PENDAHULUAN
1.3.2 Manfaat
a. Praktikan dapat mengetahui dan menganalisis bentuk perpatahan pada material
yang diujikan
b. Praktikan dapat mengetahui cara pengujian Impact suatu material
c. Praktikan dapat menegtahui harga impact (HI)
d. Praktikan dapat menegtahui sifat perpatahan spesimen
BAB 2. PEMBAHASAN
Jadi dengan demikian, energi yang diserap untuk mematahkan benda uji
ditunjukkan oleh selisih perbedaan tinggi bandul padakedudukan atas dengan tinggi
bandul pada kedudukkan bawah (tinggiayun). Segera setelah benda uji diletakkan,
kemudian bandul dilepaskansehingga batang uji akan melayang (jatuh akibat gaya
gravitasi).Bandul ini akan memukul benda uji yang diletakkan semuladengan energi
yang sama. Energi bandul akan diserap oleh benda ujiyang dapat menyebabkan benda
uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun benda uji tidak sampai putus yang berarti
benda uji mempunyai sifatkeuletan yang tinggi.Permukaan yang patah membantu
untuk menentukan kekuatanimpact dalam hubungannya dengan temperatur transisi
bahan. Daerahtransisi yaitu daerah dimana terjadi perubahan patahan ulet ke patahan
getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat langsung dengan mata telanjangtanpa
mikroskop.
Rumus Perhitungan :
W1 = G × h1 (kg m)
2.3 Pengujian Impact Metode Izod
Metode uji Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa, Benda ujiIzod
mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengantakik V di dekat
ujung yang dijepit, kemudian uji impact dengan metodeini umumnya juga dilakukan
hanya pada temperatur ruang dan ditujukanuntuk material-material yang didisain
untuk cantilever, Perbedaanmendasar charpy dengan izod adalah peletakan spesimen.
Pengujiandengan menggunkan izod tidak seakurat pada pengujian charpy, karena
pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehinggaenergi yang
terukur bukanlah energi yang mampu di serap materialseutuhnya.
E=P(H0-H1)
2.4 Faktor Penyebab Patah Getas Pada Pengujian Impact
1. Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasitegangan pada
daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan
menimbulkan triaxial stress Triaxial stress sini sangat berbahaya karena tidak akan
terjadideformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas.Sehingga tidak ada
tanda-tanda bahwa material akan mengalamikegagalan.
2. Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh
vibrasielektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.
3. Strairate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja,maka
material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya
(dislokasi). Dislokasi akan bergerak menujuke batas butir lalu kemudian patah.
Namun pada uji impact, strainrate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi
tidak sempat bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material
akanmengalami patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bukan di batas
butir, Kemudian, dari hasil pengujian akandidapatkan energi dan temperatur. Dari
hasil tersebut, akan dibuatdiagram harga impact terhadap temperatur. Energi akan
berbanding lurus dengan harga impact. Kemudian akan didapatkantemperatur
transisi. Temperatur transisi adalah range temperaturedimana sifat material dapat
berubah dari getas ke ulet jika materialdipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal,salah satunya aspek
metalurgi material, yaitu kadar karbon.Material dengan kadar karbon yang tinggi
akan semakin getas, danharga impactnya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih
besar.Temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan materialterhadap perubahan
suhu. Jika temperatur transisinya kecil makamaterial tersebut tidak tahan terhadap
perubahan suhu. Hal lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impact adalah
penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan(fracografi)
yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik
maka perpatahan impact digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat( fibrous fracture),
Melibatkan mekanisme pergeseran bidang bidang Kristal di Dalam bahan
(logam)yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang
berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/kristalin
dihasilkan olehmekanisme pembelahan(cleavage) pada butir-butir dari bahan
(logam)yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang
mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular)
Merupakan kombinasi dua jenispatahan.Selain dengan harga impak yang
ditunjukkan oleh alat uji, pengukuran ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan
denganmemperkirakan berapa persen patahan berserat dan patahan kristalinyang
dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada temperatur tertentu.Semakin banyak
persentase patahan berserat maka dapat dinilai semakintangguh bahan tersebut. Cara
ini dapat dilakukan dengan mengamati permukaan patahan benda uji di bawah
miskroskop stereoscan. Informasilain yang dapat dihasilkan dari pengujian impact
adalah temperatur transisi bahan.Temperatur transisi adalah temperatur yang
menunjukkantransisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji
padatemperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-
beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi materialakan bersifat ulet
(ductile) sedangkan pada temperatur rendah materialakan bersifat rapuh atau getas
(brittle). Fenomena ini berkaitan denganvibrasi atom-atom bahan pada temperatur
yang berbeda dimana padatemperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi
kesetimbangan danselanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan
(perludiketahui bahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap
pergerakan partikel atom bahan).
Vibrasi atom inilah yang berperansebagai suatu penghalang (obstacle)
terhadap pergerakan dislokasi padasaat terjadi deformasi kejut/impact dari luar.
Dengan semakin tinggivibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit
sehinggadibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji.Sebaliknya
pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atomrelatif sedikit sehingga
pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasimenjadi lebih mudah dan benda uji
menjadi lebih mudah dipatahkandengan energi yang relatif lebih rendah. Informasi
mengenai temperatur transisi menjadi demikian penting bila suatu material akan
didisain untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperatur yang besar, misalnya
daritemperatur di bawah nol derajat Celcius hingga temperatur tinggi di atas100
derajat Celcius, contoh sistem penukar panas (heat exchanger ).Hampir semua logam
berkekuatan rendah dengan struktur kristal FCC seperti tembaga dan aluminium
bersifat ulet pada semua temperatur sementara bahan dengan kekuatan luluh yang
tinggi bersifat rapuh.Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan
kekuatan luluhrendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet bila temperatur
dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang dipakai pada jembatan,kapal, jaringan
pipa dan sebagainya bersifat rapuh pada temperatur rendah. Gambar dibawah ini
memberikan ilustrasi efek temperatur terhadap ketangguhan impact beberapa bahan.
Gambar 2.3 Efek temperatur terhadap material
4.1 Tabel
Rujukan table
Nama tabel
Spesimen Tinggi Lebar β
1 5 mm 8 mm 62 ͦ
2 4 mm 8 mm 70 ͦ
3 5 mm 8 mm 69 ͦ
4.2 Gambar
a. Spesimen 1
dari hasil percobaan pada sp. 1 didapatkan hasil sbg berikut ,dimana pd
gambar tsb….. (tidak patas = tidak getas)
c.Spesimen 3
4.3 Perhitungan
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dalam praktikum uji impak dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Harga Impak (HI) rata-rata yang diperoleh dari spesimen non threatment adalah
sebesar J/mm
b. .Semakin rendah harga Impak (HI) maka semakin Tangguh maskimal dengan
semkin bertambahnya energi yang di serap
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah
a. Perlu adanya pembuatan menu uji impak, agar setiap pengujian dapat melakukan
pengujian dengan tepat.
b. Penambahan dan perawatan alat ukur sebaiknya dilakukan, agar pengukuran
spesimen mendapatkan hasil yang tepat.