Pada pasien dengan jumlah saliva yang berkurang, sifat mekanis dan pembersihan saliva di mulut

terganggu. Tingkat pembersihan gula oral yang lambat pasti akan meningkatkan risiko karies. Dengan
demikian, banyak studi klinis telah menunjukkan bahwa penurunan kemampuan untuk memproduksi air
liur dikaitkan dengan peningkatan pengalaman karies. Berkenaan dengan hubungan ini, laju aliran tak
terstimulasi telah terbukti lebih penting secara diagnostik daripada laju aliran terstimulasi. Meskipun
banyak dokter telah mengamati bahwa pasien yang menderita gangguan sekresi air liur kronis
cenderung mengalami kerusakan gigi, tidak ada nilai batas yang ditetapkan untuk peningkatan risiko
karies gigi sehubungan dengan laju aliran yang tidak distimulasi atau terstimulasi. Tampaknya individu
dengan tingkat aliran saliva yang tidak distimulasi di bawah normal (<0,2 ml / menit) sebagai kelompok
memiliki tingkat demineralisasi yang tinggi dan risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan karies.
Laju aliran saliva yang tidak distimulasi di bawah level ini juga akan meningkatkan waktu pembersihan
secara nyata dibandingkan dengan laju aliran di atas level ini (Dawes, 1983). Ini akan memperpanjang
waktu dengan nilai pH rendah di dalam plak. Laju aliran saliva yang rendah, dan terutama laju aliran
saliva rendah yang tidak distimulasi, juga tampaknya mendukung mikroflora gigi yang bersifat asam dan
lebih kariogenik yang kaya akan bakteri asidogenik andasidurik, seperti lactobacilli dan mutans
streptococci. Dengan demikian, laju aliran saliva yang rendah tidak hanya akan memperpanjang
pembersihan. waktu dan periode dengan pH plak rendah, tetapi juga dapat mengubah ekologi mulut.
Efek jangka panjang dari laju aliran saliva yang rendah dapat menjadi jauh lebih kompleks daripada
pertimbangan mekanistik murni yang berkaitan dengan waktu pembersihan yang lama. Pasien dengan
laju aliran saliva rendah umumnya mengalami laju perkembangan lesi karies yang lebih cepat
dibandingkan individu dengan laju aliran saliva normal. Di mana mungkin diperlukan waktu bertahun-
tahun untuk berkembangnya karies melalui email pada individu dengan laju aliran saliva normal,
mungkin diperlukan waktu hanya beberapa bulan pada pasien dengan laju aliran saliva rendah. laju
aliran saliva. Oleh karena itu, pemeriksaan gigi secara teratur dengan interval waktu yang singkat
penting untuk pasien ini

Gigi yang paling banyak bermandikan air liur, taring bawah dan gigi seri bawah, kurang rentan terhadap
karies dibandingkan gigi di lokasi rongga mulut lainnya. Perbedaan kerentanan karies intraoral sebagian
disebabkan oleh perbedaan pembersihan intraoral, dan juga karena banyaknya zat dalam saliva yang
melindungi terhadap karies. Studi awal tentang karies dan komposisi saliva terutama menghubungkan
komposisi anorganik saliva dengan karies. Pada saat tersebut, dengan insiden karies yang tinggi dan
sebelum pasta gigi fluoride, hubungan sering diperoleh antara komposisi saliva dan karies. Jadi, dengan
membandingkan kelompok besar individu dengan karies dengan kelompok tanpa karies, sering
ditunjukkan bahwa kapasitas buffer saliva yang tinggi dan konsentrasi kalsium dan fosfat saliva yang
tinggi merupakan pelindung karies. Oleh karena itu, beberapa tes sederhana untuk kapasitas buffer
saliva telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan digunakan sebagai 'tes karies'. Kegunaan tes ini
untuk memprediksi risiko karies, bagaimanapun, dipertanyakan, karena apa yang dapat ditampilkan
untuk suatu kelompok mungkin masih memiliki sedikit nilai prediksi pada tingkat individu. Selain itu,
penerapan langkah-langkah pengendalian karies yang kuat seperti pasta gigi fluoride mungkin sampai
batas tertentu telah mengurangi pentingnya faktor biologis yang lebih lemah seperti kapasitas
penyangga air liur dan tingkat kejenuhan sehubungan dengan hidroksiapatit. Selain menentukan kimia
anorganik di mulut, a Pasokan air liur yang stabil juga akan menjamin keberadaan protein non-imun dan
imun di dalam mulut secara terus menerus. Faktor imunologi, seperti sekretori IgA dan antibodi IgG
serum, terdapat dalam saliva pada usia dini, tetapi kapasitasnya untuk menonaktifkan patogen paling
tinggi di antara orang dewasa. Namun, sebagian besar faktor non-imunoglobulin bekerja pada kapasitas
penuh selama masa kanak-kanak, sehingga memberikan perlindungan saat sistem kekebalan humoral
masih belum matang. Dalam kasus imunodefisiensi yang relatif jarang, telah diamati bahwa faktor non-
imunoglobulin dari air liur membentuk sistem cadangan, yang mengkompensasi kekurangan antibodi.
Oleh karena itu, sebagai contoh, pasien dengan defisiensi IgA atau pasien dengan defisiensi imun
variabel umum tampaknya tidak memiliki peningkatan risiko karies gigi. Selain itu, tidak ada bukti,
meskipun penelitian ekstensif, yang tampaknya ditentukan secara genetik, aspek baru komposisi saliva
untuk karies gigi dapat muncul di masa mendatang.

Banyak protein yang ada dalam saliva sangat penting untuk melindungi jaringan mulut dari infeksi jamur
atau virus. Oleh karena itu, komposisi protein saliva dapat memainkan peran penting dalam etiologi
prevalensi penyakit mulut dan perkembangan karies gigi.

Perubahan komposisi protein saliva dengan penuaan berkorelasi signifikan dengan prevalensi karies gigi.
Sekresi dan konsentrasi air liur berbeda-beda tergantung pada usia dan jenis kelamin.

Perbedaan konsentrasi protein total dari seluruh saliva manusia bervariasi di antara kelompok usia yang
berbeda, karena konsentrasi protein saliva meningkat dengan bertambahnya usia.

Perubahan produksi saliva dengan penuaan berkorelasi dengan risiko karies yang lebih tinggi dan
mungkin merupakan indeks kejadian karies. Dalam studi longitudinal, konsentrasi saliva dari alpha-
defensins 1-3, cathelicidins LL-37, LF, calprotectin dan salivary immunoglobulin A (IgA) pada anak-anak
usia 1 tahun diukur pada awal penelitian. Konsentrasi komponen saliva yang sama diukur pada anak
yang sama pada usia 3 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi antimicrobial peptides (AMPs), IgA dan
Streptococcus mutans dari waktu ke waktu.