PREVENTION (PENCEGAHAN)
FAMILY (KELUARGA)
5.
6.
7. Tugas dokter keluarga
1. Pelayanan primer paripurna dan bermutu, guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang
diperlukan
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat
5. Membina keluarga pasien dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan dan rehabilitasi
7. tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, dan tetap bertanggung-jawab atas pasien
yang dirujuk, termasuk memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan
12. Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus
Kewajiban
• Menjunjung tinggi profesionalisme • Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek •
Bekerja dalam tim kesehatan • Menjadi sumber daya kesehatan • Melakukan riset untuk
pengembangan layanan primer
9. Biaya
Mengenai sistem pembiayaan dokter keluarga, ASKES sebagai salah satu
BUMN yang digadang menjadi BPJS menerapkan besaran kapitasi Dokter
keluarga mengacu pada pola perhitungan yang didasarkan pada 2 (dua)
ketentuan popok:
1. Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas
pelayan yang dimiliki
2. Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di
Dokter Keluarga tersebut (Community Rating by Class)
Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan
bila Kantor Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-
ketentuan pokok seperti di atas Penetapan penggolongan Dokter Keluarga
berdasarkan kapitasi pelayanan yang dimilikinya dilakukan melalui pelaksanaan
seleksi PPK (credentialing) dan seleksi kembali PPK (re-credentialing) dengan
memperhatihkan indicator-indikator penentu yakni:
1. Hasil penilaian sarana dan prasarana
2. Ketersediaan tenaga perawat
3. Ketersediaan tenaga administrasi
4. Kemampuan penyediaan sarana laboratorium
5. Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas
6. pelayanan yang dimiliki di bagi atas 3 kategori yakni:
-Kategori Kapitasi A yakni apabila Dokter Keluarga memenuhi seluruh indicator
(indicator penentu point (1)-(4) point c). besaran kapitasi yang ditetapkan
adalah maksimal sebesar Rp 6500,00 per jiwa
-Kategori Kapitasi B yakni apabila Dokter Keluarga hanya mampu memenuhi
minimal 2 (dua) indicator penentu. Besaran kapitasi yang ditetapkan adalah
maksimal sebesar Rp 6000,00 per jiwa
-Kategori Kapitasi C yakni apabila Dokter keluarga hanya mampu memenuhi
indicator sarana dan prasarana sedangkan indicator penentu lainnya tidak
terpenuhi. Besarnya kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal Rp 5500,00
Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter
Keluarga untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
1. Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri
dari: jasa medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium
sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah
sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah biaya obat dan pelayanan laboratorium
sederhana (darah rutin dan urine rutin).
2. Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri
dari : jasa medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan
laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis
dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah biaya obat dan salah satu
pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).
3. Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri
dari : jasa medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium
sederhana). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya
adalah pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana)
Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal dasar yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan dokter keluarga secara konsisten, yaitu mekanisme pelayanan
kesehatan berjenjang dan sistem pembiayaan kesehatan berbasis asuransi.
Sayangnya sistem pembiayaan yang ada, seperti dilakukan ASKES belum ideal.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar jaminan sosial Prof. Hasbullah Thabrany
menunjukkan bahwa untuk menyelenggarakan jaminan sosial yang ideal,
paling tidak kapitasina sebesar Rp. 20.000 per jiwa, tentu angka ini masih jauh
dibanding yang telah dilaksanakan (Rp.5.500- Rp. 6500 per jiwa). Tanpa
pelaksanaan mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang sangat sulit untuk
mengedukasi masyarakat akan peran dan manfaat dokter keluarga. Tanpa
pembiayaan kesehatan berbasis asuransi yang merata, juga akan tetap sangat
sulit bagi masyarkat untuk mengakses pelayanan dokter keluarga. Di berbagai
negara, pelaksanaan pelayanan dokter keluarga telah diintegrasikan dengan
mekanisme pembiayaan kesehatan berbasis asuransi dan mekanisme
pelayanan kesehatan berjenjang. Sayangnya sistem jaminan sosial yang
memiliki prinsip asuransi belum terlaksana (2014 akan dilaksanakan) sehingga
saat ini pembiayaan praktek dokter keluarga masih menjadi kendala tersendiri
dalam pelaksanaan sistem ini.
1. Definisi
Dokter Keluarga : Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi
sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia,
1982).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan
adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan
2. Kepesertaan BPJS
Isi Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial adalah sebagai berikut
Pendaftaran Peserta
Pasal 14
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta program Jaminan Sosial
Pasal 15
Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan
Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan
Sosial yang diikuti.
Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), wajib memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut
anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.
Penahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Presiden.
Pasal 16
Setiap orang, selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan penerima Bantuan
Iuran, yang memenuhi persyaratan kepesertaan dalam program Jaminan
Sosial wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai
Peserta kepada BPJS, sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.
Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan
data mengenai dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan
benar
kepada BPJS.
-Kepesertaan PBI (Perpres No 101 Tahun 2011) a. Kriteria Peserta PBI Peserta PBI
Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
Kriteria Fakir Miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh menteri di bidang sosial setelah
berkoordinasi dengan menteri dan /atau pimpinan lembaga terkait Kriteria Fakir Miskin dan
Orang tidak mampu sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik untuk melakukan pendataan
Data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang telah diverifikasi dan divalidasi
sebagaimana dimaksud, sebelum ditetapkan sebagai data terpadu oleh Menteri di bidang
sosial, dikoordinasikan terlebih dahulu dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait. Data
terpadu yang ditetapkan oleh Menteri dirinci menurut provinsi dan kabupaten/kota. Data
terpadu sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI Jaminan
Kesehatan. Data terpadu sebagaimana dimaksud, disampaikan oleh Menteri di bidang sosial
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan DJSN
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan mendaftarkan
jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud
sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan Penetapan jumlah PBI
Jaminan Kesehatan pada tahun 2014 dilakukan dengan menggunakan hasil Pendataaan
Program Perlindungan Sosial tahun 2011. Jumlah peserta PBI Jaminan Kesehatan yang
didaftarkan ke BPJS Kesehatan sejumlah 86,4 juta jiwa.8 b. Perubahan Data Peserta PBI
Penghapusan data fakir miskin dan orang tidak mampu yang tercantum sebagai PBI Jaminan
Kesehatan karena tidak lagi memenuhi keriteria Penambahan data Fakir Miskin dan Orang
Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria
Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.
-Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
sebagaimana yang dimaksud merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu yang terdiri atas (sesuai Perpres No 12 Tahun 2013): 1. Pekerja Penerima Upah
dan anggota keluarganya, terdiri atas: a. Pegawai Negeri Sipil; b. Anggota TNI; c. Anggota
Polri; d. Pejabat Negara; e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; f. Pegawai swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah. 2.
Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas pekerja di luar hubungan
kerja dan pekerja mandiri. 3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, terdiri atas : a.
Investor; b. Pemberi Kerja; c. Penerima pensiun;9 d. Veteran; e. Perintis Kemerdekaan; dan f.
Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar
iuran. Penerima Pensiun sebagaimana yang dimaksud terdiri atas: a. Pegawai Negeri Sipil
yang berhenti dengan hak pensiun; b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan
hak pensiun; c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun; d. Penerima pensiun selain
huruf a, huruf b, dan huruf c; dan e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana yang dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun
Pekerja sebagaimana yang dimaksud termasuk warga negara asing yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan Jamingan Kesehatan bagi Pekerja warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersendiri. Anggota keluarga sebagaimana dimaksud meliputi: a. Istri atau suami yang sah
dari Peserta; dan b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta,
dengan kriteria: 1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri; dan 2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yag masih melanjutkan pendidikan formal Peserta bukan PBI Jaminan
Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota keluarga yg lain
13. Pembiayaan dan pembayaran dr keluarga dan BPJS
memperhatihkan indicator-indikator penentu yakni:
1. Hasil penilaian sarana dan prasarana
2. Ketersediaan tenaga perawat
3. Ketersediaan tenaga administrasi
4. Kemampuan penyediaan sarana laboratorium
5. Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas
6. pelayanan yang dimiliki di bagi atas 3 kategori yakni:
-Kategori Kapitasi A yakni apabila Dokter Keluarga memenuhi seluruh indicator
(indicator penentu point (1)-(4) point c). besaran kapitasi yang ditetapkan
adalah maksimal sebesar Rp 6500,00 per jiwa
-Kategori Kapitasi B yakni apabila Dokter Keluarga hanya mampu memenuhi
minimal 2 (dua) indicator penentu. Besaran kapitasi yang ditetapkan adalah
maksimal sebesar Rp 6000,00 per jiwa
-Kategori Kapitasi C yakni apabila Dokter keluarga hanya mampu memenuhi
indicator sarana dan prasarana sedangkan indicator penentu lainnya tidak
terpenuhi. Besarnya kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal Rp 5500,00
Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter
Keluarga untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
1. Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri
dari: jasa medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium
sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah
sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah biaya obat dan pelayanan laboratorium
sederhana (darah rutin dan urine rutin).
2. Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri
dari : jasa medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan
laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis
dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah biaya obat dan salah satu
pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).
3. Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri
dari : jasa medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium
sederhana). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya
adalah pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana)
Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal dasar yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan dokter keluarga secara konsisten, yaitu mekanisme pelayanan
kesehatan berjenjang dan sistem pembiayaan kesehatan berbasis asuransi.
Sayangnya sistem pembiayaan yang ada, seperti dilakukan ASKES belum ideal.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar jaminan sosial Prof. Hasbullah Thabrany
menunjukkan bahwa untuk menyelenggarakan jaminan sosial yang ideal,
paling tidak kapitasina sebesar Rp. 20.000 per jiwa, tentu angka ini masih jauh
dibanding yang telah dilaksanakan (Rp.5.500- Rp. 6500 per jiwa). Tanpa
pelaksanaan mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang sangat sulit untuk
mengedukasi masyarakat akan peran dan manfaat dokter keluarga. Tanpa
pembiayaan kesehatan berbasis asuransi yang merata, juga akan tetap sangat
sulit bagi masyarkat untuk mengakses pelayanan dokter keluarga
Pembayaran Iuran
Pasal 19
Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari
Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.
Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung
jawabnya kepada BPJS.
Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib
membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.
Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran
kepada BPJS.
Ketentuan lebih lanjut mengenai:
besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan kesehatan diatur
dalam Peraturan Presiden; dan
besaran dan tata cara pembayaran Iuran selain program jaminan kesehatan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
RUANG LINGKUP PELAYANAN (Perpres 12 Tahun 2013, Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014)
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap, yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan bpjs kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan
mobil jenazah;
1. Persalinan
21 Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga tanpa melihat anak
hidup/ meninggal.
2. Ambulan
Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas
kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien