Anda di halaman 1dari 7

ACARA III

MORFOLOGI KHAMIR/YEAST DAN TEKNIK ISOLASI KHAMIR

Dimas Arya Saputra

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengisolasi dan mengidentifikasi khamir secara morfologi. Khamir dapat lebih bertahan dalam
keadaan alam sekitar yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan jasad renik lainnya. Khamir dapat tumbuh dalam suatu
substrat atau medium berisikan kosentrasi gula yang dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri. Khamir bersifat
fakultatif, artinya mereka dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun anaerobik. Khamir sering tidak terlihat karena tidak
kontras dengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu diadakannya isolasi dengan cara taburan, goresan dan
juga pewarnaan saat mengamati morfologi sel khamir agar khamir tampak jelas saat diamati dengan mikroskop.

Kata kunci : Identifikasi; yeast; Morfologi; Mikroorganisme.

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah tropis dengan kelimpahan keanekaragaman hayati berupa
keanekaragaman flora, fauna dan mikroorganisme.Keberadaan mikroorganisme di alam sangat luas meliputi
daratan atau tanah, perairan dan udara. Jenis-jenis mikroorganisme meliputi protista (alga, protozoa),monera
(bakteri, cyanobakteria) dan fungi (jamur benang dan khamir). Keberadaanmikroorganisme khamir di tanah tidak
begitu tinggi jika dibandingkan dengan bakteri dan jamur benang. Namun, khamir di tanah memegang peranan
penting dalam menstimulasi dekomposisi dan mineralisasi senyawa organik di dalam tanah. Selain itu khamir juga
memegang peran penting dalam hidrolisis selulosa yang berada di dalam tanah (Kanti 2007).
Khamir dikenal memiliki rentang ekologi yang cukup luas dan mampu hidup pada daerah ekstrem serta
umumnya banyak ditemukan pada lingkungan yang memiliki bahan organik tinggi (Kanti 2006). Beberapa
kelompok khamir yang dominan ditemukan dalam ekosistem tanah adalah genus Cryptococcus, Candida dan
Debaryomyces (Kanti 2005). Menurut Kurtzman & Piskur (2006) baru sekitar 1% khamir dilakukan isolasi dan
identifikasi dari total perkiraan keanekaragaman khamir di dunia. Diantara 89 genera khamir yang pernah terdaftar
dalam monograf khamir sebanyak 37 genera atau 42% ditemukan di Indonesia (Kurtzman & Fell 2006).
Identifikasi untuk mengetahui nama genus atau spesies khamir dapat dilakukan dengan pe ngamatan morfologi
(morfologi koloni dan sel), uji fisiologis dan biokimia (Barnett & Pankhurst 2000). Pengamatan morfologi
merupakan dasar utama yang digunakan untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi khamir yaitu dengan pe
ngamatan morfologi sel (pembentukan askospora, morfologi sel vegetatif, reproduksi aseksual, ada tidaknya
produksi miselium sejati, pseudomiselium, ciri koloni, dan ciri pertumbuhan pada media cair. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi khamir.
Khamir atau yeast adalah kategori non-takson yang mencakup semua fungsi uniseluler yang berasal dari
kingdom Zygomcota, Askomycota dan Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang biak secara aseksual maupun
seksual. Cara aseksual, yaitu dengan bertunas dan membelah diri. Cara seksual, yaitu, dengan fusi (penggabungan)
dua sel dengan methylene blue (tipe perkawinan) yang berbeda, zigot hasil fusi ini kemudian akan membentuk
empat hingga delapan spora yang kemudian menyerap (Waluyo, 2007).
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis fungi yang paling dikenal dan sering digunakan oleh manusia.
Karena kemampuannya memetabolisme gula menjadi etanol dan gas CO 2. Spesies ini sejak dulu telah digunakan
dalam proses pembuatan roti. Dalam biologi molekukar Saccharomyces cerevisea adalah organisme contoh bagi
eukariota, yang peta genetiknya sudah dipahami dengan lengkap . Saccharomyces termasuk dalam filum
Ascomycota (Imam, 2011).
Saccharomyces cerevisea dapat dilihat dengan mikroskop tanpa pewarnaan dan akan terlihat sebagai bintik-
bintik transparan. Pewarnaan dengan methylene blue bukan bertujuan agar Saccharomyces cerevisiae terlihat, tetapi
bertujuan diffrensial, yaitu agar sel yang mati dan hidup memiliki warna yang berbeda. methylene blue merupakan
indikator berbentuk kristla yang bisa larut dalam air akan membentuk cawan berwarna biru. Methylene blue
menjadi tidak berwarna dengan kehadiran enzim alifatik dan karena itu, sel khamir yang hidup akan tampak
transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaan enzim methylene blue akan tetap berwarna biru, oleh karena itu, sel yang
mati akan berwarna biru (Buckle, 2008).
Pengamatan sel khamir dapat dilakukan dengan cara pengecatan sederhana, yaitu pemberian warna pada khamir
dengan menggunakan larutan tunggal suatu warna suatu warna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi.
Pewarnaan sederhana, yaitu pewarnaan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat
bentuk sel khamir dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya serta membedakan sel yang mati dan sel
yang hidup (Balley, 2007).
Dinding sel khamir terdiri atas kitin. Sel yang masih muda dinding selnya tipis dan lentur, sedangkan yang tua
dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah dinding sel terdapat membran berfsifat permiabel selektif. Tipe sel khamir
adalah eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir, perlu dipelajari sifat-sifat morfologi dan
fisiologisnya. Sifat-sifat morfologi yang perlu dipelajari meliputi bentuk, struktur sel dan jumlah spora, cara-cara
perkembangbiakan, pembentukkan Psedemycellium, ordian, giant colony, klamidospora, blastosporsa, dan
sebagainya. Sifat-sifat fisiologis meliputi pengujian amilasi C dan N, fermentasi karbohidrat, kemampuan
mencairkan gelatin, reduksi netral dan sebagainya (Dwijoseputro, 2010).

2. MATERIAL DAN METODE


2.1 Material

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah MEA, Khamir, Methylene Blue, Medium Biakan.

2.2 Alat/Instrumen

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum kali ini adalah Gelas benda, Gelas preparat, Bunsen, Ose

2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 Isolasi Bakteri


2.3.1.1 Cara goresan
1. Menggunakan MEA yang sudah di cairkan sebelumnya.
2. Sebelum mengambil air tape,ose di panaskan terlebih dahulu.
3. Ambil satu ose air tape lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi MEA.
4. Gojog hingga homogen.
5. Tuangkan dalam cawan petridish dan ratakan.
6. Tutup cawan petridis lalu panaskan agar steril dan menggunakan teknik isolasi cara
goresan.
7. Bungkus menggunakan kertas payung,kemudian inkubasi selama 24-48 jam dalam suhu
320c.

2.3.1.2 Cara taburan


1. Panaskan medium malt-agar dalam penangas air dan dinginkan sampai temperatur kurang
lebih 500c
2. Dengan ose steril inokulasi medium dengan suspensi bahan yang mengandung khamir dan
gojog hingga merata.
3. Kemudian 1 ose medium dari tabung ini pindahkan ke tabung kedua yang sedang mencair.
Selanjutnya gojog baik-baik.
4. Dari tabung kedua pindahkan lagi ke tabung ketiga seperti diatas.
5. Kemudian isi masing-masing tabung diatas tuangkan ke dalam petridish dan inkubasikan
pada temperatur 25 – 300C selama 2 hari atau lebih.
6. Dari koloni-koloni yang tumbuh buatlah preparat dan amati dengan mikroskop.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL PENGAMATAN
Dari beberapa percobaan praktikum kali ini didapatkan hasil yang tertera dalam gambar sebagai berikut:
Teknik Taburan Teknik Goresan

Saccharomyces cereviciae Saccharomyces cereviciae

Gambar 1. Teknik Isolasi Khamir

Khamir mati (warna biru) Khamir hidup (transparan)

Jumlah = 36 Jumlah = 56

Gambar 2. Pengecatan Sederhana Khamir


Perhitungan :
rata rata A
Persentase Kematian = x 100%
ratarata A + Rata rata B
36
= x 100%
36+56
= 37,7%

3.2 PEMBAHASAN
Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk ke dalam fungi mikroskopis. Khamir terdapat
sebagai sel bebas yang sederhana. Khamir yang ditemukan memiliki berbagai bentuk sepeti bulat, lonjong, tingular
dan sebagainya. Khamir tidak bergerak karena tidak memiliki flagela. Khamir dapat tumbuh dalam medim cair dan
padat dengan cara seperti bakteri, yaitu prmbrlahan sel. Jenis khamir yang paling sering digunakan oleh manusia
adalah Saccharomycess cerevisiae (Natsir, 2003)
Khamir merupakan salah satu organisme yang termasuk dalam fungi mikroskopik. Khamir terdapat sebagai
fungi mikroskopik. Khamir terdapat sebagai sel bebas yang sederhana, khamir yang terdapat di alam memiliki
berbagai bentuk bulat, lonjong, triangular dan sebagainya. Khamir tidak bergerak karena tidak memiliki flagella,
khamir dapat tumbuh pada media cair dan padat dengan cara seperti bakteri yaitu pembelahan sel. Di alam terdapat
berbagai bentuk khamir, namun khamir dalam pengamatan berbentuk bulat. Tujuan dari pengamatan morfologi
khamir yaitu untuk mengamati berbagai macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan sel yang hidup dan
menghitung presentase kematian khamir (Anshar, 2010).
Praktikum ini menggunakan pengecatan sederhana yaitu menggunakan suatu cat warna, cat warna yang
digunakan adalah methylene blue yang bertujuan untuk membedakan sel yang hidup dan sel yang mati. Hasil
pengamatan menunjukan sel khamir yang mati akan bewarna biru dan sel khamir yang hidup tidak bewarna atau
transparan. Warna biru pada sel khamir yang telah mati disebabkan karena sifat semi permiabel membran dari sel
khamir yang mati tersebut sudah tidak berfungsi lagi sehingga sel khamir yang mati menyerap warna biru dari
larutan methylene blue.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan jumlah sel khamir yang mati 37,7%%. Dari hasil perhitungan
terlihat bahwa khamir yang berumur 24 jam lebih banyak sel yang mati. Selain itu kecepatan pertumbuhan sel
khamir pada jam ke-0 sampai jam ke 24 lebih rendah dibandingkan dengan jam-jam berikutnya disebabkan karena
mikroba masih dalam fase adaptasi. Menurut (Waluyo, 2007) seharusnya khamir yang berumur 48 jam memiliki
jumlah kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur 24 jam, karena waktu penyimpanan untuk 48 jam
lebih lama sehingga khamir yang dihasilkan lebih banyak.
Khamir yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis Saccharomyces cerevisiae yang merupakan jenis fungi
yang paling sering dimanfaatkan oleh manusia, karena kemampuannya dalam memetabolisme gula menjadi CO 2.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan khamir adalah kandungan nutrisi atau substrat, pH, suhu,
tersedianya oksigen dan ada tidaknya senyawa penghambat, penyinaran lampu mikroskop dan lain-lain.
Kebanyakan khamir dapat tumbuh pada pH 4,0-4,5. Suhu optimum khamir yaitu 25 0C-350C dan suhu maksimum
yaitu 350C – 470C.

4. KESIMPULAN

Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk ke dalam fungi mikroskopis, jenis khamir yang
sering digunakan oleh manusia adalah Saccharomyces cereviseae. Pengecatan sederhana adalah pengecatan yang
dilakukan untuk membedakan mana sel yang mati dan sel yang hidup. Pada sel khamir yang mati akan terbentuk
warna biru dan pada sel yang hidup akan berwarna transparan. Jumlah sel khamir yang mati adalah 56%. Faktor-
faktor yang menyebabkan perbedaan sel khamir pada umur 24 dan 48 jam, yaitu pH, suhu, kandungan nutrisi dan
substrat.

REFERENSI

[1] Sutedjo, Muhammad. 2006. Mikrobiologi Jilid 1, MORFOLOGI KHAMIR DAN SPORA KHAMIR, 1:1-12.

[2] Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan, ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KHAMIR SECARA MORFOLOGI DI
TANAH KEBUN WISATA PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 1:1-10.
[3] Wijanarka, Endang, K, dan Hermin. 2008, Identifikasi khamir inulinolitik BAT-2 dari umbi dahlia (Dahlia
variabilis Willd) dan kemampuan enzimnya, Berkala Ilmiah Biologi, 7(1) : 27-31.

[4] Kurtzman, CP, and Fell, JW. 2006, Yeast systematics and phylogeny-implication of molecular identification
methods for studies in ecology, Biodiversity and Ecophysiology of Yeast, 9: 87-91.
LAMPIRAN
III. Screenshot kutipan jurnal yang dipakai

Anda mungkin juga menyukai