Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

PERCOBAAN L2
INDUKTASI
Hari : Selasa Tanggal : 9 Maret 2021 Jam : 10.40-12.20

Disusun oleh :
Helmaharani Fhieraulivia 082011733042
Anggota Kelompok :
Kanwa Novas Rizky Juwidra 082011733041

Dosen Pengampu : Franky Chandra Satria A., S.T., M.T.


Jan Ady, S.Si, M.Si.
Asisten Pembimbing : Imasda Rahmatulloh
Shella Novianjani

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
A. TUJUAN
a. Mengenal induktor ideal dan non ideal
b. Mengenal rangkaian RLC seri dan paralel
c. Menentukan nilai induktansii induktor

B. ALAT DAN BAHAN


a. Catu daya bolak balik
b. Amperemeter AC
c. Multimeter digital
d. Kapasitor variabel
e. Induktor
f. Kabel-kabel penghubung

C. DASAR TEORI
Arus listrik dibagi menjadi 2 macam yaitu arus searah atau DC (direct
current) dan arus bolak- balik atau AC (alternating current). Arus searah
memiliki arah arus tetap, sedangkan arus bolak-balik memiliki arah yang
berubah-ubah. Arus listrik bolak balik adalah arus listrik yang mengalir jika
kedua terminal listrik tegangan bolak balik dihubungkan dengan suatu
impedansi dengan lambang Z dan bersatuan Ω atau ohm.
Resistansi, reaktansi dan impedansi merupakan istilah yang mengacu
pada karakteristik dalam rangkaian yang bersifat melawan arus listrik.
Resistansi merupakan tahanan yang diberikan oleh resistor. Reaktansi
merupakan tahanan yang bersifat reaksi terhadap perubahan tegangan atau
perubahan arus. Nilai tahanannya berubah sehubungan dengan perbedaan fase
dari tegangan dan arus. Selain itu reaktansi tidak mendisipasi energi.
Sedangkan impedansi mengacu pada keseluruhan dari sifat tahanan terhadap
arus baik mencakup resistansi, reaktansi atau keduanya. Ketiga jenis tahanan
ini diekspresikan dalam satuan ohm.
Tegangan efektif total dalam rangkaian merupakan penjumlah vektor
phase untuk semua tegangan komponen.
Berdasarkan hukum II Kirchhoff menyatakan bahwa jumlah aljabar tegangan dalam
satu lintasan tertutup haru sama dengan nol.

Karena setiap tegangan pada setiap komponen mempunyai fase yang berbeda,
perbedaan tersebut tampak seperti diperlihatkan pada fasor (phase vector) di bawah
ini.

Bentuk tegangan efektif di atas berdasarkan gambar fasor di atas dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Dari persamaan tegangan efektif kita dapat menurunkan besaran baru yang
dinamakan Impedansi atau hambatan total rangkaian. Karena arus dalam
rangkaian seri sama persamaan diatas dapat diubah dalam bentuk:

Z menunjukkan impedansi yang bersatuan Ohm sama seperti hambatan, reaktansi


induktif, dan reaktansi kapasitif. Jenis rangkaian seri ini dapat dibedakan menjadi
tiga jenis berdasarkan nilai reaktansi induktif dan kapasitif. Ketiga jenis rangkaian
tersebut adalah
1. Rangkaian bersifat Induktif jika nilai reaktansi induktif lebih besar dari
reaktansi kapasitif. Saat keadaan ini tegangan pada saat yang sama
mendahului arus listrik.
Induktor melawan arus yang melaluinya dengan cara menurunkan tegangan
berbanding lurus dengan laju perubahan arus. Menurut hukum Lenz
tegangan terinduksi akan selalu dalam polaritas yang sedemikian rupa
menjaga nilai arus seperti pada sebelumnya. Dengan demikian ketika arus
meningkat, tegangan terinduksi akan melawan aliran elektron, sedangkan
ketika arus menurun polaritas akan berbalik dan mendorong aliran
elektron. Oposisi terhadap aliran ini disebut sebagai reaktansi. Hubungan
antara tegangan yang diturunkan dengan laju perubahan arus melalui
𝑑𝑖
induktor 𝑒 = 𝐿
𝑑𝑡

Sehingga tegangan yang diturunkan pada induktor merupakan reaksi


terhadap perubahan arus yang melaluinya. Karena sebuah induktor
menurunkan tegangan berbanding lurus dengan laju perubahan arus maka
reaktansinya juga akan bergantung pada frekuensi alternating
current. Formulanya adalah 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿

2. Rangkaian bersifat Kapasitif jika nilai reaktansi induktif lebih kecil dari
reaktansi kapasitif. Saat keadaan ini tegangan pada saat yang sama
tertinggal arus listrik
Berbeda dengan induktor, kapasitor mengijinkan arus untuk melewatinya
berbanding lurus dengan laju perubahan tegangan. Hubungan tersebut
𝑑𝑒
dinyatakan sebagai 𝑖 = 𝐶
𝑑𝑡

Arus yang melalui kapasitor merupakan reaksi dari perubahan tegangan


pada kapasitor tersebut. Karena kapasitor menghantarkan arus berbanding
lurus dengan laju perubahan tegangan maka juga berbanding lurus dengan
frekwensi. Oleh karena itu reaktansinya akan berbanding terbalik dengan
1
frekwensi alternating current. Formulanya adalah 𝑋𝐶 =
2𝜋𝑓𝐶
3. Rangkaian bersifat Resistif atau Resonansi jika nilai reaktansi induktif
bernilai sama dengan reaktansi kapasitif. Saat keadaan ini arus dan tegangan
dalam keadaan sefase atau mencapai keadaan yang sama pada waktu yang
sama.

Perbedaan fase tegangan dan arus dapat dilihat dari fasor tegangan seperti pada
gambar di bawah ini.

Dari gambar di atas maka beda fase antara arus dan tegangan dapat dituliskan
sebagai sebagai berikut :

Pada saat terjadi resonansi sudut fase antara tegangan dan arus adala nol derajat.
Pada keadaan ini impedansi menjadi minimum dan arus dalam rangkaian menjadi
maksimum atau mempunyai nilai yang besar dibandingkan dengan keadaan lain.
Sedangkan pada saat yang lain kita dapat menyatakan daya rata-rata yang dipasok
dari sumber, daya tersebut adalah
Jika kita mengganti bentuk arus maksimum dalam arus efektif, begitu pula dengan
tegangan maksimum kedalam tegangan efektif, akan diperoleh daya efektif yaitu

Persamaan terakhir di atas sangat jelas bahwa daya efektif merupakan daya
yang didisipasikan dalam sebuah resistor di dalam rangkaian seri RLC//.

Pada rangkaian RLC terdapat tiga jenis daya sehubungan dengan resistance
(tahanan, R), reaktansi X dan impedance, Z yang masing-masing adalah True
Power (P), Reactive Power (Q) dan Apparent Power (S).
Formula dari ketiga jenis daya tersebut adalah:

atau

atau

atau
Hubungan antara ketiga jenis daya dapat dilihat pada Gambar

Faktor daya didefinisikan sebagai:

Dapat dilihat bahwa sebenarnya faktor daya adalah cosinus dari sudut fase
impedansi. Faktor daya sangat penting untuk diketahui karena ketika faktor daya
kurang dari 1 (rangkaian resistance � reaktansi) maka kebutuhan arusnya harus
melebihi dari jika rangkaiannya adalah resitance murni. Jika faktor daya = 0.7
maka daya yang dibutuhkan adalah = 1 / 0.7 = 1.43 kali dari jika rangkaiannya
adalah murni resitance dengan nilai resistansi yang sama.
Faktor daya penting untuk diketahui sehubungan dengan keefisienan dari
rangkaian. Faktor daya yang terlalu rendah membuat kebutuhan konduktor yang
tinggi, padahal daya (true power) yang dibutuhkan tidak memerlukan konduktor
dengan spesifikasi tersebut. Faktor daya dapat ditingkatkan dengan membuat
kompensasi pada rangkaian.

D. PROSEDUR KERJA
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan alat-alat yang
diperlukan seperti catu daya bolak-balik, amperemeter bolak-balik, multimeter
digital, induktor searah (DC), dan galvanometer searah (DC). Selanjutnya, kita
mengukur nilai hambatan induktor dan hambatan probe dengan ohmmeter
dalam multimeter digital. Percobaan yang pertama, kita membuat rangkaian
RL seri dengan cara menghubungkan 1 kabel dari catu daya ke sirkuit RLC
(pada bagian L) dan 1 kabel dari sirkuit RLC (pada bagian R) ke amperemeter.
Dari amperemeter, hubungkan 1 kabel untuk disambungkan ke catu daya.
Selanjutnya catu daya dinyalakan dan dilihat angka yang tercipta pada
amperemeter. Kita juga mengukur tegangan catu daya dengan voltmeter AC
dalam multimeter digital. Data tersebut kemudian dicatat. Setelah itu, catu daya
dimatikan dan seluruh kabel penghubung dilepas.
Pada percobaan yang kedua, kita membuat rangkaian RLC seri.
Pertama kita menghubungkan 1 kabel dari catu daya ke sirkuit RLC (pada
bagian L), lalu menghubungkan 1 kabel dari sirkuit RLC (pada bagian R) ke
kapasitor, 1 kabel dari kapasitor ke amperemeter, dan 1 kabel dari amperemeter
ke catu daya. Selanjutnya yaitu menyalakan catu daya. Setelah catu daya
dinyalakan, kita mengukur aruh maksimum pada rangkaian dengan cara
mengubah-ubah nilai kapasitansi pada kapasitor. Nilai arus yang tertera pada
amperemeter selanjutnya dicatat. Setelah itu, catu daya dimatikan dan seluruh
kabel penghubung dilepas.
Pada percobaan ketiga, kita membuat rangkaian RLC paralel. Pertama
kita menghubungkan 1 kabel dari catu daya ke sirkuit RLC (pada bagian L),
lalu 1 kabel dari sirkuit RLC (pada bagian R) ke amperemeter, dan 1 kabel dari
amperemeter ke catu daya. Karena akan membuat rangkaian paralel, maka kita
menghubungkan 1 kabel dari sirkuit RLC (pada bagian L) ke kapasitor dan 1
kabel dari sirkuit RLC (pada bagian R) ke kapasitor. Setelah rangkaian selesai
terbentuk, kita menyalakan catu daya. Setelah catu daya dinyalakan, kita
mengukur arus minimum pada rangkaian dengan cara mengubah-ubah nilai
kapasitansi pada kapasitor. Nilai arus yang tertera pada amperemeter
selanjutnya dicatat. Setelah itu, catu daya dimatikan dan seluruh kabel
penghubung dilepas.

E. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Induktor
Rtotal = 40,50 ± 0.005 Ω
Rprobe = 0,00 Ω
2. Rangkaian RL Seri
V = 6,00 ± 0.05 V
I = 7,00 ± 0.5 mA
R = 40,50 ± 0.005 Ω
3. Rangkaian RL Resonansi
V = 6,00 ± 0.05 V
C = 4,60 ± 0.05 µF
I = 6,50 ± 0.5 mA
R = 1,006 ± 0.0005 kΩ
4. Rangkaian Resonansi RL Paralel
V = 6,00 ± 0.05 V
C = 9,50 ± 0.05 µF
I = 12,00 ± 0.5 mA
R = 1,006 ± 0.0005 kΩ

Anda mungkin juga menyukai