Jawab :
Fenolik
Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder tanaman serta komponen
penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi buah, sayuran, dan tanaman lainnya
(Tomas-Barberan et al., 2000; Lapornik et al., 2005). Senyawa ini memiliki
cincin aromatik yang membawa satu atau lebih gugus hidroksil dan strukturnya
bervariasi mulai dari molekul fenolik sederhana hingga polimer kompleks dengan
massa molekul relatif yang tinggi (Balasundram et al., 2006).
Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang
tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan
fenol dalam air akan bertambah, jika gugus hidroksil makin banyak.
Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam,
dan banyak digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai
substrat donor H. Reaksi oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu oksidator
juga memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan H.
Senyawa fenolik merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah mendonorkan
atom H.
Struktur fenolik
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satu atau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena. Ribuan
senyawa fenolik di alam telah diketahui strukturnya, antara lain fenolik sederhana,
fenil propanoid, lignan, asam ferulat, dan etil ferulat.
1) Fenolik Sederhana
Golongan senyawa-senyawa yang termasuk fenolik sederhana antara
lain meliputi guaiakol, vanilli dan kresol.
2) Fenil Propanoid
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai
cincin aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon.
Golongan fenil propanoid yang paling tersebar luas adalah asam hidroksi
sinamat, yaitu suatu senyawa yang merupakan bangunan dasar lignin .
Empat macam asam hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan.
Keempat senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-
kumarat.
3) Etil Ferulat
Etil ferulat tergolong ke dalam turunan senyawa asam hidroksi
sinamat, yang merupakan turunan dari asam ferulat dalam bentuk ester.
Senyawa fenolik ini terdistribusi secara luas pada berbagai jenis tanaman
yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Senyawa tersebut terdapat
dalam tanaman, terutama pada benih padi dan gandum, tetapi dalam
jumlah kecil. Oleh karena itu, senyawa ini biasanya disintesis dari
prekursor asam ferulat. Bentuk fisik etil ferulat berupa kristal berwarna
putih dan memiliki aktifitas sebagai antioksidan yang sangat baik
dibandingkan asam bebasnya. Etil ferulat digunakan sebagai bahan aktif
dalam pengobatan terapi untuk antihipertensi.
Adapun rumus bangun etil ferulat adalah sebagai:
Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol alam dan suatu golongan
metabolilt sekunder yang tersebar merata di dalam tumbuhan. Flavonoid
mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari 15 atom C, 2 cincin benzene ( C 6)
terikat pada suatu rantai propan (C3) yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga, sehingga membentuk suatu konfigurasi C 6-C3-C6, susunan dari
senyawa tersebut dapat menghasilkan 3 jenis struktur, yaitu:
a. 1,3 – diarilpropan (Flavonoid)
b. 1,2 – diarilpropan (isoflavonoid)
c. 1,1 – diarilpropan (neoflavonoid)
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka 2 – fenil kroman. Posisi orto dari
cincin A dan atom karbon yang terikat dari cincin B dari 1,3 – diarilpropan
dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk suatu cincin
heterosiklik yang baru (cincin C).
Klasifikasi flavonoid
a. Flavonoid O – glikosida
Flavonoid biasanya terdapat dalam bentuk O – glikosida, dimana
satu gugus hidroksil flavonoid atau lebih berikatan dengan gugus
karboksil dari gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam.
Gula yang paling umum ditemukan pada flavonoid O – glikosida
adalah glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa.
b. Flavonoid C – glikosida
Flavonoid C – glikosida merupakan flavonoid dengan struktur
yang khas, dimana ikatan gula dengan aglikonnya adalah ikatan karbon-
karbon (C-C), yang umum dijumpai adalah flavon-C-glikosida. Jenis gula
yang terikat antara lain adalah glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa dan
arabinosa.
Saponin
Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa
dan molekul sangat besar, dengan kegunaan nya yang luas. Saponin memiliki rasa
pahit yang menusuk dan menyebabkan bersin dan iritasi pada selaput lendir.
Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis
pada darah. Saponin memiliki sifat racun bagi hewan berdarah dingin atau
predator dan saponin banyak digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat
keras atau racun, biasa disebut sebagai Sapotoksin. Saponin dapat diperoleh dari
tumbuhan melalui metode ekstraksi.
Sifat-Sifat Saponin
Mempunyai rasa yang pahit.
Dalam larutan air membentuk buih stabil.
Menghemolisa eritrosit.
Merupakan racun yang sangat kuat untuk ikan, amfibi dan hewan predator.
Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya.
Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi.
Berat molekul relatif tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati.
Jenis Jenis Saponin
Saponin Steroid
Saponin Triterpenoid
Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Dihidrolisis supaya menghasilkan suatu aglikon yang disebut
sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat
asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipesaponin ini adalah turunan β-
amyirine
2. Apa saja reagen yang digunakan untuk uji fenolik, flavonoid, dan saponin yang lain
(minimal 3 reagen) dan jelaskan!
Jawab :
a. FLAVONOID
Uji dengan tes Shinoda yaitu dengan membuat larutan zat dalam etanol kemudian
ditambah dengan 3 mg logam Mg dan beberapa tetes HCl pekat. Kemudian akan
menghasilkan hasil positif apabila berwarna orange. Warna orange ini dihasilkan
karena adanya ikatan dari Mg yang berlebih dengan senyawa Flavonoid
membentuk suatu kompleks yang berwarna.
Uji dengan tes FeCl3 dilakukan dengan membuat larutan zat dalam etanol
kemudian ditambah dengan beberapa tetes FeCl3 10%, kemudian akan
memberikan hasil positif apabila berwarna biru hijau.
Uji dengan penambahan NaOH dilakukan dengan membuat larutan zat dalam air
kemudian dipanaskan, disaring, lalu ditambah dengan NaOH encer 10%, nanti
akan memberikan warna kuning, ditambah dengan HCl encer, jika memberikan
hasil positif maka warna kuningnya akan berubah menjadi tidak berwarna.
Tes natrium hidroksida
Sekitar 5 mg senyawa larut dalam air, dihangatkan dan disaring. Natrium
hidroksida berair 10% ditambahkan ke dalam 2 ml larutan ini. Ini menghasilkan
warna kuning. Perubahan warna dari kuning menjadi tidak berwarna pada
penambahan asam klorida encer adalah indikasi adanya flavonoid.
uji p-Dimethylaminocinnamaldehyde
Uji kolorimetri berdasarkan reaksi cincin-A dengan kromogen p-
dimetilaminokinnamaldehida (DMACA) telah dikembangkan untuk flavanoid
dalam bir yang dapat dibandingkan dengan prosedur vanilin. [55]
b. FENOLIK
FECL3
Sebanyak 1 mL ekstrak metanol sampel bunga Soyogik dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 – 3 tetes besi (III) klorida (FeCl3) 5%.
Ekstrak positif mengandung fenol apabila menghasilkan warna biru kehitaman.
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi oksidasi dan reduksi kolorimetrik
untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji. Pereaksi Folin-
Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam
fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air,
natrium tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan
bromin (Folin dan Ciocalteu, 1944). Pada kenyataannya reagen ini mengandung
rangkaian polimerik yang memiliki bentukan umum dengan pusat unit tetrahedral
fosfat (PO4)3- yang dikelilingi oleh beberapa unit oktahedral asam-oksi
molibdenum. Struktur tungsten dapat dengan bebas bersubstitusi dengan
molibdenum.Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik
hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam
heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya
terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak
stabil pada kondisi basa. Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil
bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui dan dapat
dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin
pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan
mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat
anilin-asam sulfat dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa atsiri (terpenoid,
fenol dan turunannya serta fenilpropan) dengan mekanisme abstraksi H+ sehingga
terbentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi, peristiwa ini tidak terjadi
sekaligus tetapi satu persatu secara berurutan yang menyebabkan warnanya
semakin lama semakin tidak stabil, dapat juga untuk mendeteksi senyawa saponin
yang ditunjukkan dengan adanya bercak berwarna biru, violet biru atau terkadang
berwarna kekuningn bila diamati pada sinar biasa.
Fungsi dari pereaksi semprot FeCl3 adalah untuk mendeteksi adanya gugus fenol
pada tanin atau polifenolat, reaksi positif adanya senyawa ini adalah dengan
terbentuknya kompleks berwarna biru, merah ungu, hijau, atau hitam kuat;
pereaksi semprot dragendorf digunakan untuk mendeteksi komponen alkaloid,
reaksi positif dari uji ini adalah dengan ditunjukkan warna coklat atau jingga-
coklat dan merah-jingga dengan latar belakang kuning sampai kelabu; pereaksi
semprot sitroborat digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa golongan
flavonoid dari glikosida saponin reaksi positif ditunjukkan dengan berpendar di
bawah sinar UV 366nm.
c. SAPONIN
UJI HCL
Sebanyak 1 mL ekstrak metanol sampel bunga Soyogik dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 mL air panas dan ditambahkan 2 tetes HCl 2
N dan dikocok kuat. Setelah itu, dilihat apakah terbentuk buih setelah didiamkan
selama 10 menit. Sampel positif mengandung saponin bila terdapat buih dengan
intensitas yang banyak dan konsisten selama 10 menit.
a. Identifikasi fenolik
Menggunakan metode Folin-Ciocalteau (Conde et al., 1997). Sebanyak 1 mg/L
dan 0,5 mg/L dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,1 reagen
Folin-Ciocalteau 50%. Kemudian vortex selama 3 menit dan ditambahkan 2 mL
larutan Na2CO3 2% lalu divorteks kembali. Selanjutnya campuran diinkubasi
selama 30 menit pada suhu ruang. Absorbansi ekstrak dibaca pada
spektrofotometer UV-Vis dengan λ = 750 nm. Kandungan total fenolik
dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat mg/mL ekstrak.
b. Identifikasi flavonoid
c. Identifikasi saponin
4. Jelaskan mekanisme reaksi yang terjadi sampai terjadi perubahan warna pada fenolik,
flavonoid, dan saponin!
Jawab :
Hasil dari uji kualitatif ekstrak etanol buah buni (Gambar 6) menunjukkan
perubahan warna menjadi biru, sama seperti kontrol positif. Hal ini berarti dalam
ekstrak etanol buah buni mengandung senyawa – senyawa fenolik. Warna yang
dihasilkan oleh sampel yang direaksikan dengan pereaksi Folin dan natrium
karbonat tidak sepekat pada kontrol positif karena kandungan fenolik dalam
sampel rendah. Semakin tinggi kandungan fenolik dalam sampel maka intensitas
warna biru juga semakin meningkat. Asam galat digunakan sebagai senyawa
pembanding karena merupakan salah satu asam fenolik yang banyak terdapat
dalam tanaman, dan sering digunakan untuk mendeterminasi kandungan fenol
dalam tanaman melalui uji Folin-Ciocalteu (Fiuza et al., 2004)
5. Dari topik 2 yang lalu apakah tumbuhan yang kalian pilih mengandung fenolik, flavonoid
dan saponin?
Jawab : Dari jurnal penelitian yang saya baca, dilakukan uji fitokimia pada tanaman
handeuleum (Graptophyllum pictum .L) dari ke lima jenis tanaman handeuleum yang
diuji semuanya positif kuat mengandung flavonoid dan saponin, namun untuk senyawa
fenolik hasil yang didapatkan adalah positif lemah fenolik dan bahkan ada yang negatif
fenolik.
6. Dari topic 4, 5 dan 6 Jelaskan perbedaan uji steroid dan uji terpenoid dengan uji fenolik,
flavonoid, dan saponin?
Jawab :
a. uji steroid
b. Uji Terpenoid
c. Uji Fenolik
d. Uji flavonoid
e. Uji saponin