Anda di halaman 1dari 5

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Gedung A DPD-RI Lt-4 R. 407, Jl. Jend. GatotSubroto No. 6, Jakarta – 10270
Telp.: (021) 57897279 Fax : (021) 57897280

No : 035/DPD-RI/Kalteng/IV/2021 Palangka Raya, 16 April 2021


Lamp. : 1 (satu) Jadwal dan ToR
Perihal : RESES Kepada Yth.
Camat Dusun Timur Kab. Baito Timur

di – Tamiang Layang

Dengan hormat,
Sehubungan dengan tugas Konstitusional Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
(DPD RI) dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat di masa Reses dan menimbang kondisi di
tengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19), maka kami mengundang Bapak/Ibu untuk hadir
dalam acara pertemuan virtual yang akan di laksanakan di tempat Bapak/Ibu Sekalian yang akan
dimulai tanggal 19 April 2021 sesuai jadwal terlampir.
Dengan Agenda Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 yang berkaitan dengan Petanahan dan Undang-Undang No.
23 Tahun 2014 yang berkaitan dengan Penataan Daerah.
Terkait teknis kegiatan dan akses untuk pertemuan virtual ini, lebih lanjut akan dikomunikasikan oleh
Bapak. Lukas, M.Si. Tlp : 0811520701.
Atas kesediaannya mendukung terselenggaranya acara ini, kami ucapkan terima kasih.

Anggota DPD RI
Provinsi Kalimantan Tengah

Dr. Agustin Teras Narang, SH.


B-81

Tembusan : Disampaikan Kepada Yth


Bapak Bupati Barito Timur di Tamiang Layang
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Gedung A DPD-RI Lt-4 R. 407, Jl. Jend. GatotSubroto No. 6, Jakarta – 10270
Telp.: (021) 57897279 Fax : (021) 57897280

Lampiran : JADWAL RESES ANGGOTA DPD RI KE DAERAH PEMILIHAN Dr. AGUSTIN TERAS NARANG, S.H
Periode 16 April - 5 Mei 2021

NO DESA/INSTANSI/LEMBAGA PELAKSANAAN KETERANGAN

1 Kec. Dusun Selatan ( Kab. Barsel ) Kegiatan di laksanakan di kantor Kec.


Dusun Selatan ( Kab. Barsel )
Desa Penda Asam
Senin, 19/4/2021
Desa Pararapak
2 Kec. Dusun Timur ( Kab. Barito Timur) Kegiatan di laksanakan di Kec. Dusun
Selasa, 20/4/2021 Timur ( Kab. Barito Timur )
Desa di sekitar Wilayah Kec. Dusun
Timur Pukul 09.00 WIB

3 Kecamatan Gunung Timang, Kegiatan di laksanakan di Kec.


( Kab Barito Utara ) Gunung Timang ( Kab Barito Utara )
Desa Kandui 1.
Rabu, 21/4/2021
Desa Tapen Raya
4 Kecamatan Teweh Selatan K Kegiatan di laksanakan di Kec.
Teweh Selatan
Desa Hanjak Rabu, 21/4/2021
Desa Sikui
5 Kecamatan Teweh Baru Kamis, 22/4/2021 Kegiatan di laksanakan di
Desa Bintang Ninggi Kec.Teweh Baru

6 Kecamatan Murung ( Kab. Murung Kegiatan di laksanakan di Kec.


Raya ) Murung Kab. Murung Raya
Desa Mangkahui Jum’at, 23/4/2021

Desa Dirung,
7 Kecamatan Sepang ( Kab. Gumas ) Kegiatan dilaksanakan di Kantor
Kecamatan
Desa Rabauh, Tewai Baru,
Sabtu, 24/4/2021 “Derah Food Estate Dengan komoditi
Desa Sepang Kota, Singkong"

8 Palangka Raya Yayasan Perlindungan Senin, 26/4/2021 UU Perlindungan Konsumen dan UU


Konsumen Indonesia Pelayanan Publik
9 Kanwil BPN Prov Kalteng Senin 26/4/2021 Pertanahan dan TORA

10 PAPPEDA LIDBANG Prov Kakteng Selasa 27/42021 Penataan Daerah dan Tataruang
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Gedung A DPD-RI Lt-4 R. 407, Jl. Jend. GatotSubroto No. 6, Jakarta – 10270
Telp.: (021) 57897279 Fax : (021) 57897280

KERANGKA ACUAN RESES


KOMITE IDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
BERKAITAN DENGAN DESA, PERTANAHAN, DAN PENATAAN DAERAH
(UU No. 6/2014;UU No.11/2020; dan UU No. 23/2014)
16 April s.d. 5 Mei 2021

Dalam rangka menyerap aspirasi dan permasalahan yang ada di Daerah, Komite I DPD RI
melaksanakan reses dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat di daerah. Reses merupakan salah satu
kewajiban konstitusional. Adapun materi yang akan disampaikan Anggota Komite I adalah sebagai berikut.

I. PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA.

A. Latar Belakang.
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, saat ini telah memasuki tahun
ketujuh, sejak undang-undang ini ditetapkan oleh pemerintah. Dalam perjalanan pelaksanaannya,
Undang-Undang Desa harus diakui telah membawa perubahan besar dalam landscape politik,
pembangunan dan politik anggaran di Indonesia, di lapangan, banyak membawa angin segar perubahan
nyata bagi desa-desa di Indonesia.
Pada tataran kewenangan, amanat dari Undang-Undang Desa memberikan satu kewenangan
atributif; delegasi, dan dua kewenangan atributif yaitu kewenangan berdasarkan hal asal usul dan
kewenangan skala lokal. Namun demikian kewenangan atributif tersebut tidak mempunyai batasan dan
definisi yang jelas.
Pada aspek hubungan kelembagaan ditingkat pusat, desa dinaungi dua institusi, namun lemah dalam
kordinasi, yaitu Kemendagri yang bertanggungjawab menyangkut pemerintahan dengan Kemendes-
PDTT yang bertanggungjawab mengenai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini
menyebabkan desa mengalami kebingungan atas regulasi yang harus dikuti, ketika mengatur persoalan
yang sama di desa, belum lagi pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pada aspek keuangan, pengelolaan keuangan desa masih rumit karena pengelolaan keuangan desa
tidak dipaksa untuk menggunakan pola dan sistem pengelolaan keuangan negara dan malah jauh dari
asas rekognisi dan subsidiaritas.
Terkait kelembagaan desa, kurangnya Kerjasama antara Badan Permusyawaran Desa (BPD),
Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), dan Lembaga Adat Desa. Banyaknya Lembaga adat desa belum
terbentuk sesuai dengan tradisi masyarakat desa. Sedangkan pada pembentukan BUMDes seringkali jauh
dari semangat sosial dan kebersamaan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Desa.
Pada aspek pembinana dan pengawasan, bahwa regulasi yang mengatur pembinaan dan pengawasan
Undang-Undang Desa seringkali berubah-ubah sehingga membingungkan aparatur pemerintahan desa.
Saat ini misalnya diperlukan pula pembinaan secara berjenjang kepada desa perihal pelaksanaan
Sustainable Development Goals Desa (SDGs Desa) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Terkait Pemilihan Kepala desa, ongkos kandidat dalam pemilihan kades secara langsung mahal,
adanya calon tunggal dalam pilkades namun belum mendapatkan pengaturan yang semestinya. Keenam,
pada wilayah sosial politik desa, seringkali perkara-perkara pidana ringan penyelesaiannya ke pengadilan
negeri setempat tidak melalui penyelesaian di desa. Akibatnya fragmentasi konfilk di desa sering
meluas, padahal secara kultural, desa dulu seringkali menjadi hakim perdamaian permasalahan
masyarakat desa.
Dalam reses ini, Komite I juga akan melihat sejauhmana perkembangan pelaksanaan Desa
khususnya terkiat enam aspek permasalahan diatas.
B. Maksud dan Tujuan.
1. Untuk menyerap aspirasi secara langsung, terkait pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tentang
Desa dan Evaluasi atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tentang Desa selama ini; dan
2. Untuk menginventarisir isu-isu strategis dalam muatan perubahan terhadap Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
C. Isu-Isu Strategis.
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Gedung A DPD-RI Lt-4 R. 407, Jl. Jend. GatotSubroto No. 6, Jakarta – 10270
Telp.: (021) 57897279 Fax : (021) 57897280

1. Pelaksanaaan dan evaluasi atas kewenangan desa dalam hal: Penyelenggarakan Pemerintahan
Desa, Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa;
2. Pelaksanaan dan evaluasi atas Hubungan kelembagaan antara, Pemerintah Pusat/Kementrian
Dalam Negeri/Kementerian Desa, Pemerintah Daerah/Tingkat kecamatan dan Pemerintahan
Desa;
3. Pelaksanaan dan evaluasi atas Pelaksanaan Musyawarah desa dan Pola hubungan antara Kepala
Desa dengan BPD;
4. Pelaksanaaan dan Evaluasi atas sumberKeuangan Desa/ APBDes baik alokasi anggaran, kriteria
pemanfaatan dan pengelolaan keuangan;
5. Evaluasi atas Peran Pemerintah dalam Perencanaan program dan kegiatan, pelaksanaan,
monitoring dan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan Vs Inisiatif dan Prakasa dari
PemerintahDesa dan masyarakat desa;
6. Evaluasi atas Pengelolaan aset dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa;
7. Evaluasi atas pelaksanaan pertanggungjawaban keuangan dan adminsitrasi keuangan desa;
8. Evaluasi Pemilihan Kepala desa;
9. Pelaksanaan dan evaluasi Kerjasama antar Desa;
10. Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa;
11. Kesejahteraan Kepala desa dan Perangkat Desa; dan
12. Permasalahan-permasalahan desa lainnya selama pelaksanaaan UU Desa.

II. INVENTARISASI PERMASALAHAN KONFLIK PERTANAHAN.

A. Latar Belakang.
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi Indonesia adalah struktur penguasaan tanah yang tidak
terkonsolidasi dan sampai saat ini upaya memperbaiki struktur penguasaan tanah belum tercapai. Boleh
jadi hal ini disebabkan oleh rumusan kebijaksanaan yang tidak mampu mengakomodasikan faktor-faktor
strategis dalam masalah pertanahan dan implementasi kebijaksanaan yang kurang konsisten. Keberadaan
sejumlah regulasi belum mampu mengatasi persoalan pertanahan, seperti Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja, dan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Oleh
karena itu, sangat diperlukanpemahaman yang komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan
pertanahan.
Sebagai catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) bahwa terdapat 241 kasus konflik agraria
terjadi sepanjang Tahun 2020. Total kasus tersebut terjadi di 359 daerah di Indonesia dengan korban
terdampaknya sebanyak 135.332 kepala keluarga (KK), dengan Konflik tertinggi terjadi pada sektor
perkebunan yaitu sebanyak 122 kasus.Tertinggi kedua konflik agraria terjadi pada sektor kehutanan yaitu
sebanyak 41 kasus. Angka ini bahkan meroket 100 persen dari 2019 yang berjumlah sebanyak 20 kasus.
Konflik agraria lainnya terjadi di sektor infrastruktur sebanyak 30 kasus, properti 20 kasus,
pertambangan 12 kasus, fasilitas militer 11 kasus, pesisir kelautan 3 kasus dan agribisnis 2 kasus.
Walaupun demikian, Pemerintah telah menjalankan sejumlah kebijakan untuk menyelesaikan
konflik pertanahan antara lain dengan kebijakan one map policy, sertifikasi tanah, dan sertifkasi
elektronik. Akan tetapi berbagai kebijakan tersebut belum mampu menyelesaikan persoalan pertanahan
yang terjadi khususnya di daerah.
Oleh karena itu, reses yang dilaksanakan Komite I berkomitmen untuk melihat sejauhmana
penyelesaian konflik pertanahan di daerah dan bagaimana upaya pernyelesaian yang dilakukan.
B. Maksud dan Tujuan.
1. Mendapatkan berbagai masukan dan informasi mengenai pelaksanaan pendataan dan
pemanfaatan tanah.
2. Mendapatkan berbagai informasi mengenai konflik pertanahan yang terjadi di daerah dan upaya
penyelesaian yang dilakukan.
3. Sebagai bahan untuk Rapat Kerja dengan Kementerian terkait untuk membantu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut.
C. Isu-Isu Strategis.
1. Penataan kembali penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.
2. Realisasi redistribusi tanah.
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Gedung A DPD-RI Lt-4 R. 407, Jl. Jend. GatotSubroto No. 6, Jakarta – 10270
Telp.: (021) 57897279 Fax : (021) 57897280

3. Penyelesaian konflik-konflik pertanahan di daerah.


4. Pemahaman daerah terhadap tersusunnya kebijakan one map policy di bidang pertanahan.
5. Rencana pelaksanaan sertifikat elektronik.
6. Pelaksanaan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.
7. Pelaksanaan Bank Tanah sebagai amanat Undang-Undang Cipta Kerja.

III. PENATAAN DAERAH.

A. Latar Belakang.
Penataan Daerah diatur didalam Bab VI Penataan Daerah Pasal 31 s.d Pasal 56 Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda). Bab VI tersebut mengatur mengenai
Kewenangan DPD RI dalam pembahasan Penataan Daerah bersama dengan Pemerintah dan DPR RI
(tripartit). Kewenangan dalam proses perencanaan, pengajuan, penetapan, pengawasan dan evaluasi
Penataan Daerah. Sedangkan mekanisme penataan daerah (pemekaran daerah) dilakukan melalui usulan
Daerah (bottom up process) dan Kepentingan Strategis Nasional (top down process).
Adanya dua Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan teknis yakni Peraturan Pemerintah tentang
Penataan Daerah yang mengatur mengenai persyaratan dan tahapan pembentukan dan penggabungan
Daerah dan Peraturan Pemerintah tentang Desain Besar Penataan Daerah (Desartada), yang mengatur
mengenai strategi dan acuan bagi Pemekaran Daerah Baru. Kedua peraturan terknis tersebut merupakan
turunan dari UU Pemda yang merupakan dasar atau payung hukum bagi penyelenggaraan penataan
daerah.
Dalam rapat konsultasi yang dilakukan oleh DPD RI beberapa waktu yang lalu, Pemerintah melalui
DPOD (Wakil Presiden) menyatakan bahwa pemerintah tetap melanjutkan moratorium pemekaran
daerah dengan beberapa pertimbangan antara lain: kemampuan keuangan negara yang belum
memungkinkan; Pemerinta focus pada pembiayaan prioritas-prioritas pembangunan nasional yang
bersifat strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan Sumber Daya Manusia (SDM); hasil
audit BPK RI tahun 2019 menyatakan bahwa sumber pendapatan sebagian besar DOB yang sudah
dimekarkan masih berasal dari APBN sehingga kurang mandiri; dan sebagainya.
Dalam rangka mendapatkan perkembangan terakhir pelaksanaan UU Pemda khususnya mengenai
penataan daerah, Komite I melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU Pemda khususnya penataan
daerah,inventarisasi permasalahan penataan daerah yang dapat ditindaklanjuti agar dapat dicarikan
solusinya bagi daerah.
B. Maksud dan Tujuan.
1. Mendapatkan berbagai masukan dan informasi mengenai penataan daerah khususnya pemekaran
daerah.
2. Sebagai bahan untuk Rapat Kerja dengan Kementerian terkait untuk membantu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut.
C. Isu-Isu Strategis.
1. Perkembangan DOB yang sudah dimekarkan:
a. Pelaksanaan pelayanan publik.
b. administrasi pemerintahan.
c. Tata kelola pemeritahan.
d. Pertumbuhan ekonomi, dan
e. pendapatan daerah.
2. Perkembangan usulan Pemekaran Daerah.
3. Permasalahan Pemekaran Daerah.

Anda mungkin juga menyukai