Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Penyusunan dan pelaporan keuangan adakalanya terjadi kesalahan dalam pencatatan
transaksi keuangan yang secara signifikan akan berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu
entitas. Kesalahan yang terjadi dalam pencatatan akuntansi mengakibatkan informasi yang
disajikan dalam bentuk laporan keuangan menjadi bias. Oleh karena itu, penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang relefan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan entitas pelaporan. Untuk menjaga
informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan.
Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu entitas pelaporan dari
waktu ke waktu untuk mengetahui trend posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu,
kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode
oleh pemerintah. Laporan keuangan juga disusun untuk tujuan umum maupun tujuan khusus.
Laporan dengan tujuan umum dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan
informasi akuntansi keuangan yang lazim. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengguna
adalah masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah.
Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi
kesalahpahaman di antara pembacanya. Kesalahpahaman ini dapat saja disebabkan oleh
persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran
mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca
yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat laporan keuangan
pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke pos-
pos laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.Menghindari
kesalahpahaman, laporan keuangan harus disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan
yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam
Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAPNomor04).
Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan sebagai
sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Pemerintah
merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Oleh karena itu, penyelenggara pemerintahan harus mampu mempertanggung
jawabkan kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat. Maka dari itu, audit pemerintahan
diperlukan untuk menjamin kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for
money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya
pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik.
 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang di maksud dengan kesalahan, koreksi kesalahan, dan perubahan kebijakan
akuntansi ?
2. Bagaimanamemahami dan menguasai teknis dalam melakukan koreksi kesalahan dan
pengungkapan perubahan kebijakan akuntansi dalam penyajian laporan keuangan ?
BAB II
PEMBAHASAN
 
 Koreksi Kesalahan
Akuntansi kewajiban pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun
2010 dalam Standar Akuntansi Pemerintah Pernyataan Nomor 10 (PSAP 10) tentang Koreksi
Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa.
PSAP Nomor 10 Paragraf 4, mendefinisikan kesalahan adalah penyajian pos – pos yang secara
signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode
berjalan atau periode sebelumnya.
PSAP Nomor 10 Paragraf 4, juga mendefinisikankoreksi adalah tindakan pembentulan
akuntansi agar pos – pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan
yang seharusnya.
Periode sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan keuangan
telah diterbitkan.PSAP Nomor 10Paragrap 16, menjelaskan bahwa laporan keuangan dianggap
sudah diterbitkan apabila sudah ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan daerah.
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.Untuk menjaga
integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan
keuangan harus bebas dari kesalahan.Laporan keuangan disusun pada pisah tanggal tertentu
terhadap laporan keuangan pemerintah, mengikuti periode tahun anggaran yaitu meliputi masa
satu tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada 1 atau beberapa
periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.Kesalahan mungkin
timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi anggaran oleh pengguna
anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan, atau kelalaian.
Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya dikelompokkan dalam 2jenis :
1. Kesalahan yang tidak berulang
Kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali yang dikelompokkan dalam               2
jenis:
1. Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, dan
2. Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
3. Kesalahan yang berulang dan sistemik
Kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang
diperkirakan akan terjadi berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang
memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib
pajak.
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja yang tidak berulang terjadi pada periode–periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset
selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun pendapatan lain – lain. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan
yang tidak berulang yang terjadi pada periode–periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembentulan pada akun akuitas dana lancar. Koreksi kesalahan tidak dengan sendirinya
berpengaruh terhadap pada anggaran atau belanja entitas yang bersangkutan dalam periode
dilakukannya koreksi kesalahan.
Koreksi kesalahan belanja dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang
mengurangi saldo kas.
1. Contoh koreksi kesalahan belanja yang menambah saldo kas yaitu pengembalian
belanja pegawai karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi menambah saldo kas dan
pendapatan lain-lain.
2. Contoh koreksi kesalahan belanja yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi
belanja pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi mengurangi akun ekuitas dana
lancar dan mengurangi saldo kas. Terhadap koreksi kesalahan yang berkaitan dengan
belanja yang menghasilkan aset, disamping mengoreksi saldo kas dan pendapatan lain-lain
juga perlu dilakukan koreksi terhadap aset yang bersangkutan dan pos ekuitas dana
diinvestasikan. Sebagai contoh, belanja aset tetap yang dimark-up dan setelah dilakukan
pemeriksaan, kelebihan belanja tersebut harus dikembalikan, maka koreksi yang harus
dilakukan adalah dengan menambah kas dan pendapatan lain-lain, serta mengurangi pos
aset tetap dan pos ekuitas dana diinvestasikan.
Koreksi kesalahan pendapatan dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang
mengurangi saldo kas.
1. Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang menambah saldo kas yaitu terdapat
transaksi penyetoran bagian laba perusahaan negara yang belum dilaporkan. Dalam hal
demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah menambah saldo kas dan ekuitas dana
lancar.
2. Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang mengurangi saldo kas yaitu kesalahan
pengembalian pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan transfer. Dalam hal
demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah mengurangi saldo kas dan ekuitas dana
lancar.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan tidak
mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait pada periode ditemukannya
kesalahan.
1. Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi posisi kas adalah belanja untuk membeli
perabot kantor (aset tetap) dilaporkan sebagai belanja perjalanan dinas. Dalam hal
demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah mendebet pos aset tetap dan mengkredit pos
ekuitas dana investasi pada aset tetap.
Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat
pada saat terjadi.Akibat kumulatif dari koreksi kesalahan yang berhubungan dengan periode-
periode yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan dalam baris tersendiri pada Laporan Arus Kas
tahun berjalan.
 Perubahan Kebijakan Akuntansi
PSAP Nomor 10 Paragraf 4, mendefinisikan kebijakan akuntansi adalah prinsip – prinsip, dasar
– dasar, konvensi – konvensi, aturan – aturan, dan praktik – praktik spesifik yang dipilih oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari
perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh
perubahan kebijakan akuntansi. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya
apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundang – undangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian
laporan keuangan.
Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara substansi
berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya, dan
2. Adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang sebelumnya
tidak ada atau yang tidak material.
Perubahan kebijakan akuntansi mencakup hal sebagai berikut:
1. Perubahan didalam perlakuan, pengakuan atau pengukuran akuntansi sebagai akibat
dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi.
Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan suatu perubahan
kebijakan akuntansi.Namun demikian, perubahan tersebut harus sesuai dengan standar
akuntansi terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan
revaluasi.
Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
 Peristiwa Luar Biasa
PSAP Nomor 10 Paragraf 4, mendefinisikan peristiwa luar biasa adalah kejadian atau transaksi
yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal entitas dan karenanya tidak diharapkan terjadi
dan berada diluar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan
terhadap realisasi anggaran atau posisi asset atau kewajiban.
Peristiwa luar biasa menggambarkan kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas biasa.Di dalam aktivitas biasa entitas pemerintah termasuk penanggulangan bencana
alam atau sosial yang terjadi berulang. Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh
persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas
2. Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang
3. Berada diluar kendali atau pengaruh entitas, dan
4. Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban.
Hakikatnya, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus diungkapkan
secara terpisah dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
 Aturan PSAP 10 Atas Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan
Peristiwa Luar Biasa
Tujuan koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasayaitu
meningkatkan relevansi, keandalan dan daya banding Laporan Keuangan suatu perusahaan
atau entitas dan mengatur perlakuan akuntansi atau koreksi kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi dan peristiwa luar biasa.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan bagi suatu
atau lebih Laporan Keuangan itu tidak dapat diandalkan.Agar informasi Laporan Keuangan
bebas dari unsur kesalahan, maka PSAP Nomor 10 mengatur perlakuan tentang
koreksi kesalahan.PSAP Nomor 10 paragraf 11, menetapkan bahwa koreksi kesalahan yang
tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi kas maupun yang
tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan.
Kesalahan dalam jenis belanja dan pendapatan akan dilakukan koreksi terhadap jenis belanja
dan pendapatan yang bersangkutan dengan memperhatikan pengaruh kesalahan itu terhadap
kas.
Apabila terdapat kesalahan yang terjadi pada periode sebelum atau periode berjalan yangt
bersifat material terhadap posisi aset, kewajiban dan ekuitas, maupun pendapatan, belanja dan
pembiayaan harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan secara memadai
sehingga pengguna laporan dapat memahami kejadian itu.
Menyusun dan menyajikan laporan keuangan perlu memperhatikan Peraturan Kepala Daerah
tentang Kebijakan Akuntansi yang merupakan dasar pengakuan, pengukuran dan pelaporan
atas aset, kewajiban ekuisitas, pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan.
Adakalanya kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam suatu periode akuntansi berbeda
dengan periode sebelumnya.PSAP Nomor 10 Paragraf 26, menyatakan suatu perubahan
kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang
berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintah yang
berlakuatau apabila diperkirakan bahwa perubahan itu akan menghasilkan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam
penyajian laporan keuangan entitas. PSAP 10 Paragraf 29, menyatakan bahwa perubahan
kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan.
Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi secara jelas berbeda dari aktivitas biasa
atau normal suatu entitas karenanya tidak diharapkan terjadi dan berada di luar kendali atau
pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau
posisi asset atau kewajiban.
PSAP 10 paragraf 35, menyatakan bahwa peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh
persyaratan berikut :
1. Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas
2. Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang
3. Berada diluar kendali atau pengaruh entitas, dan
4. Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi asset atau
kewajiban.
Selanjutnya pada PSAP 10 paragraf 36, dinyatakan bahwa hakikat, jumlah dan pengaruh yang
diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
BAB III
KESIMPULAN
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang
relefan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan entitas pelaporan.
Untuk menjaga informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan harus
bebas dari kesalahan.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu
kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar
akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut
akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang
lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.
Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus diungkapkan
secara terpisah dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
 Republik Indonesia.2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2010, TentangStandar Akuntansi Pemerintahan.Jakarta : Sekretariat Negara Republik
Indonesia.
————————-. 2005. Standar Akuntansi PemerintahanPernyataan Nomor 10,Tentang
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Dan Peristiwa Luar Biasa. Jakarta :
Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai