Anda di halaman 1dari 8

ACARA V

PERHITUNGAN BAKTERI SECARA LANGSUNG DAN

PERHITUNGAN BAKTERI SECARA TIDAK LANGSUNG

Dimas Arya Saputra

Abstrak

Penentuan jumlah angka mikroorganisme (nilai koloni) sangat penting dilakukan untuk menetapkan keamanan dari berbagai
produk, seperti pada bidang farmasi ataupun makanan. Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap
bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran
bakteri yang ada pada bahan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk menghitung jumlah mikroorganisme. Metode
tersebut menghitung jumlah sel, massa sel, atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel. ada 2 cara perhitungan jumlah mikrobia
yaitu perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak langsung (indirect method). Dalam praktikum kali ini
menggunakan sampel yaitu berupa daging ayam yang akan di perlakukan dengan 2 cara sesuai materi praktikum. Adapun
tujuan praktikum perhitungan jumlah bakteri kali ini ialah mengetahui berbagai cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu
bakteri.

Kata kunci : Koloni; Bakteri; Metode; Sel.

1. PENDAHULUAN

Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk bisa mengetahui berapa banyak
koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baik itu koloni sel yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati.
Metode yang digunakan adalah perhitungan secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung. Perhitungan
jumlah bakteri secara langsung digunakan untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun
yang hidup. Sedangkan perhitungan bakteri secara tidak langsung digunakan untuk menentukan jumlah bakteri
yang hidup saja. Setiap perhitungan jumlah bakteri baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki
kelemahan masing-masing. Jumlah bakteri masih belum mendekati hasil maksimal dikarenakan perhitungan yang
melibatkan sel hidup maupun sel mati bakteri, keterbatasan alat dan bahan saat perhitungan, keperluan persiapan
alat dan bahan yang cukup panjang, ketelitian penelitian oleh peneliti dan lain-lain [1].

Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil
dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), Pembelahan atau perbanyakan sel merupakan
pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel
bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah
individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas
pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan
kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).

Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu. Pertumbuhan mikroba
dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum
pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau
radiasi (Sofa, 2008).

Menurut Darkuni (2001) pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh factor lingkungan.
Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan
pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Sedangkan menururt Tarigan (1988)
kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: kebutuhan fisik dan
kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik. Sedangkan
kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-mineral dan faktor penumbuh. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hastuti (2007) bahwa terdapat beberapa faktor abiotik yangdapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi. Apabila faktor-faktor abiotik
tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan
berkembang biak. Pertumbuhan bakteri juga dapat terganggu apabila kondisi fisiko kimia tidak memenuhi syarat.
Selain dari faktor fisiko kimia,pertumbuhan bakteri juga dapat terganggu dengan kehadiran mikroba lainnya yang
bersifat inhibitor, contohnya adalah jamur. Jamur antagonis akan menghambat pertumbuhan koloni bakteri dengan
membentuk zona antibiotis atau mematikan secara langsung dengan cara menyelimuti pertumbuhan koloni
pathogen (Bustamam, 2009).

2. MATERIAL DAN METODE


2.1 Material

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Daging ayam, Aquades steril, Erythrosi, Cuka.

2.2 Alat/Instrumen

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum kali ini adalah Mortar steril, Tabung reaksi, Timbangan
analitik, Pipet tetes, Gelas preparat, Cawan petridish.

2.3 Prosedur Kerja


2.3.1.1 Perhitungan secara langsung
1. Haluskan daging ayam dengan mortil steril.

2. Timbang 1 g daging ayam dan masukkan ke dalam 99 ml aquadest steril yang mengandung
0,015 % agar-agar, selanjutnya gojog baik-baik kurang lebih 25 kali supaya bakteri tersuspensi
homogen.

3. Diamkan sebentar supaya partikel-partikel padatnya mengendap.

4. Pipet 0,1 ml suspensi tersebut dan ratakan 1 x 4 cm 2 di atas gelas benda yang bersih dan bebas
lemak. Gunakan pola segi empat yang diletakkan di bawah gelas benda. Jika tidak dapat merata
berarti gelas benda masih berlemak.

5. Keringkan noda secara mendatar di atas uap air mendidih.6. Setelah kering rendam dalam
larutan asam cuka 40 % selama kurang lebih 3 menit, kemudian cuci dengan air mengalir dan
kering anginkan.

7. Bubuhkan larutan cat rose bengal 1 % atau erythrosin 1 % pada noda dan keringkan di atas uap
air mendidih (paling sedikit selama 1 menit).

8. Setelah dingin cuci dengan air mengalir dan kering anginkan.

9. Amati dengan mikroskop pada perbesaran kuat dengan minyak imersi, tentukan jumlah bakteri
rata-rata tiap bidang pemandangan dari 25 bidang pemandangan, dan hitung jumlah bakteri tiap
gram daging ayam.

2.3.1.2 Perhitungan secara tidak langsung


1. Ambil 1 cc contoh bahan yang akan ditentukan jumlah bakterinya, masukkan secara aseptik
dalam 9 cc aquadest steril ( pengenceran 10 -1 ), kemudian diteruskan sampai dengan
pengenceran 10-5.

2. Cairkan medium nutrien agar tegak kemudian dinginkan pada temperatur kurang lebih 50 0C.
Ambil 1 cc / 1 ml suspensi bakteri untuk tiap-tiap pengenceran, masukkan ke dalam MNA
tegak yang telah mencair.

3. Goyangkan secara hati-hati supaya suspensi bahan tercampur merata dengan medium.

4. Tuangkan secara aseptik masing-masing medium yang telah tercampur merata dengan suspensi
bakteri tersebut ke dalam petridish steril, dan ratakan.

5. Inkubasikan secara tebalik selama 48 jam.


6. Hitung koloni yang tumbuh pada masing-masing petridish, dan kemudian hitung bakteri tiap
cc.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL PENGAMATAN
A. Perhitungan secara langsung

Penghitungan jumlah bakteri tiap cc :

faktor pengenceran
= x 400
luas bidang pemandangan x Jumlah bakteri

10 pangkat −6
= x 400
4 x 50

= 0,000002

B. Perhitungan secara tidak langsung

Perhitungan koloni yang tumbuh pada petridish

1
Koloni Pengenceran = Jumlah koloni x
Faktor pengenceran

1
= 25 x
10 pangkat −6

= 25.000.000

3.2 PEMBAHASAN
Perhitungan koloni untuk menghitung jumlah total pertumbuhan mikroorganisme kapang dan bakteri dilakukan
dengan cara pengenceran terdapat berbagai macam cara untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi
secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan
secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau
tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan  perhitungan cara tidak langsung
hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : metode cawan petri (total plate count/TPC), metode haemocymeter dan
metode MPN (most Probable Number). (Hastowo, 2012).

Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahawa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu koloni.
Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel.
Teknik  pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan (inokulasi pada
cawan) hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang
terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistic adalah cawan yang berisi
30-300 koloni. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni
yang terbentuk dengan Faktor pengenceran pada cawan bersangkutan. Prinsip cari metode hitungan cawan adalah
menumbuhkan sel mikrobia yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Ferdiaz,
2013).

Hasil perhitungan bakteri secara langsung yang dilakukan dengan mengencerkan suspensi sebanyak 10 -6, jumlah
bakteri dari perhitungan menggunakan counting chamber dari pengenceran 10-6 terdapat hasil yang mana pada
tingkat pengenceran yang semakin tinggi terdapat jumlah sel bakteri justru lebih banyak. Sehingga hasil tersebut
ikatakan tidak sesuai dimana prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit jumlah mikrobia. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup
akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004:99).

Perhitungan bakteri secara tidak langsung menghasilkan jumlah koloni bakteri berdasarkan faktor
pengencerannya. Ada beberapa kelompok yang mana pengenceran yang semakin banyak, jumlah koloni bakteri
yang dihasilkan justru lebih banyak. Sehingga hasil dari kelompok tersebut dikatakan tidak sesuai dimana
prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan,
makin sedikit jumlah mikrobia. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004:99).

4. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Jumlah sel mikroba yang
tumbuh dalam suatu cawan sangat bergantung pada jumlah generasi yang ada dan waktu generasi bakteri tertentu,
sehingga pengamat harus mengetahui waktu generasi bakteri yang ia biakkan agar dapat memprediksi jumlah sel
bakteri dengan baik. Penghitungan bakteri dengan metoda hitungan cawan dilakukan karena mempunyai kelebihan
yakni mudah dan efektif dalam proses penghitungan mikroba dan juga bakteri yang dihitung adalah bakteri yang
tumbuh saja.

REFERENSI

[1] Sutedjo, Muhammad. 2006. Mikrobiologi Jilid 1, Mofologi Jamur Benang, 1:9-12.

[2] Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan, Isolasi dan Identifikasi Jamur Benang Secara Morfologi, 3:4-5.
[3] Wijanarka, Endang, K, dan Hermin. 2008, Mikrobiologi Dasar dalam praktik, Berkala Ilmiah Biologi, 7(1) :
27-31.

[4] Hastono, S. 2003. Cendawan dan permasalahannya terhadap kesehatan hewan, Jurnal Veteriner, 4 (2): 1-4.
LAMPIRAN
Screenshot laporan sementara
Screenshot kutipan jurnal yang dipakai

Anda mungkin juga menyukai