Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SUNAN GIRI”

Disusun oleh :

Rizky purnama

Ilham

Husnul mufidah

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

MAN TOLI TOLI

0
Kata Pengantar

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik.

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................1
Daftar Isi......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
A. Sejarah Sunan Giri...........................................................................4-5
B. Silsilah Sunan Giri...........................................................................6
C. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam......................8
D. Kepemimpinan Sunan Giri...............................................................9
E. Para Pengganti Sunan Giri...............................................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................15
Daftar Pustaka..............................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wali Songo adalah nama yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat Islam di Pulau Jawa. Wali Songo adala nama ang sakral, sejak zaman dahulu hingga
sekarang makam-makam anggota walisongo banyak diziarahi orang.

Kisah penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa secara besar-besaran telah mengundang rasa
kekaguman semua pihak, baik dalam kalangan Islam sendiri maupun dari kalangan Agama lain.
Termasuk “Sunan Giri”, beliau adalah salah satu wali songo (Sembilan wali) yang menyebarkan
Islam ditanah Jawa. Pengaruhnya begitu besar baik dikalangan internal para walii, maupun di
lingkungan social kemasyarakatan pada saat itu. Ajarannya tersebar luas di hampir seluruh
pelosok tanah Jawa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Sejarah dari Sunan Giri ?
2. Bagaimana Silsilah dari Sunan Giri ?
3. Apa saja Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam ?
4. Bagaimana Kepemimpinan Sunan Giri ?
5. Siapa saja Para Pengganti Sunan Giri ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah dari Sunan Giri
2. Untuk mengetahui Silsilah dari Sunan Giri
3. Untuk mengetahui Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam
4. Untuk mengetahui Kepemimpinan Sunan Giri
5. Untuk mengetahui Siapa saja para Pengganti Sunan Giri

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Sunan Giri

1
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul faqih, raden ainul
yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang walisongo yang berkedudukam didesa giri,
kebomas, gresik, jawa timur. Ia lahir di blambangan (banyuwangi) pada tahun saka Chandra seng
kala “jalmo orek werdaning ratu”(1365 Saka). Ia merupakan murid sekaligus menantu dari
Sunan Ampel.

Ayahnya adalah maulana ishak. saudara sekandung maulana mallik Ibrahim. Maulana ishak
berhasil mengislamkan isterinya, tapi gagal megislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia
meninggalkan keluarga istrinya berkelana hingga ke samudera pasai. Sunan giri kecil menuntut
ilmu di pesantren misannya, sunan ampel, tempat dimana raden pattah juga belaja. Ia sempat
berkelana ke malaka dan pasai setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren didaerah
perbukitan desa sidomukti selatan gresik. Dalam Bahasa jawa, bukit adalah (giri) maka ia
dijuluki sunan giri.

Pesantrennya tak hanya digunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga
sebagai pusat pengembangan masyarakat . Raja Majapahit-konon karena khawatir Sunan Giri
mencetuskan pemberontakan, memberi kejelasan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka
pesantren itu pun berkembang menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika
Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan
panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak . Selanjutnya,
Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai Mufti, Pemimpin tertinggi
keagamaan, se-Tanah Jawa.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau,
seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke
Sulawesi Selatan , Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal
dari Minangkabau. Sunan Giri sendiri wafat pada tahun Saka Candra Sengkala “Sayu Simo
Sucining Sukmo” (1428 Saka) di Desa Giri, Kebomas, Gresik.

4
 Keteladanan Dan Keistimewaan yang dimiliki Sunan Giri

Keteladanan yang dimiliki oleh Sunan Giri dalam menyebarkan agama islam yang dapat kita
petik adalah, diperlukan strategi yang baik dalam kegiatan berdakwah. Agar dakwah tersebut
mengalami perkembangan yang juga baik. Strategi yang dilakukan oleh Sunan Giri dalam bidang
politik adalah, menjadi Sang Propaganda Ulung.

Yang dimana ia mampu menaklukan kerajaan Majapahit sehingga pada akhirnya kerajaan
tersebut mengakui kekuasaan Beliau. Kerajaan Majapahit pada zaman itu juga memberi
kebebasan pada Sunan Giri untuk berdakwah. Karena dalam menjadi seorang ulama tidak hanya
pengetahuan agama islamnya saja yang diperlukan, tetapi dibutuhkan juga kepintaran umum.

Selain itu diperlukan juga kemampuan dalam bernegosiasi dan kepemimpinannya di


Pemerintahan. Karena hal itulah yang kita perlukan dalam berdakwah, agar keberadaan kita
diakui oleh Pemerintahan. Dengan ikut berkecimpung di dunia politik, maka keberadaan Sunan
Giri pun dilihat dan diakui oleh orang-orang di pemerintahan. Dengan adanya pengakuan dan
legalitas yang diharapkan dapat menjadi kemudahan bagi kita, dalam menyebarkan agama islam
dengan lebih luas lagi.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-
orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Faqih. Ia juga pencipta karya seni yang luar biasa.
Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran , Lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi
Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung lagi bernuansa Jawa namun syarat
dengan ajaran Islam. Suna Giri dikenal sebagai seorang yang dalamilmu taukhidny, demikian
pula ilmu fiqihna. Beliau sangat berhati-hati apabila hendak memutuskan hukum, takut kalau
tidak sesuai dengan ajaran Nabi. Dalam masalah ibadah, sunan giri tidak dikenal kompromi
dengan adat isitiadat dan kepercayaannya lama. Ibadah menurutnya harus dilaksanakan secara
murni dan konsekuen. Tidak boleh dicampur aduk dengan kepercayaan animesme dan
dinamisme.

Pelaksanaan Ibadah harus sesuai dengan aturan tersebut di dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul. Sikap dan keyakinan sunan giri ini didukung oleh sunan ampel dan sunan drajad. Dan
pengikut sunan giri kemudian disebut Islam atau santri putihan. Sementara pihak lain yang agak
lunak kepada istiadat atau kepercayaan lama disebut Islam abangan atau santri abangan.

5
Pemimpin golongan santri abangan ini adalah sunan kalijaga yang didukung oleh sunan bonang,
sunan muria, sunan kudus, dan sunan gunung jati. Kaum Abangan berpendapat bahwa :

- Kita harus bersikap lunak kepada rakyat jawa yang masih awam tidak tergesah-gesah
merubah adat istiadat rakyat yang memang sukar dirubah atau dihilangkan.
- Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetap mudah dirubah maka bisa
dihilangkan
- Mengikuti dari belakang tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi
sedikit, yaitu memasukan unsur islam pada adat istiadat rakyat. Contoh dalam hal ini
adalah memanfaatkan kesenian rakyat berupa gending tembang dan wayang kulit sebagai
media dakwah
- Akhirnya kaum abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan berpegang
teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan mendekat kepada para
wali. Caramya tidak lain adalah dengan mengambil hati mereka agara merasa simpati,
senang dan akrab dengan ajaran para wali. Apabila mereka sudah mendekat dan mau
berkumpul maka mudahlah bagi para wali untuk memberikan pengertian kepada mereka.
Bila mereka sudah mengerti ajaran islam maka secara otomatis pasti mereka akan
meninggalkan sendiri adat dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah
islam.
B. Silsilah Sunan Giri

2
Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan
Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi,
Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al- Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad
Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi
al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat ) Khan, Ahmad Syah Jalal
(Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana ishah, dan Ainul
yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat Pesantren-pesantren
Jawa Timur , dan catatan nasab Sa’adah Ba Alawi Hadramaut.

Sunan Giri merupakan buah pemikiran dari Maulana Ishak, seorang mubaligh Islam dari
Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu merak sembuyu penguasa wilayah

6
Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat
Blambangam sebagai pembawa kutukan berupa wabah penyakit dikerajaan Blambangan.
Kelahiran Sunan Giri di sambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari
besi untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk
menghanyutkan ke laut.

Berita itupun tak lama terdengar oleh Dwi Sekardadu. Dewi Sekardadu berlari mengejar bayi
yang baru saja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai dengan tidak memikirkan lagi
nasib dirinya. Ia pun meninggal dalam pencariannya.

Peti Besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hingga ke tengah laut. Peti
itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil ditengah laut. Tak ayal cahaya itu terlihat oleh
sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu
kemudian menghampiri, mengambil dan membukanya peti yang bersinar itu. Awak kapal
terkejut setelah tahu bahwa isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang molek dan bercahaya .
Awak kapal pun memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu
kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai pemilik kapal. Nyai
Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan mengangkatnya sebagai anak dengan
memberikan nama Joko Samudra.

Saat mulai remaja diusianya 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk
berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas permintaannya sendiri. Tak
berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid
kesayangannya itu. Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang),
untuk mendalami ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan
ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishak yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Di
sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa kecilnya.

Setelah 3 tahun berguru kepada ayahnya , Raden paku atau lebih dikenal dengan Raden
Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya sendiri itu untuk kembali ke
tanah Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah
yang diberikan oleh ayahandanya sebagai contoh tempat yang diinginkannya , Raden Ainul
Yaqin berkelana untuk mencari dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh
ayahnya. Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT. Maka

7
petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya . Maka didatangilah bukit itu dan
dilihat kesamaanya dan ternyata memang benar-benar sama dengan tanah yang diberikan oleh
ayahnya. Perbukitan itulah yang kemudian ditepati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri
disebuah perbukitan di desa Sidomukti , Kebomas , Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi
Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada dikota
Gresik. Dalam Bahasa Jawa, Giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan
sebutan Sunan Giri.

C. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam


1. ISLAM DI DAERAH BLAMBANGAN JAWA TIMUR
Pada saat Sunan Giri sedang selesai belajar agama di Pasai, ia pun menerukan perjalanannya
ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Setelah itu barulah ia kembali lagi ke Jawa, ke tanah
kelahirannya. Ia sempat ditugaskan untuk kembali berdakwah di Blambangan, oleh Sunan
Ampel. Yaitu ke tempat Prabu Minak Sembuyu berada, yang tak lain adalah kakeknya.
Tak disangka Prabu Minak Sembuyu sangat senang dengan kedatangan cucunya yang ternyata
masih hidup, dan sudah dewasa. Saat ia tahu bahwa tujuan Sunan Giri ke Blambangan adalah
untuk berdakwah, ia tidak menghalanginya sama sekali. Karena itu agama islam pun menjadi
berkembang di Blambangan, dan agama hindu dan budah terdesak sampai ke Pulau bali.

2. PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI KOTA GRESIK


Sunan Giri juga sempat ditugaskan untuk kembali ke Kota Gresik oleh Sunan Ampel, untuk
mendatangi ibu angkatnya Nyai Ageng Pinatih. Sesampainya di sana ia pun membantu Nyai
Ageng Pinatih berdagang sekaligus berdakwah. Ada salah satu peristiwa yang menakjubkan,
yang menjadi keistimewaan dari seorang Sunan Giri. Yaitu pada saat karung yang berisi batu dan
pasir dapat diubah oleh Sunan Giri, menjadi damar, rotan, emas, dan lain sebagainya. Akibat dari
peristiwa tersebut Nyai Ageng Pinatih yang pada awalnya tidak pernah bersedekah, berubah
menjadi orang yang senang berzakat khususnya pada fakir miskin yang ada di sekitar wilayah
Kota Gresik. Dengan demikian agama islam pun menjadi agama yang semakin berkembang di
Kota Gresik. Bahkan sampai saat ini, beratus-ratus tahun kemudian.

8
3. PEMBANGUNAN PESANTREN YANG DILAKUKAN OLEH SUNAN GIRI
Setelah Sunan Giri menikah ia tetap membantu ibu angkatnya berdagang, sambil terus
menyebarkan agama islam. Tak heran jika pada akhirnya Sunan Giri semakin dikenal secara luas
di seantero Nusantara. Sehingga semakin bertambah orang yang ingin belajar agama padanya,
akhirnya ia meminta izin pada ibunya untuk meninggalkan dunia perdagangan.
Karena ia akan fokus dalam membangun pesantren yang pernah diamanahkan oleh ayahnya.
Setelah ada persetujuan Sunan Giri pun mengasingkan diri untuk bertafakur selama 40 hari 40
malam. Di sebuah Goa di Desa kembangan di wilayah Kota Gresik. Setelah bertafakur itu ia
ingat akan tanah yang diberikan ayahnya, sebagai syarat untuk pembangunan pesantren.
Akhirnya tibalah ia di daerah yang dimaksud, yang sesuai dengan pesan ayahnya harus sesuai
dengan tanah yang diberinya. Sunan Giri pun membangun pesantren tersebut dengan bantuan
masyarakat Gresik, dan Nyai Ageng Pinatih. Pesantren tersebut terletak di Gunung atau dataran
tinggi di Desa Sidomukti.

4. SUNAN GIRI BERPERAN DALAM PERESMIAN MASJID DEMAK


Sunan Giri juga ternyata berperan dalam meresmikan Masjid Demak. Pada saat itu Sunan
Kalijaga akan meresmikan Masjid Demak, dengan sebuah pertunjukan wayang. Di zaman itu
pertunjukan wayang hanya berupa wayang beber. Wayang beber adalah jenis wayang yang
rupanya menyerupai wajah manusia.
Namun pertunjukkan tersebut ditentang oleh Sunan Giri, karena dalam ajaran islam haram
hukumnya menggunakan wayang yang bergambar manusia. Untuk itu Sunan Kalijaga pun
membentuk wayang yang berupa karikatur, yang kini dikenal dengan wayang kulit. Saat
peresmian Masjid Demak tersebut, tidak ada karcis masuk untuk yang ingin menonton.
Tetapi setiap orang yang ingin menonton harus mengucapkan 2 kalimah syahadat sebagai
karcisnya. Sehingga semakin bertambah banyak orang yang masuk agama islam. Dan banyak
orang-orang non muslim yang membaca syahadat untuk memeluk islam.
D. Kepemimpinan Sunan Giri
1. Politik Masa Sunan Giri
Politik pada masa sebelum Sunan Giri dikuasai oleh hegemoni kerajaan Majapahit
dipedalaman. Majapahit berdiri pada tahun 1294 M dengan candra sengkala Watu Ngungal katon
Tunggal (1201 Saka). Didirikan oleh Kertarajasa Jayawardana (Raden Wijaya), dalam Babad

9
Tanah Jawi versi Olthof disebut Jaka Sesuruh. Kehadiran perkampungan di Gresik sudah ada
pada zaman kerajaan Kahuripan. Konsep beragama Hindu ialah, jika raja memeluk tertentu,
maka rakyatnya agamanya mengikuti sang raja, dalam kerajaan Majapahit, raja memeluk agama
Hindu. Orang Hindu berkeyakinan bahwa raja adalah titisan Dewa. Sedangkan gelar raja Islam
berbeda dengan agama Hindu. Pemerintahan Islam menggunakan istilah Susuhunan. Selain itu
dengan istilah menggunakan gelar keilmuan yang dikuasai oleh tokoh tersebut, atau prestasi atas
keilmunnya. Berikut gelar sebagai bagian legitimasi dalam hal kekuasaan duniawi dan agama :
a. Legitimasi Gelar Kehormatan
Data prasasti dari masa jawa tengah mengindikasikan bahwa sumber awal pengakuan
masyarakat terhadap seorang pemimpin adalah prestasi pribadinya dalam salah satu atau
kombinasi dari tiga kemungkinan ini: kemampuan dalam membagi kekayaan dan meningkatkan
kesejahteraan prestasi dibidang kemiliteran atau prestasi di bidang keagamaan. 3Gagasan tentang
pemimpin ideal yang menggabungkan kemampuan membagi kekayaan, meningkatkan
kesejahteraan dan prestasi dibidang kemiliteran.
Selain prestasi sebagai sebagai sarana legitimasi, kharisma juga menjadi suatu yang
diperhitungkan untuk memantapkan kepemimpinan. Kharisma disni dimaksudkan sebagia
kualitas kepribadian seseorang yang dirasakan oleh pengikutnya yang membedakan dari orang-
orang yang lain pada umumnya. Kualitas ini sedemikian istimewa sehingga individu yang
bersangkutan dianggap sebagai manusia unggul yang memiliki kekuatan adikodrati.
Kewenangan pemimpin kharismatik dalam birokrasi biasanya tidak didasarkan atas aturan-aturan
yang sebagaimana umumnya, tetapi didasarkan atas sifat yang luar biasa. Sumber legitimasi satu-
satunya adalah kharisma itu sendiri, yang masa berlakunya sejauh pimpinan yagn bersangkutan
dapat memuaskan
para pengikutnya.4
Dalam ketiga hal ini Sunan Giri termasuk pemimpin ideal diantaranya Sebagai berikut
- Gelar Raden Paku
Pergantian julukan dari Jaka Samudra yang diberikan oleh ibu angkatnya Nyai Gede
Pinatih,5menjadi Raden Paku dilakukan oleh Sunan Ampel, menunjukan pada terjadinya
perubahan status dari kedudukan masyarakat kebanyakan menjadi keluarga penguasa Curabhaya

10
bergelar Raden, yang merupakan bagian dari keluarga Maharaja Majapahit. Itu sebabnya, pada
saat kekuasaan Majapahit terpecah-pecah menjadi kadipaten kecil yang salig berperang satu
dengan lain, Raden Paku mempertahankan kemerdekaan wilayahnya dengan mengangkat diri
sebagai penguasa wilayah dengan gelar Sunan Giri.6Selain itu julukan Paku di ibarakan suatu
saat Jaka Samudra seakan menjadi Pakunya di Jawa yang bermakna pasaknya syiar Islam.
- Gelar Sunan Giri (Susuhunan Giri)
Raden Paku berdakwah di area perbukitan (dahulu gunung) di Giri Gajah, sebab itu maka
Raden Paku disebut sebagai Sunan Giri, yang mengandung makna Susuhunan (orang yang
dijunjung tinggi, terhormat atau orang suci) yang tinggal diperbukitan Giri.7Dari gelar sunan
inilah Raden Paku melegitimasi kepribadiannya sebagai orang yang dijunjung tinggi sebab
keilmuannya, lebih-lebih ilmu agama Islam. Keberadaan Sunan Giri sebagai penguasa politis,
setidaknya tercermin dari gelar yang digunakan Prabu Satmata. Prabu adalah gelar Raja di Jawa
sedangakan Satmata adalah julukan lain dewa Shiwa. Raden Paku menggabukan dua gelar
menjadi satu sebagai legitimasi kepemimpinan di Giri.
- Maulana Ainul Yakin
Gelar ini diberikan oleh Syeikh Maulana Ishaq. Ketika meraka belajar di pesantrennya di
Pasai. Setelah tiga tahun Raden Paku dan Makdum Ibrahim belajar berbagai macam ilmu agama
Islam dengan mahir. Kiranya ilmu yang dimiliki itu telah cukup bila untuk diamalkan bagi
dirinya sendiri
maupun untuk disiarkan kepada masyarakat. Artinya, bila untuk bekal sebagai Mubaligh, ilmu
yang disauk itu telah memadai. Terutama ilmu tauhid dan tashawuf, Raden paku sangant
mendalaminya. Kebetulan banyak para ulama dari tanah Persia dan Bagdad serta dari dari tanah
India yang membuka pengajaran di situ, yaitu Pasai dan Malaka. Para ahli tashawuf itupun
benar-benar menjiwai di amal perbuatannya sehari-hari, sehingga sangat terkesan di hati Raden
Paku.
Raden Paku tekun didalam belajarnya juga kehidupan sehari-hari ilmu yang dimilikinya
itu.Karena pandai dan cerdanya, maka banyak orang yang mengatakan bahwa Raden Paku di
anugrahi ilmu “Laduni “oleh tuhan.8Maka sewaktu masih muda saja, telah tampak sebagai orang

11
alim yang khusyu’, berpribadi dan berwibawa. Matanya yang bersinar, sesuai dengan ilmunya
yang dalam, dan terutama ketika menghadapi suatu masalah, tampak wajahnya sebagai seorang
yagn bersifat kepemimpinan yang agung. Atas semua yang dimiliki Raden Paku itu, yakni baik
ilmu agama atau kepribadiannya, maka salah seorang guru memberi julukan Raden Paku dengan
sebutan yang sebenarnya diberikan kepada orang yang telah tua, yakni “Maulana Ainul Yaqin”.
Setelah dirasa cukup, maka syeikh Maulana Ishaq mengijinkan kedua pemuda itu pulang
kembali ketanah Jawa. Makdum Ibrahim berhenti di Tuban dan berdakwah di kota tersebut, dan
akhirnya dikenal dengan Sunan Bonang. Sedangkan Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin
kembali ketempat asalnya di Gresik, yaitu tempat ibu angkatnya. Nyai Gedhe Pinatih. Raden
Paku kemudian ikut membantu ibu angkatnya didalam usaha berdagang.
- Sultan Abdul Faqih
Sunan Giri mendalami ilmu tauhid dan fiqih. Juga sangat berhati-hati didalam menentukan
hukum, takut kalau terjerumus kepada kesesatan dan khawatir bila tidak sesuai Sunnah Rasul.
Didalam masalah ibadah, sunan Giri tidak kenal kompromi dengan ajaran Hindu-Buddha, atau
kepercayaan animisme dan dinasmisme. Ibadah dan fiqih harus bersih dan tidak boleh bercampur
dengan ajaran-ajaran lama. Karena mahir dan mendalamnya dibidang ilmu fiqih itulah maka
sunan Giri disebut juga dengan julukan Sultan Abdul Faqih.
b. Ekonomi pada saat Pemerintahan Sunan Giri
Dikarenakan Giri merupakan daerah pesisir utara Jawa, yang menggantukan kehidupan sehari-
hari sebagai nelayan maupun sebagai pedang di Pelabuhan internasional, maka komoditas jual
beli di Giri-Gresik diperkirakan sebagai berikut:
- Hewan Air
Barang-barang yang diperjual berlikan berbagai macam ikan: ikan kakap, bawal (kadiwas),
ikan kembung (ruma), dan ikan layar atau pari (layarlayar).Selain ikan laut, sumber ikan air
tawar berupa dlag (ikan gabus) turut pula diasinkan. Data dari kedua prasasti yang memuat
aktifitas upacara penetapan sima.
Sedangkan yang termasuk bangsa air tawar adalah sebagai berikut: kepiting sungai (hayuyu),
udang sungai (hurang), sejenis ikan (wagalan, kawan-kawan, dlag). Sedangkan yang termasuk
ikan laut adalah kepiting laut (getam), cumi (hnus), kerang-kerangan (iwak knas), sejenis ikan
laut (kadiwas, layar-layar, prang, tangiri, rumahan, slar). Ada beberapa ikan yang tidak diketahui
habitatnya, yakni bijanjan, bilunglung, harang, halahala, dan kandari. Sumber prasasti juga

12
menyebutkan beberapa jenis daging dan ikan yang diawetkan dalam bentuk dendeng (deng) atau
rasa (asin-asin) sebelum di konsumsi.
- Garam
Dalam catatan Piegeaud menulis suatu peraturan perdagangan yang berbunyi seperti beriktu,
“Setiap pendatang diperbolehkan membuat garam di tempat itu dengan membayar sejumlah
pajak tertentu yang ditarik oleh penguasa desa Biluluk”.27 Menjadi bukti garam sudah menjadi
komoditas perdagangan kala itu.
- Kayu
Rotan merupakan barang dagangan yang mahal di Jawa, bila ada itupun harganya mahal.
Komoditas rotan inilah yang menjadi barang dagangan Nyai Gede Pinatih di Gresik saat
berdagang dengan orang-orang Banjar, Kalimantan Selatan. 28 Tidak menutup kemungkinan
bamboo dan macam kayu-kayuan sebagai komoditas melihat daerah Giri pada saat itu berupa
gunung yang masih banyak hutan dan tumbuh kayu-kayuan. Pesisir juga merupakan daerah
perbaikan lambung perahu.
- Lilin
Lilin juga merupakan salah satu barang mahal di Jawa. Sebab lilin di Impor dari pulau
seberang, yakni pulau Kalimantan, lebih tepatnya daerah Banjar. Kota ini merupakan salah satu
langganang dagang subandar Nyai Gedhe Pinatih. Ketika berumur Raden Paku berumur 23
tahun. Raden paku mendapat perintah agar ikut berdagang ke Banjar agar dapat menafkai
hidupnya sendiri. Bersama pemimpin kapal juragan Abu Hurairah Raden Paku berangkat ke
Banjar beserta tiga buah kapal berisi barang daganganya. Dan kembali membawa rotan dan lilin
yang langka di Jawa
E. Para Pengganti Sunan Giri

9
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1412 M, memerintah kerajaan Giri kurang
lebih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu Satmata. Pengaruh
Sunan giri sangatlah besar terhadap kerajaan Islam di jawa maupun di luar jawa. Sebagi buktinya
adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak dinobatkan menjadi raja haruslah
mendapat pengesahan dari Sunan Giri.

13
Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama 200 tahun. Sesudah Sunan Giri
meninggal dunia beliau digantikan anak keturunannya yaitu:

1.       Sunan Dalem
2.       Sunan Sedomargi
3.       Sunan Giri Prapen
4.       Sunan Kawis Guwa
5.       Panembahan Ageng Giri
6.       Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7.       Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri
8.       Pengeran Singosari

Pangeran Singosari ini berjuang gigih mempertahankan diri dari serbuan Sunan Amangkurat II
yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Sesudah pangeran Singosari wafat pada tahun 1679,
habislah kekuasaan Giri Kedaton. Meski demikian kharisma Sunan Giri sebagai ulama besar wali
terkemuka tetap abadi sepanjang masa.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul faqih, raden
ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang walisongo yang berkedudukam
didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. Ia lahir di blambangan (banyuwangi) pada tahun
saka Chandra seng kala “jalmo orek werdaning ratu”(1365 Saka). Ia merupakan murid
sekaligus menantu dari Sunan Ampel.

Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Ali
al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al- Muhajir, Ubaidullah, Alwi
Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad
Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat )
Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana
Aakbar), Maulana ishah, dan Ainul yaqin (Sunan Giri).

15
Daftar Pustaka
Gresik Babad, Jilid I Versi Radya Pustaka Surakarta:Alih tulisan dan Bahasa Oleh
Soekarman B.Sc, Gresik : Panitia Hari Jadi Kota Gresik, 1990.
Hasyim Umar, Sunan Giri dan Pemerintahan Giri Kedhaton, Kudus : Menara
Kudus,1978.
Khalid Abu, Kisah Walisongo, Surabaya : Terbit terang
Safrudin Irfan, Ulama-ulama perintis: biografi pemikiran dan keteladanan,Majelis
Ulama Indonesia, Bandung,2008.
Salam Solichin, Sekitar Wali Songo, Kudus : Menara Kudus,1960.
Sarkar H.B, Corpus of the Incription of Java (Corpus Incription Javania-Rum) (Up to
928), Vol. I dan II, Cacutta : Firman K.L Mukhopadhyay.
Sunyoto Agus, Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai
Fakta Sejarah, Depok: Pustaka Iman, 2014.

Syamsu Muhammad, Ulama Pembawa Islam Di Indonesia Dan Sekitarnya, Lentera :


Jakarta,1996.

Weber Max, The Routinization of Charisma. Lihat Etzioni, Amitai dan Eva Etzioni,1964.

16

Anda mungkin juga menyukai