PENDAHULUAN
1
2
sehingga ada ikan yang tidak mendapatkan makan secara optimal yang
menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat (Diansari dan Vanya. 2013).
Dalam padat tebar yang intensif dapat mengalami penurunan kualitas air.
Penurunan kualitas air akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun sehingga
pertumbuhan ikan menjadi lambat. Pertumbuhan pada ikan berhubungan erat
dengan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan yang diberikan melalui
proses pencernaan, penyerapan, dan metabolisme. Nutrien yang diserap dari
pakan merupakan bahan dasar penyusunan jaringan tubuh untuk mendukung
pertumbuhan.
Pertumbuhan ikan yang baik akan mempengaruhi keberhasilan budidaya.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan penambahan bahan pada pakan. Untuk meningkatkan efisiensi
pakan termasuk mengoptimalkan pencernaan dan peningkatan nilai efisiensi
protein dengan adanya penambahan enzim pada pencernaan. Enzim dalam
pencernaan yaitu enzim eksogen untuk membantu mempercepat proses
pencernaan dan hidrolisi. Salah satu enzim eksogen adalah enzim papain (Winda,
2013).
Didalam daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain,
pseudo-karpaina, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, dan
levulosa. Enzim papain adalah enzim proteolitik yang terdapat pada tanaman
pepaya (Carica papaya L.), enzim ini mampu memecah protein pada makanan
menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti asam amino dengan reaksi
hidrolisis pada ikatan peptida sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh (Anggraini dan Yunianta, 2015). Sedangkan alkaloid karpain berfungsi
sebagai antibakteri (Ardina, 2007).
1.2. Tujuan
Tujuan Proyek Mandiri ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan (laju
pertumbuhan harian panjang, bobot) SR dan FCR dari pendederan ikan nila padat
tebar 300 ekor/ M 2dengan penambahan ekstrak daun pepaya pada pakan.
3
I Ikan Nila
n
p Pakan PF-800 ekstrak daun pepaya
u
t
Pengisian Air
Persiapan Wadah
Aklimatisasi Ikan nila
Ammonia
Sampling Panjang
Bobot
O
u
t
p
u
Pertumbuhan, FCR, dan SR meningkat.
t
1.4. Kontribusi
Ikan nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila
tersebar di negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan sub tropis.
Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup dengan
baik ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal
seperti ikan kakap merah (Suyanto,2014).
Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar pada 1969 setelah melalui masa penelitian dan adaptasi,
barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani diseluruh Indonesia. Nila adalah
nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jendral
Perikanan (Effendi,2010).
Cooperation Agency) sebelum lembaga donor pemerintah Jepang maka ikan nila
hasil penelitian ini dimanakan JICA. Ikan nila hasil pengembangan BBAT Jambi
sangat disukai oleh pembudidaya karena pertumbuhannya cepat dan disukai
masyarakat. Ikan nila tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa
berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.
Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat didasar
dan tepi perairan (Sucipto, 2015).
Ikan nila merah
Menurut Sucipto, dan Prihartono (2007), ikan nila merah yang saat ini
banyak dikembangkan di Indonesia merupakan ikan nila tetrahibri yang
merupakan hasil persilangan empet spesies yang berbeda dari Oreochromis, yaitu
Oreochromis mossambicus (Mujair), Oreochromis niloticus (ikan nila),
Oreochromis hornorum,dan Oreochromis aureus. Ikan ini banyak dikembangkan
dan dibudidayakan oleh petani pembesar di Indonesia karena memiliki bentuk
yang hampir menyerupai ikan kakap merah, dan rasanya dagingnya pun tidak jauh
berbeda dengan ikan kakap merah. Ikan ini juga sering dijadikan ikan hias karena
memiliki warna yang menarik.
Ikan Nila Hitam
Menurut Bastiawan dan Wahid (2008), secara genetik ikan nila GIFT
(Genetic Improvement for Farmed Tilapia) telah terbukti memiliki keunggulan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan
nila lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam
budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah. Berdasarkan ciri-
cirinya ikan ini memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping, bersisik besar dan
kasar, gurat sisi terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut yang letaknya
lebih bawah dari garis yang memanjang diatas sirip dada, memiliki sirip yang
berwarna hitam dengan rumus sirip punggung (D XV, 10), sirip ekor (D II, 15),
sirip perut (V 1,6) dan warna tubuh kehitaman dengan bagian perut berwarna
putih (Mubinun dkk, 2004).
Ikan Nila tergolong ikan yang sangat toleran terhadap fluktuasi suhu air
antara 14-380C, namun suhu optimal yang baik untuk ikan nila berkisar antara 25-
300C. Ikan nila mampu beradaptasi terhadap perubahan kandungan oksigen
9
terlarut dalam air. Ikan nila juga sangat sensitif terhadap perlakuan fisik seperti
seleksi, penampungan, penimbangan, dan pengangkutan. Meskipun demikian
untuk ikan nila butuh lingkungan yang mendukung pertumbuhannya (Boyd,
1982). Berdasarkan SNI : 6141-2009, Kualitas air media dikolam yang
dibutuhkan suhu 250C-300C, nilai pH 6,5-8,5, kebutuhan oksigen terlarut
minimum 5mg/l, ketinggian air 60-80, kecerahan secchi disk 30-40 cm, warna air
hijau muda, kecoklatan (BSN, 2009).
2.5 Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan sebelum pembesaran.
Pendederan dapat dilakukan dikolam khusus untuk pendederan atau dalam
hapa/waring. Pendederan dilakukan dalam dua tahap yaitu pendederan I yaitu
pemeliharaan benih yang berasal dari hasil kegiatan pembenihan berukuran 1-3
cm dan dipelihara selam 2-3 minggu sehingga dapat mencapai ukuran 3-5 cm
10
atau lebih menyebar sekita 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman. Daun
pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan
warna permukaan bagian bawah hijau-muda (Suprapti, 2005), berikut dapat
dilihat bentuk morfologi daun pepaya pada Gambar 2.
(Utama et al. 2014). Komposisi gula dalam buah pepaya matang yaitu 48,3
sukrosa, 29,8% glukosa, dan 1,9 % fruktosa (Inglet dan Charalambous, 1979).
Hasil analisi proksimat daun pepaya disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisi Proksimat Daun Pepaya
Komposisi Gizi Daun pepaya
Bahan kering (%) 87,37
Protein (%) 16,77
Lemak(%) 8,55
Serat Kasar(%) 16,28
Abu(%) 12,40
Ca(%) 4,57
P (%) 0,38
BETN (%) 33,37
Gross energi (Kkal/kg 4102
peras daun pepaya dengan menggunakan saringan, perasan tersebut merupakan air
perasan murni daun pepaya yang nantinya akan digunakan sebagai ekstrak. Dosis
ekstrak daun pepaya yang digunakan 300 ml/ kg pakan (Mapparimeng, 2016).
Kemudian ekstrak daun pepaya dimasukan kedalam sprayer dan disemprotkan
langsung pada pakan PF-800. Sebelum diberikan pada ikan pakan di angin-
anginkan terlebih dahulu, penyimpanan pakan diletakkan pada suhu ruang.
3.3.6 Sampling
Sampling dilakukan satu minggu sekali dengan cara mengambil sampel
ikan secara acak sebanyak 10 % dari jumlah total ikan yang dipelihara.
Pengukuran panjang tubuh ikan diukur dari kepala hingga ujung ekor dengan
menggunakan penggaris dan pengukuran bobot yaitu dengan menimbang seluruh
ikan sampling dibagi dengan jumlah ikan sampling, ikan yang mati setiap harinya
17
dapat digunakan sebagai acuan untuk menduga jumlah populasi yang masih di
media pemeliharaan.
3.3.7. Penyiponan
Penyiponan dilakukan untuk membuang kotoran dan sisa pakan pada
dasar perairan. Penyiponan kolam pendederan dilakukan satu minggu sekali
dengan menggunakan cara sederhana menggunakan selang air, selanjutnya
gerakkan ujung selang penghisap dengan hati-hati hingga semua kotoran tersedot
keluar dan tidak tersisa. Selanjutnya dilakukan penambahan air hingga mencapai
ketinggian semula.
3.3.8. Pemanenan
Pada pendederan ini dilakukan setelah pemeliharaan selama 35 hari.
Proses pemanenan dilakukan pada sore hari dengan cara mengurangi air kolam
secara bertahap dan kemudian benih dipindahkan ke dalam ember yang sudah
disiapakan dengan pengambilan ikan menggunakan skopnet. Untuk mengetahui
pertumbuhan panjang dan bobot benih maka dilakukan pengukuran panjang dan
bobot pada akhir pemeliharaan. Setelah itu, hitung jumlah benih ikan yang masih
hidup untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup (Survival rate) selama
pemeliharaan.
Keterangan :
W : Pertumbuhan Bobot (gram)
18
Wo
−1 ×100 %
Keterangan :
LPH : Laju pertumbuhan harian (% hari)
Wt : Rata-rata Bobot individu Pada Akhir Pemeliharaan (gram)
Wo : Rata-rata Bobot individu Pada Awal Pemeliharaan (gram)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
Keterangan:
L : Pertumbuhan Panjang (cm)
Lt : Panjang Ikan Akhir (cm)
Lo : Panjang Ikan Awal (cm)
Keterangan :
LPH : Laju Pertumbuhan Panjang Harian (% )
Lt : Rata-rata Panjang individu Pada Akhir Pemeliharaan (cm)
Lo : Rata-rata Panjang individu Pada Awal pemeliharaan (cm)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
Keterangan:
SR: Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah pada akhir pemeliharaan (ekor)
No: Jumlah pada awal pemeliharaan (ekor)
Keterangan:
20
cara mengambil sampel air pada kolam dan diukur secara eksitu ke laboratorium
perikanan.
100
97
Tingkat Kelangsungan Hidup(%)
100 96
100 91
97 88
90 95 84
91
80
70 74
71
60
50
0 1 2 3 4 5 6
Minggu ke
Kolam
A
4.32
4.5
4
3.16 4.09
3.5
Bobot (gram)
3
2.5 2.28
1.84 2.6
2
1.25 1.41 2.17
1.5 1.72
1 1.23 1.39
0.5
0 1 2 3 4 5 6
Kolam
Minggu ke A
Kolam B
Gamb
ar 5. Pertumbuhan Bobot Rata-rata Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
7 5.99
6 5.43
4.99
5 4.53
3.95 5.68
Panjang (cm)
3.69 4.98
4 4.83
4.03 4.36
3 3.66
2 Kolam A
1 Kolam B
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke
Heltonika (2010), ikan akan tumbuh apabila nutrisi pakan yang dicerna dan
diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah nutrisi pakan yag diperlukan untuk
memelihara tubuhnya (maintance).
7.5
Laju Pertumbuhan Harian(%)
6.5 7.36
5.5 4.67
4.5 3.79 4.02
3.5
1.92 3.54
2.5 3.02
2.33 2.56
1.5
1.49
0.5
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Minggu Ke Kolam A
Kolam B
sintesa asam amino untuk menjadi protein tubuh lebih besar, sehingga
pertumbuhan bobot akan lebih besar (Khodijah, dkk. 2015). Semakin cepat proses
pemecahan protein, maka semakin cepat penyerapan asam amino dalam tubuh
ikan (Sari & Andriani, 2018). Daun pepaya dapat meningkatkan efisiensi
pemanfaaran protein, pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan (Christianah dan
Badirat, 2013).
Laju pertumbuhan harian pada minggu ke 3 hingga minggu 4 sebesar
2,33% hingga 1,65% pada kolam A lebih rendah dibandingkan pada kolam B
sebesar 4,02% hingga 4,67 %. Hal ini diduga karena Perubahan cuaca yang sering
berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang hari panas dan sore hari hujan yang
menyebabkan suhu turun menjadi 250C- 260C, sedangkan pada hari-hari biasanya
dengan cuaca yang baik (tidak hujan), suhu pada media 27 0C- 300C yang dapat
menyebabkan nafsu makan berkurang, dan proses metabolisme berjalan dengan
lambat. Perubahan lingkungan tersebut mengakibatkan turunnya nafsu makan
serta aktivitas metabolisme pada ikan berjalan lambat (Kordi,2010). Pertumbuhan
juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan dalam diantaranya
keturunan, umur, jumlah populasi dan faktor luar lingkungan perairan, pakan
(Effendie, 1997). Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak
menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau
menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya (Tunas, 2005).
3
2.61
Laju Pertumbuhan Harian (%) 2.5
1.9
2 1.64
1.5 1.24 1.18
1.39 0.9
1
1.07
0.42
0.5 0.63
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Minggu ke Kolam
A
mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang
akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologi ikan, penurunan
pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami
penurunan.
Laju pertumbuhan harian benih ikan nila diminggu ke 3 pada kolam B
sebesar 1,9% lebih tinggi dari kolam A sebesar 0,9 %. Hal ini diduga karena
perubahan suhu perairan yang sering berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang
hari panas dan sore hari hujan menyebabkan yang membuat kondisi perairan tidak
nyaman sehingga menyebabkan nafsu makan ikan rendah dan dipengaruhi oleh
jumlah populasi pada kolam yang berbeda. Ikan merupakan hewan ektotermik
yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung
atau menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya (Tunas, 2005).
Ikan pada kolam B yang responnya lebih agresif pada pemberian pakan,
namun mudah kenyang dibandingkan pada penambahan ekstrak daun pepaya
responnya lambat dan terus menerus memakannya namun tidak dicerna dengan
baik. Menurut Mudjiman (2001), dari sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan
lebih kurang 10% saja yang digunakan untuk pertumbuhan, sedangkan selebihnya
untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna. Pengaruh suhu terhadap ikan
dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan, dan pengambilan makanan,
aktivitas tubuh seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf (Laevastu
dan Hela, 1970).
5.1 Kesimpulan
Kegiatan proyek mandiri yang telah dilakukan selama 35 hari
menunjukkan pendederan ikan nila dengan padat tebar 300 ekor/m 2 dikolam terpal
dapat disimpulkan bahwa pakan dengan penambahan ekstrak daun pepaya
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup 84 %,
pertumbuhan panjang 2,3 cm, pertumbuhan bobot 3,09 gram, laju pertumbuhan
harian panjang 1,36 %, bobot 3,57% dan FCR 0,77 .
5.2 Saran
Proyek mandiri yang telah dilakukan berjudul pendederan ikan nila
dengan padat tebar 300 ekor/m2 menggunakan penambahan ekstrak daun pepaya
pada pakan. Mengurangi jumlah padat tebar agara penggunanaan ekstrak daun
pepaya lebih berpengaruh, supaya hasil yang diperoleh lebih baik lagi dalam
menjamin pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aliyas. Ndobe, S dan Ya’la, R,Z. 2016. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup
Ikan Nila (Oreochromis niloticus sp) Yang Dipelihara Pada Media
Bersalinitas. Universitas Tadulako. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako,
Volume 5 Nomor 1, Januari 2016, hlm 19-27.
Amalia, A. Subandyono dan Arini, E. 2013. Penggunaan Papain Terhadap
Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Universitas Diponogoro, Semarang. Journal of Aquaculture
Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman
136-143.
Amri, Khairul dan Khairuman.2013. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.Penebar
Swadaya: Cianjur
Anggraini, A.& Yunianta, (2015). Pengaruh Suhu dan Lama Hidrolisis Enzim
Papain Terhadap Sifat Kimia, Fisik dan Organoleptik Sari Edamame. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 3(3),1015-1025.
Ardina Y.2007. Development of antiacne gel formulation and minimum inhibitory
concentration determination from Carica Papaya leaves extract (Carica
papaya Alinn.). Bogor. IPB
35
Arief H.P.1975. Papain. Bulletin Biokimia (1) Tahun 1 Mei 1975. Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Bogor.
Arief, M., D. K. Pertiwi dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan
Buatan, Pakan Alami, dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan, Rasio
Konservasi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguillabicolor).
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3 (1) : 61-65.
Bastiawan, D., Wahid, A (2008), Teknik Pembenihan Nila Gift Secara masal dan
Pembesaran di Tambak. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Artikel-
dkp.go.id.
Boyd.1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Auburn
University. Elseveir Science Publishing Company, Albama, Inc.New York.
BSN.2009.SNI:6141-2009 Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochormis
niloticus bleeker) kelas benih besar.
Chriatianah.O., S. Badirat.2013. The Effect Of Pawpaw (Carica Papaya) Leave
Meal On The Growth Performance And Blood Profile Of African Cat Fish.
Transnational Journal of Science and Technology July 2013 edition vol.3,
No.7
Daelami, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Cianjur.
Diansari, Vanya R, Dkk. 2013. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap
Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada
Sistem Sirkulasi Dengan Filter Zeolit. Journal Of Aquaculture Management
and Teknology. Volume 2 nomor 3, hal 37-48. Semarang. http;//ejournal-
l.undip.ac.id/indek.php/jfplk.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. (2017). Kelompok kerja peningkatan
produksi perikanan. Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan. Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya.(62 pp).Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Effendi,I. 2010. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya: Jakarta.
Elyana, P. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Hasil Fermentasi
Aspergillus oryzae Dalam Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus linn). [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
74 hlm.
36
Fujimura K, and Okada N.2010. Development of embryo, larva and early juvenile
of Nile tilapia (Oreochormis niloticus) (pisces: chiclidae) developmental
staging System. Develop Growt Differ. 49:3001-324
(http://repsitory.ipb.ac.id/handle/123456789/46657)
Hermawan,S. Nikhlani, A. Isriansyah.2016. Kombinasi Pakan Alami Cacing
Tubifex sp dan Pakan Buatan Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Gabus (Chana striata) Dalam Upaya Domestikasi Ikan Spesifik Lokal.
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Kelautan dan Ilmu Perinan. Universitas
Mulawarman.
Hutabarat, J. Rachmawati, D dan Samidjan, I. 2016. Pengaruh Enzim Protease
Papain Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Net Protein
Utilization Benih Lele Sangkuriang Yang Dibudidaya Di Desa Wonosari.
Universitas Diponegoro. Semarang. PENA Akuatika, Volume 14 No. 1-
September 2016.
Hutabarat, G. M., and Rachmawati, D., dan Pinandoyo. 2015. Performa
Pertumbuhan Benih Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Melalui
Penambahan Enzim Papain Pada Pakan Buatan. Journal of Aquaculture
Management and Technology 4(1):10-18.
Junelda, F. K., Irwanmay, Leidonald, R. 2013. Pengaruh Padat Penebaran
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila Gesit
(Oreochromis Niloticus). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Khodijah, D. Rachmawati, D dan Pinandoyo.2015. Perfoma Pertumbuhan Benih
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Melalui Penambahan Enzim
Papain Dalam Pakan Buatan. Universitas Diponogoro, Semarang. Journal of
Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015,
Halaman 35-43.
Laevastu, T. I. Hela. 1970. Fisheries Oceanography and ecology. Fishing News.
Books Ltd. London.
Mahardhika, P.,R. Gustiano, D.T. Soelistyowati, M.F. Ath-thar. 2011. Keragaan
Hibridain Traspesifik Dari Empat Strain Ikan Nila (Oreochomis niloticus)
37
Sari, R.D. 2010. Respon Beberapa Strain Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Terhadap Jenis Pakan Yang Sama. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Halaman 21.
Sawyer, C. N. And McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental
Engineering. Third edition. McGrawHill Book Company, Tokyo.
Septian, R. Samidjan dan Rachmawati. 2013. Pengaruh Pemberian Kombinasi
Pakan Ikan Rucah Dan Buatan Yang Diperkaya Vitamin E Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulusan Kepiting Soka (Scylla paramamosain).
Universitas Diponegoro, Semarang. Journal of Aquaculture Management and
Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24.
SNI 6141:2009. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) Kelas
Benih Sebar
Sucipto dan Prihartono (2007), Pembesaran Nila Hitam Bangkok di Keramba
Jaring Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sucipto,A dan Prihartono, R Eko.2015.Pembesaran Ikan Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Suyanto, R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran NILA. PT Niaga Swadaya.Jakarta
Suyanto R.2014. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Bogor.Trewavas
E.1983.Tilapiine fishes of the genera Sarotherodon, Oreochormis and
Danakilia.British Mus Nat.Hist.583
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46657).
Tobing, L, Y dan Usman, S.2018. Pengaruh Pembertian Pakan Fermentasi
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsung Hidup Ikan Lele (Clarias sp).
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tubagus, Y. 2014. Strategi Pengembangan Pembenihan Ikan Nila (Oreochormis
nilaticus) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen
Perikanan dan Kelautan. 1(1):12-20.
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit
Universitas Gadjah Mada.
39
3,69
– 1 ×100 %
= ( 1,0921)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
7
3,66
– 1 ×100 %
= (1,0792 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0124 – 1 ×100 % = 1,0107 – 1 ×100 %
= 1,24 % = 1,07 %
43
2 4,53 4,36
LPH = α =
√
7
4,03
– 1 ×100 %
= ( 1,1240)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
7
3,95
– 1 ×100 %
= (1,1037 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0164 – 1 ×100 % = 1,0139– 1 ×100 %
= 1,64 % = 1,39 %
3 7 4,83 7 4,99
LPH = α =
√4,53
– 1 ×100 %
= ( 1,0662)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
4,36
– 1 ×100 %
= (1,1444 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0090 – 1 ×100 % = 1,0190 – 1 ×100 %
= 0,9 % = 1,9 %
4 7 4,98 7 5,43
LPH = α =
√4,83
– 1 ×100 %
= ( 1,0310)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
4,99
– 1 ×100 %
= (1,0881 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0042 – 1 ×100 % = 1,0118 – 1 ×100 %
= 0,42 % = 1,18 %
5 7 5,99 7 5,68
LPH = α =
√4,98
– 1 ×100 %
= ( 1,2028)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
5,43
– 1 ×100 %
= (1,0460 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0261 – 1 ×100 % = 1,0063– 1 ×100 %
= 2,61 % = 0,63 %
44
5,99
α =35
√ 3,69
−1× 100 %
= (1,6233)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0136 – 1 ×100 %= 1,36 %
Perhitungan Laju Pertumbuhan Panjang Harian Total Kolam B
¿
LPH = α =
√ t
Lo
– 1 ×100 %
5,68
α =35
√ 3,66
−1 ×100 %
= (1,5519)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0123 – 1 ×100 %
= 1,23 %
45
Wo
– 1 ×100 %
1,23
– 1 ×100 %
= ( 1,1463)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
7
1,25
– 1 ×100 %
= (1,112)0,14 – 1 ×100 %
= 1,0192 – 1 ×100 % = 1,0149 – 1 ×100 %
= 1,92 % = 1,49 %
2 7 1,84 7 1,72
LPH = α =
√
1,41
– 1 ×100 %
= ( 1,3049)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
1,39
– 1 ×100 %
= (1,2374 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0379 – 1 ×100 % = 1,0302 – 1 ×100 %
= 3,79 % = 3,02 %
3 7 2,17 7 2,28
LPH = α =
√
1,84
– 1 ×100 %
= ( 1,1793)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
1,72
– 1 ×100 %
= (1,3255 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0233 – 1 ×100 % = 1,0402 – 1 ×100 %
= 2,33% = 4,02 %
4 7 2,60 7 3,16
LPH = α =
√
2,17
– 1 ×100 %
= ( 1,1981)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
2,28
– 1 ×100 %
= (1,3859 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0256 – 1 ×100 % = 1,0467 – 1 ×100 %
= 2,56% = 4,67 %
5 7 4,32 7 4,09
LPH = α =
√
2,60
– 1 ×100 %
= ( 1,6615)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =
√
3,16
– 1 ×100 %
= (1,2821 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0736 – 1 ×100 % = 1,0354– 1 ×100 %
= 7,36% = 3,54%
46
Wo
– 1 ×100 %
4,32
α =35
√ 1,23
−1 ×100 %
= (3,5121)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0357 – 1 ×100 %
= 3,57%
Perhitungan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Total Kolam B
Wt
LPH = α =
√ t
Wo
– 1 ×100 %
4,09
α =35
√ 1,25
−1 ×100 %
= (3,272)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0337 – 1 ×100 %
= 3,37 %
47
1250 gr
=¿ 0,77
1.610,06 gr
1360 gr
=¿1,06
1.275,99 gr
56
a air mati
Pagi Sian Sore
g
0
28 A 27 C 280C 270C Hijau 2
muda
Oktober B 2
270C 280C 270C Hijau
2020 (1) (1) (1) muda
29 A 260C 290C 280C Hijau 2
tua
Oktober B 3
260C 290C 280C Hijau
2020 (1) (1) (1) tua
m mati
Pagi Siang Sore
15 A 270C 300C 270C Hijau 2
November muda
1
2020 B 270C 300C 270C Hijau
(1) (1) (1) muda
16 A 270C 300C 280C Hijau 6 4
November muda
4
2020 B 270C 300C 280C Hijau 6
(1) (1) (1) muda
17 A 260C 270C 270C Hijau 3
November muda
4
2020 B 260C 270C 270C Hijau
(1) (4) (1) muda
18 A 260C 270C 280C Hijau tua 2
November
2
2020 B 260C 270C 280C Hijau tua
(4) (1) (1)
19 A 260C 280C 290C Hijau tua 7 2
November
2
2020 B 260C 280C 290C Hijau tua 7
(1) (1) (1)
20 A 260C 270C 280C Hijau tua 5 mg/l 2
November
5 mg/l 2
2020 B 260C 270C 280C Hijau tua
(1) (4) (1)
21 A 260C 300C 270C Hijau tua 3
November
3
2020 B 260C 300C 270C Hijau tua
(2) (1) (2)
22 A 270C 290C 270C Hijau tua 5
November
1
2020 B 270C 290C 270C Hijau tua
(2) (4) (2)
23 A 260C 270C 270C Hijau tua 6 _
November
6 _
2020 B 260C 270C 270C Hijau tua
(3) (2) (2)
24 A 270C 280C 270C Hijau tua _
November B 270C 280C 270C Hijau tua _
(1) (1) (1)
Keterangan cuaca: 1.Cerah 2.Cerah berawan 3. Mendung 4. Hujan
Sumber : https://images.app.goo.gl/uALNkN8tH3jeL55r6
Kolam A Kolam B
Diketahui: Diketahui:
Suhu :280C Suhu :280C
pH :7 pH :7
TAN : 5 mg/l TAN : 5 mg/l
0,0069 0,0069
Tabel fraksi : =0,000069 Tabel fraksi : =0,000069
100 100
Ditanya NH3 Ditanya NH3
NH3 = 5 ×0,000069 NH3 = 5 ×0,000069
= 0,000345 mg/l = 0,000345 mg/l