Dosen Pengampu:
Abdul Basid, S.Th.I, M.Th.I, Ph.D
Disusun Oleh:
1. Noval Arkan Abiyyi (200411624017)
2. Nova Tri Amalia (200421622003)
3. Robbi Fatur Rohman (200322615235)
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Gerakan Organisasi Islam: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyyah Dan Salafi” ini
dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Bapak Abdul Basid, S.Th.I, M.Th.I, Ph.D pada Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menembah
wawasan tentang gerakan-gerakan organisasi Islam di Indonesia seperti NU,
Muhammadiyyah dan Salafi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Basid,
S.Th.I, M.Th.I, Ph.D selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
yang seseuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama terakhir yang membawa kitab Al-Quran sebagai
penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Arti dari Islam secara garis besar adalah
kedamaian, kesejahteraan, kepatuhan, ketaatan, dan penyerahan diri. Kata dasar
Islam adalah salima, yang berarti sejahtera, tidak tercela, dan tidak bercacat. Kata
salima memiliki madsal salamat yang berarti juga dalam bahasa Indonesia selamat.
Berasal dari kata salamat, penafsiran pada umat muslim di Indonesia adalah salam
atau kalimat sapaan “Assalamualaikum” yang berarti “salam sejahtera, damai untuk
Anda”. Agama islam merupakan agama yang di dalamnya mengandung unsur kabar
gembira.
Islam merupakan agama yang banyak dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Hal
ini dibuktikan pada data global yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan
negara yang mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam. Indonesia merupakan
negara yang luas, hal ini dipengaruhi oleh faktor wilayah dari Indonesia sendiri
yaitu yang berbentuk kepulauan. Berangkat dari berbagai kepulauan tersebut, pasti
terdapat banyak perbedaan antar masyarakat di Indonesia. Begitu juga dengan
Agama Islam, Islam merupakan agama yang akan menyebar ke segala penjuru
dunia, termasuk Indonesia. Didalam nilai islam yang ada di Indonesia memiliki
corak tersendiri antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, agama islam selalu
berekembang dan menyatu pada kebudayaan seluruh masyarakat di dunia, tak
tekecuali di negara Indonesia. Karena pada hakikatnya, Islam merupakan agama
yang membawa kabar gembira, maka dari itu islam selalu berdampingan pada
kebudayaan yang ada di dalam masyarakat.
Disamping perbedaan-perbedaan yang ada terdapat dasar Islam yang terus
dijaga kemurniannya yaitu yang petama mengenai tauhid, dimana ajaran tauhid ini
berisikan ajaran untuk meng-esakan Allah, kedua yaitu sifat tashdiq atau bentuk
keimanan kepada Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir yang diutus oleh Allah,
ketiga yaitu landasan dari Islam itu sendiri seperti rukun iman dan rukun Islam. Dari
tiga dasar Islam tersebut, perbedaan-perbedaan Islam yang ada dalam masyarakat
dunia bisa dipersatukan. Perbedaan-perbedaan dalam menyikapi Agama Islam
merupakan hal yang sangat wajar, karena masyarakat khususnya di Indonesia
memiliki berbagai ragam tradisi ataupun pandangan yang berbeda-beda. Sejalan
dengan misi Nabi Muhammad SAW , bahwa penyampaian Islam akan terus
dilakukan hingga hari akhir, maka dari itu para ulama merupakan jembatan yang
menghubungkan misi tersebut. Para ulama di dunia menjalankan misi Nabi
Muhammad sejalan dengan berbagai permasalahan yang ada di dunia. Dalam
mengatasi berbagai masalah di dunia pastinya tidak lepas dari kebudayaan
1
2
masyarakat. Maka dari itu, islam akan hadir ditengah-tengah keberagaman budaya
masyarakat.
Para ulama menggunakan akal pikirnya dalam mengatasi problematika dunia
dengan dasar-dasar Islam. Maka dari itu sebuah hal yang wajar jika terdapat
perbedaan penyelesaian dari para ulama. Para ulama umumnya mendirikan sebuah
organisasi untuk berdiskusi mengenai penyelesaian masalah di dunia yang sesuai
dengan pedoman Islam, disamping itu tujuannya juga menyebarkan ajaran Agama
Islam. Di Indonesia terdapat organisasi-organisasi keislaman yang berbeda antar
umat muslim, akan tetapi terdapat landasan yang sama, yaitu anti radikal dan
menjadikan dasar Islam sebagai pijakan untuk mengatasi masalah di dunia.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan mengenai banyaknya organisasi islam yang ada di Indonesia,
terdapat tiga organisasi yang paling menonjol di masyarakat. Organisasi tersebut
adalah Muhammaddiyah, Nahdlatul Ulama, dan Salafi. Dari ketiga organisasi
tersebut maka diperlukannya kajian mengenai keislaman yang ada didalamnya,
sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gerakan Nahdlatul Ulama dalam menjalankan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana gerakan Muhammaddiyah dalam menjalankan islam di
Indonesia?
3. Bagaimana gerakan Salafi dalam menjalankan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin kita peroleh dari makalah ini adalah mengetahui
bagaimana tiga organisasi Islam (NU, Muhammadiyah dan Salafi) menjalankan
ajaran Islam dalam berbagai persoalan yang ada di dunia dan menjadikan pembaca
paham mengenai indahnya islam ditengah perbedaan yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nahdlatul Ulama
1. Latar Belakang
Proses berdirinya Nahdlatul Ulama pastinya tidak lepas dengan santri
di kalangan pesantren. Dimana berawal dari perjuangan kaum pesantren yang
membela keberagaman bermahzab dan penghalangan penghancuran warisan-
warisan islam yang dilakukan oleh Raja Saud, yang pada akhirnya Raja Saud
menggagalkan niatan tersebut karena para pesantren dan Kiai Wahab
membentuk Komite Hijaz. Oleh karena itu, para pesantren merasa
memerlukan sebuah organisasi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang ada pada kehidupan saat ini.
Nahdlatul Ulama didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 16 Rajab
1344 H atau pada tanggal 31 Januari 1926. NU didirikan karena kekhawatiran
dari KH. Hasyim, Kiai Wahab, dan kiai lainnya mengenai implementasi
agama di bidang politik, beragama, dan pendidikan. Dalam membentuk
organisasi atau jamayyah Kiai Hasyim mengalami beberapa keraguan, untuk
menangani keraguannya Kiai Hasyim melibatkan ulama-ulama tua di Jawa
untuk meminta izin dan saran. Ulama tersebut bernama Syaichona
Mohammad Cholil dan Kiai Nawawi Noerhasan, kedua ulama tersebut
merupakan guru mengaji dari Kiai Hasyim. Setelah mendapatkan dukungan
dari kedua ulama tersebut Kiai Hasyim akhirnya mendirikan jamayyahnya.
Pada masa sebelum Nahdlatul Ulama dibentuk, terdapat beberapa
organisasi yang juga melatar belakangi penbentukan Nahdlatul Ulama.
Organisasi-organisasi tersebut dibentuk berdasarkan situasi pada saat itu,
diantaranya sebagai berikut pada tahun 1916 dibentuklah Nahdlatul Wathan
oleh Kiai Wahib di Surabaya, Nahdlatul Wathan merupakan forum bertukar
pendapat yang membahas mengenai masalah-masalah yang ada di tanah air,
dimana anggotanya ialah para santri dan kaum modern. Di tahun 1918 Kiai
Wahib juga membentuk organisasi yang bernama Nadlatu Tujjar, organisasi
ini berbentuk koprasi, dimana sesuai tujuan dari Nadlatul Tujjar ialah
memberikan perbaikan perekonomian dalam masyarakat. Berpijak pada dua
organisasi tersebut disempurnakan oleh ulama-ulama melalui pembentukan
Tashwirul Anwar. Tashiwul Anwar merupakan organisasi yang membahas
mengenai konteks islam dengan kebutuhan negara. Dari tiga organisasi
tersebutlah NU dibentuk sebagai organisasi yang dibawahi naungan nasional
dari perjuangan ulama-ulama pesantren.
3
4
3. Basis Massa
Berdasarkan survei yang lakukan LSI (Lingkaran Survei Indonesia)
oleh Denny JA, tepatnya pada tanggal 18 - 25 Februari 2019 menunjukkan
bahwa dari 1.200 responden yang mengitu NU sebesar 49,5% dari total 87%
pemeluk agama islam. Hal ini menunjukkan, bahwa pengikut NU memiliki
jumlah yang sangat banyak dibandingkan organisasi-organisasi yang lainnya.
Dengan populasi yang banyak menggambarkan bahwa basis masa NU bisa
berumur panjang. Selain didukung dengan jumlah pengikut yang banyak,
pengikut NU juga memiliki kesetiaan yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya masyarakat khususnya pengikut NU yang menjadikan
pesantren sebagai pusat pendidikan rakyat dan warisan budaya yang melekat
pada NU.
Untuk menentukan basis masa dari keanggotaan Nahdlatul Ulama, NU
menggunakan dua basis massa yang sering digunakan yaitu massa jam’iyah
5
B. Muhammadiyyah
1. Latar Belakang
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama
6
3. Basis Massa
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga survei Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 18-25 Februari 2019,
Muhammadiyyah didaulat sebagai organisasi Islam terbesar kedua di
Indonesia, yaitu tepat berada dibawah Nahdlatul Ulama (NU).
Survei yang melibatkan sebanyak 1.200 responden ini dilakukan
melalui wawancara secara langsung yang dipilih menggunakan multistage
random sampling. Dari total responden, komposisi pemilih Muslim sebesar
87,8 persen, sedangkan pemilih minoritas 12,2 persen. Sedangkan margin of
error atau tingkat kesalahan survei ini berjumlah pada kisaran 2,9 persen.
Meskipun Muhammadiyyah lebih dulu lahir daripada NU, mereka
harus puas berada peringkat dibawah NU dengan presentase 4,3% saja,
sedangkan NU memiliki presentase jauh diatas Muhammadiyyah yaitu
49,5%.
8
4. Pendekatan Dakwah
Setiap organisasi Islam memiliki pendekataan dakwahnya masing-
masing termasuk juga Muhammadiyyah. Organisasi Muhammadiyyah
memiliki beberapa pendekatan dakwah yaitu dakwah Bil Lisan, dakwah
Kultural, dan dakwah Bil Hal.
Dakwah Bil Lisan adalah metode dakwah dimana dakwah disampaikan
melalui ceramah-ceramah atau diskusi-diskusi yang dimana para peserta
duduk sila di lantai membentuk lingkaran, dimana da’i atau guru ngaji
mengambil posisi di tengah mata rantai lingkaran itu, menyampaikan
ceramah dan seluruh peserta mendengar. Topik pengajian ditentukan oleh
da’i atau atas kesepakatan bersama dan program organisasi. Pengajian
dilakukan dengan lebih dahulu semua peserta secara bersama-sama membaca
Alquran. Isi ceramah sering tidak terkait dengan ayat-ayat Alquran yang
dibaca.
Sedangkan dakwah Kultural adalah strategi dakwah melalui gerakan
budaya dan perubahan sosial di tengah masyarakat Muslim. Melalui dakwah
kultural Muhammadiyah melakukan ikhtiar terus menerus untuk
mewujudkan Islam sebagai agama yang membawa kebahagiaan hidup umat
manusia di dunia dan akhirat secara simultan. Dakwah kultural sebagai
sebuah proses antara lain merupakan proses komunikasi sekaligus sebagai
upaya untuk pemecahan masalah dan pengembangan masyarakat yang
dibingkai oleh Islami. Sebagai proses komunikasi, dakwah kultural dapat
menjadikan budaya lokal menjadi wahana dalam mendekati masyarakat
sebagai sasaran dakwah sehingga seluruh lapisan.
Dan pendekatan yang terakhir adalah metode dakwah Bil Hal yaitu
merupakan dakwah dalam bentuk tindakan nyata perbuatan maupun
pembangunan. Dakwah Bil Hal merupakan kegiatan dakwah yang tidak
hanya berbicara tetapi berbuat secara nyata bersama masyarakat, sehingga
secara konkrit apa yang menjadi masalah dalam masyarakat dapat
diselesaikan. Metode ini kelihatannya lebih efektif dan berkesan jika
dibandingkan dengan metode lainnya, karena masyarakat tidak hanya diajar
dengan teori, tetapi lebih jauh dari itu telah dipraktekkan oleh para da’i
tersebut, sehingga hasilnya dapat lebih mencapai tujuan yang diharapkan.
C. Salafi
1. Latar Belakang
Di masa modern istilah salafiyah dipopulerkan oleh Jamaluddin al-
Afghani dan Muhammad Abduh, sebagai nama gerakan yang bertujuan
memodernkan pemahaman keislaman dengan mendorong perubahan sosial
dan politik dalam batas-batas Syariah. Terlebih lagi bila diingat bahwa yang
dimaksud oleh Abduh sebagai salaf adalah masa keemasan tradisi sunni Islam
dalam masa perkembangannya yang direpresentasikan diantaranya oleh para
teolog abad ketiga dan keempat hijriyah, seperti al-Asy’ari, al-Baqillani, dan
9
Disamping itu, ada pula Salman bin Fahd al-Audah yang dituduh
sebagai penasehat Osama bin Laden, Safar bin Abdurrahman al-Hawali
ulama yang menentang kebijakan Amerika Serikat dan Arab Saudi, dan
Muhammad bin Abdillah alMasari tokoh pelopor Hizbut Tahrir Arab Saudi.
Di kalangan Salafi, kelompok Sururiyah mentolelir kehidupan berpolitik.
Sementara itu, Salafi di Indonesia bukanlah komunitas monolitik.
Keterkaitannya pada negara-negara di Timur Tengah, Yaman, dan Arab
Saudi, menunjukkan adanya kecenderungan atas ideologi yang berbeda-beda.
Pada 1990-an, muncul tanda-tanda perpecahan antara reformis (academic
Salafism/Salafiyyah alilmiyyah) dan Salafime Jihad (Salafiyyah al-
Jihadiyyah). Setidaknya ada dua konflik yang terjadi di kalangan Salafi, yaitu:
(a) konflik antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa; dan (b) konflik
antara Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed dan Yazid Jawwaz.
Konflik ini berimbas pada jaringan-jaringan mereka.
a. Tauhid dan Akidah
Tauhid dan akidah adalah ajaran utama dan terpenting dalam
dakwah Salafi. Dengan bertauhid berarti meyakini keesaan Allah dan
kekuasaan yang tak terbatas-Nya. Tauhid terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu: (a) tauhid al-rububiyyah (tauhid ketuhanan) yaitu pengakuan bahwa
hanya Allah yang semata-mata memiliki sifat Ketuhanan, Maha Kuasa,
Maha Pencipta, dan yang menghidupkan dan yang mematikan. (b) Tauhid
al-ubudiyyah (tauhid ibadah) yaitu segala ibadah hanya ditujukan kepada
Allah. (c) Tauhid al-asma wa al-shifat (tauhid nama dan sifat Allah) yaitu
membenarkan nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan dalam al-Quran
tanpa disertai upaya untuk menafsirkan nama-nama tersebut kepada
siapapun selain kepada Allah. Ketiganya tidak bisa dipisahkan dan tidak
dapat berdiri sendiri karena merupakan pilar keimanan dari kalimat tauhid
“la ilaha illa Allah”
b. Al-Wala Wa Al-Bara
Al-Wala bermakna mencintai, mendukung, menolong, mengikuti,
dan mempertahankan, sedangkan Al-Bara yaitu meremehkan,
meninggalkan, dan mencela. Ajaran ini mengajak umat Islam untuk
mencintai dan menolong sesama Muslim dan menjauhi orang-orang kafir.
Ajaran inilah yang melandasi untuk berjamaah dan berkelompok agar
terhindar dari bid’ah. Kalangan Salafi tidak bergabung dengan kalangan
Muslim lain karena ingin menghindar dari bid’ah yang dapat merusak
iman dan tidak berpedoman dan berpegang teguh pada teladan salaf al-
shalih.
c. Ahlussunnah Wal Jama’ah
Kata Ahlussunnah diambil dari sebuah hadis yang terkenal, “umat
Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, umat Nasrani menjadi 72 golongan,
sedangkan umatku menjadi 73 golongan. Dari 73 golongan tersebut, yang
selamat hanya satu golongan. Sahabat bertanya: “siapakah golongan yang
selamat itu?” Nabi menjawab: “Ahlussunnah wal jama’ah”. Sahabat
12
3. Basis Massa
Jumlah pengikut Salafi di Indonesia masih sangat sedikit bila
dibandingkan dengan pengikut NU dan Muhammadiyah. Pada umumnya
mereka adalah alumni pesantren atau majlis taklim yang diasuh oleh para
ustad tamatan sekolah di Timur Tengah seperti Saudi Arabia dan Yaman, atau
tamatan lembaga Timur Tengah yang ada di Indonesia seperti LIPIA
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) di Jakarta.
Pertumbuhan dakwah Salafi di Indonesia mencapai puncak-nya setelah
tumbangnya rezim Orde Baru. Kemunculannya berawal dari Dewan Dakwah
Islam Indonesia (DDII) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa
Arab (LIPIA), yang memperkenalkan manhaj salâf as-sâlih kepada umat
Islam Indonesia. Mereka didukung oleh lembaga-lembaga donor dari Timur
Tengah berupa pendidikan gratis di Timur Tengah serta dana untuk
mendirikan lembaga-lembaga untuk menunjang eksistensi dakwah Salafi,
seperti pendirian yayasan, sekolah, rumah sakit, pondok pesantren, dan
lembaga kursus bahasa Arab.
Di samping mendirikan lembaga-lembaga formal, mereka pun mengisi
ceramah keagamaan, khutbah, tablig akbar, halaqah, dan daurah. Kegiatan-
kegiatan tersebut didokumentasikan menjadi kaset, VCD, DVD, yang
kemudian dijual bersama buku, jurnal, dan majalah. Di samping itu, ada pula
yang memberikan tausiah, nasehat, dan dakwah melalui media penyiaran,
seperti stasiun televisi dan radio, serta dunia maya, seperti website, blog,
mailing list (milis), dan jejaring sosial.
4. Pendekatan Dakwah
Di era reformasi sekarang ini, dakwah Salafi mengalami kemajuan yang
pesat. Mereka bergerak lebih leluasa dengan mendirikan yayasan-yayasan
13
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17