Anda di halaman 1dari 11

^Ç][ Œ s}oX íô E}X í : vµ Œ]-Juni 2018

Sikap Mengontrol diri dalam menurunkan Kecenderungan


Berperilaku Agresif Pada Remaja
Lailatul Badriyah*

Abstract
This research was done to get a mindset controlling in changing the tendency of agretivity teenegers.
Variable was used to involving self controlling such as behavior control, cognitive control, and
decisional control. The number of sample as much as 150 students that taken by using probability
sampling technique. In resulting of validity research, the researcher did modification model of
agretivity construction. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test a measuring tools and
Multiple Regression Analysis was used to test the research hypothesis. All of techniques, the
researcher used software SPSS 18.0 and LISREL 8.70. the finding of result shown the three social
control aspect named (behavior dan decisional). The evidence of giving the influenced to changing
the degree of agresive to teenegers. behavior control (p-value <0,05) (B = -0,287) Aspect in suppoting
the value 8,4% while decisional control (p-value <0,05) (B = -0,242) in supporting the value 3,1 %.
Validity test shown fit model by Chi-Square = 322,83 df = 289 P-Values = 0,08328 RMSEA = 0,028.
Keyword: self controlling, agretivity

Pendahuluan
Survei yang dilakukan Komisi pernah mengalami tindakan cyber
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sejak bullying.1
tahun 2011 hingga 2017 mencatat adanya Konsep dalam psikologi
sekitar 253 kasus bullying, terdiri dari 122 perkembangan, remaja mengalami
anak yang menjadi korban dan 131 anak pergantian moralitas dari konsep-konsep
menjadi pelaku. Tidak hanya itu, data lain moral khusus ke konsep moral individual. 2
dari Kementerian Sosial mencatat pula Selama berada dalam keadaan tersebut,
hingga Juni 2017, telah menerima laporan remaja mengalami ambiguitas dalam pola
sebanyak 967 kasus; 117 kasus di antaranya pemikiran kognitif dan afektif sebagai
adalah kasus bullying. Suatu hal yang pengarah kepada perilaku yang akan
mengejutkan bahwasanya kasus yang ditampilkan. Salah satu contoh ambiguitas
tengah menjadi sorotan ini didominasi oleh yang dialami remaja adalah mencari
kalangan remaja. Berdasarkan data identitas diri. Menurut teori Psikososial
UNICEF pada tahun 2016, sebanyak 41 Erikson, remaja berada di tahap 5 yaitu
hingga 50 persen remaja di Indonesia identity vs identify confusion (identitas vs
dalam rentang usia 13 sampai 15 tahun kebingungan identitas), menurut erikson
jika remaja menerima dukungan sosial
13
*Penulis adalah Dosen Jurusan Dakwah IAIN Bengkulu
Lailatul Badriyah
Sikap Mengontrol diri dalam menurunkan Kecenderungan Berperilaku Agresif Pada Remaja

yang memadai, maka akan muncul gambaran ekspresi sangat kuat dari insting
eksplorasi personal, kepekaan diri, kematian (thanatos), karena dengan
1
perasaan mandiri, dan kontrol diri. 3 Begitu melakukan agresi maka secara mekanisme
juga sebaliknya remaja yang tidak yakin individu telah berhasil mengeluarkan energi
terhadap kepercayaan diri dan hasratnya destruktifnya dalam rangka menstabilkan
ditambah lagi kalau remaja sering kali keseimbangan mental antara insting
mendapatkan penolakan dari orang tua, mencintai (eros) dan insting kematian
maka dapat dipastikan remaja akan terus (thanatos)6. Meski demikian, walaupun
mengalami kebingungan. Kebingungan- agresi dapat dikontrol tetapi agresi tidak
kebingungan inilah yang berimbas pada bisa dieliminasi, karena agresi adalah sifat
ketidak stabilan emosi. Menurut Carr emosi alamiah manusia. Myers menjelaskan
itu timbul jika organism dihadapkan pada bahwa agresi merupakan perilaku fisik
rintangan yang menghambat kebebasannya maupun verbal yang disengaja maupun
untuk bergerak, sehingga semua tenaga dan tidak disengaja namun memiliki maksud
upaya dikerahkan untuk mengatasi untuk menyakiti, menghancurkan atau
rintangan tersebut dan merangsang merugikan orang lain yang diniatkan untuk
organism tersebut untuk merugikan melukai objek yang menjadi sasaran
lawannya tanpa pertimbangan terlebih agresi. 7 Dan secara spesifik, Gelles dkk
dahulu. 4 mendefinisikan agresi verbal adalah
komunikasi yang dimaksudkan untuk
0HQXUXW %DURQ PHQ\DWDNDQ EDKZD ³
menyebabkan penderitaan psikologi kepada
Aggression is any form of behavior directed
orang lain baik secara langsung maupun
toward the goal of harming or injuring
tidak langsung.8
another living being who is motivated to
avoid such treatment ´ 0HQXUXW GHILQLVL Berbagai teori agresi mengemukakan
tersebut menyatakan bahwa agresi adalah sebenarnya, agresi itu bukan hanya masalah
setiap bentuk perilaku yang diarahkan pada kekerasan fisik seperti bulliying semata,
tujuan merugikan atau melukai makhluk tetapi banyak perilaku agresi yang dimulai
hidup yang termotivasi untuk menghindari dari agresi yang berupa perkataan (verbal),
perlakuan tersebut."5 ataupun olok-olokan yang dirasa
menyakitkan individu dan berakhir pada
Sigmund Freud mengemukakan
tindakan agresi fisik berupa pemukulan,
bahwa perilaku agresi merupakan
penusukan, dan lain-lain yang berujung
pada tindakan kriminalitas. Setidaknya
14
^Ç][ Œ s}oX íô E}X í : vµ Œ]-Juni 2018

perilaku agresi ini dibagi dalam tiga Teori lainnya mengenai agresi,
klasifikasi yaitu, 1) fisik dan verbal, 2) aktif menurut para peneliti W.R. Hess., J. Olds.,
dan pasif, 3) langsung dan tidak langsung. R.G. Heath., J.M.R. Delgado., et all bahwa
Dari ketiga klasifikasi tersebut akhirnya agresi dikendalikan oleh wilayah-wilayah
ditarik delapan bentuk agresif yaitu, 1) saraf di dalam otak. Reaksi efektif terhadap
Perilaku agresif fisik aktif yang dilakukan kemarahan dan pola perilaku agresif
secara langsung, misalnya menusuk, diaktifkan melalui stimulasi listrik pada
menembak, memukul orang lain. 2) amigdala (bagian dari otak kecil),
Perilaku agresif fisik aktif yang dilakukan hipotaliamia samping, beberapa bagian dari
secara tidak langsung, misalnya membuat mesensefalon (otak tengah). Hal ini
jebakan untuk orang lain. 3) Perilaku menunjukkan bahwa agresi bukan hanya
agresif fisik pasif yang dilakukan secara sekedar internal motif seperti yang
langsung, misalnya tidak memberi jalan kemukakan oleh Freud, akan tetapi
kepada orang lain. 4) Perilaku agresif fisik komponen sistem saraf untuk menekan
pasif yang dilakukan secara tidak langsung, impuls kemarahan yang distimulasi oleh
misalnya menolak untuk mengerjakan kondisi lingkungan.9
sesuatu, menolak untuk mengerjakan
Pendapat lain dari Buss dan Perry,
perintah orang lain. 5) Perilaku agresif
bentuk-bentuk agresi itu yaitu agresi fisik,
verbal aktif yang dilakukan secara
verbal, kemarahan (anger) dan kecurigaan
langsung, misalnya memaki-maki orang. 6)
(hostility). Agresi fisik dan verbal dapat
Perilaku agresif verbal aktif yang dilakukan
dikontrol dengan kemampuan mengontrol
secara tidak langsung, misalnya menyebar
perilaku, sehingga individu dapat
gosip tentang orang lain. 7) Perilaku agresif
mengontrol dirinya dengan baik dan
verbal pasif yang dilakukan secara
mengatur perilaku dengan kemampuan
langsung, misalnya tidak setuju dengan
dirinya. Kemarahan dapat dikontrol dengan
pendapat orang lain, tetapi tidak mau
kemampuan mengantisipasi peristiwa,
mengatakan (memboikot), tidak mau
mengantisipasi keadaan dengan
menjawab pertanyaan orang lain. 8)
pertimbangan secara objektif. Sedangkan
Perilaku agresif verbal pasif yang
kecurigaan dapat dikontrol dengan
dilakukan secara tidak langsung, misalnya
menafsirkan peristiwa, karena kemampuan
menolak untuk berbicara dengan orang lain,
ini menilai dan menafsirkan peristiwa
menolak memberikan perhatian dalam
dengan memperhatikan segi-segi positif
suatu pembicaraan.
secara subjetif. 10
15
Lailatul Badriyah
Sikap Mengontrol diri dalam menurunkan Kecenderungan Berperilaku Agresif Pada Remaja

Menurut Schmeichel dan Baumeister, yang tidak diinginkan dan menahan diri
kontrol diri mengacu pada sumber daya dari tindakan tersHEXW ´13
internal yang tersedia untuk menghambat,
Averill mengemukakan 3 konsep
menimpa, atau mengubah tanggapan yang
kontrol diri dalam berbagai aspeknya,
mungkin timbul sebagai akibat dari proses
antara lain sebagai berikut:14
fisiologis, kebiasaan, pembelajaran, atau
situasi. 11. Chaplin juga mendefinisikan Self x Behavior control (Mengontrol perilaku)

control adalah kemampuan untuk Merupakan suatu tindakan langsung

membimbing tingkah laku sendiri, terhadap lingkungan. Aspek ini terdiri

kemampuan untuk menekan atau dari 2 komponen, yaitu: mengatur

merintangi impuls-impuls atau tingkah laku pelaksanaan (regulated administration),

impulsif. 12 dan memodifikasi stimulus (stimulus


modifiability).
Menurut Rothbaum menyatakan
x Cognitive Control (Mengontrol Kognisi)
EDKZD ³Self-control is widely regarded as a
Merupakan kemampuan individu untuk
capacity to change and adapt the self so as
mengolah informasi yang tidak
to produce a better, more optimal fit
diinginkan dengan cara
between self and world.´ 0DNVXG GDUL
menginterpretasikan, menilai, atau
pernyataan tersebut adalah kontrol diri
menggabungkan suatu kejadian dalam
secara luas dianggap sebagai kapasitas
suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi
untuk berubah dan beradaptasi dengan diri
psikologi untuk mengurangi tekanan.
sehingga menghasilkan sesuatu lebih baik
Aspek ini terdiri dari 2 komponen, yaitu:
secara optimal DQWDUD GLUL GDQ GXQLD ´
memperoleh informasi (information
Menurut Tangney, dkk menyatakan bahwa
gain) dan melakukan penilaian
³ Central to our concept of self control is
(apparsial).
WKH DELOLW\ WR RYHUULGH RU FKDQJH RQH¶V
x Decisional control (Mengontrol
inner responses, as well as to interrupt
Keputusan) Kemampuan untuk memilih
undesired behavioral tendencies and
hasil yang diyakini individu, dalam
refrain from acting on them.´ 3Hrnyataan
menentukan pilihan akan berfungsi baik
tersebut menyatakan bahwa pusat dari
dengan adanya suatu kesempatan,
konsep pengendalian diri kita adalah
kebebasan, atau kemungkinan pada diri
kemampuan untuk mengesampingkan atau
individu untuk memilih kemungkinan
mengubah tanggapan batin seseorang, serta
tindakan. Aspek ini terdiri dari 2
untuk menekan kecenderungan perilaku
16
^Ç][ Œ s}oX íô E}X í : vµ Œ]-Juni 2018

komponen juga, yaitu: mengantisipasi Metode


peristiwa dan menafsirkan peristiwa,
Penelitian ini menggunakan
dimana individu dapat menahan dirinya.
pendekatan kuantitatif dengan Teknik
Secara teori, terjadinya tindakan Pengambilan Sampel menggunakan
agresif karena seseorang tidak bisa probability sampling, teknik dimana
mengendalikan emosi yang ada dalam peluang dipilihnya sampel diketahui.
dirinya, sikap agresif yang dipicu karena Jumlah sampel sebanyak 150 siswa. Teknik
rasa marah dan dendam akan sangat mudah pengumpulan data dilakukan dengan
muncul. Hal ini didukung oleh penelitian menggunakan metode skala likert yaitu
Finkenauer,dkk yang menyatakan bahwa dengan menyebarkan angket. Untuk alat
tinggi self-control sangat berhubungan ukur agresivitas, peneliti menggunakan
dengan penurunan resiko masalah skala agresivitas Buss dan Perry (1992)
psikososial diantaranya kenakalan dan sebanyak 27 item, dan skala pengukuran
sikap agresivitas pada remaja.15 Dalam self-control menggunakan teori Averill
penelitian lainnya dari DeWall, dkk tentang (1973) sebanyak 20 item.
Self Control Inhibits Aggression
Adapun blue print dari instrumen yang
menyatakan bahwa mekanisme neural otak
digunakan adalah sebagai berikut:
dalam meregulasi emosi dan kontrol
kognitif pada self-control dapat mengurangi
agresi seseorang.16

Tabel 1
(Blue Print Instrumen Agresivitas)
Aspek Indikator Nomor item Jumlah Item
Favorabel Unfavorabel
Fisik x Menyerang 5 4 9
x Memukul
Verbal x Berdebat 3 2 5
x Menyebarkan
gosip
x Bersikap
sarkastis
Marah x Kesal 4 3 7
x Mudah marah
Permusuhan x Benci 5 3 8
x Curiga
17
Lailatul Badriyah
Sikap Mengontrol diri dalam menurunkan Kecenderungan Berperilaku Agresif Pada Remaja

x Iri hati
Jumlah item 17 12 29

Tabel 2
(Blue Print Instrumen Kontrol Diri)
Aspek Indikator Nomor item Jumlah Item
Favorabel Unfavorabel
Perilaku x Mengatur 2, 17 11 3
pelaksana
x Memodifikasi
stimulus 13, 15 2
Kognitif x Memperoleh 16 1
informasi
x Melakukan
penilaian 10,12,20 1, 3, 18 6
Decisional x Mengantisipasi 5, 8 4, 7, 19 5
peristiwa
x Menafsirkan 14 6, 9 3
peristiwa
Jumlah item 9 11 20
Analisis statistik dilakukan dengan bantuan
software Lisrel dan SPSS 18.0.
Analisis data adalah proses
pengolahan data sehingga dapat ditafsirkan. Hasil
Pengolahan data dilakukan dengan analisis
Hasil penelitian ini menunjukkan
data statistik sebagai cara untuk
kategorisasi skor variabel pada klasifikasi
mengetahui pengaruh independen variabel,
sedang. Dari 150 jumlah sampel, terlihat
kontrol diri terhadap agresivitas remaja.
perilaku agresif yang ditunjukkan
Untuk menjawab pertanyaan penelitian
kategorisasi rendah sebanyak 27 orang
digunakan teknik analisis regresi berganda.
(18%), kategorisasi sedang sebanyak 102
Teknik analisis berganda ini digunakan
orang (68%), dan kategorisasi tinggi
untuk menentukan ketepatan prediksi dan
sebanyak 21 (14%). Adapun perilaku
ditujukan untuk mengetahui besarnya
mengontrol diri yang rendah pada aspek
pengaruh dari independen variabel dan
behavior sebanyak 26 orang (17,3%),
dependen variabel. Regresi berganda
kategorisasi sedang 100 orang (66,7%) dan
merupakan metode statistika yang
yang tinggi dalam mengontrol diri secara
digunakan untuk membentuk model
behavior sebanyak 24 orang (16%).
pengaruh antara satu dependen variabel
Perilaku mengontrol diri yang rendah pada
dengan lebih dari satu independen variabel.
18
^Ç][ Œ s}oX íô E}X í : vµ Œ]-Juni 2018

aspek kognitif sebanyak 28 orang (18,7%), kategorisasi sedang 94 orang (62,7%) dan
kategorisasi sedang 95 orang (63,3%) dan yang tinggi dalam mengontrol diri secara
yang tinggi dalam mengontrol diri secara decisional sebanyak 29 orang (19,3%).
kognitif sebanyak 27 orang (18%). Perilaku
Adapun tabel kategorisasi skor dapat dilihat
mengontrol diri yang rendah pada aspek
sebagai berikut:
decisional sebanyak 27 orang (18 %),

Tabel 3
Akumulasi Kategorisasi Skor
Variabel Rendah n(%) Sedang n(%) Tinggi n(%)
Agresivitas 27 (18%) 102 (68%) 21 (14%)
Kontrol diri
x Behavior 26 (17,3%) 100 (66,7%) 24 (16%)
x Kognitif 28 (18,7%) 95 (63,3%) 27 (18%)
x Decisional 27 (18%) 94 (62,7%) 29 (19,3%)

Uji validitas konstruk pada penelitian model fit dengan Chi-Squre = 322,83 df =
ini dilakukan dengan cara memodifikasi 289 P-Values = 0,08328 RMSEA = 0,028.
model pengukuran pada konstruk Adapun uji validitas konstruk kontrol diri
agresivitas dengan membebaskan beberapa pada masing-masing aspek dapat dilihat
kesalahan pengukuran untuk berkorelasi pada tabel berikut ini:
dengan item lainnya, sehingga diperoleh

Tabel 4
Model Fit Konstruk Kontrol Diri
Aspek Chi-Square df P-Value RMSEA
Behavior 7,01 4 0,13553 0,071
Kognitif 15,33 13 0,28695 0,035
Decisional 26,76 18 0,08358 0,057

Uji regresi dilakukan pada penelitian behavior dan decisional menghasilkan nilai
ini untuk melihat keberpengaruhan kontrol signifikasi sesuai dengan teori. Adapun uji
diri terhadap agresivitas. Hasil uji koefisien regresi pada kedua variabel dapat dilihat
regresi menunjukkan bahwa kontrol pada tabel di bawah ini:

19
Lailatul Badriyah
Sikap Mengontrol diri dalam menurunkan Kecenderungan Berperilaku Agresif Pada Remaja

Tabel 5
Uji Koefisien Regresi dan Analisis Varian
Model B R Square Sig (<0,05) Ket
Change
Behavior -0,287 0,084 0,020 8,4%
Kognitif 0,062 0,000 0,620 0%
Decisional -0,242 0,031 0,031 3,1%
Dependent variabel: Agresivitas

Tabel di atas menunjukkan bahwa control berarah negatif memberikan


pengaruh kontrol diri terhadap agresivitas pengaruh yang signifikan terhadap
sebesar 11,5% dan masing-masing aspek agresivitas remaja. Artinya, semakin rendah
memiliki arah yang negatif yaitu -0,287 dan skor aspek behavior control maka semakin
-0,242. Artinya, secara pembuktian teori tinggi agresivitas seseorang. Hal ini
apabila individu memiliki skor yang tinggi didukung oleh penelitian Dewall, dkk yang
pada kontrol behavior dan decisional, maka menyatakan bahwa self control dapat
secara otomatis individu mampu untuk mencegah tindakan agresi. Menurutnya,
menurunkan tingkat kecenderungan kegagalan seseorang dalam pengendalian
berperilaku agresif terhadap orang lain. diri merupakan prediktor penting dari
Sebaliknya, apabila individu tidak mampu agresi terhadap orang lain. Semakin rendah
mengendalikan behavior dan decisional kontrol perilaku (behavior control) seorang
nya atau dapat dikatakan memiliki skor remaja, maka kecenderungan untuk
yang rendah pada kedua aspek tersebut, bertindak agresif terhadap seseorang
maka perilaku agresif akan muncul semakin tinggi. Dengan kontrol perilaku
meledak-ledak tidak terkontrol. (behavior control) yang rendah, seseorang
akan susah mengendalikan perilakunya
Kesimpulan
untuk bertindak agresif baik itu terhadap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diri sendiri maupun orang lain. Sebaliknya,
ada pengaruh kontrol diri secara bersama- jika seseorang memiliki kontrol perilaku
sama terhadap agresivitas. Secara spesifik, yang tinggi, maka ia akan mudah
penelitian ini menemukan bahwa behavior mengendalikan perilakunya. Hasil
control dan decisional control berpengaruh penelitian ini juga menunjukkan bahwa
negatif secara signifikan terhadap decisional control berpengaruh signifikan
agresivitas remaja. Variabel behavior dan berarah negatif. Artinya, semakin

20
^Ç][ Œ s}oX íô E}X í : vµari-Juni 2018

rendah skor aspek decisional control maka mereka harus memilih keputusan apa yang
semakin tinggi agresivitas seseorang. akan mereka ambil, seperti mencemooh
Seseorang yang memiliki kontrol keputusan guru mereka karena diberi tugas yang
(decisional control) yang tinggi, cenderung banyak, atau mereka harus tetap
lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam PHQJHUMDNDQQ\D ZDODXSXQ ³WHUSDNVD´
bertindak. Sebaliknya, jika seseorang Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan
memiliki kontrol keputusan yang rendah, bahwa siswa akan tetap mengerjakan tugas
maka ia akan mudah bertindak ceroboh, yang telah diberikan kepada mereka, karena
bahkan salah dalam mengambil mereka merasa lebih bermanfaat dari pada
keputusannya dan akhirnya penimbulkan menghabiskan waktu untuk mencemooh
penyesalan dalam diri. Peneliti berasumsi guru.
bahwa siswa akan bertindak agresi ketika

endnote psychosocial problems of children. Child Abuse and


Neglect. 15. Hal. 223-238.
1
Kumparan. (2017). ³Kasus Bullying Meningkat
1
Pelakuk didominasi Remaja.´ 0HODOXL Fromm, E. The Anatomy of Human
<https://kumparan.com/@kumparanstyle/kasus Destructiveness. Akar Kekerasan. Imam Muttaqin
-bullying-meningkat-pelaku-didominasi-oleh- (terj). 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 200
remaja> [1/08/2017] 1
Buss, A.H., & Perry, M. (1992). The Aggression
1
Hartati, N., Nihayah, Z., Shaleh, A.R., Mujib, A. Questionare. Journal of Personality and Social
(2005). Islam dan Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Psychology. 63 (3). Hal. 452-459.
Persada. Hal. 15-17 1
McCullough, M.E., Willoughby, B.L.B. (2009).
1
Santrock, John. 1995. Life Span Development: edisi Religion, Self-Regulation, and Sel-Control:
kelima. Jakarta : Erlangga. Hal. 103 Associations, Explanations, and Implications.
1
Psychological Bulletin. 135(1), 69-93.
Hartati, N., Nihayah, Z., Shaleh, A.R., Mujib, A.
(2005). Islam dan Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo 1
Chaplin, J.P. Dictionary of Psychology. Kamus
Persada. Hal. 18 Lengkap Psikologi. Kartini Kartono (terj). 2008.
1
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 128
Hoaken, P.N.S., & Stewart, S.H. ( 2003). Drugs of
abuse and the elicitation of human aggressive 1
Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L.
behavior. Addictive Behaviors. 28. Hal. 1533-1554. (2004). High Self-Control Predict Good Adjustment,
1
Less Pathology, Better Grades, and Interpersonal
Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. Social
Success. Journal of Personality. 72(2). Hal. 271-282.
Psychology 12 th Edition. Psikologi sosial edisi
kedua belas. Tri Wibowo B.S (terj). 2009. Jakarta: 1
Averill. J.R. (19730. Personal control over aversive
Kencana Prenada Media Group. Hal. 205 stimuli and its relationship to stress. Psychology
1
Bull. 80. Hal. 286-303.
Myers, D.G. (2009). Exploring Social Psychology t
6 th. New York : The McGraw-Hall Companies. Hal. 1
Finkenauer, C., Engels, Rutger.C.M.E., &
118 Baumeister, R.F. (2005). Parenting behavior and
1
adolescent behavioral and emotional problems: The
Gelles, R.J., Harrop, J.W., Vissing, Y.M., & Straus,
role of self-control. International Journal of
M.A. (1991). Verbal aggression by parents and
Behavioral Development. 29 (1), Hal. 58- 69.
21
1
DeWall, C.N., Finkel, E.J., & Denson, T.F. (2011). Personality Psychology Compass 5/7. Hal. 458-472.
Self-Control Inhibits Aggression. Social and 10.1111/j.1751-9004.2011.00363.x.

22
23

Anda mungkin juga menyukai