Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI PADA PASIEN

PNEUMONIA

Disusun oleh

Nesa Ria Octaviani


NIM : 20317100

Pembimbing Akademik :

Ns. Ahmad Abdul Lutbis., S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

TANGERANG – BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari bronkiulus
terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan menimbulakn konsolidasi jaringan paru (Padila,
2013). Pneumonia adalah keadaan inflamasi akut yang terdapat pada parenkim paru (bronkiolus dan alveoli
paru), penyakit ini merupakan penyakit infeksi karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh
Daly, 2010).

B. ETIOLOGI
Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari
komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat menghisap bakteri, virus, parasite, dan agen
iritan (Mary & Donna, 2014).
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;
a. Bakteri Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut
Organisme gram positif seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.
b. Virus Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo
virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
c. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara mengandung spora
biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya menjangkiti pasien yang
mengalami immunosupresi

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan menjadi: anatominya, etiologinya, gejala kliniknya ataupun
menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat pada segmen, lobus, atau
menyebar (diffuse). Jika hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus
jadi sering disebut sebagai bronkopneumonia. Kuman komensal saluran pernapasan bagian atas kadang
dapat menyebabkan pneumonia jadi sifatnya sudah berubah menjadi patogen (Djojodibroto, 2014).

Pneumonia dapat digolongkan (Djojodibroto, 2014) menjadi;


a. Pneumonia bakterial
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari atmosfer, juga dapat memalui
aspirasi dari nosofering atau orofering. Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Community – Acquired Pneumonia (CAP) Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat
umumnya disebabkan oleh streptococcus pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar.
Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus yang menyebabkan penderita mengalami gejala
menggigil dan diiukuti demam yang tinggi.
2. Hospital – Acquired Pneumonia (HAP) Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang kejadiannya
bermula dirumah sakit. Penyakit ini adalah penyebab kematian yang terbanyak pada pasien dirumah
sakit. Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram negatif dan stafilokokus.
3. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia) Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan: obstruksi atau
tersumbatnya saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim, dan
pencernaan) dan, pneumonitis oleh infeksi.
4. Pneumonia pneumositis Pneumonia pneumositis merupakan penyakit akut yang opertunistik yang
disebabkan oleh suatu protozoa bernama pneumocystis jirovecii sebleumnya dinamai pneumovystis
carinii. Protozoa ini dikenal sekjak 1909 dan mulai decade 1980-an menempatkan diri kembali
sebagai pathogen terutama pada penderita AIDS.
b. Pneumonia atipik (pneumonia non bacterial) Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang
disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae, chlamydea psittaci, legionella pneumophila, dan coxiella
burneti.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien Brunner & Suddarth
(2011)
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 °C Sampai 40,5°C )
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan/menit ) dan dyspnea
4. Nadi cepat dan memantul dapat meningkat 10 kali/ menit per satu derajat peningkatan suhu tubuh (
Celsius)
5. Bradikardi relative untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi miroplasma
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleuritik, myalgia,
ruam faringitis.
7. Pneumonia berat : Pipi merah, bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum prulent, berwarna seprti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung pada agen
penyebab.
9. Nafsu makan buruk

E. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia meliputi
1. Hipoksemia
2. Gagal respiratorik
3. Efusi pleura
4. Empyema
5. Abses paru
6. Dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis,
endocarditis, dan pericarditis (Paramita 2011)

F. PENCEGAHAN
Pencegahan pneumonia yaitu menghindari dan mengurangi faktor risiko, meningkatkan pendidikan
kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatandalam diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia
yang benar dan efektif (Said 2010).

G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian atibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
2. Pemberian antiperetik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parental sesuai indikasi

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar x
Mengidentifikasi distribusi ( misal: lobar bronchial ) luas abses atau infiltrate, empyema, dan
penyebaran infiltrate
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA tidak normal terhantung pada luas paru yang sakit
3. JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun
4. LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat.

I. PATOFISIOLOGI
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran darah. Diawali
dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada
dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung
lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila
pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala umum yang biasanya terjadi
pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak napas (Djojodibroto, 2014).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA PNEUMONIA

A. PENGKAJIAN
Sumber data :
Tanggal masuk : 28-04-2021
Tanggal / jam pengkajian: 29-04-2021
1. IDENTITAS
a. Identitas klien
Nama : An.A
Umur :7 bln
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Nanas raya No 177
No. RM :-
Diagnosa Medik : Pneumonia
b. Identitas penanggun jawab

Nama :Ny.F
Umur :48thn
Alamat : Jl. Nanas raya No 177

Hubungan : orang tua


2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama : berdasarkan keterangan ibunya, pasien mengalami batuk-batuk namun
tidak dapat mengeluarkan dahak. Saat pengkajian didapatkan data tanda-tanda vital
dengan suhu 37,70C, nadi 103x/menit, pernapasan 59x/menit, pasien tampak sesak. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik terdapat pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi pada paru
kanan lobus bawah, ada retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, terpasang O2
5 liter/menit, pasien tampak batuk, adanya secret berwarna putih tampak pada hidung,
bentuk dada simetris, lingkar dada 37 cm, konjungtiva tidak anemis, sklera berwarna
putih, pupil isokhor, bibir tampak pucat, mulut tampak bersih, rambut tampak kotor dan
lengket. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil bentuk abdomen simetris, abdomen
teraba lunak, tidak ada massa pada abdomen, bising usus 36 x/menit dan tidak ada mual
muntah, pergerakan sendi bebas tidak ada fraktur.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pneumonia
c. Riwayat penyakit dahulu :Tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga :klien tidak mempunyai keturunan penyakit dari keluarganya
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway :
mengalami batuk-batuk namun tidak dapat mengeluarkan dahak. pasien tampak
batuk, adanya secret berwarna putih tampak pada hidung,

b. Breathing :
pernapasan 59x/menit, pasien tampak sesak. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
terdapat pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi pada paru kanan lobus bawah,
ada retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas,

c. Circulation :
nadi 103x/menit, pernapasan 59x/menit, pasien tampak sesak. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik terdapat pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi pada paru
kanan lobus bawah, ada retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas,.

d. Dissability :
Kesadaran compos mentis, GCS : E4M5V5, Tidak ada edema pada
tangan dan kaki. S1/S2 tunggal, irama jantung normal, tidak ada bunyi
tambahan, CRT 4 detik, kulit pucat, akral dingin basah, turgor 3 detik.

e. Equipment :
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot 4 disemua ekstremitas

4. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. AMPLE
Allergi Tidak ada alergi susu
Medication Tidak ada riwayat konsumsi obat
Past illnes
Pernah dioperasi (√ ) tidak

Last meal Pagi sebelum ke rumah sakit


Event batuk-batuk namun tidak dapat
mengeluarkan dahak

b. PemeriksaanKeadaan Umum Tingkat kesadaran


Tgl Eye (E) Motorik (M) Verbal (V) Total
26-04-2021 4 5 5 14

c. Status Kesadaran
Tgl Composmenti Apatis Somnolen De lirium Sopor Koma
s
26-04-2021 
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Kepala Bentuk mesochepal, kulit bersih, rambut
hitam

Leher Tidak ada penonjolan vena jugularis


Dada Tidak ada jejas, simetris, terdapat
pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi
pada paru kanan lobus bawah, ada retraksi
dinding dada, penggunaan otot bantu nafas,

Abdomen Tidak ada jejas, tidak ada luka, bentuk


simetris
Bising usus 12x/menit
Bunyi kuadran I pekak, II, III, IV tympani
Tidak ada nyeri tekan
Genetalia Tidak dilakukan pemeriksaan
Ektremitas Kekuatan otot kanan 4 kiri 4, rom kanan
kiri aktif, Capilary Refile Time 3 detik,
tidak ada perubahan bentuk tulang,
perabaan akral dingin
Integumen kulit pucat

e. Status eliminasi Urine


Tgl Frek BAK Warna Retensi Inkontinensia
26-04-2021 produksi urin Kuning Bau khas Tidak ada
1200 cc/hari

f. Fekal
Tgl Frek BAB Warna Konsistensi
26-04-2021 Menggunakan pampers Kuning konsistensi cair, bau
BAB 2xsehari, khas feses .Kulit
konsistensi cair, warna disekitar dubur dan
kuning,bau khas feses area pemakaian
.Kulit disekitar dubur pampers tampak
dan area pemakaian kemerahan.. Pasien
pampers tampak minum 1500cc/har
kemerahan.. Pasien
minum 1500cc/har
B. Status nutrisi dan cairan
BB : 5 kg, TB : 65cm
lingkar kepala 42 cm

C. Asupan Nutrisi : Pasien minum 1500cc/hari, berupa susu., pasien tampak tertidur terus,
aktivitas minimal, bedrest total ditempat tidur. kekuatan otot 4 disemua ekstremitas

1) Balance cairan
Tgl Intake Output Balance cairan
Dextrose 5 % ½ NS Urine
1000cc/24 jam (14 IWL
tetes per menit) Feses
Muntah
Makan + minum Drain
Intake nutrisi Darah

Total :
Total :

D. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60 10^6/uL, Hematokrit 39.9%, Monosit 10.8%,
Neutrofil 3.25 10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit 276 10^3/uL.

2) Pemeriksaan lab Urine dan Feses

3) Pemeriksaan Kultur
E. Therapy
Tgl Jenis therapy Indikasi
27-04-2021 - Terapi O2 nasal Untuk mengurangi sesak nafas
canule :
5L/mnt
- Pemasangan NGT Untuk memberikan nutrisi
TI NJAUAN KASUS

Pasien yang dikaji bernama An. A berusia 7 bulan dan berjenis kelamin laki-laki, Saat pengkajian
didapatkan data tanda-tanda vital dengan suhu 37,70C, nadi 103x/menit, pernapasan 59x/menit, pasien
tampak sesak. Saat dilakukan pemeriksaan fisik terdapat pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi pada
paru kanan lobus bawah, ada retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, terpasang O2 5
liter/menit, pasien tampak batuk, adanya secret berwarna putih tampak pada hidung, bentuk dada
simetris, lingkar dada 37 cm, konjungtiva tidak anemis, sklera berwarna putih, pupil isokhor, bibir
tampak pucat, mulut tampak bersih, rambut tampak kotor dan lengket. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan hasil bentuk abdomen simetris, abdomen teraba lunak, tidak ada massa pada abdomen, bising
usus 36 x/menit dan tidak ada mual muntah, pergerakan sendi bebas tidak ada fraktur. Pengkajian juga
dilakukan untuk mengetahui dampak hospitalisasi yang terjadi pada An. A maupun orang tuanya.
Pemeriksaan laboratorium terakhir dilakukan didapatkan hasil Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60
10^6/uL, Hematokrit 39.9%, Monosit 10.8%, Neutrofil 3.25 10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit
276 10^3/uL. Saat perawatan, pasien mendapatkan obat-obatan Dextrose 5% ½ NaCl 1000cc/24 jam (14
tetes per menit), Dexametazole 2 x 2 mg per IV, Amoxycilin 3x 1½ ctg per NGT, Cefotaxime 3 x 300 mg
per IV.
1. Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
1. DS : Ibu mengatakan An. A mengalami
Kategori Fisiologis
batuk-batuk namun tidak dapat mengeluaran
dahak.
Subkategori :
DO : An. A tampak batuk,
- TTV: RR: 59x/menit,
Respirasi
- Suhu 37.7 0C,
- Nadi 103x/menit, terdengar bunyi nafas
D.0001 Bersihan jalan nafas
ronchi pada paru kanan lobus bawah.
tidakefektif

2. DS :Ibu mengatakan An. R. F mengalami


Kategori Fisiologis
sesak nafas.
DO: Terdapat pernapasan cuping hidung,
Subkategori :
retraksi dinding dada dan penggunaan otot
bantu nafas, terpasang O2 masker 5 liter per
Respirasi
menit, RR: 59x/menit.
D.0005 pola napas tidak
efektif

3.
DS : Ibu mengatakan sakit yang diderita Kategori : Perilaku
An. A adalah batuk dan sesak nafas , ibu
Subkategori : penyuluhan dan
tidak mengetahui cara penanganan dan
pembelajaran
pencegahan penyakit yang dialami An.
D.0111 defisit pengetahuan
A DO : Saat ditanyakan ibu tidak bisa
menjawab pertanyaan tentang cara
penanganan dan pencegahan penyakit
An. A
2. Prioritas Masalah
1) . D.0001 - Bersihan jalan nafas tidakefektif
2) . D.0005 pola napas tidak efektif
3) D.0111 defisit pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
(SDKI)
1. D.001 - Bersihan L.01001 – Bersihan jalan 1.1011 – Manajemen jalan
jalan nafas tidak nafas
nafas
efektif - Produksi sputum (3-5)
- Frekuensi nafas (2-5) Observasi :
- Pola nafas (2-5) - Monitor pola nafas (
frekuensi,kedalaman)
- Monitor sputum (
jumlah, warna,aroma)

Terapeutik :

- Posisikan semi Fowler atau


fowler
- Berikan minum hangat
Edukasi :
- Ajarkan batuk efektif

- Kolaborasi

Korabolasi pemberian
bronkodikator, mukolitik,
ekspektoran jika perlu

2. L.01004 Pola Napas I.01014 Pemantauan Respirasi


Kategori Fisiologis
Observasi :
- Dyspnea
- Monitor frekuensi, irama
Subkategori :
-Penggunaan otot bantu
,kedalaman, dan upaya napas
Respirasi napas
- Monitor pola napas
- Pernapasan cuping hidung
D.0005 pola napas - Monitor adanya sumbatan
tidak efektif - Frekuensi napas
jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
Teraupetik :
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. L.12111 Tingkat I.12383 Edukasi Kesehatan
Kategori : Perilaku
Observasi :
Pengetahuan
- Identifikasi kesiapan dan
Subkategori :
- Nafsu makan
kemampuan menerima
penyuluhan dan
- Keluhan mual
informasi
pembelajaran
- Frekuensi menelan
Teraupetik :
D.0111 defisit - Pucat
pengetahuan - Sediakan materi dan edia
- Takikardia
pendidikan kesehatan
- - jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
4. Implementasi & Evaluasi

No Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. D.001 - 1) Melakukan fisioterapi S:Ibu mengatakan
Seni
Bersihan dada, pasien lebih rileks. An. A masih
n,
jalan 2) Melayani terapi batuk,
29-
nafas nebulasi combivent ¼ O: terdapat mukus
04-
tidak vial drip NaCL 0,9% 3 cc pada hidung,
2021
efektif dilakukan selama 30 terdengar bunyi
menit terapi berjalan rongki pada
dengan baik. paru kanan
lobus bawah,
pernapasan: 65
x/menit,
A: masalah belum
teratasi,
P: intervensi
dilanjutkan.
2. 1) Mengobservasi adanya
Senin, 29- : Respiras S: Ibu mengatakan An. R. F
04- 2021 bunyi nafas tambahan dan
masih 31 sesak nafas,
D.0005 pola terdengar bunyi whezzing
O: pasien tampak sesak, ada
dan mengatur posisi semi
napas tidak pernapasan cuping hidung,
fowler, respon pasien
efektif tarikan dinding dada dan
menjadi lebih tenang dan
penggunaan otot bantu nafas,
ekspansi paru meningkat.
pernapasan: 65 x/menit,
2)Melayani injeksi
dexametason 2 mg/iv melalui A: MAasalah belum teratasi,
selang infus lancar tanpa
P: Intervensi dilanjutkan
hambatan, dan
mengobservasi TTV
didapatkan hasil RR: 65x/
menit, S: 37,5°
3. D.0111 defisit
Senin, 29- 1) Menjelaskan penyakit S: Ibu mengatakan
pengetahuan
04- 2021
pneumonia, menjelaskan tentang sudah paham
penyakit anak (pneumonia), tentang penyakit
menjelaskan penyebabnya, yang dialami An. A,
menjelaskan tanda dan gejala, sudah paham cara
menjelaskan cara penularan, pencegahan, cara
menjelaskan cara pencegahannya, penanganan dan
menjelaskan cara penanganan perawatan dirumah,
dirumah (discharge planning).
O: Ibu dapat
menjawab
menjelaskan
kembali tentang
penyakit
pneumonia, faktor
penyebab, tanda
dan gejala, cara
pencegahan, cara
penanganan dan
perawatan dirumah,

A: masalah teratasi,

P: intervensi
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai