Anda di halaman 1dari 4

‘Adamul Hiqdi Wal Hasad

Alhiqdu (dengki) dan Hasad (iri) adalah sifat tercela, umumnya diawali dengan marah yang berlebihan. Marah ada
pangkal hiqd dan hasal. Kita harus menghindari marah karena bisa menjadi pangkal kebencian. Al-hiqdumenurut Imam
Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya ulumuddin, adalah hati yang selalu diliputi marah, enggan untuk
menghilangkannya sehingga melekat dalam dirinya. Al-hiqdu membuat hati seseorang selalu gelisah terhadap orang
yang didengki, sehingga melahirkan penyakit al hasad yang hatinya selalu tidak senang terhadap nikmat yang didapat
orang lain, berharap nikmat tersebut hilang darinya atau membenci orang yang mendapatkan kenikmatan dan bergembira
jika musibah menimpa diri orang yang dihasadnya.

HUKUM AL-HIQD WAL HASAD

Hukum al-hiqdu dan al-hasad adalah haram, karena akan merusak hubungan seseorang dengan saudaranya
seiman. Sifat ini akan menghancurkan perbuatan baik sebagaimana api yang membakar kayu hingga menjadi abu.
Rasulullah saw bersabda:
 “Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”. 

TERCELANYA SIFAT AL-HIQD WAL HASAD

1. Rasulullah saw mencela sifat al-hiqdu wal hasad. Terutama penyakit al-hasad yang merupakan buah dari al-hiqdu.
Celaan terhadap al hasad berarti celaan terhadap pangkal yang melahirkan penyakit tersebut, yaitu al hiqd.
Rasulullah saw bersabda :
2. “Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.
3. “Janganlah kalian saling hasad, saling memotong, saling marah dan saling benci, namun jadilah hamba Allah
yang bersaudara”
4. “Tiga perkara yang tidak akan memberikan keselamatan seseorang : prasangka, angan-angan dan al-hasad, dan
akan aku beritahukan jalan keluar dari 3 hal tersebut : Jika kamu berprasangka maka jangan menurutinya, jika
kamu berangan-angan maka lewatkan saja, dan jika kamu berhasad maka jangan kamu cari-cari”.
5. “Hampir saja kefakiran menjadikan kekufuran, dan al-hasad mengalahkan takdir”
6. “Sesungguhnya umatku akan mengalami penyakit umat terdahulu, mereka berkata : Apakah penyakit umat
terdahulu? Sabda Beliau : “Kejahatan, berbangga diri, saling membanyak harta, saling berlomba-lomba kehidupan
duniawi, saling berjauhan dan saling hasad sehingga terjadi kedzaliman kemudian kehancuran”.
7. “Yang paling aku takuti dari umatku adalah memperbanyak dalam diri kalian harta sehingga saling hasad dan
berperang”.
8. “Mohonlah pertolongan agar mampu menunaikan hajat dengan sembunyi-sembunyi, karena setiap ada
kenikmatan ada yang hasad”
9. “Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah pasti ada musuhnya. Dikatakan, “Siapakah mereka ?” Maka Beliau berkata,
“Yang selalu hasad terhadap manusia yang mendapat karunia Allah”.
10. “Enam perkara yang akan memasukkan manusia kedalam neraka sebelum dihisab selama setahun. Dikatakan,
“Sipakah mereka ya Rasulallah ? Beliau katakan, “Para pejabat yang dzalim, orang arab yang fanatik, orang
sukses yang sombong , pedagang yang khianat, para pejabat yang bodoh, dan ulama yang hasad”.

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA AL-HIQD WAL HASAD

1. Al-adawah wal baghdha (permusuhan dan kebencian)


Permusuhan membuat seseorang akan selalu membenci kenikmatan yang dimiliki orang lain (seterusnya),
menganggap orang lain adalah musuhnya dan tidak senang pada kebaikan yang dimiliki. Hal ini tidak terbatas
pada harta saja, tapi juga hasad pada jabatan, sehingga orang tersebut akan senang jika orang yang dihasadnya
jatuh dari jabatannya. 
2. At-ta’azzuz (merasa dirinya lebih dari yang lain)
Merasa memiliki kelebihan karena harta yang dimiliki sehingga tidak mampu mengendalikan diri dari sifat
berbangga, sombong dan mulia sendiri.
3. At-ta’ajjub dan takabbur (bangga dan sombong)
Merasa memiliki kelebihan yang banyak dan jabatan yang tinggi sehingga bangga dengan apa yang dimiliki,
seakan-akan orang lain tidak sehebat dirinya.
4. Al-khauf min fauti al-maqashid al-mahbubah (Takut kehilangan akan tujuan-tujuan yang disukai).
Berharap selalu dalam keadaan yang baik dan senang, khawatir dan takut jika tidak mampu menggapinya apalagi
yang meraihnya adalah orang yang didengkinya.
5. Hubbu Riyasah (Cinta jabatan)
Cinta jabatan sehingga berusaha mempertahankannya walaupun dilakukan dengan cara yang tidak benar dan
melanggar syariat, serta berusaha menjatuhkan atau menjegal orang yang menjadi rivalnya dalam meraih jabatan
tersebut.    
6. Kobtsu an-nafs (jiwa/hati yang jelek)
Hati yang jelek menyebabkan keruhnya jiwa dalam menerima kebaikan yang datang kepadanya sehingga
terjerumus pada al-hiqd wal hasad.
7. Al-Bukhlu (Bakhil/kikir)
Bakhil terhadap nikmat yang Allah berikan kepadanya, baik harta maupun ilmu sehingga tidak mau
memberikannya kepada orang lain dan tidak sudi kalau orang lain mendapatkannya.

TINGKATAN-TINGKATAN AL-HIQD WAL HASAD

1. Senang dengan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain walaupun nikmat tersebut tidak berpindah
kepadanya. Tingkatan ini adalah yang sangat tercela.
2. Senang dengan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain dan ingin/berusaha mendapatkannya, seperti
rumah yang mewah, wanita yang cantik atau jabatan. Tingkatan ini juga tercela namun labih ringan dari yang
pertama.
3. Tidak senang dengan keadaan dirinya dan berharap agar sama dengan orang lain, dan jika tidak mampu
menyamainya, maka dirinya berharap agar hilang dari orang lain, paling tidak agar dirinya tidak sederajat
dengannya. Tingkatan ini ada yang tercela dan ada yang tidak tercela.
4. Keinginan dirinya seperti orang lain, dan jika tidak dicapai maka tidak ingin keadaan tersebut hilang
darinya.Tingkatan ini yang adalah yang paling ringan dari yang tiga tingkatan sebelumnya.

Derajat al-hiqd yang paling rendah adalah tingkatan yang tidak menyebabkan dirinya terjerumus pada perbuatan maksiat,
berusaha menyimpannya/dipendam dalam hati, dan juga al-hiqd yang tidak mengarah pada kebencian sehingga tidak
menghalangi dirinya untuk berbuat baik seperti tersenyum, kasih sayang, saling menolong, membantu antar sesama, dan
duduk bersama dalam satu majlis dzikir serta saling bekerja sama dalam kebaikan, atau tidak mau mendoakan saudaranya,
memujinya dalam kebaikan dan mengajaknya pada perbuatan baik dan solidaritas.

Derajat ini semua hanya mengakibatkan kurangnya derajat seseorang disisi Allah dan menghalanginya mendapatakan
karunia yang besar dan ganjaran yang berlimpah dari Allah walaupun tidak menyebabkan dirinya diazab oleh Allah SWT.

AKIBAT DARI AL-HIQDU WAL HASAD 

1. Berharap hilangnya harta yang dimiliki orang lain dan senang terhadap musibah yang menimpa saudaranya.
2. Membuat hati menjadi keruh dan sedih/gelisah dengan cobaan yang menimpa dirinya.
3. Mencela, mencemooh dan memutuskan hubungan dengan orang lain.
4. Menganggap orang lain lebih rendah dan hina darinya.
5. Suka berbohong dan ghibah serta suka membuka aib orang lain.
6. Menceritakan kebiasaan orang lain dengan maksud menghinakan dan mencelanya.
7. Menyakiti orang lain dengan kekerasan, bahkan dengan memukul atau yang berhubungan dengan fisik.
8. Menghalangi orang lain dalam menunaikan kewajiban agamanya, seperti membayar hutang, silaturahim dan
menolak kedzaliman.

 TERPUJINYA MENINGGALKAN AL-HIQDU WAL HASAD

Jika penyakit al hiqdu wal hasad adalah tercela dan haram, sehingga diwajibkan pada orang yang beriman untuk
meninggalkan dan menjauhinya, berusaha menjaga hatinya agar tidak terjerumus pada penyakit ini, maka orang yang
telah mampu meninggalkan dan menjauhkan dari penyakit al hiqdu wal hasad akan mendapatkan pujian dan balasan yang
sangat besar dari Allah SWT.

Hal ini seperti yang dikisahkan sahabat Rasulullah saw yang bernama Anas bin Malik.
Saat dia dan para sahabat duduk bersama Rasulullah saw, beliau bersabda, “Akan hadir nanti seseorang calon penghuni
surga”, dia berkata : “Maka muncullah seseorang dari kaum anshor yang lebat jenggotnya dan basah karena bekas
wudlu, sendalnya dibawa dengan tangan kirinya lalu mengucapkan salam, dan keesokan harinya Rasulullah saw kembali
bersabda seperti yang diucapkan sebelumnya dan muncul orang tersebut, dan begitupun saat hari ketiga dan muncul
orang tersebut. Maka saat Nabi bangun dan orang tersebut pulang, diikuti oleh Abdullah bin Amru bin Al ‘Ash dan
berkata kepadanya : “Aku sedang ada masalah dengan bapakku dan aku bersumpah tidak akan masuk ke
rumahnya/pulang selama tiga hari, jika engkau perkenankan bolehkah aku tinggal di rumahmu selama tiga hari?” Maka
orang tersebut mengizinkannya. Lalu Abdullah bin Amru menginap dirumah orang tersebut, namun ketika diperhatikan
tidak ada yang lebih darinya kecuali seperti yang lainnya; jika akan beranjak tidur berdzikir kepada Allah dan berdoa,
tidak bangun malam kecuali hanya sholat fajar, dia menambahkan : aku tidak menemukan sesuatu yang lebih darinya
kecuali ucapannya yang baik, setelah berlalu tiga malam hampir saja aku merendahkan perbuatan yang dilakukan.
Setelah berlalu tiga malam, Abdullah bin Amru mohon pamit dan berkata : “Wahai hamba Allah sebenarnya aku dan
bapakku tidak ada masalah, namun aku pernah mendengar dari Rasulullah saw demikian, demikian…maka akupun
penasaran dan ingin mengetahui perbuatan yang anda lakukan namun aku tidak dapatkan darimu sesuatu yang lebih,
jadi apa yang menyebabkanmu demikian ? Orang tersebut berkata : “Tidak ada kecuali yang telah anda lihat.” Saat aku
akan pergi, dia memanggilku kembali dan berkata,“Tidak ada sesuatu kecuali yang anda lihat namun tidak pernah sama
sekali dalam diriku sikap buruk dan hasad terhadap nikmat yang dikaruniakan kepada setiap orang dari kaum
muslimin.” Abdullah berkata : “Itulah yang menyebabkanmu mendapatkannya dan itu pula yang kami tidak sanggup.” 

Dikisahkan bahwa Nabi Musa saat bergegas menghampiri panggilan Allah beliau melihat di dalam naungan Allah
seseorang yang duduk ditempat itu, beliau berkata : “Sungguh ini adalah merupakan kemuliaan dari Rabbnya, maka
diapun bertanya pada Tuhannya siapa nama orang tersebut, namun tidak diberitahukan namanya,” dan berkata : “Aku
akan beritahukan kepadamu tiga amalan yang menyebabkan dirinya berada disini” : “Bahwa dia tidak pernah hasad
terhadap nikmat yang Allah anugrahkan kepada manusia sedikitpun, tidak membangkang pada kedua orang tuanya dan
tidak pernah mengadu domba”.

Dan di antara hasad yang terpuji adalah hasad yang dilatarbelakangi munafasah (berlomba) dalam kebaikan dan
kebenaran, jauh dari saling menjatuhkan, Sebagaimana yang difirmankan Allah :“Dan yang demikian itu, maka
berlombalah orang-orang yang berlomba (dalam kebaikan).”

“Dan berlombalah kalian kepada Ampunan Tuhan kalian”.

Hadits nabi saw :


 “Tidak ada hasad kecuali pada dua perkara : “Seseorang yang diberikan harta lalu dia menggunakannya dalam
kebenaran, dan seseorang yang dianugrahkan ilmu lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.”

KIAT MENGOBATI PENYAKIT AL-HIQDU WAL HASAD

Setiap penyakit pasti ada obatnya, begitupun dengan penyakit al hiqdu wal hasad juga ada obatnya, sehingga setiap orang
bisa mengobati dirinya saat merasa dirinya terjangkit penyakit al hiqdu wal hasad. Adapun kiat untuk mengobati penyakit
al-hiqd wal hasad adalah :
1. Mengenal penyakit-penyakit hati, terutama penyakit al-hiqdu wal hasad, karena dengan mengenalnya maka akan
berusaha menghindar darinya.
2. Berusaha menghindari pangkal penyakit hati dan sebab-sebabnya.
3. Berteman dengan orang-orang yang salih yang bersih dari penyakit al hiqdu wal hasad, seperti yang dikisahkan
pada sahabat Anas tentang ketertarikan Abdullah bin Amru bin Ash terhadap hamba Allah yang disebutkan Nabi
saw sebagai calon penghuni surga.
4. Berlapang dada dengan pemberian Allah kepadanya dan tidak iri dengan apa yang Allah anugrahkan kepada orang
lain, namun ikut senang dan gembira terhadapnya, seperti yang diajarkan Rasulullah saw dalam haditsnya : “Ya
Allah tidak ada kenikmatan yang Engkau anugrahkan kepada kami dan setiap orang dari makhluk-Mu kecuali
dari-Mu belaka karena itu segalanya hanya Milik-Mu dan puji syukur untuk-Mu”.
5. Mengetahui akibat buruk yang akan diperoleh dari orang yang memiliki penyakit al-hiqdu wal hasad.
6. Memohon kepada Allah agar hatinya dijauhkan dari penyakit al-hiqdu wal hasad. Seperti dalam do’a yang
termaktub dalam surat Al-Hasyr ayat 9 :
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami,
dan janganlah Engkau jadikan hati kami ada gill (dengki) terhadap orang-orang yang beriman, Ya
Tuhan kami sesungguhnya Engkau adalah Maha Lembut dan Maha Pengasih”.
Sumber: Penyucian Jiwa, Said Hawwa http://liqarobbani.blogspot.com/2018/07/adamul-hiqdi-wal-
hasad.html

Anda mungkin juga menyukai