Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI

HUBUNGAN SEKSUAL PADA MASA PERIMENOPAUSE


Dosen Pengampu: Ratna Dwi Jayanti, S.Keb., Bd., M.Keb

HALAMAN DEPAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kesehatan Reproduksi

Oleh:
Kelompok 3
Izati Maftuha 012011223016
Okkeu A. Calbara 012011223017
Laili Nur Izzah 012011223018
Farah Elqibty 012011223019
Bella Cintania 012011223020
Itdinah Rara K.S. 012011223021
Rida Mustasmara 012011223022

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Hubungan
Seksual pada Masa Perimenopause” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Kesehatan Reproduksi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan terkait hubungan seksual pada masa perimenopause bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Dwi Jayanti, S.Keb., Bd.,
M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan tugas ini.

Jum’at, 16 April 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

2.1 Menopause dan Perimenopause.........................................................................4

2.2 Perimenopause Menuju Menopause..................................................................5

2.3 Hubungan Seksual.............................................................................................6

2.4 Orientasi Seksual...............................................................................................7

2.5 Review Jurnal Tentang Hubungan Seksual.......................................................9

2.6 Peran Bidan dalam Hubungan Seksual pada Masa Perimenopause................10

BAB III PENUTUP.....................................................................................................13

3.1 Kesimpulan......................................................................................................13

3.2 Saran................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami banyak proses pertumbuhan dan
perkembangan, sampai suatu saat pertumbuhan dan perkembangan akan terhenti
pada suatu tahapan sehingga banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh.
Perubahan ini akan terjadi seiring peningkatan usia sampai akhirnya akan
mencapai titik yang dinamakan perimonopause hinggan menopause dan dititik
ini, kecemasan akan mulai muncul karena merasa dirinya tidak menarik lagi
(Mulyani, 2013). Masa-masa transisi menopause merupakan sebuah titik balik
seorang wanita yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis
yang mempengaruhi aktivitas seks. Karena tingginya persentase masalah seksual
selama masa transisi menopause, aktivitas dan kepuasan seksual menjadi salah
satu aspek penting dari kehidupan manusia yang sebagian bessar diabaikan dan
perlu penelitian lebih lanjut, terutama di negara – negara berkembang (Eftekhar et
al., 2016).
Hubungan seksual merupakan aktivitas seksual yang tidak hanya melibatkan
satu orang pelaku melainkan juga melibatkan pihak lain sebagai pasangan.
Hubungan seksual mempunyai aturan tertentu agar tidak merugikan salah satu
pihak. Pola hubungan seksual merupakan satu hal yang penting dan bagian
yang alami dalam sebuah hubungan seperti pernikahan. Pada dasarnya
hubungan seksual termasuk dalam kebutuhan hidup yang dibutuhkan manusia
baik pada jenjang umur atau usia subur hingga pada rentan usia perimenopause
hingga menopause. Pada setiap pasangan, hubungan seksual ialah bentuk atau
pernyataan cinta, sayang, rasa aman, tenang, kebersamaan dan kedekatan
yang lebih kuat (Richard, 2001) (Mutiara et al., 2015).
Pada masa perimonopause yang merupakan masa dimana tubuh mulai
bertransisi menuju menopause, pada umumnya akan mengalami tingkat produksi
hormon estrogen dan progesteron berfluktuasi naik dan turun tidak beraturan.,

1
2

Siklus menstruasi bisa tiba-tiba memanjang atau memendek dalam masa


premenopause banyak gejala yang dikeluhkan oleh para ibu yaitu rasa tidak
nyaman saat berhubungan seksual, Berkurangnya gairah dan respon seksual
frekuensi dalam hubungan seksual berkurang (Mutiara et al., 2015).
Dalam kehidupan sehari-hari pengertian seks kerap hanya mengacu pada
aktivitas biologis yang ber-hubungan dengan alat kelamin atau genetalia belaka.
Padahal makna seks sebagai jenis kelamin saja meliputi keseluruhan kompleksitas
emosi, perasaan, kepribadian dan sikap seseorang yang berkaitan dengan perilaku
serta orientasi seksualnya. Sedangkan seksualitas secara denotatif memiliki
makna lebih luas karena meliputi semua aspek yang ber hubungan dengan seks,
yaitu nilai, sikap, orientasi, dan perilaku. Secara dimensional seksualitas bisa
dipilah lagi ke dalam dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, klinis, dan
kultural. Jadi seksualitas adalah suatu konsep, konstruksi sosial terhadap nilai,
orientasi, dan perilaku yang ber-kaitan dengan seks. Dengan demikian,
memahami seks sebenarnya adalah memahami manusia seutuh-nya sekaligus
memahami sebuah masyarakat, sebuah ke budayaan, dan juga memahami
bagaimana sebuah kekuasaan bekerja dalam masyarakat. Dalam kehidupan
masyarakat, hubungan seksual mempunyai dua fungsi, yaitu rekreasi dan pro-
kreasi. Fungsi rekreasi meliputi pemenuhan kebutuhan seksual, menikmati
hubungan seksual, waktu, dan cara hubungan seksual dilakukan. Sedangkan
fungsi pro-kreasi yaitu fungsi regenerasi manusia dari waktu ke waktu (Khatimah,
2013).
Hubungan seksual yang menjadi salah satu kebutuhan manusia baik pada
rentan usia premonopause-monopause menjadi dasar diperlukannya peran tenaga
kesehatan khususnya bidan. Dilihat juga dari banyaknya perubahan-perubahan
yang terjadi dalam perilaku hubungan seksual yang dialami oleh primonopause-
monopause baik dalam masalah adaptasi fisik, psikologis, serta lingkungan antar
pasangan.
3

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah kesehatan reproduksi tentang


hubungan seksual pada masa perimenopause.
2. Untuk mengetahui tentang masa perimenopause dan masa menopause.
3. Untuk mengetahui tentang perubahan dari masa perimenopause menuju masa
menopause.
4. Untuk mengetahui tentang hubungan seksual.
5. Untuk mengetahui tentang orientasi seksual.
6. Untuk mengetahui peran bidan mengenai asuhan kesehatan reproduksi dalam
hubungan seksual pada masa perimenopause.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Memenuhi tugas makalah mata kuliah kesehatan reproduksi tentang hubungan


seksual pada masa perimenopause.
2. Mengetahui tentang masa perimenopause dan masa menopause.
3. Mengetahui tentang perubahan dari masa perimenopause menuju masa
menopause.
4. Mengetahui tentang hubungan seksual.
5. Mengetahui tentang orientasi seksual.
6. Mengetahui peran bidan mengenai asuhan kesehatan reproduksi dalam
hubungan seksual pada masa perimenopause.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menopause dan Perimenopause

Menurut Prawiroharjo (2006), menopause adalah berhentinya haid terakhir


atau saat terjadinya haid terakhir setelah terdapat sekurang-kurangnya 1 tahun.
Sedangkan menurut Kuntjoro (2006), menopause merupakan suatu tahapan di
mana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan
berakhirnya kemempauan wanita untuk bereproduksi antara usia 40 tahun sampai
50 tahun. Dapat disimpulkan bahwa menopause adalah terhentinya menstruasi
pada seorang wanita sekaligus merupakan tanda berakhirnya kemampuan wanita
untuk bereproduksi.

Perimenopause adalah waktu antara segera sebelum menopause (terjadi


perubahan gambaran endokrinologi, biologi dan klinik) dan satu tahun sesudah
menopause (Suparni, Ita Eko 2016). Berikut fase-fase dalam menopause:
1. Klimakterium (Pramenopause)
Klimakterium adalah masa penuaan, merupakan peralihan dari masa
reproduksi ke non reproduksi. Fase ini mencakup perimenopause dengen
memperpanjang periode sebelum dan sesudah perimenopause.
2. Menopause
Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin
menonjol. Berlangsung sekitar 3-4 tahun. Pada usia antara 56-60 tahun.
3. Senium
Masa senium adalah masa sesudah menopause atau bisa disebut dengan istilah
pasca menopause. Kondisi ini dapat diidentifikasi bila telah mengalami
menopause 12 bulan sampai menuju senium dan umumnya terjadi pada usia
50 tahun. Pada periode ini, wanita telah mampu menyesuaikan dengan
kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun.
Beberapa wanita mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan

4
5

hormone. Bagian-bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi


kebanyakan wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental dan seksual
sesudah menopause seperti sebelumya (Suparni, Ita Eko 2016).

2.2 Perimenopause Menuju Menopause


1. Perubahan sistem endokrin
Dua hormone penting dalam tubuh adalah estrogen dan progesteron. Salah
satu bagian tubuh yang menghasilkan hormone estrogen adalah indung telur.
Keduanya berfungsi dan diperlukan untuk pelepasan jaringan dinding rahim.
Pada wanita menopause terjadi penurunan kadar estrogen yang relative cepat.
Kelenjar pituitari yakni kelenjar endokrin yang mengatur seluruh kelenjar-
kelenjar endokrin tubuh lainnya kemudia mengeluarkan Luteinizing Hormone
(LH). LH merangsang ovarium untuk memproduksi lebih banyak lagi
estrogen. LH inilah yang menimbulkan gangguan-gangguan khas pada wanita
menopause seperti wajah atau badan panas, keringat berlebih, gangguan
emosional dan lain-lain.
2. Perubahan sistem reproduksi
a. Serviks
Serviiks memiliki fungsi sebagai saluran tempat bersenggama. Saat
menopause terjadi penurunan kadar estrogen yang mengakibatkan serviks
akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal
menjadi atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga menyerupai
ukuran serviks fundus saat masa adolesen atau kanak-kanak.
Pada usia perimenopause, serviks juga mengalami proses involusi, serviks
berkerut, serta epitelnya tipis dan mudah cedera. Kelenjar endoservikal
mengalami atropi, lender serviks berkurang.
b. Vagina
Vagina memiliki fungsi penting sebagai alat untuk senggama, saluran
keluarnya darah menstruasi dan secret dari dalam uterus serta jalan lahir
bayi. Fungsi ini semakin menurun ketika menopause. Terjadi karena
6

penipisan dinding vagina yang menyebabkan hilangnya lipatan-lipatan


(rugae), berkurangnya pembuluh darah, menurunnya elastisita, secret
vagina menjadi encer, indeks korio piknotik menurun dan potential
Hydrogen (pH) vagina menigkat.
Perubahan-perubahan atropi memudahkan vagina terkena infeksi. Cairan-
cairan exudat vagina (keputihan), vaginitis, dan nyeri senggama
(Dyspareunia), lecet dan perdarahan vagina waktu senggama.
c. Vulva
Jaringan vulva menipis karena berkurang dan hilangnya jaringan lemak
serta jaringan elastis, kulit menipis dan pembuluh darah berkurang yang
menyebabkan pengerutan lipatan vulva. Sering timbul pruritas (rasa gatal)
vulva yang disebabkan atrofi, hilangnya secret kulit, dyspareunia,
mengerutnya introitus dan rambut pubis berkurang ketebalannya.
3. Perubahan Psikologis
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang
(tension), cemas, dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri
karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak
dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan
feminitas karena fungsi reproduksi yang hilang.

2.3 Hubungan Seksual


Hubungan seksual artinya secara prinsip adalah tindakan sanggama yang
dilakukan oleh manusia, tetapi dalam arti yang lebih luas juga merujuk pada
tindakan-tindakan lain yang sehubungan atau menggantikan tindakan sanggama,
jadi lebih dari sekadar merujuk pada pertemuan antar alat kelamin lelaki dan
perempuan. Hubungan seksual biasanya didahului dengan percumbuan yang
menyebabkan gairah pada pasangan, menyebabkan penis mengalami ereksi, dan
pelumasan alami pada vagina. Untuk memulai sebuah hubungan seksual, penis
yang telah ereksi dimasukkan ke dalam vagina dan salah satu pasangan atau
7

keduanya menggerakkan pahanya untuk membuat penis bergerak maju dan


mundur di dalam vagina dan menghasilkan gesekan, tanpa sama sekali
mengeluarkan penis secara penuh. Dengan demikian, mereka merangsang diri
sendiri maupun pasangannya hingga orgasme dan ejakulasi diperoleh. Penetrasi
dengan penis juga dikenal dengan "intromission" atau dengan nama Latin
"immissio penis". Istilah "penetrasi" digunakan untuk menggambarkan kondisi di
mana alat kelamin pria dimasukkan ke dalam vagina. Hal ini tidak selamanya
menjadi ritual yang wajib untuk mencapai kesenangan dan kenikmatan dalam
berhubungan seks. Aktivitas seksual tanpa melakukan penetrasi biasanya dilakoni
oleh kaum remaja dengan cara masturbasi sehingga mengeluarkan sperma
(Davied Ruben, 1999) (Richard, 2001).
Adapun bentuk lain dalam hubungan seksual yakni (Richard, 2001) :
a. Seks oral, seks oral terdiri dari semua aktivitas seksual yang melibatkan
penggunaan mulut dan lidah.
b. Seks anal, seks anal adalah persetubuhan dengan penis yang ereksi
dimasukkan ke rektum melalui anus. Selain itu penetrasi anus dengan dildo,
butt plug, vibrator, lidah, dan benda lainnya juga disebut anal seks. Anal seks
dapat dilakukan oleh orang heteroseksual maupun homoseksual. Seks anal
tidak hanya dilakukan oleh pria kepada wanita (heteroseksual) ataupun pria
kepada pria (homoseksual), tetapi pada implementasinya, seks anal juga
dilakukan oleh wanita kepada pria, dan hal ini lah yang pada umumnya
dilakukan dengan bantuan alat-alat peraga seks (sex toys) seperti dildo dan
yang lainnya.

2.4 Orientasi Seksual


Orientasi Seksual adalah rasa ketertarikan secara seksual maupun emosional
terhadap jenis kelamin tertentu. Orientasi seksual ini dapat diikuti dengan adanya
perilaku seksual atau tidak (Demartoto, 2010). Orientasi seksual merupakan
penjelasan mendalam seseorang mengenai ketertarikan secara seksual, terkadang
8

dikenal juga dengan istilah orientasi perasaan (American Psychology Association,


2015).
9

Pada orientasi seksual terdapat beberapa jenis seperti berikut :


1. Aseksual
Seseorang yang tidak mengalami ketertarikan seksual, tetapi mungkin
mengalami bentuk ketertarikan lainnya seperti ketertarikan dalam intelektual,
emosional.
2. Heteroseksual/Straight
Seseorang yang secara emosional, fisik dan/atau romantis tertarik pada
pasangan seksual lawan jenis kelamin.
3. Biseksual
Seseorang yang secara emosional, fisik dan/atau romantis tertarik pada
pasangan seksual yang dipilih berasal dari lawan jenis dan sesama jenis
4. Homoseksual
Homoseksualitas menunjukkan orientasi seksual dan merupakan istilah yang
digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang tertarik kepada individu
dengan jenis kelamin yang sama dari diri mereka sendiri (World Health
Organization, 2016). Homoseksual merupakan aktivitas seksual dimana
pasangan seksual yang dipilih berasal dari sesama jenis. Pria homoseksual
disebut gay dan perempuan homoseksual disebut dengan lesbian (Demartoto,
2010).
a. Gay
Seseorang yang secara emosional, fisik dan/atau romantis tertarik dengan
beberapa orang lain dari jenis kelamin yang sama. Dapat digunakan untuk
merujuk orang-orang dari semua jenis kelamin, meskipun ini paling sering
digunakan untuk merujuk untuk pria. Beberapa wanita dan gadis memilih
untuk tidak mengidentifikasi diri sebagai gay, tetapi sebagai lesbian.
b. Lesbian
Seorang wanita yang secara emosional, fisik dan/atau romantis tertarik
pada wanita lain.
10

5. Panseksual
Seseorang yang secara emosional, fisik dan/atau romantis tertarik pada
beberapa orang, apapun itu identitas jenis kelamin atau jenis kelamin biologis
orang tersebut.
6. Questioning
Mengacu pada orang yang sedang dalam proses memahami dan
mengeksplorasi orientasi seksual mereka atau identitas gender. Mereka sering
mencari informasi dan dukungan selama tahap identitas mereka ini
pengembangan (American Psychology Association, 2015).

2.5 Review Jurnal Tentang Hubungan Seksual

1. Artikel
11
12

2. Pembahasan Jurnal
Penelitian menggunakan sampel sebanyak 52 ibu premenopause yang
berusia 47-51 tahun. Pada masa premenopause wanita cenderung menghindar
dan tidak mau berhubungan seksual lagi. Secara fisik ada rasa tidak nyaman
dan rasa sakit akibat perubahan hormonal, tetapi sebenarnya faktor
psikologislah yang memegang peranan besar dalam hal ini. Wanita dimasa
premenopause cenderung merasa malu, tidak percaya diri, dan takut
mengecewakan suami atas segala keterbatasan yang dimilikinya.
Wanita pada masa klimakterik memerlukan KIE (komunikasi, informasi,
dan edukasi) dari petugas kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan dan
menjamin kualitas hidupnya. Melalui pendidikan kesehatan diharapkan wanita
dapat terhindar dari konsep yang salah tentang menopause, sehingga hidupnya
akan lebih bermanfaat dalam menghadapi pasca menopause. Pengetahuan
tentang klimakterik dapat diperoleh dari proses pendidikan formal atau
nonformal melalui media elektronik, surat kabar, dan sumber pengetahuan
lainnya. Kurangnya keluhan tentang manifestasi klinis pada masa klimakterik
memperlihatkan bahwa sebagian besar wanita menanggapi keluhan dan
gangguan klimakterik sebagai proses menua atau penyakit lainnya.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan yang signifikan
antara gejala klimakterik dengan kebutuhan seksualitas pada wanita
premenopause di Wilayah Pasekan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta,
dan ditarik kesimpulan walaupun ibu premenopause mengalami gejala
klimakterik yang berat (67,3%) tetapi kebutuhan seksualitas ibu tetap
terpenuhi yaitu sebesar 69,2%.

2.6 Peran Bidan dalam Hubungan Seksual pada Masa Perimenopause

1. Secara berkala memberikan penyuluhan/KIE terkait masa perimenopause dan


menopause pada wanita usia subur.
13

2. Memberikan penjelasan baik kepada ibu maupun suami mengenai fisiologi


perubahan usia dan hubungannya dengan sexuality.
3. Memberikan asuhan kebidanan yang menggunakan pendekatan pemecahan
masalah dengan manajemen kebidanan. Pengambilan keputusan klinis yang
yang diambil oleh bidan berdasarkan hasil pengkajian sosial budaya dan
spiritual. Kemudian diagnosa dirumuskan berdasarkan permasalahan yang
muncul selama perimenopause, dan permasalahan tersebut dapat diintervensi
oleh bidan sesuai dengan kewenangannya.
4. Memfasilitasi ibu mempraktikkan teknik relaksasi. Beberapa wanita
melaporkan merasa lebih rileks dengan teknik pernapasan konsisten dan
stabil.
5. Membentuk forum bagi wanita perimenopause yang memiliki kegiatan fisik
maupun spiritual.
6. Secara berkala memberikan penyuluhan/KIE sesuai kebutuhan masa
perimenopause, baik pada ibu, suami, ataupun keluarganya, misal:
a. Memberikan pemahaman terkait pemenuhan kebutuhan seksual, sebagai
upaya preventif dalam peningkatan life expectancy para wanita masa
perimenopause.
b. Kemungkinan adanya rasa ketidaknyamanan saat berhubungan seksual.
c. Menyarankan agar rutin makan-makanan bergizi, berolahraga, istirahat
cukup, dan tidak stres (lebih terbuka).
d. Memberikan informasi tentang makanan yang disarankan untuk
dikonsumsi, seperti;
1) Pengaturan makanan (rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C,
D, E, dan cukup serat,
2) Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti:
Isoflavon (pada kacang-kacangan), Lignan (pada padi, sereal dan
sayur-sayuran), Caumestran (pada daun semanggi),
3) Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula rendah dan tidak
berlebihan,
14

4) Konsumsi tambahan asupan kalsium dan vitamin D.


e. Memfasilitasi ibu untuk mempraktikkan relaksasi. Beberapa wanita
melaporkan merasa lebih rileks dengan teknik pernapasan konsisten dan
stabil.
f. Memberikan penjelasan mengenai alternatif aktifitas seksual.
g. Menjelaskan mengenai cara mengatasi masalah seksual. Masalah seksual
yang sering terjadi pada masa menopause seperti kekeringan pada vagina
sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri saat berhubungan seksual,
bidan dapat memberikan saran untuk penggunaan lubrikan agar
mengurangi rasa nyeri tersebut (Kepmenkes RI, 2010).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran bidan adalah memberikan asuhan kesehatan reproduksi pada perempuan
selama siklus kehidupan. Masa perimenopause merupakan masa transisi dalam
siklus kehidupan perempuan, dari kondisi produktif menjadi tidak produktif.

Bidan mempunyai kompetensi memberikan asuhan pada masa


perimenopause, dengan membantu memberdayakan perempuan dan keluarganya,
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, sehingga perempuan
dapat melalui masa transisi ini dengan bahagia dan sejahtera serta tetap dapat
berkarya.

3.2 Saran
Diharapkan agar masyarakat lebih aktif dalam berkonsultasi mengenai
kebutuhannya selama masa perimenopause. Mahasiswa dan tenaga kesehatan
dapat terus update informasi terbaru sehingga dapat memberikan asuhan
kesehatan reproduksi yang sesuai dan menyeluruh dengan kebutuhan kliennya.

15
DAFTAR PUSTAKA

American Psychology Association. (2015). Definitions Related to Sexual Orientation


and Gender Diversity. American Psychologist, 67(1), 10–42.

Demartoto, A. (2010). Seks, Gender, dan Seksualitas Lesbian.

Eftekhar, T. et al. (2016) ‘Female Sexual Function During the Menopausal Transition
in a Group of Iranian Women.’, Journal of family & reproductive health, 10(2),
pp. 52–8.

Istighosah, N. (2017). Kajian Asuhan pada Menopause; Sebuah Strategi untuk


Meningkatkan Kualitas Hidup Menopause. Jurnal Kebidanan, 6(1), 43 - 49.

Kepmenkes RI (2010) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


229/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Asuhan Kebidanan Masa
Perimenopause’.

Khatimah, U. K. (2013). Hubungan Seksual Suami-Istri dalam Perspektif Gender dan


Hukum Islam. AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah, 13(2), 235–246.
https://doi.org/10.15408/ajis.v13i2.936.

Mulyani.2013.Kesehatan Reproduksi Pada Wanita Dan Perubahan Yangterjadi Pada


Masa Menopause.Jakarta: Salemba Medika.

Mutiara, et al,. 2015. Aktivitas Seksual Wanita Premenopause di Kelurahan


Bangetayu Wetan Kota Semarang Tahun 2015.

Nike, et al,. 2016. Hubungan antara Gejala Klimakterik dengan Kebutuhan


Seksualitas pada Wanita Premenopause di Pasekan Maguwoharjo, Depok,
Sleman, Yogyakarta.

Richard, S. (2001). The Ananga Ranga.

Suparni, Ita Eko (2016), Menopause, masalah dan penanganannya, Deepublish,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai