Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM spasi 1

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II


Spasi 2
MODUL I spasi 1
PENGAMATAN SPERMATOGENESIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : RAHAYU DWI S.


STAMBUK : G 401 19 047
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : DINA GIANRA

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN DAN EVOLUSI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

APRIL, 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Spermatozoa merupakan hasil dari proses spermatogenesis yang terjadi di


dalam tubulus seminiferus pada testis. Proses spermatogenesis dipengaruhi
hormon testosteron. Kadar testosteron tinggi atau rendah (dibawah ambang
normal) akan berakibat negative feed back pada hipotalamus dan
mengakibatkan proses spermatogenesis terganggu, jika kadar testosterone
normal akan menggertak testis untuk melakuan proses spermatogenesis
(Walker and Cheng, 2005).

Spermatozoa adalah sel sperma jantan yang berfungsi dalam proses fertilisasi.
Tidak seperti kebanyakan sel yang membentuk organisme multieluler, sel
sperma teridir atas kepala sperma dan satu buah ekor sperma yang sperma
mengandung sedikit sitoplasma dan padat akan kromosom. Seperti sel kelamin
lainnya, sel sperma haploid dan mengandung setengah kromosom khas dari
spesies tersebut (Chu, 2013).

Hal yang melatar belakangi dilakukanya praktikum kali ini yaitu kurangnya
pengetahuan tentang morfologi spermatozoa pada tikus jantan (normal dan
tidak normal).

1.2 Tujuan

Mempelajari morfologi spermatozoa pada tikus jantan (normal dan tidak


normal).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Paragraph 1 jelaskan spermatogenesis

Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat membagi diri. Secara
esensial ia terdiri dari kepala yang membawa meteri herediter paternal dan
ekor yang menagndung sarana penggerak, Ia tidak memegang peranan apapun
dalam fisiologi hewan yang menghasilkan dan hanya melibatkan diri dalam
pembuahan untuk membentuk individu baru sejenis dari mana ia berasal.
Sperma tidak memiliki sitoplasma yang khas bagi kebanyakan sevolume
sperma sapi. Misalnya hanyalah kurang lebih banyak pada saat ejakulasi sapi
yang baik mengandung 10.000 juta spermatozoa yang cukup untuk di
inseminasikan kepda 1000 ekor sapi betina (Prawirohartono, 2000).

Sperma terbentuk melalui serangkain pembelahan meiosis dalam saluran


sperma (spermatic tubule) yang panjang tapi tersusun dalam kumparan yang
ekstensif. Sel interestitial yang tersebar dalam saluran testis terus-menerus
mensekresikan testoteron, androgen utama pada laki-laki. Androgen disentetis
dan disekresikan pada laju yang tinggi setelah pubertas, saat terjadinya
kematangan seksual. Sperma yang dihasilkan pada laju yang tetap dalam
saluran sperma testikel disimpan dalam epididimis suatu struktur tubular yang
sangat terkumpar dan terletak diatas masing-masing testikel. Sperma dibawa
melalu rongga abdominal oleh vas deferenc, sebuah saluran panjang yang
terletak didaerah kelenjar cairan seminal. Sperma diangkat dalam cairan yang
terbentuk sepanjang saluran reproduksi laki-laki (Irfanuddin, 2004)).

Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya, pada sebagian besar spesies
kepala yang mengandung nucleus haploid ditudungi oleh badan khusus yaitu
akrosom (acrosome), yang mengandungenzim yang mmbantu sperma
menembus sel telur. Di belakan kepala sel sperma mengandung sejumlah
besar mitokondria (atau sebuah mitokondria yang besar pada beberapa
spesies) yang menyediakan ATP untuk pergeraan ekor, ang berupa sebuah
flagella. Bentuk sperma mamalia bervariasi dari spesies ke spesies, dengan
kepala berbentuk oma tipis, berbentuk oval (seperti pada serma manusia), atau
berbentuk hamper bulat. Spermatogeneis terjadi pada tubulus semifinerus
testis. Titik menempel awalnya menandai apeks nucleus sperma terkondensasi
(Campbell, 2003).

Sperma yang normal berbentuk seperti kcebong, terdiri dari kepala, tubuh dan
ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi
pergerakan sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel
telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjag. Ini pun menjadi
penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak
dibarengi pergerakan yang normalmmembuat sel sperma tak akan mencapi sel
telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bsa
mencapai sel telur. Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal
dengan kategori a lebih esar artau sama engan 25% atau kategori b lebih besar
atau sama dengan 50% (Nalbandov, 1995).

Ekor sperma yang panjang (40 sampai 50 mikro) dapat dibagi atas 3 bagian,
bagian tengah, baan utama dan baian ujung dan berasal dari sentriol spermatid
selama spermiogenesis. Ia memberi gerak maju kepada spermatozoon
gelombang-gelombang yang dimulai didaerah implantasi ekor-kepala dan
berjalan kearah istal sepanjang ekor bagaikan pukulan cemeti. Ujung anterior
bagian tengah yang berhubung dengan kepala dikenal sebagai daerah
implantasi. Pemisahan kepala dari ekor daprt terjadi didaerah ini, satu keadaan
yang ditemukan pada sapi dengan defek-defek herediter spesifik atau apabila
testes dipanasi atau jika hewan tersebut menderita demam. Di bawah
mikroskop elektro terlihat bahwa daerah implantasi mengandung sentriol
proksimal (Sukra, 2000).
Para spermatozoa dikembangkan dari sel-sel germinal primitif yang telah
menjadi tertanam ditestis dan tahap-tahap pekembangan ereka angat mirip
dengan pematangan sel telur. Segerminal primer mengalami perpecahan dan
menghasilkan jumla sel disebut spermatogonium dan dari spermatosit primer
tersebut berasal.Seiap spermatosit membelah menjadi dua spermatosit
spermatosit skunder dan masing-masing menjadi dua spermatosit skunder
spermatid atau spertozoa muda. Dari ini, akan terlihat bahwa spermatosit
primer memberi aliran pada empat spermatozoa. Pada proses ini dengan
membandingkan bahwa dari pematangan ovum akan diamati bahwa
spermatosit primermenimbulkan dua sel, spermatosit skunder dan oosit prier
untuk dua sel, oosit sekunder dan kutub pertama badan (Campbell, 2003).

Sel sperma atau sel benih dikembangkan di testis dan hadir dalam jumlah
besar dalam cairan seminal. Masing-masing terdiri dari yang kecil tapi sangat
diubah sel. Spermatozoa manusia memiliki kepala, eher yang mengbungkan
bagian atau badan dan ekor. Kepala spermatozoa berbentuk oval atau elips,
tetapi diratakan, sehingga bila dilihat dalam profil ini adalah berbentuk buah
pir. Dua periga anterior dilindungi oleh lapisan yang dimodifikasi
protoplasma, yang dinamakan kepala-topi. Leher kurang terbatas dalam
spermatozoa manusia dibandingkan pada mereka dari beberap hewan yang
lebih rendah. Ekor yang sasngat panjang dan terdiri dari benang atau aksial
filament, dikelilingi oleh sarungnya, yang mugkin berisi spiral benang atau
mugkin menyajikan penampilan lurik (Nalbandov, 1995).

Permukaan sperma dibungkus oleh suatu membrane lipoprotein. Apabila sel


tersebut mati, permeabilitas membrannya meningg terutama didaerah pangkal
kepala dan hal ini merupakan dasar pewarnaan semen yang membedakan
sperma hidup dari yang mati. Zat warna yang umum dipakai adalah eosin atau
merah kongo terhadap latar belakang hitam dari negrosin. Selama senses atau
aging beberapa unsur merembes keluar kepala-kepala sperma mempunyai
tendensi untuk melekat jadi sau atau melekat pada permukaan gelas
(Irfamuddin, 2004).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Watu dan tempat

Waktu yang digunakan untuk melakukan praktikum ini dilaksanakan pada


hari Rabu, 14 April 2021 pukull 13.00 WITA sampai selesai, bertempat di
Laboratorium Biologi Sel dan Molekul Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat bedah, killing jar (toples
plastik), papan bedah, mikropipet, cawan petri, jarum pentul, mikroskop,
kaca objek dan gelas penutup, tip dan kamera. Bahan yang digunakan tikus
putih jantan dewasa (Rattus nevegicus L.), tissue, larutan etil, larutan eosin
1%, NaCL fisiologis 0,9%, hanskun, masker.

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Pembedahan dan pembuatan suspense spermatozoa tikus

Dibius tikus dengan mengguakan larutan etil hingga tidak bergerak,


diletakkan tikus ke papan bedah dengan posisi terlentang, dibedah
tikus dengan cara mengangkat dan menggunting kulit pada bagian
abdomen dari anus hingga ke leher, dipotong bagian epididimis dan
meletakan pada cawan petri yang berisi lartan NaCL 0,9 %, kemudian
epidimis dipotong menjadi beberapa bagian kecil untuk memperoleh
sperma tikus, diambil sperma suspense sperma tikus menggunakn
mikropipet dengan skala 10 ml.
3..3.2 Pengamatan morfologi spermatozoa

Diambil satu tetes spermatozoa mencit disatu ujung gelas objek 1,


kemudian diberi 1 tetes eosin 1%, diambil gelas objek 2 kemudian
diletakkan diujung yang lain dari gelas objek 1 dengan membentuk
sudut 450 kemudian gerakkan sampai menyentuh tetesan sperma.
Sperma yang telah mengalir rata di tepi dari geas objek 2, digerakkan
kembali kearah semula sehingga terbentuk lapisan tipis hapusan
sperma di gelas objek 1, dikeringkan hapusan sperma yang terbentuk
pada suhu kamar kurang lebih 5 menit, dilakukan pengamatan
morfologi sperma dibawah mikroskop cahaya dimulai dari perbesaran
40x sampai dengan perbesar 400x, difoto hasil pengamatan dan
gambarkan kembali morfologi sperma pada table hasil pengamatan,
kemudia pengamatan morfologi spermatozoa dibedakan atas kriteria
spermatozoa normal dan abnormal.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Hasil pengamtan pada prakatikum kali ini yaitu sebagai berikut:

NO. Pustaka Hasil pengamatan Ket. Gambar


1. Sperma Normal a. Kepala
b. Leher
a c. Ekor

2. Sperma Abnormal Gambar kepala


 Leher bentuk sudut sperma yang
berbentuk sudut.
3.  Kepala ganda, bagian Gambar ekor
tengah, berstu ekor yang terputus.
terputus.

4.2 Pembahasan

Spermatozoa merupakan hasil dari proses spermatogenesis yang terjadi di


dalam tubulus seminiferus pada testis. Proses spermatogenesis dipengaruhi
hormon testosteron. Kadar testosteron tinggi atau rendah (dibawah ambang
normal) akan berakibat negative feed back pada hipotalamus dan
mengakibatkan proses spermatogenesis terganggu, jika kadar testosterone
normal akan menggertak testis untuk melakuan proses spermatogenesis
(Walker and Cheng, 2005).

Dari hasil pengamatan spermatozoa pada tikus putih ( Rattus norvgicus )


didapatkan sperma yang normal dan juga sperma yang tidak normal.
Spermatozoa dikatan normal apabila bagian kepala melengkung seperti kait,
leher lurus dan ekor tunggal berujung bebas. Spermatozoa dikatakan tidak
normal apabila kepala ganda, kepala tidak beraturan, ekor melengkung
kebelakang kepala, leher berbentuk sudut, ekor ganda atau patah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Spermatozoa merupakan hasil dari proses spermatogenesis yang terjadi di


dalam tubulus seminiferus pada testis. Pengamatan morfologi spermatozoa
dibedakan atas kriteria sperma normal dan abnormal, spermatozoa dikatan
normal apabila bagian kepala melengkung seperti kait, leher lurus dan ekor
tunggal berujung bebas. Spermatozoa dikatakan tidak normal apabila kepala
ganda, kepala tidak beraturan, ekor melengkung kebelakang kepala, leher
berbentuk sudut, ekor ganda atau patah.

5.2 Saran

Saran pada praktikum ini sebaiknya praktikan lebih memahami tentang


pengamatann morfologi spermatogenesis agar praktikum berjalan dengan
baik nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, J.R., M.D. Kenealy, and K.L. (2003). Animal Science. 4th Ed. New
York : Mc Graw-Hill.

Chu, D.S. (2013). Spermatogenesis. Jakarta: Rajawali Pers.

Irfanuddin. (2004). Fisiologi Sistem Reproduksi. Indralaya: Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya.

Nalbandov. (1995). Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Prawirohartono. (2000). Biologi Science. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukra, Yuhara. (2000). Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio. Jakarta: Direktur


Pedidikan Tinggi DEPDIKNAS.

Walker, W.H. and Cheng J. (2005). Review: FSH and Testosteren Signaling in
Sertoli cells. Jurnal Society for Reproduction and Fertility. Vol (130).
Page 14-38.
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : RAHAYU DWI S.


STAMBUK : G 401 19 047
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : DINA GIANRA

No Hari/ Tanggal Koreksi Paraf


1.

Anda mungkin juga menyukai