Genetik Dalam Program Seleksi mengalami penurunan performans produksi
dari tahun-tahun ke tahun secara konstan.
Berdasarkan data primer yang Perbaikan mutu genetic untuk memperbaiki
terkumpul di lapang tampak bahwa performans produksi pada keturunan secara
infromasi silsilah dari masing-masing bertahap dan kontinyu perlu dilakukan. Hal
individu ternak kurang lengkap. Informasi ini dapat ditempuh melalui perencanaan dan
tentang pejantan (sire) dan induk (dam) dari implementasi program breeding yang tepat
masing-masing individu sapi hanya terbatas dan berkelanjutan, Agar program breeding
pada masing-masing lokasi dimana ternak dapat berjalan sesuai dengan garis-garis
tersebut berada; yang berarti bahwa kode perencanaan maka diperlukan format
yang sama kemungkinan besar dimiliki oleh rekording dan pengolahan data yang
beberapa pejantan. Hal ini menyebabkan sederhana dan standar sehingga mudah
hubungan antar saudara dari individu- diaplikasikan. Program rekording di
individu dalam populasi ternak tidak dapat lapangan dapat dibagi menjadi dua
diketahui. Hubungan antar saudara ini komponen yaitu recording langsung di
merupakan dasar untuk dapat mengestimasi lapangan dengan menggunakan lembar isian
komponen ragam genetik dari ternak dalam rekording oleh peternak dan komputerisasi
populasi. data pada petugas atau di pusat
Berdasarkan hasil rekording di lapang pembimbitan, dinas atau instansi terkait,
serta pertimbangan nilai heritabilitas yang agar program rekording dapat berjalan
cukup tinggi, dengan asumsi nilai dengan benar maka diperlukan pelatihan
heritabilitas bobot sapih sebesar 0,4, maka mengenai manfaat dan teknik pengisian
sifat yang digunakan sebagai kriteria seleksi paket rekording baik di tingkat peternak
dalam software rekording sapi Bali dalam maupun petugas/dinas.
hal ini adalah bobot sapih. Nilai Pemuliaan Penggunaan perangkat lunak
untuk bobot sapih menggambarkan nilai (software) dalam program recording akan
mutu genetik individu untuk bobot sapih sangat membantu dalam pengarsipan,
yang diberikan secara relatif berdasarkan pengolahan dan pencarian data yang
kedudukannya dalam populasi. Nilai diperlukan dalam rangka mendukung
pemuliaan seekor ternak diestimasi dengan program breeding.
rumus sederhana sebagai berikut:

Model Rekording dan Pengolahan Data ... (Hakim et al.) 45


DAFTAR PUSTAKA Saka, I.K. 2000. Potensi Sapi Bali Sebagai
Ternak Potong Ditinjau Dari
Dwipa, I.B.G. dan B.D. Sarwono, 1992. Karakteristik Karkas. Prosiding
Musim dan Bobot Badan Sapi Bali Seminar Nasional Peranan Balai
yang Di-antar-pulaukan dari Lombok. Inseminasi Buatan Singosari Dalam
Jurnal Penelitian Universitas Mataram, Menghadapi Swasembada Daging
Nusa Tenggara Barat. I(2): 1 – 10. Tahun 2005 Melalui Uji Keturunan
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Sapi Bali dan KSO Semen Beku.
Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Universitas Brawijaya, Malang.
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Sarwono, B.D. 1995. Penggemukan Sapi
Jakarta. Rakyat: Kemitraan Pedagang Ternak
Henderson, C.R. (1984) Estimation of Dengan Petani di Lombok, Nusa
variance and covariance under Tenggara Barat. Prosiding Simposium
multiple traits models. Journal Dairy Nasional Kemitraan Usaha Ternak:
Sci. 67:1581-1589. “Industrialisasi Usaha Ternak Rakyat
Mastika, I.M. 2002. Feeding Strategies to Dalam Menghadapi Tantangan
Improve the Production Performance Globalisasi”. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu
and Meat Quality of Bali Cattle (Bos Peternakan Indonesia Bekerja-sama
sondaicus). Working Papers: Bali Dengan Balai Penelitian Ternak
Cattle Work-shop. Bali, 4 – 7 February Ciawi, Bogor, 30 – 31 Agustus 1995.
2002. Searle, S.R., G.Casella, dan C.E.
Mrode, R. A. (2000) Linear Models for the McCulloch. 1992. Variance
Prediction of Animal breeding Values. Components. Willey and Sons. New
CAB International, UK. York.

46 Sains Peternakan Vol. 5 (2), 2007

Anda mungkin juga menyukai