Anda di halaman 1dari 27

1

REFERAT
ANTENATAL CARE (ANC)

Pembimbing:
dr. Edy Priyanto,SpOG, (K)-Fer,M.Kes

Disusun Oleh:
Lalita Vistara Norma Dasuci G4A018014

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN UMUM
RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
ANTENATAL CARE (ANC)

Disusun oleh:
Lalita Vistara Norma Dasuci G4A018014

Referat ini telah dipresentasikan dan disahkan


sebagai salah satu syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Obstetri dan Gynekologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto, Mei 2019


Pembimbing

dr. Edy Priyanto,SpOG, (K)-Fer,M.Kes

KATA PENGANTAR
3

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
menyelesaikan referat yang dengan judul “Antenatal Care (ANC)” ini. Terima kasih
yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada dr. Edy Priyanto,SpOG, (K)-
Fer, M.Kes selaku pembimbing penulis sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada segenap konsulen di bagian SMF
Ilmu Obstetri dan Gynekologi yang telah memberikan dukungan baik secara moral
dan keilmuan sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Demikian penulis sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik
dalam tutur kata maupun tulisan yang mungkin tidak berkenan. Penulis
berharapsupaya referat ini dapat bermanfaat bagi para dokter, dokter muda, ataupun
para medis lainnya di bagian Obstetri dan Gynekologi.

Purwokerto, Mei 2019

Penulis
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam


menentukan derajat kesehatan masyarakat. Sekitar 303.000 wanita dan gadis
remaja meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan pada tahun
2015. Pada tahun yang sama, 2,6 juta bayi meninggal dunia. Hampir semua
kematian ibu (99%) dan kematian anak (98%) terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Angka Kematian Ibu di Indonesia
menempati posisi tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya
dengan 357 per 100.000 kelahiran ibu. Angka ini berbanding jauh jika
dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand dengan hanya 44 per
100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003).Menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013, Angka Kematian Ibu ini
pada tahun 2012 meningkat dariyang sebelumnya 226/100.000 menurut data
SKDI tahun 2010.
Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium (Millenium Development
Goals (MDGs) yangditetapkan tahun 2000 yaitu pada tujuan ke 5 untuk
meningkatkan kesehatan ibu. Target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu yaitu dari 307 /
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 102 / 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 berdasarkan laporan MDGs pada tahun 2010.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target pembangunan
kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia
5

yang produktif secara sosial dan ekonomi. Faktor yang berkontribusi terhadap
kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet
dan abortus.
Upaya menurunkan AKI (hamil, melahirkan, dan nifas) sangat
dibutuhkan. Salah satu upaya dalam menurunkan AKI tersebut yaitu lewat
pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang berkualitas sesuai dengan standar
kebijakan pemerintah. ANC menurut guideline yang diterbitkan WHO
dilaksanakan sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan dengan
rincian 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali
pada trimester ketiga. ANC merupakan program terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil dengan tujuan menjaga agar
ibu sehat selama kehamilan, persalinan, dan saat masa nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko
kehamilan, merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan
risiko tinggi,serta diharapkan dapat menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu
dan janin perinatal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan referat ini adalah untuk mengetahui
apa saja cakupan asuhan antenatal atau antenatal care.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah:
a. Mengetahui pentingnya ANC bagi ibu hamil.
b. Mengetahui pemeriksaan ANC pada ibu hamil.
6

c. Mengedukasi ibu hamil dan keluarganya mengenai


pentingnya ANC

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Antenatal care (ANC) adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu
hamil, bukan saja saat bila ibu sakit dan memerlukan perawatan tetapi juga
pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga
mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Kegiatan ini merupakan program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang berupaya merubah sikap dan perilaku
masyarakat kearah keamanan persalinan.
ANC adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik
untuk optimalisasi kesehatan maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. ANC juga dapat di definisikan
sebagai pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

B. TUJUAN ANC
Tujuan dari antenatal care (ANC) adalah untuk memantau kemajuan
kehamilan dan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi, juga untuk
mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu. Selain hal tersebut,
ANC juga bertujuan mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan yang
cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga
7

dalam menerima kesehatan bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya
fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan normal,
tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care
harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus
sama sehatnya atau lebih sehat,
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan
diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat
pulafisik dan mental.

C. PELAYANAN ANC
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi
kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu
nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini
masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. Setiap
kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit
atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara
rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Pelayanan antenatal yang terpadu dan berkualitas meliputi hal berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat;

b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi


kehamilan.
8

c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;


d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
bila diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan
kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.

ANC dilakukan secara rutin minimal empat kali. Bila kehamilan


termasuk risiko tinggi perhatian dan jawal kunjungan harus lebih ketat. Dalam
bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode
huruf K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal
yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti minimal dilakukan
sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali
kunjungan selama kehamilan 29-36 minggu dan dua kali kunjungan pada usia
kehamilan diatas 36 minggu.
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Dalam pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan
keluarganya serta pemeriksaan fisik sebagai berikut :
A. Anamnesis
a. Indentifikasi dan Riwayat Kesehatan
- Nama
- Usia
- Alamat
- Pekerjaan ibu/suami
- Lamanya menikah
- Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
b. Keluhan saat ini
- Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
9

- Lamanya mengalami gangguan tersebut


c. Riwayat haid
- Hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Usia kehamilan dan taksiran persalinan
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
- Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan
sebelumnya
- Cara persalinan
- Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
- Berat badan lahir
- Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
- Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
e. Riwayat kehamilan saat ini
- Identifikasi kehamilan
- Indentifikasi penyulit
- Penyakit lain yang diderita
- Gerakan bayi dalam kandungan
f. Riwayat penyakit dalam keluarga
- Diabetes mellitus, hipertensi, atau kehamilan kembar
- Kelainan bawaan
g. Riwayat penyakit ibu
- Penyakit yang pernah diderita
- DM dan ISK
- Penyakit jantung
- Infeksi virus berbahaya
- Alergi obat atau makanan tertentu
- Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan
tersebut
- Inkompatibilitas Rhesus
- Paparan sinar-x/rontgen
10

h. Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan


- Dilatasi dan kuretase
- Reparasi vagina
- Seksio sesaria
- Serviks inkompeten
- Operasi non-ginekologi
i. Riwayat Imunisasi
j. Riwayat Menyusui

B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
 Tanda vítal
 Pemeriksaan jantung dan paru
 Pemeriksaan payudara
 Kelainan otot rangka serta neurologik
2. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
 Bentuk dan ukuran abdomen
 Parut bekas luka operasi
 Kelainan otot dan rangka serta neurologik
 Gerakan janin
 Varises atau pelebaran vena
 Hernia
 Edema
- Palpasi
 Tinggi fundus uteri
 Punggung bayi
 Presentasi
 Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas
panggul
11

- Auskultasi
 10 minggu dengan Doppler
 20 minggu dengan fetoskop Pinard
- Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada trimester I/II

C. Laboratorium
- Pemeriksaan
 Analisis urin rutin
 Analisis tinja rutin
 Hb, MCV
 Golongan darah
 Hitung jenis sel darah
 Gula darah
 Antigen hepatitis B virus
 HIV/VDRL
- Ultrasonografi : rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin
Dalam pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari:
a) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg perminggu. Jika dikaitkan
dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama trimester
pertama adalah ± 1 kg, selama trimester kedua dan ketiga masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total
adalah 9-12 kg. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram
selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b) Ukur tekanan darah.
12

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal


dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema
wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)

c) Ukur tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu.
Gambar 2.1 Tinggi fundus uteri wanita hamil

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri

Umur Tinggi Fundus Uteri


Kehamilan

12 minggu 3 jari di atas simpisis


16 minggu ½simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3jari di atas pusat
34 minggu ½pusat-prosessus xifoideus
13

36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus

40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

Taksiran berat janin Berat badan janin secara sederhana dapat diukur
dengan mempergunakan rumus diantaranya rumus Johnson Toshack. Rumus
ini dihitung berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian
atas tulang kemaluan (simfisis os pubis) ke puncak rahim (Fundus) dalam
sentimeter (cm) dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali 155 didapatkan berat
badan bayi dalam gram. Rumus Johnson Toshack :
BB = (TFU – N) x 155
Keterangan : BB = Berat badan janin dalam gram
TF = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum melewati PAP
N = 12 bila kepala berada di atas spina ischiadika
N = 11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
d) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan
bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dalam interval minimal 4 minggu,
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan
yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka cukup diberikan TT ulang.
Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini.Pemberian imunisasi TT lengkap.
a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
14

e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun /


seumur hidup

e) Beri tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 mg dan asam folat 500 mg.
f) Tes terhadap penyakit menular
g) Temu wicara
Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk
mengklasifikasikan apakah ibu hamil dalam status kehamilan resiko tinggi,
oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memeriksa diri secara teratur dan
mendapat pelayanan kebidanan yang optimal.

2. Jenis Pelayanan Antenatal


Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:
a) Anamnesis
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
- Muntah berlebihan
- Pusing
- Sakit kepala
- Perdarahan
15

- Sakit perut hebat


- Demam
- Batuk lama
- Berdebar-debar
- Sesak nafas atau sukar bernafas
- Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
dan riwayat penyakit yang diderita ibu.
- Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
- Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:
antihipertensi,diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika,
obat TB, dan sebagainya.
- Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk
langkah-langkah penanggulangan penyakit menular seksual.
- Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi
jumlah,frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan
kandungan gizinya.

3. Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Status Present (kondisi saat ini): Keadaan umum, nadi, TD,
Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat badan, tinggi badan.
Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat inap
untuk penanganan selanjutnya.Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, mulut,
gigi (apakah ada caries), tonsil / faring (apakah ada tonsilitis / faringitis), hal ini
perlu diperhatikan karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan
gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang lebih serius, pemeriksaan mata,
kuping, hidung, rambut, dan lain-lain.
16

Pemeriksaan presentasi dan posisi janin dilakukan mulai minggu ke 28:


Pasien diminta mengosongkan kandung kemih dan kemudian diminta untuk
berbaring telentang dengan lutut semifleksi.

LEOPOLD I :
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau
kepala atau kosong).
Gambar 2.2 Leopold I

LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Gambar 2.3 Leopold II
17

LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan
apakah sudah mengalami engagement atau belum

Gambar 2.4 Leopold III

LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah
janin.
- Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

Gambar 2.5 Leopold IV


18

Pemeriksaan genitalia eksterna (kemaluan luar), dan kalau perlu


melakukan pemeriksaan dalam (kalau tidak ada kontra indikasi seperti dugaan
plasenta previa untuk mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian
bawah anak, apakah dalam keadaan inpartu, dan lain sebagainya.Pemeriksaan
dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis pemeriksaan
termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.

4. Kunjungan Berkala Asuhan Antenatal


Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur. Bila
kehamilan normal, jumlah kunjungan cukup empat kali:
- Satu kali pada trimester I
- Satu kali pada trimester II
- Dua kali pada trimester III
Dengan jadwal kunjungan yang teratur memudahkan petugas kesehatan
untuk mengenali secara dini penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada
ibu hamil. Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan
pencatatan:
- Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil
- Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
1. Umum
a. Tekanan darah
b. Respirasi
c. Nadi
19

d. Temperatur suhu tubuh


2. Abdomen
a. Tinggi fundus uteri
b. Letak janin (setelah 34 minggu)
c. Presentasi janin
d. Denyut jantung janin

3. Pemeriksaan tambahan
a. Proteinuria
b. Glukosuria
c. Keton
- Menilai kesejahteraan janin
Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan risiko
tinggi dapat dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau
pengumpulan informasi, baik yang diperoleh dari ibu hamil
maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan. Berbagai jenis
pemeriksaan tersebut adalah :
- Pengukuran tinggi fundus uteri terutama > 20 minggu
yang disesuaikan dengan usia kehamilan saat
pemeriksaan dilakukan.
- Gerakan janin.
- Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam
dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin meninggal
- Denyut jantung janin
- Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain
pemeriksaan di atas, juga dilakukan pula pemeriksaan tentang:
- Penilaian besar janin, letak dan presentasi
- Penilaian luas panggul
5. Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil
20

Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk


memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi
kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan
dan cara merawat bayi.
Informasi yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Nutrisi yang adekuat
- Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan oleh ibu hamil setiap
harinya adalah 2.500 kalori. Jumlah kalori yang berlebih
dapat menyebabkan obesitas dan dapat menjadi menjadi
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah
penambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12
kg selama hamil.
- Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85
gram per hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan,
ayam, keju, susu, telur).
- Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.
Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama
untuk perkembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, dan yogurt.
Defisiensi kalsium pada bayi dapat menyebabkan riketsia
atau osteomalasia pada ibu hamil.
- Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan
kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari
pengikatan dan penghantaran oksigen melalui hemoglobin
di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi
21

hemoglobin normal diperlukan asupan zat besi ibu hamil


dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
- Asam folat
Asam folat diperlukan untuk pematangan sel-sel. Asam
folat yang diperlukan ibu hamil adalah 400 mikrogram per
hari. Kekurangan asam folat menyebabkan anemia
megaloblastik pada ibu hamil.
b. Perawatan payudara
Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus
dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan benar
karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim.
c. Perawatan gigi
Dibutuhkan sedikitnya dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu
pada trimester pertama dan ketiga. Pada trimester pertama terkait dengan
hiperémesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga
kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Pada trimester ketiga terkait
dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga
perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu
hamil.
d. Kebersihan tubuh
Perubahan anatomik pada perut, lipat paha, dan payudara menyebabkan
lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvasi oleh
mikroorganisme. Beristirahat cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan
2 jam pada siang hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang
berat dan hindari kerja fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang
berlebihan.

6. Beberapa Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan


22

Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-
12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan
patolohis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan
efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap. Deteksi dini gejala dan
tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya
gangguan serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil.

a. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan
akan berakhir dengan keguguran yang umumnya 60-80 % disebabkan oleh
kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab
yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan
ukuran pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih
besar, pada umumnya disebabkan oleh mola hidantidosa. Perdarahan pada
kehamilan muda dengan uji kehamilan tidak jelas, pembesaran uterus lebih
kecil dari seharusnya, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh
kehamilan ektopik.
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Plasenta mulai terbentuk
sempurna pada usia kehamilan 14-15 minggu. Perdarahan yang terjadi sangat
terkait dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi
implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi sebagian
jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila
segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan
bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan
yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang
menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat tanpa
23

didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa


menjadi penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum.
b. Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu
disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan
dengan preeklampsia. Data informasi awal terkait dengan tekanan darah
sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan
hipertensi kronis dengan preeklampsia. Gejala dan tanda lain adalah:
- Sakit kepala atau cephalgia (frontal atau oksipital)
- Gangguan penglihatan
- Nyeri epigastrik
- Oliguria (kurang dari 500 ml/24 jam)
- Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg di
atas normal
- Proteinuria (di atas +3)
- Edema menyeluruh

c. Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum


Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan
disertai dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya
mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan yang
keluar (revealed) maupun tersembunyi (concealed):
- Trauma abdomen
- Preeclampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam rahim
d. Gejala dan Tanda Lain yang Harus Diwaspadai
24

Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius
selama kehamilan adalah sebagai berikut:
- Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
(hiperemesis gravidarum)
- Disuria
- Menggigil atau demam
- Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
- Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya

BAB III

RANGKUMAN

1. Antenatal care merupakan upaya preventif program pelayanan kesehatan


untuk optimalisasi kesehatan ibu dan bayi melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan, mendeteksi komplikasi yang mengancam
jiwa, mempersiapkan kehamilan, dan memberikan pendidikan kesehatan.
2. Tujuan antenatal care adalah memantau kemajuan kehamilan dan kesehatan
ibu serta tumbuh kembang bayi, juga untuk mempertahankan kesehatan fisik,
mental, sosial ibu, serta secara dini menilai adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
3. ANC dilakukan secara rutin minimal empat kali. Hal ini berarti minimal
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu,
sekali kunjungan selama kehamilan trimester pertama 12 minggu dan dua kali
kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
4. Pemeriksaan antenatal sangatlah penting untuk menilai ibu hamil dalam risiko
tinggi komplikasi atau tidak sehingga sangat penting bagi ibu hamil untuk
mengetahui kondisi ibu dan janinnya.
25

DAFTAR PUSTAKA

1. Abalos, E., Chamillard, M., Diaz, V., Tuncalp, Ӧ., & Gülmezoglu, A. M.
(2016). Antenatal care for healthy pregnant women: a mapping of
interventions from existing guidelines to inform the development of new
WHO guidance on antenatal care. BJOG: An International Journal of
Obstetrics & Gynaecology, 123(4), 519-528.
2. Agustini N, Suryani N, Murdani P. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Ibu dan Dukungan Keluarga Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal di
Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga.
2013;1(1):67-79.
3. Angka Kematian Ibu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Diunduh dari www.litbang.depkes.co.id, diakses pada 1 Mei 2017.
4. Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta.
5. Data dan Informasi untuk Pimpinan, diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi
%20untuk%20Pimpinan.pdf, diakses pada 1 Mei 2017.
6. Faranti R. Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan Antenatal Care Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pengambiran. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas. 2015;10(1):101-107.
26

7. Gavin, N. R., & Satin, A. J. (2017). Simulation training in obstetrics. Clinical


obstetrics and gynecology, 60(4), 802-810.
8. Jekti R. Hubungan antara Kepatuhan Antenatal Care dengan Pemilihan Penolong
Persalinan. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2011;1(2):84-91.
9. Moller, A. B., Petzold, M., Chou, D., & Say, L. (2017). Early antenatal care
visit: a systematic analysis of regional and global levels and trends of
coverage from 1990 to 2013. The Lancet Global Health, 5(10), e977-e983.
10. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas: kesehatan
wanita, bayi, dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
11. Saad–Haddad, G., DeJong, J., Terreri, N., Restrepo–Méndez, M. C., Perin, J.,
Vaz, L., ... & Bryce, J. (2016). Patterns and determinants of antenatal care
utilization: analysis of national survey data in seven countdown countries.
Journal of global health, 6(1).
12. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2014. Ilmu
Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
13. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. 2003. Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung.

14. Tunçalp, Ӧ., Pena‐Rosas, J. P., Lawrie, T., Bucagu, M., Oladapo, O. T.,
Portela, A., & Gülmezoglu, A. M. (2017). WHO recommendations on
antenatal care for a positive pregnancy experience—going beyond survival.
BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 124(6), 860-
862.
15. Tunçalp, Ӧ., Were, W. M., MacLennan, C., Oladapo, O. T., Gülmezoglu, A.
M., Bahl, R., ... & Temmerman, M. (2015). Quality of care for pregnant
women and newborns—the WHO vision. BJOG: an international journal of
obstetrics & gynaecology, 122(8), 1045-1049.
16. World Health Organization, & Unicef. (2014). Trends in maternal mortality:
1990 to 2013: estimates by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank and
the United Nations Population Division.
27

17. World Health Organization. (2016). WHO recommendations on antenatal


care for a positive pregnancy experience. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai