DISUSUN OLEH:
APRIL, 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Spermatozoa adalah sel sperma jantan yang berfungsi dalam proses fertilisasi.
Tidak seperti kebanyakan sel yang membentuk organisme multieluler, sel
sperma teridir atas kepala sperma dan satu buah ekor sperma yang sperma
mengandung sedikit sitoplasma dan padat akan kromosom. Seperti sel kelamin
lainnya, sel sperma haploid dan mengandung setengah kromosom khas dari
spesies tersebut (Chu, 2013).
Hal yang melatar belakangi dilakukanya praktikum kali ini yaitu kurangnya
pengetahuan tentang morfologi spermatozoa pada tikus jantan (normal dan
tidak normal).
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat membagi diri. Secara
esensial ia terdiri dari kepala yang membawa meteri herediter paternal dan
ekor yang menagndung sarana penggerak, Ia tidak memegang peranan apapun
dalam fisiologi hewan yang menghasilkan dan hanya melibatkan diri dalam
pembuahan untuk membentuk individu baru sejenis dari mana ia berasal.
Sperma tidak memiliki sitoplasma yang khas bagi kebanyakan sevolume
sperma sapi. Misalnya hanyalah kurang lebih banyak pada saat ejakulasi sapi
yang baik mengandung 10.000 juta spermatozoa yang cukup untuk di
inseminasikan kepda 1000 ekor sapi betina (Prawirohartono, 2000).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya, pada sebagian besar spesies
kepala yang mengandung nucleus haploid ditudungi oleh badan khusus yaitu
akrosom (acrosome), yang mengandungenzim yang mmbantu sperma
menembus sel telur. Di belakan kepala sel sperma mengandung sejumlah
besar mitokondria (atau sebuah mitokondria yang besar pada beberapa
spesies) yang menyediakan ATP untuk pergeraan ekor, ang berupa sebuah
flagella. Bentuk sperma mamalia bervariasi dari spesies ke spesies, dengan
kepala berbentuk oma tipis, berbentuk oval (seperti pada serma manusia), atau
berbentuk hamper bulat. Spermatogeneis terjadi pada tubulus semifinerus
testis. Titik menempel awalnya menandai apeks nucleus sperma terkondensasi
(Campbell, 2003).
Sperma yang normal berbentuk seperti kcebong, terdiri dari kepala, tubuh dan
ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi
pergerakan sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel
telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjag. Ini pun menjadi
penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak
dibarengi pergerakan yang normalmmembuat sel sperma tak akan mencapi sel
telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bsa
mencapai sel telur. Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal
dengan kategori a lebih esar artau sama engan 25% atau kategori b lebih besar
atau sama dengan 50% (Nalbandov, 1995).
Ekor sperma yang panjang (40 sampai 50 mikro) dapat dibagi atas 3 bagian,
bagian tengah, baan utama dan baian ujung dan berasal dari sentriol spermatid
selama spermiogenesis. Ia memberi gerak maju kepada spermatozoon
gelombang-gelombang yang dimulai didaerah implantasi ekor-kepala dan
berjalan kearah istal sepanjang ekor bagaikan pukulan cemeti. Ujung anterior
bagian tengah yang berhubung dengan kepala dikenal sebagai daerah
implantasi. Pemisahan kepala dari ekor daprt terjadi didaerah ini, satu keadaan
yang ditemukan pada sapi dengan defek-defek herediter spesifik atau apabila
testes dipanasi atau jika hewan tersebut menderita demam. Di bawah
mikroskop elektro terlihat bahwa daerah implantasi mengandung sentriol
proksimal (Sukra, 2000).
Para spermatozoa dikembangkan dari sel-sel germinal primitif yang telah
menjadi tertanam ditestis dan tahap-tahap pekembangan ereka angat mirip
dengan pematangan sel telur. Segerminal primer mengalami perpecahan dan
menghasilkan jumla sel disebut spermatogonium dan dari spermatosit primer
tersebut berasal.Seiap spermatosit membelah menjadi dua spermatosit
spermatosit skunder dan masing-masing menjadi dua spermatosit skunder
spermatid atau spertozoa muda. Dari ini, akan terlihat bahwa spermatosit
primer memberi aliran pada empat spermatozoa. Pada proses ini dengan
membandingkan bahwa dari pematangan ovum akan diamati bahwa
spermatosit primermenimbulkan dua sel, spermatosit skunder dan oosit prier
untuk dua sel, oosit sekunder dan kutub pertama badan (Campbell, 2003).
Sel sperma atau sel benih dikembangkan di testis dan hadir dalam jumlah
besar dalam cairan seminal. Masing-masing terdiri dari yang kecil tapi sangat
diubah sel. Spermatozoa manusia memiliki kepala, eher yang mengbungkan
bagian atau badan dan ekor. Kepala spermatozoa berbentuk oval atau elips,
tetapi diratakan, sehingga bila dilihat dalam profil ini adalah berbentuk buah
pir. Dua periga anterior dilindungi oleh lapisan yang dimodifikasi
protoplasma, yang dinamakan kepala-topi. Leher kurang terbatas dalam
spermatozoa manusia dibandingkan pada mereka dari beberap hewan yang
lebih rendah. Ekor yang sasngat panjang dan terdiri dari benang atau aksial
filament, dikelilingi oleh sarungnya, yang mugkin berisi spiral benang atau
mugkin menyajikan penampilan lurik (Nalbandov, 1995).
METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat bedah, killing jar (toples
plastik), papan bedah, mikropipet, cawan petri, jarum pentul, mikroskop,
kaca objek dan gelas penutup, tip dan kamera. Bahan yang digunakan tikus
putih jantan dewasa (Rattus nevegicus L.), tissue, larutan etil, larutan eosin
1%, NaCL fisiologis 0,9%, hanskun, masker.
4.2 Pembahasan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Campbell, J.R., M.D. Kenealy, and K.L. (2003). Animal Science. 4th Ed. New
York : Mc Graw-Hill.
Walker, W.H. and Cheng J. (2005). Review: FSH and Testosteren Signaling in
Sertoli cells. Jurnal Society for Reproduction and Fertility. Vol (130).
Page 14-38.
LEMBAR ASISTENSI