Anda di halaman 1dari 63

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang
paling banyak dibudidayakan. Ikan jenis ini dapat dibudidayakan di berbagai
habitat (di air tawar, payau, dan laut) karena ikan nila toleran terhadap salinitas
yang luas (euryhaline). Ikan nila dapat dibudidayakan dikolam terpal, salah satu
inovasi pengembangan kolam tadah hujan, serta pemanfaatan lahan yang sempit.
Menurut Diansari, dkk (2013) ikan nila merupakan salah satu ikan yang
memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis
ikan air tawar dunia, relatif mudah dibudidayakan, rasa yang disukai banyak
orang, harga yang relatif terjangkau, dan toleransi terhadap lingkungan yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan memiliki sifat- sifat yang menguntungkan, yaitu
mudah berkembangbiak, tumbuh cepat, dagingnya tebal dan toleran terhadap
lingkungan yang kurang baik, dapat hidup dan berkembangbiak di air payau serta
respon yang luas terhadap makanan.
Data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia menyatakan
bahwa pada tahun 2015 produksi ikan nila di Indonesia mencapai 592.365 ton
dengan rata-rata produksi sebanyak 197.445 ton serta persentase pertumbuhan
sebesar 22,75%. Proyeksi peningkatan produksi budidaya ikan nila berkaitan
dengan kebutuhan komsumsi berkisar 520 – 8.148 ton dan industri mencapai
19.998 ton – 313.295 ton dalam periode 2017-2019 yang akan datang.
Sehubungan dengan proyeksi peningkatan produksi budidaya ikan nila, maka
kebutuhan benih yang diperlukan akan meningkat dengan kisaran jumlah sebesar
1.084 – 2.696 juta ekor pada kurun waktu 2017-2019 (DJPB,2017)
Untuk mencapai produksi ikan sesuai target diperlukan pemeliharaan
yang intensif. Jumlah padat penebaran ikan merupakan salah satu penentu
keberhasilan dalam budidaya, karena padat tebar berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup serta sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat.
Semakin tinggi padat penebaran dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan
disebabkan adanya daya saing akan memperebutkan makanan, ruang gerak

1
2

sehingga ada ikan yang tidak mendapatkan makan secara optimal yang
menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat (Diansari dan Vanya. 2013).
Dalam padat tebar yang intensif dapat mengalami penurunan kualitas air.
Penurunan kualitas air akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun sehingga
pertumbuhan ikan menjadi lambat. Pertumbuhan pada ikan berhubungan erat
dengan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan yang diberikan melalui
proses pencernaan, penyerapan, dan metabolisme. Nutrien yang diserap dari
pakan merupakan bahan dasar penyusunan jaringan tubuh untuk mendukung
pertumbuhan.
Pertumbuhan ikan yang baik akan mempengaruhi keberhasilan budidaya.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan penambahan bahan pada pakan. Untuk meningkatkan efisiensi
pakan termasuk mengoptimalkan pencernaan dan peningkatan nilai efisiensi
protein dengan adanya penambahan enzim pada pencernaan. Enzim dalam
pencernaan yaitu enzim eksogen untuk membantu mempercepat proses
pencernaan dan hidrolisi. Salah satu enzim eksogen adalah enzim papain (Winda,
2013).
Didalam daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain,
pseudo-karpaina, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, dan
levulosa. Enzim papain adalah enzim proteolitik yang terdapat pada tanaman
pepaya (Carica papaya L.), enzim ini mampu memecah protein pada makanan
menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti asam amino dengan reaksi
hidrolisis pada ikatan peptida sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh (Anggraini dan Yunianta, 2015). Sedangkan alkaloid karpain berfungsi
sebagai antibakteri (Ardina, 2007).

1.2. Tujuan
Tujuan Proyek Mandiri ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan (laju
pertumbuhan harian panjang, bobot) SR dan FCR dari pendederan ikan nila padat
tebar 300 ekor/ M 2dengan penambahan ekstrak daun pepaya pada pakan.
3

1.3. Kerangka Pemikiran


Ikan nila merupakan ikan budidaya yang menjadi salah satu komoditas
ekspor, termasuk ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta
memiliki kandungan gizi yang tinggi. Peningkatan permintaan ikan nila
mendorong untuk dilakukan budidaya secara intensif. Semakin tinggi kepadatan
ikan dalam kolam budidaya maka akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Ikan nila memerlukan nutrisi yang berasal dari pakan buatan. Pakan yang
dikonsumsi ikan hendaknya memilki nutrisi yang mudah dicerna dan diserap
dengan baik oleh ikan, sehingga pakan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Penambahan ekstrak daun pepaya pada pakan buatan dilakukan untuk dapat
memanfaatkan protein secara maksimal untuk pertumbuhan. Ekstrak daun pepaya
memiliki komponen aktif berupa enzim papain merupakan enzim eksogen yang
berfungsi membantu mempercepat proses pencernaan dan hidrolisis.
4

Skema pemikiran pendederan ikan Nila selama 4 minggu sebagai berikut :

I Ikan Nila
n
p Pakan PF-800 ekstrak daun pepaya
u
t

Pengisian Air
Persiapan Wadah
Aklimatisasi Ikan nila

Padat tebar Tinggi 300 ekor/


Penebaran M2
benih Ikan Nila Pakan PF-800 dengan
P penambahan ekstrak daun
r Pemeliharaan Suhu
o
Kualitas
s
Air pH
e
s DO

Ammonia

Sampling Panjang

Bobot

O
u
t
p
u
Pertumbuhan, FCR, dan SR meningkat.
t

 Gambar 1. Skema pemikiran


5

1.4. Kontribusi

Pengembangan teknologi pada Proyek Mandiri diharapkan dapat


diterapkan dan dikembangkan oleh petani ikan di daerah yang memiliki lahan
terbatas khususnya didaerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi
sehingga pengetahuan dan wawasan kepada para petani dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan pada ikan nila dengan menggunakan padat tebar
tinggi serta kelangsungan hidup pada pendederan ikan nila tersebut serta
kebutuhan akan tingginya permintaan dipasaran ikan nila dapat terus terpenuhi.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila


Berdasarkan klasifikasi, ikan nila adalah ikan yang tergolong ke dalam
family Chiclide, genus Oreochromis dan memiliki nama ilmiah Oreochromis
niloticus. Secara lengkap, klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Percoidea
Famili : Cichlidea
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan
ramping, dengan sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol
dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linelateralis) terputus dibagian tengah
tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan
dengan letak garis yang memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada gurat sisi
34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari
D.XVII.13; V.15;P.15; A.III.10; dan C.18. Sirip punggung dan sirip dada
berwarna hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam
(Tubagus.Y, 2014).
Karakteristik-karakteristik inilah yang menjadikan ikan nila sebagai model
ikan yang menarik untuk studi biologi perkembangan (developmental biologi)
pada kondisi laboratorium, termasuk yang berhubungan biologi reproduksi.
Disamping itu, ikan nila juga banyak digunakan untuk penelitian fisiologi,
endokrinologi, genetika molekultur, dan transgenetik.
Ikan nila memiliki ciri-ciri seperti adanya garis vertikal yang berwarna
gelap pada sirip ekornya sebanyak 6 buah. Selain pada sirip ekor, garis tersebut
juga terdapat pada sirip punggung dan sirip anal. Keunikan lain pada ikan nila
7

ditunjukan dari bentuk telurnya yang lonjong serta perkembangan embrionya


yang mencapai 90-110 jam pasca pembuahan (Fujimura & Okada, (2010).

2.2 Morfologi Ikan Nila


Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
panjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman.

Gambar 2. Morfologi Ikan Nila


(Sumber: foto Proyek Mandiri)

Ikan nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila
tersebar di negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan sub tropis.
Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup dengan
baik ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal
seperti ikan kakap merah (Suyanto,2014).
Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar pada 1969 setelah melalui masa penelitian dan adaptasi,
barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani diseluruh Indonesia. Nila adalah
nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jendral
Perikanan (Effendi,2010).

2.3 Jenis-jenis Ikan Nila


Ada beberapa jenis ikan Nila, diantaranya :
 Nila JICA (Japan For Internasional Cooperation Agency)
Ikan nila JICA merupakan hasil pengembangan riset oleh Balai Besar
Budidaya Air Tawar Jambi, dengan merekayasa genetic ikan nila. Ikan nila
didatangkan dari lembaga riset Kagoshima Fisheries Station di jepang. Penelitian
ikan nila ini dibantu sepenuhnya oleh JICA (Japan For Internasional
8

Cooperation Agency) sebelum lembaga donor pemerintah Jepang maka ikan nila
hasil penelitian ini dimanakan JICA. Ikan nila hasil pengembangan BBAT Jambi
sangat disukai oleh pembudidaya karena pertumbuhannya cepat dan disukai
masyarakat. Ikan nila tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa
berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.
Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat didasar
dan tepi perairan (Sucipto, 2015).
 Ikan nila merah
Menurut Sucipto, dan Prihartono (2007), ikan nila merah yang saat ini
banyak dikembangkan di Indonesia merupakan ikan nila tetrahibri yang
merupakan hasil persilangan empet spesies yang berbeda dari Oreochromis, yaitu
Oreochromis mossambicus (Mujair), Oreochromis niloticus (ikan nila),
Oreochromis hornorum,dan Oreochromis aureus. Ikan ini banyak dikembangkan
dan dibudidayakan oleh petani pembesar di Indonesia karena memiliki bentuk
yang hampir menyerupai ikan kakap merah, dan rasanya dagingnya pun tidak jauh
berbeda dengan ikan kakap merah. Ikan ini juga sering dijadikan ikan hias karena
memiliki warna yang menarik.
 Ikan Nila Hitam
Menurut Bastiawan dan Wahid (2008), secara genetik ikan nila GIFT
(Genetic Improvement for Farmed Tilapia) telah terbukti memiliki keunggulan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan
nila lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam
budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah. Berdasarkan ciri-
cirinya ikan ini memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping, bersisik besar dan
kasar, gurat sisi terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut yang letaknya
lebih bawah dari garis yang memanjang diatas sirip dada, memiliki sirip yang
berwarna hitam dengan rumus sirip punggung (D XV, 10), sirip ekor (D II, 15),
sirip perut (V 1,6) dan warna tubuh kehitaman dengan bagian perut berwarna
putih (Mubinun dkk, 2004).
Ikan Nila tergolong ikan yang sangat toleran terhadap fluktuasi suhu air
antara 14-380C, namun suhu optimal yang baik untuk ikan nila berkisar antara 25-
300C. Ikan nila mampu beradaptasi terhadap perubahan kandungan oksigen
9

terlarut dalam air. Ikan nila juga sangat sensitif terhadap perlakuan fisik seperti
seleksi, penampungan, penimbangan, dan pengangkutan. Meskipun demikian
untuk ikan nila butuh lingkungan yang mendukung pertumbuhannya (Boyd,
1982). Berdasarkan SNI : 6141-2009, Kualitas air media dikolam yang
dibutuhkan suhu 250C-300C, nilai pH 6,5-8,5, kebutuhan oksigen terlarut
minimum 5mg/l, ketinggian air 60-80, kecerahan secchi disk 30-40 cm, warna air
hijau muda, kecoklatan (BSN, 2009).

2.4 Kebiasaan Makan


Pada saat larva, cadangan makanan ikan Nila berupa kuning telur, ketika
cadangan makanan habis benih ikan Nila akan memakan zooplankton. Saat
berumur lebih dari satu minggu, anakan ikan nila akan memakan lumut alga yang
ada di lingkungannya. Pada ikan dewasa, tumbuhan yang ada di perairan
merupakan salah satu makanannya (Kurniawan,2010).
Kebiasaan makan ikan nila berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya.
Benih ikan Nila lebih menykai zooplankton, seperti Rotifera, Copepoda dan
Clodocera. Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan di
perairan dengan bantuan lender (mucus) dalam mulutnya. Makanan tersebut
membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Secara alami ikan –
ikan kecil mencari makanan dibagian perairan yang dangkal, sedangkan ikan –
ikan yang berukuran lebih besar mencari makan di perairan yang dalam (Kordi,
2010). Ikan nila tidak hanya mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi juga
memakan jenis makanan tambahan, pakan yang disukai oleh ikan Nila adalah
pakan ikan yang banyak mengandung protein terutama dari pakan buatan yang
berupa pellet. Ikan nila aktif mencari makan pada siang hari.

2.5 Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan sebelum pembesaran.
Pendederan dapat dilakukan dikolam khusus untuk pendederan atau dalam
hapa/waring. Pendederan dilakukan dalam dua tahap yaitu pendederan I yaitu
pemeliharaan benih yang berasal dari hasil kegiatan pembenihan berukuran 1-3
cm dan dipelihara selam 2-3 minggu sehingga dapat mencapai ukuran 3-5 cm
10

perekor. Pendederan II adalah pemeliharaan benih hasil pendederan I ( ukuran 3-5


cm) menjadi 5- 8 cm dengan lama pemeliharaan kurang lebih 3 minggu.
Tujuan pendederan secara bertahap antara lain untuk memperoleh ikan
berukuran seragam, baik panjang maupun berat, serta memberi benih kesempatan
mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan akan sama. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan pendederan ditentukan oleh beberapa faktor,
seperti kualitas benih dan teknik pemeliharaan yang meliputi: persiapan media
pemeliharan, penebaran benih, pemberian pakan, serta penanggulangan hama dan
penyakit (Amri dan Khairuman, 2003).

2.6 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.).


Tanaman pepaya merupakan tanaman herbal yang populer dikalangan
masyarakat. Selain dapat hidup diberbagai tempat di Indonesia, tanaman pepaya
memiliki waktu tumbuh yang relatif singkat. Pepaya merupakan tanaman yang
berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan.
Tanaman ini menyebar ke benua Afrika dan Asia serta India, tanaman ini
menyebar berbagai negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji,
2009). Kedudukan taksonomi tanaman pepaya (Suprapti, 2005) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Bangsa : Caricales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L.
Pohon ini biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu,
terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung
batang, berbagi menjari. Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung
jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan/jingga, berongga
besar di tengahnya, tangkai buah pendek biji berwarna hitam dan diselimuti
lapisan tipis (Muhlisah, 2007). Sistem perakaranya memiliki akar tunggang dan
akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman 1 meter
11

atau lebih menyebar sekita 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman. Daun
pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan
warna permukaan bagian bawah hijau-muda (Suprapti, 2005), berikut dapat
dilihat bentuk morfologi daun pepaya pada Gambar 2.

Gambar 3. Morfologi daun pepaya


(sumber: https://www.tokopedia.com/kantonguang/daun-pepaya-segar)

2.6.1 Kandungan Kimia Tanaman Pepaya


Tanaman pepaya mengandung bahan kimia yang bermanfaat baik itu pada
organ daun, buah, getah, maupun biji dan kandungan kimia dari tanaman pepaya
(Carica papaya L.) Dalimartha (2003). Kandungan kimia tanaman pepaya sebagai
berikut:
Daun, enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo-karpaina, glikosid,
karposi, saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Alkaloid karpaina
mempunyai efek seperti digitalis selain itu daun pepaya juga mengandung
beberapa komponen aktif yang dapat meningkatkan kekuatan total antioksidan
(penawar racun) dalam darah dan mengurangi tingkat peroksidasi lemak,
diantaranya papain dan alkaloid karpain. Enzim papain memiliki aktivitas
proteolitik dan antimikroba, sedangkan alkaloid karpain berfungsi sebagai
antibakteri (Rehena, 2010).
Selain itu, daun pepaya juga mengandung beberapa komponen aktif yang
dapat meningkatkan kapasitas total antioksidan dalam darah dan mengurangi
tingkat peroksidasi lemak, diantaranya adalah papain, chymopapain, cystatin, α-
tocopherol, ascorbic acid, flavonoids, cyanogenic glukosides, dan glucosinolates
12

(Utama et al. 2014). Komposisi gula dalam buah pepaya matang yaitu 48,3
sukrosa, 29,8% glukosa, dan 1,9 % fruktosa (Inglet dan Charalambous, 1979).
Hasil analisi proksimat daun pepaya disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisi Proksimat Daun Pepaya
Komposisi Gizi Daun pepaya
Bahan kering (%) 87,37
Protein (%) 16,77
Lemak(%) 8,55
Serat Kasar(%) 16,28
Abu(%) 12,40
Ca(%) 4,57
P (%) 0,38
BETN (%) 33,37
Gross energi (Kkal/kg 4102

Sumber: Widiyaningrum, (2000) dan Sudjatinah, (2005)

2.6.2 Enzim Papain


Enzim papain adalah enzim proteolitik yang terdapat pada tanaman
pepaya. Enzim papain relatif mudah didapatkan serta dibanding enzim lain.
Keaktifan enzim papain hanya 20% pada pemanasan 700C selama 30 menit pada
pH 7.0. enzim ini mampu memecah protein pada makanan menjadi molekul yang
lebih sederhana, seperti oligopeptida pendek atau asam amino dengan reaksi
hidrolisis pada pada peptida sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh
(Anggraini dan Yunianta, 2015).
Enzim papain merupakan enzim protease yang mampu meningkatkan
penyerapan protein pakan yang dikonsumsi oleh ikan, sehingga meningkatkan
pemanfaatan protein pakan oleh tubuh. Enzim merupakan protein yang memiliki
aktivitas katalisis untuk menurunkan energi aktivasi suatu reaksi, sehingga
konversi substrat menjadi produk dapat berlangsung lebih cepat. Kehadiran enzim
dalam pakan dapat membantu dan mempercepat proses pencernaan, sehingga
nutrisi dapat cukup tersedia untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
13

Menurut Subandiyono dan Hastuti, (2010), pertumbuhan terjadi apabila


ada kelebihan energi setelah energi yang digunakan untum pemeliharaan tubuh,
metabolisme basal, dan aktivitas. Semakin banyak enzim yang ditambahkan ke
dalam pakan, maka akan menghasilkan lebih banyak protein yang dihidrolisis
menjadi asam amino, sehingga akan meningkatkan daya cerna ikan terhadap
pakan. Berikut kandungan asam amino papain dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Asam Amino Papain
No Asam amino Jumlah g/100 g protein Total (%/100 g papain)
.
1. Arginin 7,62-7,75 15,48
2. Histidin 0,85-0,98 1,43
3. Isoleusin 5,66-6,05 4,01
4. Leusin 5,75-5,10 4,05
5. Lisin 5,12-5,67 6,75
6. Serin 5,03-5,91 4,89
7. Fenilalanin 2,67-3,16 1,66
8. Treonin 3,67-3,89 2,84
9. Triptofan 4,40-4,68 3,98
10. Valin 7,51-8,43 6,26

Sumber : Arief (1975)


14

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Proyek mandiri ini akan dilaksanakan mulai bulan Oktober hingga
November 2020 selama 35 hari yang bertempat di Dusun II, RT/RW 006/003
Rama Gunawan, Seputih Raman, Lampung Tengah.

3.2. Alat dan Bahan


Proyek mandiri ini menggunakan beberapa alat dan bahan sebagai
penunjang dalam menjalankan proyek mandiri ini, diantaranya dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3.Alat yang digunakan dalam proyek mandiri
No Nama Alat Jumlah Fungsi
.
1 Baskom 2 buah Wadah benih pada saat dilakukan sampling
Plastik mingguan
2 Timbangan 1 buah Mengetahui berat benih ketika sampling
3 Thermometer 1 buah Mengukur suhu dalam media budidaya
4 Test-kit DO 1 buah Mengukur kandungan oksigen terlarut dalam
media budidaya
5 Selang 1 buah Alat untuk menyiponan dan menambah air
6 Penggaris 1 buah Mengukur panjang benih ikan pada saat
7 Ember 2 buah sampling
8 Aerator 1 buah Wadah benih ketika panen
Pembantu melarutkan oksigen yang ada di udara
9 pH paper 1 buah ke dalam air
Mengukur tingkat keasaman air dalam media
10 Secchi Disc 1 buah budidaya
11 Kolam terpal 2 buah Mengukur kecerahan dan kekeruhan dalam air
ukuran 2×1 wadah pendederan
12 Elenmeyer 1 buah
13 Scopnet 1 buah Alat ukur dosis
15

14 Sprayer 1 buah Alat penangkap ikan


Alat penyemprot ekstrak daun pepaya pada
pakan
Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam proyek mandiri
No Nama Spesifikasi Fungsi
.
1 Benih ikan nila @ 3-5 cm Benih yang diuji
1200ekor
2 Pakan PF 800 3 kg Pakan benih Nila
3 Ekstrak Daun Pepaya Cair, 300 ml Penambahan pakan
4 Air 20 Liter Media pemeliharaan ikan

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Persiapan Wadah
Persiapan kolam dilakukan dengan membersihkan sekitar kolam, kolam
yang digunakan dengan ukuran 2 × 1 M 2 dengan tinggi 45 cm, sebanyak 2 buah
kolam. Sebelum melakukan pemasangan terpal, terpal terlebih dahulu dicuci
menggunakan sabun lalu dijemur dibawah sinar matahari yang bertujuan untuk
menghilangkan bau pada terpal yang akan membuat ikan menjadi stres sehingga
dapat menimbulkan terjadinya kematian. Kemudian dilakukan pemasangan terpal
pada kerangka yang berbentuk persegi panjang.

3.3.2. Pengisian Air


Media pemeliharaan menggunakan air yang bersumber dari sumur.
Pengisian air dilakukan setelah pemasangan terpal dengan ketinggian air 25 cm –
35 cm. Kemudian air didiamkan selama 3 hari sebelum benih ditebar. Setelah
pengisian air selanjutnya dilakukan pemasangan alat aerasi yang berfungsi
Pembantu melarutkan oksigen yang ada di udara ke dalam air.

3.3.3. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya


Daun pepaya yang baru diambil dari pohon sebanyak 300 gram kemudian
dicuci hingga bersih, dipotong-potong, dan diekstrak dengan cara menghaluskan
menggunakan blender. Daun pepaya yang digunakan 1 : 1 yaitu 300 gram daun
pepaya serta 300 ml air, setelah mendapatkan daun pepaya yang halus selanjutnya
16

peras daun pepaya dengan menggunakan saringan, perasan tersebut merupakan air
perasan murni daun pepaya yang nantinya akan digunakan sebagai ekstrak. Dosis
ekstrak daun pepaya yang digunakan 300 ml/ kg pakan (Mapparimeng, 2016).
Kemudian ekstrak daun pepaya dimasukan kedalam sprayer dan disemprotkan
langsung pada pakan PF-800. Sebelum diberikan pada ikan pakan di angin-
anginkan terlebih dahulu, penyimpanan pakan diletakkan pada suhu ruang.

3.3.4. Penebaran Benih


Penebaran benih ikan nila dilakukan setelah air didiamkan selama 3 hari,
Benih yang digunakan diambil dari Balai Benih Ikan Metro. Penebaran benih ikan
nila dilakukan pada sore hari. Ukuran benih yang digunakan berukuran 3-5 cm
dengan umur benih 2-3 minggu pada kolam terpal berukuran 2× 1 M 2 dengan
padat tebar 300 ekor/ M 2. Sebelum ditebar dilakukan aklimatisasi terhadap benih
untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang baru dengan cara mengapung-
apungkan kantung plastik yang berisi benih dipermukaan kolam, kemudian plastik
dibuka dan biarkan benih ikan keluar dengan sendirinya. Hal ini bertujuan
mengurangi tingkat stress pada ikan nila, selanjutnya sampling panjang dan bobot
untuk mengetahui data awal pemeliharaan.

3.3.5 Pemberian Pakan


Pakan yang diberikan berupa pakan buatan PF-800 dengan penambahan
ekstrak daun pepaya pada kolam A dan pakan PF-800 pada kolam B.
Pemeliharaan pendederan ikan nila ini dilakukan pemberian pakan dengan
frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pada waktu pagi pukul (07.00
WIB), siang (12.00 WIB), sore hari pukul (17.00 WIB). Pakan yang diberikan
secara at satiation (sekenyangnya).

3.3.6 Sampling
Sampling dilakukan satu minggu sekali dengan cara mengambil sampel
ikan secara acak sebanyak 10 % dari jumlah total ikan yang dipelihara.
Pengukuran panjang tubuh ikan diukur dari kepala hingga ujung ekor dengan
menggunakan penggaris dan pengukuran bobot yaitu dengan menimbang seluruh
ikan sampling dibagi dengan jumlah ikan sampling, ikan yang mati setiap harinya
17

dapat digunakan sebagai acuan untuk menduga jumlah populasi yang masih di
media pemeliharaan.

3.3.7. Penyiponan
Penyiponan dilakukan untuk membuang kotoran dan sisa pakan pada
dasar perairan. Penyiponan kolam pendederan dilakukan satu minggu sekali
dengan menggunakan cara sederhana menggunakan selang air, selanjutnya
gerakkan ujung selang penghisap dengan hati-hati hingga semua kotoran tersedot
keluar dan tidak tersisa. Selanjutnya dilakukan penambahan air hingga mencapai
ketinggian semula.

3.3.8. Pemanenan
Pada pendederan ini dilakukan setelah pemeliharaan selama 35 hari.
Proses pemanenan dilakukan pada sore hari dengan cara mengurangi air kolam
secara bertahap dan kemudian benih dipindahkan ke dalam ember yang sudah
disiapakan dengan pengambilan ikan menggunakan skopnet. Untuk mengetahui
pertumbuhan panjang dan bobot benih maka dilakukan pengukuran panjang dan
bobot pada akhir pemeliharaan. Setelah itu, hitung jumlah benih ikan yang masih
hidup untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup (Survival rate) selama
pemeliharaan.

3.4 Parameter Pengamatan


3.4.1 Pertumbuhan Bobot
Pengukuran pertumbuhan bobot dilakukan setiap satu minggu sekali
dengan menggunakan timbangan digital yang memiliki satuan gram. Pertumbuhan
bobot adalah selisih bobot tubuh ikan yang di timbang pada akhir pemeliharaan
kemudian dikurangi bobot tubuh ikan pada awal pemeliharaan. Rumus yang
digunakan untuk menghitung pertumbuhan bobot menurut Effendi., (1997) adalah
W = Wt-Wo

Keterangan :
W : Pertumbuhan Bobot (gram)
18

Wt : Bobot ikan Akhir (gram)


Wo : Bobot ikan Awal (gram)

Setelah dilakukan pengukuran pertumbuhan bobot, untuk mengetahui


presentase pertumbuhan bobot setiap harinya, maka dilakukan perhitungan laju
pertumbuhan bobot harian. Laju Pertumbuhan Bobot Harian adalah presentase
pertumbuhan bobot harian ikan selama proses pemeliharaan. Laju Pertumbuhan
Bobot Harian dapat di hitung dengan menggunakan rumus Huisman, (1987)
dalam Sari, (2010) sebagai berikut :
Wt
LPH= α ¿

t

Wo
−1 ×100 %

Keterangan :
LPH : Laju pertumbuhan harian (% hari)
Wt : Rata-rata Bobot individu Pada Akhir Pemeliharaan (gram)
Wo : Rata-rata Bobot individu Pada Awal Pemeliharaan (gram)
t : Waktu pemeliharaan (hari)

3.4.2 Pertumbuhan Panjang (cm)


Pertumbuhan panjang adalah selisih panjang tubuh ikan yang diukur pada
akhir pemeliharaan kemudian dikurangi panjang tubuh ikan pada awal
pemeliharaan. Pengukuran pertambahan panjang dapat dilakukan menggunakan
rumus Effendi., (1979) sebagai berikut:
L= Lt-Lo

Keterangan:
L : Pertumbuhan Panjang (cm)
Lt : Panjang Ikan Akhir (cm)
Lo : Panjang Ikan Awal (cm)

Setelah dilakukan pengukuran panjang, untuk mengetahui presentase


pertumbuhan panjang setiap harinya maka dilakukan perhitungan laju
pertumbuhan harian. Laju Pertumbuhan Harian adalah presentase pertumbuhan
panjang harian ikan selama proses pemeliharaan. Laju Pertumbuhan Harian dapat
19

di hitung dengan menggunakan rumus Huisman, (1987) dalam Sari, (2010)


sebagai berikut :

LPH =α = t ¿ −1× 100 %



Lo

Keterangan :
LPH : Laju Pertumbuhan Panjang Harian (% )
Lt : Rata-rata Panjang individu Pada Akhir Pemeliharaan (cm)
Lo : Rata-rata Panjang individu Pada Awal pemeliharaan (cm)
t : Waktu pemeliharaan (hari)

3.4.3 Kelangsungan Hidup (SR)


Kelangsungan hidup adalah presentase dari jumlah ikan yang hidup pada
akhir pemeliharaan dan jumlah ikan yang ditebar pada awal pemeliharaan, untuk
menghitung kelangsungan hidup (SR) menggunakan rumus Hermawan et al.,
(2016) sebagai berikut :
Nt
SR = ×100 %
No

Keterangan:
SR: Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah pada akhir pemeliharaan (ekor)
No: Jumlah pada awal pemeliharaan (ekor)

3.4.4 Feed Convertion Ratio (FCR)


Feed convertion ratio (FCR) adalah salah satu tolak ukur yang digunakan
dalam tingkat efektifitas dan efisiensi program pakan, yaitu perbandingan jumlah
pakan kumulatif yang telah diberikan dengan biomassa ikan yang dihasilkan pada
waktu tertentu. Feed Convertion Ratio (FCR) dihitung menggunakan rumus
berikut:
F
FCR =
( Bt + Bd )−Bo

Keterangan:
20

F: Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (gram)


Bo: Bobot rata-rata awal pemeliharaan (gram)
Bt: Bobot rata-rata akhir pemeliharaan (gram)
Bd: Jumlah bobot ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)

3.4.5 Pengamatan Kualitas Air


Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan cara mengecek kualitas air
setiap satu minggu sekali. Saat terjadinya perubahan kualitas air akan dilakukan
pengolahan kualitas air. Namun pada saat terjadi kondisi cuaca fluktuatif akan di
lakukan pengecekan terhadap kualitas air untuk mengetahui data dan memberikan
treatment agar air pada kolam tetap layak untuk digunakan. Pengamatan kualitas
air pada media budidaya meliputi DO, pH, suhu, dan ammonia.
A. Suhu
Pengamatan suhu pada media pemeliharaan dilakukan dengan frekuensi
tiga kali sehari yaitu pada pagi pukul (06.30 WIB), siang pada pukul (12.00 WIB),
dan sore hari pada pukul (17.00). Pengecekan suhu dilakukan dengan
menggunakan termometer kedalam media pada titik tertentu yang dapat mewakili
data keseluruhan.
B. pH (Derajat Keasaman)
Cara mengukur pH air dilakukan dengan menggunakan pH paper.
Pengukuran pH dilakukan seminggu sekali saat dilakukan kegiatan sampling
dengan cara mengambil sampel air pada media kemudian pH paper dimasukkan
pada sampel air hingga kertas indikator berubah, lalu kertas diangkat kemudian
cocokan dengan tabel keasaman yang tertera di box.
C. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (DO) yang ada didalam media pemeliharaan diukur
dengan menggunakan tekskit-DO, pengukuran dilakukan dua minggu sekali saat
dilakukan kegiatan sampling dengan cara mengambil sampel air pada kolam dan
di ukur eksitu di laboratorium perikanan.
D. Ammonia ( NH 3 ¿
Kadar amonia (NH3) selama pemeliharaan diukur menggunakan Testkit-
TAN, pengukuran dilakukan dua minggu sekali saat kegiatan sampling dengan
21

cara mengambil sampel air pada kolam dan diukur secara eksitu ke laboratorium
perikanan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)


Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup atau survival rate selama 35
hari pemeliharaan kolam A dan kolam B dapat dilihat pada Gambar 4.

100
97
Tingkat Kelangsungan Hidup(%)

100 96
100 91
97 88
90 95 84
91
80
70 74
71
60
50
0 1 2 3 4 5 6
Minggu ke
Kolam
A

Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan Gambar 4. dapat dilihat bahwasanya tingkat kelangsungan


hidup benih nila pada kolam A sebesar 84% sedangkan kolam B sebesar 71%.
Pada kolam A tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dibanding dengan kolam
B. Hal ini dikarenakan kepadatan tebar ikan yang terlalu tinggi yang disebabkan
adanya pesaing ruang gerak, menurunkan mutu dari warna air menjadi hijau pekat
dan endapan dari sisa-sisa hasil metabolisme di dasar kolam sehingga terjadinya
kematian pada ikan dan daun pepaya dapat memberikan efisiensi pemanfaatan
protein pada ikan sehingga pakan yang diberikan dapat dicerna ikan dengan baik
dan dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup ikan tersebut. Menurut Arief dkk
(2011) tingkat kelulusanhidupan ikan dipengaruhi oleh manajemen budidaya yang
baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, penyakit. Pakan yang
22

mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan


kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan.
Menurut Christianah dan Badirat (2013), bahwa penambahan 20% tepung
daun pepaya pada pakan ikan lele dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan
protein, pertumbuhan, sintasan dan koversi pakan. Menurut Siregar et al., (2009)
dalam Pinandoyo dkk (2015) kelulushidupan dapat dipengaruhi oleh faktor biotik
terdiri dari umur dan kemampuan ikan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan abiotik antara lain ketersediaan makanan dan kualitas media.
Tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan dapat dikatakan baik. Hal ini
dinyatakan oleh Mulyani et al., (2014) bahwa persentase tingkat kelangsungan
hidup ikan yang baik mencapai ≥50% , tergolong sedang 30-50%, dan tergolong
tidak baik ≤ 30 % .
Tingkat kelangsungan hidup pendederan ikan nila menurut Mapparimeng
(2016), yaitu sebesar 95,3% dengan benih ukuran 5-8 cm dengan padat tebar
sebanyak 30 ekor/meter pada waring selama 92 hari. Sedangkan menurut SNI
(6141:2009), yaitu sebesar 70% dengan ukuran minimum 3 cm dengan padat tebar
50 ekor/m2 pada kolam selama 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dengan padat
penebaran yang tinggi ikan masih bertahan untuk tetap hidup dan ditentukan oleh
pakan yang meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein dan kondisi lingkungan.

4.2 Pertumbuhan Bobot


Pertumbuhan bobot Ikan Nila (Oreochomis niloticus) selama pemeliharaan
dapat dilihat pada gambar 5.
23

4.32
4.5
4
3.16 4.09
3.5
Bobot (gram)

3
2.5 2.28
1.84 2.6
2
1.25 1.41 2.17
1.5 1.72
1 1.23 1.39
0.5
0 1 2 3 4 5 6
Kolam
Minggu ke A
Kolam B
Gamb
ar 5. Pertumbuhan Bobot Rata-rata Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui pertumbuhan bobot dari benih


yang dipeliharaan selama 35 hari mengalami pertumbuhan bobot setiap
minggunya. Pada kolam A awal pemeliharaan bobot rata-rata yang didapatkan
adalah 1,23 gram sedangkan pada kolam B bobot rata-rata awal pemeliharaan
sebesar 1,25 gram. Pada akhir pemeliharaan menghasilkan bobot rata-rata akhir
pada kolam A sebesar 4,32 gram dan pada kolam B sebesar 4,09 gram.
Hal ini diduga karena nafsu makan ikan meningkat dengan baik disetiap
pemberian pakan. Pemberian pakan dipengaruh jumlah dan nutrisi seperti protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Enzim papain yang terkandung pada
daun pepaya merupakan enzim proteolitik yang dapat menghidrolisis protein
menjadi asam amino (Hutabarat et al., 2015). Menurut Anggraeni (2013)
menyatakan bahwa pertumbuhan ikan memiliki kaitan yang erat dengan
ketersediaan protein dalam pakan karena protein merupakan sumber energi dan
nutrisi yang paling dibutuhkan ikan dalam tahap pertumbuhan. Menurut
Kompiang (2010) dalam Hasri (2016), menyatakan pakan adalah salah satu faktor
yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi
sebagai pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan.
Pada minggu ke 4 dan ke 5 bobot rata-rata pada kolam B mengalami
kenaikan lebih tinggi dibandingkan dengan kolam A yaitu pada minggu ke 4
sebesar 2,28 gram dan minggu ke 5 sebesar 3,16 gram pada kolam B sedangkan
pada kolam A pada minggu 4 sebesar 2,17 gram dan minggu ke 5 sebesar 2,60
24

gram. Hal tersebut diduga pada minggu 4 ke 5, disebabkan karena perubahan


cuaca yang sering berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang hari panas dan sore
hari hujan yang menyebabkan suhu turun menjadi 250C- 260C, sedangkan pada
hari-hari biasanya dengan cuaca yang baik (tidak hujan), suhu pada media 27 0C-
300C yang membuat kondisi perairan tidak nyaman sehingga menyebabkan nafsu
makan ikan rendah, proses metabolisme berjalan dengan lambat dan dipengaruhi
oleh jumlah populasi pada kolam yang berbeda. Pada kolam A yang diberi ekstrak
daun pepaya dalam pakan respon ikan lambat dan terus menerus memakannya
namun energi tidak ada untuk pertumbuhan.
Menurut Brett (1979) dalam Nawarti (2011), pertumbuhan akan terjadi
apabila ada kelebihan energi setelah dikurangi dengan eskresi dan metabolisme
(maitemance dan aktifitas hidup). Ikan memerlukan pakan pada prinsip adalah
untuk memenuhi kebutuhan energinya, baik energi diam, bergerak dan berbagai
aktivitas lainnya, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan energi sangat penting
dalam menstimulasi pakan untuk proses pertumbuhan. Menurut Yurisman dan
Heltomika (2010), ikan akan tumbuh apabila nutrisi pakan yang dicerna dan
diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah nutrisi pakan yang diperlukan
untuk memelihara tubuhnya.
Menurut Khotimah (2009), menyatakan faktor eksternal yaitu kualitas dan
kuantitas pakan, kondisi lingkungan seperti suhu, pH, oksigen terlarut dan
amoniak. Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan
panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu
lingkungan sekelilingnya (Tunas, 2005). Pada pemeliharaan ikan nila
menggunakan padat tebar yang tinggi dimana akan berakibat terhambatnya
pertumbuhan pada ikan. Menurut Pagans (2005) dalam Nugroho A (2013)
menyatakan peningkatan penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan
tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang akhirnya dapat menurunkan kondisi
kesehatan dan fisiologi ikan, penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan
kelangsungan hidup mengalami penurunan.

4.3 Pertumbuhan Panjang


25

Pertumbuhan panjang rata-rata yang diukur seminggu sekali pada saat


sampling panjang ikan. Pengamatan pertumbuhan panjang rata-rata dapat dilihat
pada Gambar 6.

7 5.99
6 5.43
4.99
5 4.53
3.95 5.68
Panjang (cm)

3.69 4.98
4 4.83
4.03 4.36
3 3.66
2 Kolam A
1 Kolam B
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke

Gambar 6. Pertumbuhan Panjang Rata-rata Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Berdasarkan gambar diatas pertumbuhan benih yang dipelihara selama 35
hari dengan panjang rata-rata akhir pada kolam A yaitu sebesar 5,99 cm dari
panjang awal 3,69 cm lebih tinggi dibandingkan dengan kolam B menghasilkan
panjang akhir yaitu sebesar 5,68 cm dari panjang awal 3,66 cm. Pertumbuhan
panjang pada kolam A diminggu pertama sebesar 4,03 cm dari panjang awal 3,69
cm. Pertumbuhan panjang diketahui sebesar 0,34 cm. Sedangkan pada kolam B
pertumbuhan pada minggu pertama sebesar 3,95 cm dari panjang awal 3,66 cm.
Pertumbuhan panjang diketahui sebesar 0,29 cm. Diduga hal tersebut terjadi
karena dari awal penebaran benih yang digunakan ukurannya sangat bervariasi
yakni 3-5 cm dan pada akhir pemeliharaan panjang yang didapat berkisar antara
5-7 cm dan Respon ikan terhadap pakan pada kolam A yaitu lambat saat
pemberian pakan dan pada kolam B respon ikan terhadap pakan agresif saat
pemberian pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh benih sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan benih. Menurut SNI 6141:2009 menghasilkan panjang berkisar 5-8
cm dengan padat tebar 50 ekor/m2 selama 30 hari pemeliharaan.
Dapat dilihat kolam A penambahan pertumbuhan lebih tinggi dibanding
dengan kolam B. Hal tersebut diduga karena pada kolam A terdapat ekstrak daun
pepaya yang memiliki kandungan enzim protease yang dapat mengubah protein
menjadi asam amino. Sehingga dinding usus akan lebih mudah untuk menyerap
nutrisi pada pakan yang sudah diubah menjadi asam amino dan ikan akan
26

mengeluarkan sedikit energi untuk mencerna makanan yang selanjutnya


digunakan untuk aktivitas dan menjaga kondisi tubuh agar tetap baik untuk
pertumbuhan.
Enzim papain merupakan enzim protease yang dapat menghidrolisis
protein menjadi asam amino (Hutabarat et al., 2015). Menurut Muchtadi et al.,
(1992) dalam Samidjan dkk (2016), enzim tersebut digunakan untuk pemecahan
atau penguraian yang sempurna ikatan asam amino dalam protein terurai menjadi
ikatan asam amino. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
yaitu pakan baik dalam jumlah pemberian, nutrisi, dan ketersediaan. Menurut
Anggraeni (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan memiliki kaitan yang
erat dengan ketersediaan protein pada pakan karena protein merupakan sumber
energi dan nutrisi yang paling dibutuhkan ikan dalam tahap pertumbuhan.
Pertumbuhan panjang pada minggu pertama cukup stabil dilihat dari
minggu selanjutnya. Dapat dilihat pada minggu 4 hingga minggu 5 pada kolam A
lebih rendah dibanding dengan kolam B. Hal tersebut diduga karena perubahan
cuaca yang sering berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang hari panas dan sore
hari hujan yang menyebabkan suhu turun menjadi 250C- 260C, sedangkan pada
hari-hari biasanya dengan cuaca yang baik (tidak hujan), suhu pada media 27 0C-
300C yang membuat kondisi perairan tidak nyaman sehingga menyebabkan nafsu
makan ikan rendah, proses metabolisme berjalan dengan lambat dan dipengaruhi
oleh jumlah populasi pada kolam yang berbeda. Pada kolam A yang diberi ekstrak
daun pepaya dalam pakan respon ikan lambat dan terus menerus memakannya
namun energi tidak ada untuk pertumbuhan.
Menurut Khotimah (2009), menyatakan faktor eksternal yaitu kualitas dan
kuantitas pakan, kondisi lingkungan seperti suhu, pH, oksigen terlarut dan
amoniak. Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan
panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu
lingkungan sekelilingnya (Tunas, 2005). Peningkatan penebaran akan
mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang
akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologi ikan, penurunan
pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami
penurunan Pagans (2005) dalam Nugroho A (2013). Menurut Yurisman dan
27

Heltonika (2010), ikan akan tumbuh apabila nutrisi pakan yang dicerna dan
diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah nutrisi pakan yag diperlukan untuk
memelihara tubuhnya (maintance).

4.4 Laju Pertumbuhan Harian Bobot


Laju pertumbuhan harian adalah persentase pertumbuhan bobot harian
ikan selama proses pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dihitung
menggunakan rumus menurut Huisman, (1987) dalam Sari., (2010).
Menghasilkan laju pertumbuhan bobot sebagai berikut.

7.5
Laju Pertumbuhan Harian(%)

6.5 7.36
5.5 4.67
4.5 3.79 4.02
3.5
1.92 3.54
2.5 3.02
2.33 2.56
1.5
1.49
0.5
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Minggu Ke Kolam A
Kolam B

Gambar 7. Laju Pertumbuhan Bobot Harian dari Ikan Nila (Oreochromis


niloticus)

Berdasarkan Gambar diatas menunjukkan laju pertumbuhan bobot dari


yang dipelihara selama 35 hari mengalami peningkatan. Hasil data laju
pertumbuhan selama pemeliharaan minggu 1 kolam A lebih tinggi dibandingkan
dengan kolam B. Diketahui laju pertumbuhan bobot harian Pada kolam A sebesar
1,92% dan pada kolam B sebesar 1,49%.
Hal ini diduga ekstrak daun pepaya mengandung enzim papain mampu
meningkatkan penyerapan protein pakan yang dikonsumsi oleh ikan sehingga
dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Protein dalam pakan diserap oleh ikan dan energi
yang diperoleh akan lebih banyak sehingga ikan mengalami pertumbuhan bobot
tubuh. Aktivitas protease papain dalam ekstrak daun pepaya yang dicampurkan
pada pakan, sehingga proses perombakan pakan menjadi unsur sederhana maka
28

sintesa asam amino untuk menjadi protein tubuh lebih besar, sehingga
pertumbuhan bobot akan lebih besar (Khodijah, dkk. 2015). Semakin cepat proses
pemecahan protein, maka semakin cepat penyerapan asam amino dalam tubuh
ikan (Sari & Andriani, 2018). Daun pepaya dapat meningkatkan efisiensi
pemanfaaran protein, pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan (Christianah dan
Badirat, 2013).
Laju pertumbuhan harian pada minggu ke 3 hingga minggu 4 sebesar
2,33% hingga 1,65% pada kolam A lebih rendah dibandingkan pada kolam B
sebesar 4,02% hingga 4,67 %. Hal ini diduga karena Perubahan cuaca yang sering
berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang hari panas dan sore hari hujan yang
menyebabkan suhu turun menjadi 250C- 260C, sedangkan pada hari-hari biasanya
dengan cuaca yang baik (tidak hujan), suhu pada media 27 0C- 300C yang dapat
menyebabkan nafsu makan berkurang, dan proses metabolisme berjalan dengan
lambat. Perubahan lingkungan tersebut mengakibatkan turunnya nafsu makan
serta aktivitas metabolisme pada ikan berjalan lambat (Kordi,2010). Pertumbuhan
juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan dalam diantaranya
keturunan, umur, jumlah populasi dan faktor luar lingkungan perairan, pakan
(Effendie, 1997). Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak
menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau
menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya (Tunas, 2005).

4.5 Laju Pertumbuhan Harian Panjang


Laju Pertumbuhan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) selama
pemeliharaan dapat dilihat pada grafik 8.
29

3
2.61
Laju Pertumbuhan Harian (%) 2.5
1.9
2 1.64
1.5 1.24 1.18
1.39 0.9
1
1.07
0.42
0.5 0.63
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Minggu ke Kolam
A

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui laju pertumbuhan panjang harian


Pada kolam A sebesar 1,24% dan pada kolam B sebesar 1,07% . Hal ini diduga
karena nafsu makan ikan yang meningkat. Hasan (2000) dalam Arini dkk (2013),
menyatakan bahwa kehadiran enzim dalam pakan buatan dapat membantu dan
mempercepat proses pencernaan sehingga nutrien dapat cukup tersedia untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Menurut Kompiang (2010) dalam
Hasri (2016), menyatakan pakan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk
meningkatkan pertumbuhan.
Laju pertumbuhan panjang harian dari minggu ke 3 sampai minggu ke 4
mengalami penurunan baik kolam A dan kolam B. Hal ini diduga karena cuaca
dan populasi yang terdapat pada kolam pemeliharaan. Perubahan cuaca yang
sering berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang hari panas dan sore hari hujan
yang menyebabkan suhu turun menjadi 250C- 260C, sedangkan pada hari-hari
biasanya dengan cuaca yang baik (tidak hujan), suhu pada media 27 0C- 300C yang
dapat menyebabkan nafsu makan berkurang, dan proses metabolisme berjalan
dengan lambat. Menurut Khotimah (2009), menyatakan faktor eksternal yaitu
kualitas dan kuantitas pakan, kondisi lingkungan seperti suhu, pH, oksigen terlarut
dan amoniak. Dan faktor populasi yang terdapat pada kolam pemeliharaan.
Menurut Pagans (2005) dalam Nugroho A (2013) peningkatan penebaran akan
30

mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang
akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologi ikan, penurunan
pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami
penurunan.
Laju pertumbuhan harian benih ikan nila diminggu ke 3 pada kolam B
sebesar 1,9% lebih tinggi dari kolam A sebesar 0,9 %. Hal ini diduga karena
perubahan suhu perairan yang sering berubah-ubah seperti pada pagi hujan, siang
hari panas dan sore hari hujan menyebabkan yang membuat kondisi perairan tidak
nyaman sehingga menyebabkan nafsu makan ikan rendah dan dipengaruhi oleh
jumlah populasi pada kolam yang berbeda. Ikan merupakan hewan ektotermik
yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung
atau menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya (Tunas, 2005).
Ikan pada kolam B yang responnya lebih agresif pada pemberian pakan,
namun mudah kenyang dibandingkan pada penambahan ekstrak daun pepaya
responnya lambat dan terus menerus memakannya namun tidak dicerna dengan
baik. Menurut Mudjiman (2001), dari sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan
lebih kurang 10% saja yang digunakan untuk pertumbuhan, sedangkan selebihnya
untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna. Pengaruh suhu terhadap ikan
dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan, dan pengambilan makanan,
aktivitas tubuh seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf (Laevastu
dan Hela, 1970).

4.6 Feed Convertion Ratio (FCR)


Feed convertion ratio (FCR) adalah salah satu tolak ukur yang digunakan
dalam tingkat efektifitas dan efesiensi program pakan, yaitu perbandingan jumlah
pakan komulatif yang telah diberikan dengan biomassa ikan yang dihasilkan pada
waktu tertentu. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging
sebanyak 1 kg. Konversi makanan adalah budidaya air dipengaruhi oleh
kepadatan, nilai nutrisi pakan, frekuensi pemberian, dan lingkungan budidaya.
Semakin rendah nilai konversi makanan, maka nilai pemanfaatan makanan
semakin besar (Effedie,1979). Hasil yang diperoleh dari pendederan benih ikan
nila dikolam A sebesar 0,77 dan kolam B sebesar 1,06. Hal ini diduga ikan dapat
31

menmanfaatkan pakan yang diberikan secara optimal sehingga pakan tersebut


terserap sehingga diubah menjadi daging. Menurut Mudjiman (2001) dalam
Junelda dkk., (2013) menyatakan bahwa nilai rasio konversi pakan berhungan erat
dengan kualitas pakan, sehingga semakin rendah nilainya maka semakin baik
kualitas pakan dan makin efisiensi ikan dalam memanfaatkan pakan yang
dikonsumsinya untuk pertumbuhan. Bobot ikan dapat meningkat dikarenakan
pakan dapat dicerna secara optimal.
Penambahan ekstrak daun pepaya pada pakan memberi pengaruh terhadap
pakan yang diberikan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
penambahan ekstrak daun pepaya karena ekstrak daun pepaya memiliki
kandungan enzim papain merupakan enzim protease yang mampu meningkatkan
penyerapan protein pakan yang dikonsumsi oleh ikan, sehingga meningkatkan
pemanfaatan protein pakan oleh tubuh. Menurut Steffens (1989) dalam Septian
(2013), menyatakan semakin kecil FCR mempunyai arti bahwa semakin efisiensi
pemanfaatan pakan, kualitas pakan dapat diketahui melalui konversi pakan karena
nilai FCR memberikan gambaran tentang efisiensi penggunaan pakan untuk
pertumbuhan.

4.7 Kualitas Air


Kualitas air merupakan faktor penting dalam keberlangsungan proses
budidaya, karena kualitas air berpengaruh dengan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan dari organisme yang hidup di air. Parameter yang diamati yaitu
suhu, pH, DO dan amoniak. Suhu yang diukur 3 kali sehari, pH seminggu sekali
atau cuaca ekstrim, DO dan amoniak diukur 2 minggu sekali. Hasil pengukuran
kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Pengukuran Parameter Kualitas Air
Hasil
Parameter Literatur
Kolam A Kolam B
Suhu (0C) 26 0C – 30 0C 26 0C – 30 0C 25- 320C (Effendi
et al 2015)
pH 6–7 6-7 5-8,5 (Andriani
dkk., 2018)
DO (mg/l) 5,8 mg/l 5,9 mg/l ¿5 mg/l
(SNI7550:2009)
32

Amonia (mg/l) 0,000345 mg/l 0,000345 mg/l 0,0115-0,0165 mg/l


(Mahardika et al.,
2011)

Pengukuran suhu air dikedua media berkisar 26 0C – 320C sudah layak


untuk pendederan ikan nila pada penelitian Effendi et al (2015) menunjukkan
hasil 250C- 320C. Menurut Allanson et al.,(1971), suhu yang dapat ditoleransi oleh
ikan nila berkisar antara 25-310C. Akan tetapi, suhu yang optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila 25-310C. Perubahan suhu yang
sangat drastis akan mengakibatkan terjadinya stress pada ikan. Menurut Elyana
(2011), suhu air berpengaruh terhadap nafsu makan dan proses metabolisme ikan.
Pada suhu rendah proses pencernaan makanan pada ikan berlangsung lambat,
sedangkan pada suhu hangat proses pencernaan berlangsung lebih cepat.
Nilai pH pada kolam keduanya berkisar 6-7. Nilai pH suatu perairan dapat
mempengaruhi pertumbuhan bagi biota didalamnya, bahkan dapat menyebabkan
kematian (Cetyana, 2014). Menurut Alfia et al.,(2013) bahwa keasaman (pH)
memang peranan penting dalam bidang perikanan karena berhubungan dengan
kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Hasil pengukuran parameter pH
menunjukkan bahwa kolam pemeliharaan memiliki pH yang masih berada pada
kisaran normal untuk kelangsungan kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan
Wulan (2012) bahwa nilai pH yang mampu ditoleransi oleh ikan nila berkisar
antara 6-9, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal berada
kisaran pH 7-8.
Pengukuran oksigen terlarut pada kedua kolam didapatkan 5,8-5,9 mg/l
sudah layak untuk pendederan ikan nila dengan DO min 5 mg/l (SNI 7550:2009).
Kualitas air merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ikan nila (Irmasari et al., 2012). Salah satu parameter yang
memberikan pengaruh besar pada perlakuan pergantian air adalah kandungan
oksigen terlarut. Menurut Mahalina et al., (2016) bahwa oksigen terlarut
merupakan kebutuhan dasar untuk tanaman dan hewan didalam air. Batas aman
dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan sementara laju konsumsi oksigen yang
berkaitan dengan aktivitas renang, proses makan yang berlebihan, dan
peningkatan karbondioksida. Kisaran konsentrasi oksigen yang lebih aman dalam
33

budidaya perairan antara 5-7 mg/l (Wedemeyer, 1996). Perhitungan amonia


selama pemeliharaan pada kedua kolam menghasilkan 0,000345 mg/l. Menurut
Swayer dan McCarty, 1978) menyatakan apabila kandungan NH3 lebih dari 0,2
mg/L, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Tingkat daya racun
amoniak (NH3) pada air kolam bisa mematikan ikan pada batas 0,1-0,3 mg/l,
sedangkan pada tingkat konsetrasi amoniak (NH3) antara 0,6-0,2 mg/l hanya dapat
meracuni ikan jika terjadi kontak yang berlangsung secara singkat (Daelami,
2001). Kadar amoniak untuk benih ikan nila mampu tumbuh dengan kondisi
amoniak berkisar 0,0115-0,0165 mg/l (Mahardika et al., 2011).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kegiatan proyek mandiri yang telah dilakukan selama 35 hari
menunjukkan pendederan ikan nila dengan padat tebar 300 ekor/m 2 dikolam terpal
dapat disimpulkan bahwa pakan dengan penambahan ekstrak daun pepaya
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup 84 %,
pertumbuhan panjang 2,3 cm, pertumbuhan bobot 3,09 gram, laju pertumbuhan
harian panjang 1,36 %, bobot 3,57% dan FCR 0,77 .

5.2 Saran
Proyek mandiri yang telah dilakukan berjudul pendederan ikan nila
dengan padat tebar 300 ekor/m2 menggunakan penambahan ekstrak daun pepaya
pada pakan. Mengurangi jumlah padat tebar agara penggunanaan ekstrak daun
pepaya lebih berpengaruh, supaya hasil yang diperoleh lebih baik lagi dalam
menjamin pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan.
34

DAFTAR PUSTAKA

Aliyas. Ndobe, S dan Ya’la, R,Z. 2016. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup
Ikan Nila (Oreochromis niloticus sp) Yang Dipelihara Pada Media
Bersalinitas. Universitas Tadulako. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako,
Volume 5 Nomor 1, Januari 2016, hlm 19-27.
Amalia, A. Subandyono dan Arini, E. 2013. Penggunaan Papain Terhadap
Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Universitas Diponogoro, Semarang. Journal of Aquaculture
Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman
136-143.
Amri, Khairul dan Khairuman.2013. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.Penebar
Swadaya: Cianjur
Anggraini, A.& Yunianta, (2015). Pengaruh Suhu dan Lama Hidrolisis Enzim
Papain Terhadap Sifat Kimia, Fisik dan Organoleptik Sari Edamame. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 3(3),1015-1025.
Ardina Y.2007. Development of antiacne gel formulation and minimum inhibitory
concentration determination from Carica Papaya leaves extract (Carica
papaya Alinn.). Bogor. IPB
35

Arief H.P.1975. Papain. Bulletin Biokimia (1) Tahun 1 Mei 1975. Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Bogor.
Arief, M., D. K. Pertiwi dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan
Buatan, Pakan Alami, dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan, Rasio
Konservasi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguillabicolor).
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3 (1) : 61-65.
Bastiawan, D., Wahid, A (2008), Teknik Pembenihan Nila Gift Secara masal dan
Pembesaran di Tambak. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Artikel-
dkp.go.id.
Boyd.1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Auburn
University. Elseveir Science Publishing Company, Albama, Inc.New York.
BSN.2009.SNI:6141-2009 Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochormis
niloticus bleeker) kelas benih besar.
Chriatianah.O., S. Badirat.2013. The Effect Of Pawpaw (Carica Papaya) Leave
Meal On The Growth Performance And Blood Profile Of African Cat Fish.
Transnational Journal of Science and Technology July 2013 edition vol.3,
No.7
Daelami, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Cianjur.
Diansari, Vanya R, Dkk. 2013. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap
Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada
Sistem Sirkulasi Dengan Filter Zeolit. Journal Of Aquaculture Management
and Teknology. Volume 2 nomor 3, hal 37-48. Semarang. http;//ejournal-
l.undip.ac.id/indek.php/jfplk.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. (2017). Kelompok kerja peningkatan
produksi perikanan. Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan. Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya.(62 pp).Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Effendi,I. 2010. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya: Jakarta.
Elyana, P. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Hasil Fermentasi
Aspergillus oryzae Dalam Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus linn). [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
74 hlm.
36

Fujimura K, and Okada N.2010. Development of embryo, larva and early juvenile
of Nile tilapia (Oreochormis niloticus) (pisces: chiclidae) developmental
staging System. Develop Growt Differ. 49:3001-324
(http://repsitory.ipb.ac.id/handle/123456789/46657)
Hermawan,S. Nikhlani, A. Isriansyah.2016. Kombinasi Pakan Alami Cacing
Tubifex sp dan Pakan Buatan Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Gabus (Chana striata) Dalam Upaya Domestikasi Ikan Spesifik Lokal.
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Kelautan dan Ilmu Perinan. Universitas
Mulawarman.
Hutabarat, J. Rachmawati, D dan Samidjan, I. 2016. Pengaruh Enzim Protease
Papain Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Net Protein
Utilization Benih Lele Sangkuriang Yang Dibudidaya Di Desa Wonosari.
Universitas Diponegoro. Semarang. PENA Akuatika, Volume 14 No. 1-
September 2016.
Hutabarat, G. M., and Rachmawati, D., dan Pinandoyo. 2015. Performa
Pertumbuhan Benih Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Melalui
Penambahan Enzim Papain Pada Pakan Buatan. Journal of Aquaculture
Management and Technology 4(1):10-18.
Junelda, F. K., Irwanmay, Leidonald, R. 2013. Pengaruh Padat Penebaran
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila Gesit
(Oreochromis Niloticus). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Khodijah, D. Rachmawati, D dan Pinandoyo.2015. Perfoma Pertumbuhan Benih
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Melalui Penambahan Enzim
Papain Dalam Pakan Buatan. Universitas Diponogoro, Semarang. Journal of
Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015,
Halaman 35-43.
Laevastu, T. I. Hela. 1970. Fisheries Oceanography and ecology. Fishing News.
Books Ltd. London.
Mahardhika, P.,R. Gustiano, D.T. Soelistyowati, M.F. Ath-thar. 2011. Keragaan
Hibridain Traspesifik Dari Empat Strain Ikan Nila (Oreochomis niloticus)
37

Dikeramba Jaring Apung, Danau Lido, Bogor. Jurnal Biologi, 10(4):533-


540.
Mapparimeng, (2016). Pengaruh penambahan ekstrak daun pepaya (Carica
papaya) pada pakan ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Agrominansia,
1(2), 148-158
Mubinum., Mifta. H., dan Irma (2004), Nila MERAH (Oreochromis niloticus)
Penghuni Baru Sungai Gelam. Balai Budidaya Air Tawar Jambi, Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan & Japan
Internasional Cooperation Agricultur (MERAH), Jambi.
Mudjiman, A.2011. Makanan Ikan. Edisi revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyani, S, Y. Yulisman dan Fitrani, M. 2014. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik.
UNSRI, Palembang. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2 (1) 01 -12 (2014).
Nawati, 2011. Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis)
Menggunakan Jenis Pakan Dan Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan.
Budidaya Perairan Universitas Mataram.
Nugroho, A. Arini,E dan Elfitasari, T. 2013. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda
Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Filter Arang. Universitas
Diponegoro, Semarang. Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 94-100.
Razak AP, Krechoff RL, Watung JC.2017. Administrasi oral imunostimulan ragi
roti (Saccharomyces cereviciae) untuk meningkatkan pertumbuhan ikan mas
(Cyprinus Carpio L.). Jurnal Budidaya Perairan Vol. 5 No.2 : 27-36
Rehena JF. 2010.Uji Aktivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya LINN)
sebagai Antimalaria in Vitro.Jurnal Ilmu Dasar 11(1): 96-100
Sari,W.A.P., Subandiyano & Sri Hastuti, (2013). Pemberian Enzim Papain Untuk
Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Larasati (Oreochromis niloticus Var.). Journal of Aquaculture Management
and Technology, 6(40), 77-84.
38

Sari, R.D. 2010. Respon Beberapa Strain Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Terhadap Jenis Pakan Yang Sama. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Halaman 21.
Sawyer, C. N. And McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental
Engineering. Third edition. McGrawHill Book Company, Tokyo.
Septian, R. Samidjan dan Rachmawati. 2013. Pengaruh Pemberian Kombinasi
Pakan Ikan Rucah Dan Buatan Yang Diperkaya Vitamin E Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulusan Kepiting Soka (Scylla paramamosain).
Universitas Diponegoro, Semarang. Journal of Aquaculture Management and
Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24.
SNI 6141:2009. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) Kelas
Benih Sebar
Sucipto dan Prihartono (2007), Pembesaran Nila Hitam Bangkok di Keramba
Jaring Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sucipto,A dan Prihartono, R Eko.2015.Pembesaran Ikan Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Suyanto, R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran NILA. PT Niaga Swadaya.Jakarta
Suyanto R.2014. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Bogor.Trewavas
E.1983.Tilapiine fishes of the genera Sarotherodon, Oreochormis and
Danakilia.British Mus Nat.Hist.583
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46657).
Tobing, L, Y dan Usman, S.2018. Pengaruh Pembertian Pakan Fermentasi
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsung Hidup Ikan Lele (Clarias sp).
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tubagus, Y. 2014. Strategi Pengembangan Pembenihan Ikan Nila (Oreochormis
nilaticus) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen
Perikanan dan Kelautan. 1(1):12-20.
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit
Universitas Gadjah Mada.
39

Widiyaningrum, P.2000. Pengaruh Padat Penebaran dan Jenis Pakan terhadap


Produktivitas Tiga Spesies Jangkrik Lokal yang Dibudidayakan. Disertasi.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winda et al. 2013. The Use of Papain Enzyme to Increase The Digestibility of
Dietary Protein and the Growth of juveniles of Tilapia Larasati (Oreochromis
niloticus Var)
Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Kualitas Air
diakuarium Pemeliharaan. Universitas Antakusuma. ZIRAA’AH Volume 42,
Nomor 2, Halaman 91-119. E-ISSN 2355 -3545.

Lampiran 1. Data Tingkat Kelangsungan Hidup

Tabel 6. Tingkat Kelangsungan Hidup Kolam A


Minggu ke Jumlah ikan Kematian ikan Persentase
1 600 0 100
2 587 13 97
3 576 11 96
4 548 28 91
5 529 19 88
6 508 21 84

Tabel 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Kolam B


Minggu ke Jumlah ikan Kematian ikan Persentase
1 600 0 100
2 586 14 97
3 571 15 95
4 546 25 91
5 449 97 74
6 431 18 71
40
41

Lampiran 2. Data Pertumbuhan Panjang Ikan Nila

Tabel 8. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Kolam A


Data Petumbuhan Panjang Ikan Nila
Minggu ke Rata-rata Panjang Rata-rata Panjang Pertumbuhan
awal (cm) Akhir (cm) Panjang (cm)
1 3,69 4,03 0,34
2 4,03 4,53 0,5
3 4,53 4,83 0,3
4 4,83 4,98 0,15
5 4,98 5,99 1,01

Tabel 9. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Kolam B


Data Pertumbuhan Panjang Ikan Nila
Minggu ke Rata-rata Panjang Rata-rata Panjang Pertumbuhan
awal (cm) akhir (cm) Panjang (cm
1 3,66 3,95 0,29
2 3,95 4,36 0,41
3 4,36 4,99 0,63
4 4,99 5,43 0,44
5 5,43 5,68 0,25

Pertumbuhan Panjang Total Kolam A


L= Lt – Lo
L= 5,99 cm – 3,69 cm = 2,3 cm
Pertumbuhan Panjang Total Kolam B
L= Lt – Lo
L= 5,68 cm – 3,66 cm = 2,02 cm

Lampiran 3. Data Pertumbuhan Bobot Ikan Nila

Tabel 10. Pertumbuhan Bobot Ikan Nila Kolam A


Data Pertumbuhan Bobot Ikan Nila
Minggu ke Rata-rata Bobot Rata-rata Bobot Pertumbuhan
42

Awal (gram) Akhir (gram) Bobot (gram)


1 1,23 1,41 0,18
2 1,41 1,84 0,43
3 1,84 2,17 0,33
4 2,17 2,44 0,27
5 2,60 4,32 1,7

Tabel 11. Pertumbuhan Bobot Ikan Nila Kolam B


Data Pertumbuhan Bobot Ikan Nila
Minggu ke Rata-rata Bobot Rata-rata Bobot Pertumbuhan
Awal (gram) Akhir (gram) Bobot (gram)
1 1,25 1,39 0,14
2 1,39 1,72 0,33
3 1,72 2,28 0,56
4 2,28 3,16 0,88
5 3,16 4,09 0,93

Pertumbuhan Bobot Total Kolam A


B= Bt – Bo
B= 4,32 gram – 1,23gram = 3,09gram
Pertumbuhan Bobot Total Kolam B
B=Bt – Bo
B= 4,09 gram – 1,25 gram = 2,84gram

Lampiran 4. Data Laju Pertumbuhan Harian Panjang


Laju Pertumbuhan Harian Panjang
¿
Rumus LPH = α =

t
Lo
– 1 ×100 %

Mingg Kolam A Kolam B


u ke
1 4,03 3,95
LPH = α =

7

3,69
– 1 ×100 %
= ( 1,0921)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

7

3,66
– 1 ×100 %
= (1,0792 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0124 – 1 ×100 % = 1,0107 – 1 ×100 %
= 1,24 % = 1,07 %
43

2 4,53 4,36
LPH = α =

7

4,03
– 1 ×100 %
= ( 1,1240)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

7

3,95
– 1 ×100 %
= (1,1037 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0164 – 1 ×100 % = 1,0139– 1 ×100 %
= 1,64 % = 1,39 %
3 7 4,83 7 4,99
LPH = α =
√4,53
– 1 ×100 %
= ( 1,0662)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

4,36
– 1 ×100 %
= (1,1444 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0090 – 1 ×100 % = 1,0190 – 1 ×100 %
= 0,9 % = 1,9 %
4 7 4,98 7 5,43
LPH = α =
√4,83
– 1 ×100 %
= ( 1,0310)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

4,99
– 1 ×100 %
= (1,0881 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0042 – 1 ×100 % = 1,0118 – 1 ×100 %
= 0,42 % = 1,18 %
5 7 5,99 7 5,68
LPH = α =
√4,98
– 1 ×100 %
= ( 1,2028)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

5,43
– 1 ×100 %
= (1,0460 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0261 – 1 ×100 % = 1,0063– 1 ×100 %
= 2,61 % = 0,63 %
44

Perhitungan Laju Pertumbuhan Panjang Harian Total Kolam A


¿
LPH = α =

t
Lo
– 1 ×100 %

5,99
α =35
√ 3,69
−1× 100 %

= (1,6233)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0136 – 1 ×100 %= 1,36 %
Perhitungan Laju Pertumbuhan Panjang Harian Total Kolam B
¿
LPH = α =
√ t
Lo
– 1 ×100 %

5,68
α =35
√ 3,66
−1 ×100 %

= (1,5519)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0123 – 1 ×100 %
= 1,23 %
45

Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Bobot Harian


Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Wt
LPH = α =

t

Wo
– 1 ×100 %

Minggu Kolam A Kolam B


ke
1 1,41 1,39
LPH = α =

7

1,23
– 1 ×100 %
= ( 1,1463)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

7

1,25
– 1 ×100 %
= (1,112)0,14 – 1 ×100 %
= 1,0192 – 1 ×100 % = 1,0149 – 1 ×100 %
= 1,92 % = 1,49 %
2 7 1,84 7 1,72
LPH = α =

1,41
– 1 ×100 %
= ( 1,3049)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

1,39
– 1 ×100 %
= (1,2374 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0379 – 1 ×100 % = 1,0302 – 1 ×100 %
= 3,79 % = 3,02 %
3 7 2,17 7 2,28
LPH = α =

1,84
– 1 ×100 %
= ( 1,1793)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

1,72
– 1 ×100 %
= (1,3255 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0233 – 1 ×100 % = 1,0402 – 1 ×100 %
= 2,33% = 4,02 %
4 7 2,60 7 3,16
LPH = α =

2,17
– 1 ×100 %
= ( 1,1981)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

2,28
– 1 ×100 %
= (1,3859 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0256 – 1 ×100 % = 1,0467 – 1 ×100 %
= 2,56% = 4,67 %
5 7 4,32 7 4,09
LPH = α =

2,60
– 1 ×100 %
= ( 1,6615)0,14 – 1 ×100 %
LPH = α =

3,16
– 1 ×100 %
= (1,2821 )0,14 – 1 ×100 %
= 1,0736 – 1 ×100 % = 1,0354– 1 ×100 %
= 7,36% = 3,54%
46

Perhitungan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Total Kolam A


Wt
LPH = α =

t

Wo
– 1 ×100 %

4,32
α =35
√ 1,23
−1 ×100 %

= (3,5121)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0357 – 1 ×100 %
= 3,57%
Perhitungan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Total Kolam B
Wt
LPH = α =
√ t

Wo
– 1 ×100 %

4,09
α =35
√ 1,25
−1 ×100 %

= (3,272)0,028 – 1 ×100 %
= 1,0337 – 1 ×100 %
= 3,37 %
47

Lampiran 6. Data Sampling Ikan Nila


Tabel 12. Panjang Kolam A
N0 Panjang minggu ke
0 (cm) 1 (cm) 2 (cm) 3 (cm) 4 (cm) 5 (cm)
1 3 3,5 4 4 5,2 5,9
2 3 4 4,5 4 5 6,3
3 4 3,5 5 4,5 6 6,7
4 3,6 4,5 4,5 4 5 6,5
5 4 4 4,5 5 5,2 6,5
6 3,5 5 4,6 5 5,5 6
7 3 3 4,5 5 5,5 6,5
8 4 4 5 5,9 5,7 6,5
9 3,5 4 5,5 6 5 5
10 4 4 4,5 4 4,8 6,8
11 3 5 4,5 5 5 6,5
12 3,5 4 4,5 5,2 5,6 5,7
13 4 3,5 4,5 4,2 4,5 5,5
14 3,5 3,5 4,5 6 4,5 6
15 3,5 4,5 4,5 5,2 5 6,5
16 4 4 4,5 4,9 5 6,5
17 5 4,5 4,5 5 4,5 6,5
18 3 3,5 4,5 6,4 6 6
19 4 4 5 4 5 6
20 3,5 4,5 4 4,5 4,5 6
21 4 3,5 4,5 5 5 6,3
22 3 4 5,1 5,6 6 6
23 3,5 4 4,7 4,5 5 6,5
24 4 4 5 4 4,5 6
25 3,5 3,5 4,6 5,5 5 5,7
26 4 3,5 4,5 4,5 4 5,5
27 3,4 4 4,5 5 4,3 5,7
28 4 4 4,5 5,5 5 5,5
29 3 4,5 4,5 5 5 6
30 5 3,5 4,5 4 5,2 5,5
31 4 3,5 4,5 4,5 4,3 5,5
32 3,5 4,5 4,5 5 5 5,7
33 3,5 4 4,5 4 4 6,7
34 4 3,5 5 5 4,8 6
48

35 4 4 4,5 4,5 5,5 7


36 3,5 4 4 4,5 4,8 5,5
37 3 4,2 4,5 4,5 6 6
38 3,5 4,2 4,5 5 6 5,8
39 4 4,5 4,5 5,5 5 6,5
40 3,5 3,5 4 4,5 5 7
41 3 5 4,5 5 4,5 6
42 4 3,8 4,5 5,5 4,5 6
43 5 4,5 4,5 5 5 6
44 3,5 4,5 4,5 4,5 4,5 6
45 4 3,5 4,5 4,5 6 6
46 3,5 4 4,5 4,5 4,5 6
47 4 3,5 4,5 5 5 5
48 3 3,5 4,5 4 5,2 5
49 5 4 4,5 5 4,5 5,5
50 3,5 4 4,5 5 4,5 5
51 4 4 4,5 4,5 5 5,3
52 3,5 4 4,5 4 6 5,5
53 3,5 4,5 4 6 5 6
54 4 4 4,5 4 5,5 6,5
55 3,5 5 4,5 4,2 4,5 7
56 4 4,5 4,5 5,2 5 5,5
57 3 4 4,5 4,5 4,5 6
58 4 4,5 4 5 4 6
59 3,5 4 4,5 6 5 5
60 3,4 4,5 5 5 4,5 6
Panjang
221,4 242,2 272 289,8 299,1 359,6
total
Panjang
Rata- 3,69 4,03 4,53 4,83 4,98 5,99
rata/ekor
49

Tabel13. Panjang Kolam B


No. Panjang minggu ke
0 (cm) 1 (cm) 2 (cm) 3 (cm) 4 (cm) 5 (cm)
1 3 5 5 4,5 5,5 6
2 4 4 4,5 5 6,5 7,5
3 3 4,5 5 4,8 6,3 5
4 3 4,5 4,5 5,6 6,6 5,5
5 4 5,5 4,5 4,5 6,5 6
6 3,5 4 4,8 6,4 6 5,5
7 3,6 3,8 4,2 5 5,5 6,5
8 3 4,5 4,5 4 6,3 6
9 4 4,5 4 5,5 5,6 6
10 3,9 4,5 4,5 5,5 5,5 5
11 3,8 5 5 4,5 6,5 5
12 4 5,5 4,5 5 6,2 4,5
13 3 3,5 4,5 4,5 5,5 6,5
14 4 4,5 4,5 4,5 7,2 4
15 4 3 4,5 4,5 5,5 6
16 3 4,5 4,2 4,5 5,5 6,5
17 4 3,5 4 5 7,2 6
18 3,5 3 4,5 6 5,5 7,5
19 3,3 3,5 4,5 5 5,5 5
20 3,2 4,5 4,5 4,5 5,5 6,3
21 4 4,5 4,5 5 5,4 5,5
22 4 4 5 4,8 5,2 5,5
23 3 4 4,5 4,5 6 6,2
24 3,5 3,5 4 5,5 5,5 5,5
25 3,4 4 4,5 4,5 5,5 5,8
26 3 4 4,1 6 4,5 6
27 4 4 4,5 4,5 5 7
28 4 3,5 4,5 5,5 5 6
29 4 3,5 4,5 5 5,7 6
30 5 4 4,5 5,5 5,5 5
31 4 3,5 4 5 5 5,5
32 4 3,5 4 5 5,2 6
33 4 4 5 5,5 5,2 5,8
34 3,8 4 4,2 4,8 5,5 5,5
50

35 3,7 4 4,2 4,5 4 6,2


36 4 4 4,3 5 5 5,5
37 4 4 4 4,7 4,8 6,3
38 3,2 4 4,5 4,5 4,5 5,5
39 3,3 3,5 4,5 5 4,5 5,5
40 3 4 4,4 5 5 6,5
41 3,3 3,5 4 5 5,5 5,5
42 3,4 3,5 4,5 5,5 5,5 5
43 4 3,5 4,5 4,8 5,5 6
44 4 3,5 4,5 5,5 4,5 5
45 4 3,5 4,5 5,4 4,5 6
46 3,5 4,2 4,5 4,5 4,5 5,5
47 3,5 4 4,2 5,5 5,2 5
48 3 3,5 4 6 5 5,5
49 3 4 4 4,5 5,5 6
50 4 3,5 4 4,5 5,5 5,5
51 3,5 4 4,2 5 5 5
52 4 3,5 4 5,4 5 5
53 4 4 4 4 4,5 5,5
54 4 3,5 4,3 4,5 4,5 6
55 3,9 4 4 4,5 5,5 5
56 4 4 4 5,5 6 6
57 3,8 4,2 4,5 5 5,5 5,5
58 4 3,5 4 6 6 4,5
59 4 3,5 4 5,5 5,5 5,4
60 3,5 3,5 4,5 4,5 5 5
Panjang
220,1 237,2 262,1 299,7 326,1 341
total
Rata-
3,66 3,95 4,36 4,99 5,43 5,68
rata/ekor
51

Tabel 14.Bobot Kolam A


N0 Bobot minggu ke
0 (gr) 1 (gr) 2 (gr) 3 (gr) 4 (gr) 5 (gr)
1 0,6 1,2 1,1 1,4 2,2 3,8
2 0,6 1,2 1,7 1,5 2,3 4,9
3 1,2 1,1 2,6 1,6 3,5 5,8
4 1,3 1,6 1,7 1,4 2,8 4,8
5 1,2 1,5 2 2 2,4 5,2
6 1,4 2,4 2,1 2 3,2 4,2
7 0,7 0,9 1,9 2 3,3 5,7
8 1,6 1,2 2,5 3,5 3,2 5,6
9 0,8 1,4 3,6 3,7 2,2 2,6
10 1,2 1,4 1,7 1,6 2,7 5,2
11 1,1 2,8 1,8 2,2 2,1 5,8
12 1,4 1,8 1,8 2,8 3,7 4,3
13 1,2 1,4 1,8 1,5 1,8 3,3
14 1 1,1 1,9 3,7 1,9 4,1
15 1,4 2,4 1,7 2,8 2,2 5,6
16 1,5 1,4 2 2,3 2,3 5,1
17 1,8 1,6 1,8 1,7 2,8 6,2
18 1,2 1,2 2,1 4,2 3,9 4,4
19 1,4 1,3 2,6 1,3 2,3 4,6
20 1,2 1,7 1,3 1,5 3,2 4
21 1,2 0,8 1,9 2,2 2,8 5,1
22 1,4 1,5 2,6 2,9 3,1 5
23 1,2 1,4 2,3 2,1 2,5 4,8
24 1,2 1,4 2,2 1,2 2,5 5,9
25 1,1 0,9 2,4 2,6 2,3 4,2
26 1,2 1 1,6 1,6 2,4 3,1
27 1,3 1,2 1,7 2,1 1,8 3,8
28 1,1 1,1 1,8 2,6 2,3 3,7
29 0,8 1,5 1,8 2,3 2 4,5
30 1,8 0,7 2 1,4 2,5 3,4
31 1,2 1,2 1,7 1,9 3 3,7
32 1,8 1,9 1,7 2,2 2,2 5,3
33 1,2 1,3 1,7 1,5 2,9 5,6
34 1,5 1,1 2,6 1,9 2,5 4,3
52

35 1,2 1,4 1,6 1,6 2,3 6


36 1,2 1,3 1,3 2,2 2 3
37 0,9 1,2 1,7 1,7 3,3 5,3
38 1,2 1,3 1,9 2,2 3,5 3,6
39 1,4 1,6 1,8 3,5 2,1 5,1
40 1,2 1 1 1,9 2,6 6,2
41 1,4 2,5 1,6 2,2 1,9 4
42 1,2 1,2 1,5 3,5 1,5 3,9
43 1,8 1,4 2 3 1,9 3,6
44 0,8 1,6 1,7 1,7 2,2 4,5
45 1,1 0,6 1,5 1,6 2,1 3,6
46 1,2 1,4 1,7 1,9 2,1 3,2
47 1,3 0,9 1,8 2,2 2,3 2,5
48 1 1,2 1,7 1,5 2,9 2,2
49 1,8 1,3 1,8 1,9 1,9 3,3
50 0,9 1,5 1,8 2 2,5 2,1
51 1,4 1,3 1,7 1,6 2,2 2,9
52 1,2 1,3 1,7 1,4 3,8 3,3
53 1,2 1,4 1,4 3,7 2,1 5,3
54 1,2 1,2 1,5 1,6 3,2 5,3
55 1 2,6 1,5 1,6 1,9 6,2
56 1,3 1,8 2 2,8 2,2 3
57 1,3 1,3 1,9 2 1,9 3,9
58 1,2 1,7 1,3 2,2 2 3,5
59 1,2 1,5 1,9 3,7 2,2 3
60 1,5 1,8 1,9 2 2 3,5
73,9 84,6 110,9 130,4 156,2 259,6
Bobot Total
Rata-rata/ 1,23 1,41 1,84 2,17 2,60 4,32
ekor

Tabel 15. Bobot Kolam B


53

No. Bobot Minggu ke


0 (gr) 1 (gr) 2 (gr) 3 (gr) 4 (gr) 5 (gr)
1 1,4 2,3 2,4 1,9 2,2 3,7
2 1,2 1,5 1,7 2,3 4,4 6
3 0,9 1,6 2,3 1,8 4,5 3,1
4 0,8 1,6 2,1 2 4,9 3
5 1,2 2,6 1,6 1,7 5 3,8
6 1,1 1,2 2,3 4,5 4,9 3,4
7 1,2 1 2,1 2,1 3,6 5,1
8 0,8 1,6 2 1,2 5 4,2
9 1,4 1,7 1,3 3 3,8 3,6
10 1,2 1,5 2,1 2,9 4 3,3
11 1,2 2,4 2 1,9 4,9 3,3
12 0,9 2,6 1,7 2,4 5 1,9
13 0,8 1,1 1,7 2,1 3,7 5,5
14 1,4 1,2 1,7 1,2 4,3 1,8
15 1,2 0,9 2,1 1,6 3,7 5,5
16 1,1 1,6 1,9 1,6 3,5 6,2
17 1,2 1,4 1,7 2,4 4,5 4,6
18 1,2 1,2 1,6 3,5 2,4 7,4
19 1,1 1,2 2 2,6 3,7 3,1
20 1,4 1,4 1,7 1,9 4,1 4,9
21 1,1 1,4 2,1 2,5 4,2 3,4
22 1,2 1,3 2,7 2,1 3 3,6
23 1,4 1,2 1,8 2 4,3 5,1
24 1,4 1,1 1,7 2,8 3,7 3,8
25 1,2 1,5 1,9 2,2 3 4,2
26 1,4 1,5 1 2,9 2,4 5
27 1,4 1,5 2,1 2 2,1 6,5
28 1,4 1,1 1,6 2,7 2,8 3,9
29 1,2 1,1 1,5 2,3 3,8 3,9
30 1,4 1,5 1,5 2 3,2 2,6
31 1,8 1,2 1,5 2,1 3,3 3,4
32 1,2 1,2 1,7 2,3 3,6 4,6
33 1,4 1,4 3,1 2,2 2,3 4,4
34 1,4 1,3 1,9 2,5 2,3 3,6

35 1,2 1,2 1,9 1,9 3,5 5,3


54

36 1,2 1,3 1,6 2,3 2 4,4


37 1,1 1,4 1,7 2 2,3 5,4
38 1,2 1,2 1,9 1,9 2,4 4,1
39 1,1 1,1 1,9 2,1 2,2 3,6
40 1 1,5 1,6 2,3 2,1 5
41 1,2 1,2 1,2 2,5 2,2 3,8
42 1,4 1,4 1,4 2,8 2,3 2,9
43 1,2 1,3 1,7 2,5 2,4 4,6
44 1,8 1,4 1,5 2,7 2,2 2,8
45 1,4 1,1 1,6 2,8 2,3 4,1
46 1,2 1,2 1,3 2,5 2,1 3,6
47 1,2 1,3 1,6 2,7 2 2,4
48 1,2 1,9 1,5 2,6 2,1 3,8
49 1,1 1,5 1,2 2,5 2,2 4,3
50 1,8 1,3 1,5 2,3 2,2 3,8
51 1,2 2 1,3 2,3 2 3,2
52 1,4 1,4 1,3 2,8 2,1 2,4
53 1,4 1,5 1,1 1,9 2,4 3,2
54 1,2 1,5 1,2 2 1,9 4,3
55 1,2 1,8 1,4 2,1 2,8 3,4
56 1,1 1,8 1,6 2,2 3,8 4,2
57 1,2 1,2 1,9 2 2,5 3,4
58 1,4 1,3 1,2 1,9 4,2 2,1
59 1,4 1,2 1,4 2 3,7 3,6
60 1,9 1,4 1,8 2 2,1 2,6
Bobot 75,3 83,6 103,4 136,8 190,1 245,8
Total
Rata- 1,25 1,39 1,72 2,28 3,16 4,09
rata/
ekor

Lampiran 7. Perhitungan Feed Convertion Rasio (FCR)


55

a. Perhitungan dengan penambahan ekstrak daun pepaya


F 1250 gr 1250 gr
= = =
( Bt + Bd )−Bo ( 2.194,56 gr +153,5 gr )−738 gr 2.348,06 gr −738 gr

1250 gr
=¿ 0,77
1.610,06 gr

b. Perhitungan tanpa penambahan ekstrak daun pepaya


F 1360 gr 1360 gr
= = =
( Bt + Bd )−Bo ( 1.762,79 gr +263,2 gr ) −750 gr 2.025,99 gr−750 gr

1360 gr
=¿1,06
1.275,99 gr
56

Lampiran 8.Pengamatan Pakan


Tabel 16. Pengamatan Perbedaan Pakan
Hasil
No Parameter Pellet dengan penambahan Pellet buatan
ekstrak daun pepaya
1 Bau dan aroma Amis menyengat Amis tidak
menyengat
2 Warna Coklat tua Coklat muda
3 Tekstur Lembab dan mudah hancur Kering dan tidak
mudah hancur
4 Respon terhadap ikan Lambat saat pemberian pakan Agresif saat
pemberian pakan
5 Waktu penyimpanan ≥ 7 hari berjamur ≥ 7 hari tidak
berjamur
57

Lampiran 9. Data Kualitas Air


Tabel 17. Kualitas Air
Tangga Kolam Suhu Warna air Ph DO Amoniak Ikan
l mati
Pagi Siang Sore
19 A 270C 290C 280C Putih 6 _
Oktobe kehijau
_
r 2020 B 270C 290C 280C Putih 6
kehijau
(1) (1) (1) muda
20 A 270C 270C 270C Hijau 3
Oktobe muda
4
r 2020 B 270C 270C 270C Hijau
(2) (4) (2) muda
21 A 270C 280C 270C Hijau 2
Oktobe muda
2
r 2020 B 270C 280C 270C Hijau
(1) (1) (1) muda

22 A 260C 280C 270C Hijau 2


Oktobe muda
2
r 2020 B 260C 280C 270C Hijau
(4) (2) (2) muda
23 A 260C 280C 270C Hijau tua 2
Oktobe
2
r 2020 B 260C 280C 270C Hijau tua
(1) (1) (1)
24 A 270C 280C 270C Hijau tua 2
Oktobe
2
r 2020 B 270C 280C 270C Hijau tua
(1) (1) (4)
25 A 270C 270C 270C Hijau 6 2
Oktobe muda
2
r 2020 B 270C 270C 270C Hijau 6
(4) (4) (4) muda
26 A 270C 280C 270C Hijau 2
Oktobe muda
0 0 0 2
r 2020 B 27 C 28 C 27 C Hijau
(1) (1) (4) muda
0 0 0
27 A 26 C 27 C 26 C Hijau 7 1
Oktobe muda
2
r 2020 B 260C 270C 260C Hujau 7
(2) (2) (2) muda
Keterangan cuaca: 1.Cerah 2.Cerah berawan 3. Mendung 4. Hujan

Tanggal Kolam Suhu Warn pH DO Amoniak Ikan


58

a air mati
Pagi Sian Sore
g
0
28 A 27 C 280C 270C Hijau 2
muda
Oktober B 2
270C 280C 270C Hijau
2020 (1) (1) (1) muda
29 A 260C 290C 280C Hijau 2
tua
Oktober B 3
260C 290C 280C Hijau
2020 (1) (1) (1) tua

30 A 260C 270C 270C Hijau 2


Novembe tua
0 0 0 2
r 2020 B 26 C 27 C 27 C Hijau
(1) (4) (2) tua
0 0 0
31 A 26 C 27 C 28 C Hijau 1
Novembe muda
0 0 0 2
r 2020 B 26 C 27 C 28 C Hijau
(1) (4) (1) muda
0 0 0
01 A 26 C 27 C 28 C Hijau 7 1
Novembe muda
2
r 2020 B 260C 270C 280C Hijau 7
(1) (1) (1) muda
02 A 260C 270C 280C Hijau 5,8mg/l _
Novembe muda
2
r 2020 B 260C 270C 280C Hijau
5,9mg/l
(1) (1) (1) muda
03 A 260C 270C 280C Hijau 1
Novembe muda
_
r B 260C 270C 280C Hijau
2020 (1) (1) (1) muda
04 A 260C 290C 280C Hijau 1
Novembe tua
0 0 0 4
r 2020 B 26 C 28 C 27 C Hijau
(1) (1) (4) tua
0 0 0
05 A 26 C 26 C 27 C Hijau 2
Novembe tua
0 0 0 2
r 2020 B 26 C 26 C 27 C Hijau
(4) (3) (4) tua
Keterangan cuaca: 1.Cerah 2.Cerah berawan 3. Mendung 4. Hujan
59

Tanggal Kolam Suhu Warna pH DO Amoniak Ikan


air mati
Pagi Siang Sore
06 A 250C 260C 260C Hijau 7
Novembe tua
0 0 0 4
r 2020 B 25 C 26 C 26 C Hijau
(4) (3) (4) tua
0 0 0
07 A 27 C 28 C 30 C Hijau 15
Novembe muda
0 0 0 11
r 2020 B 27 C 28 C 30 C Hijau
(1) (1) (1) muda
0 0 0
08 A 26 C 27 C 29 C Hijau 6 2
Novembe muda
2
r 2020 B 260C 270C 290C Hijau 6
(1) (1) (4) muda
09 A 260C 270C 280C Hijau 3
Novembe muda
3
r 2020 B 260C 270C 280C Hijau
(1) (1) (1) muda
10 A 260C 290C 280C Hijau 2
Novembe muda
66
r 2020 B 260C 280C 280C Hijau
(4) (1) (4) muda
0 0 0
11 A 26 C 29 C 28 C Hijau 4
Novembe muda
0 0 0 19
r 2020 B 26 C 28 C 28 C Hijau
(1) (1) (1) muda
0 0 0
12 A 26 C 29 C 28 C Hijau 3
Novembe tua
0 0 0 6
r 2020 B 26 C 29 C 28 C Hijau
(1) (1) (1) tua
0 0 0
13 A 26 C 29 C 28 C Hijau 2
Novembe tua
1
r 2020 B 260C 290C 280C Hijau
(1) (4) (1) tua
14 A 270C 300C 280C Hijau 3
Novembe muda
1
r 2020 B 270C 290C 280C Hijau
(1) (4) (1) muda
Keterangan cuaca: 1.Cerah 2.Cerah berawan 3. Mendung 4. Hujan

Tanggal Kola Suhu Warna air Ph DO Amoniak Ikan


60

m mati
Pagi Siang Sore
15 A 270C 300C 270C Hijau 2
November muda
1
2020 B 270C 300C 270C Hijau
(1) (1) (1) muda
16 A 270C 300C 280C Hijau 6 4
November muda
4
2020 B 270C 300C 280C Hijau 6
(1) (1) (1) muda
17 A 260C 270C 270C Hijau 3
November muda
4
2020 B 260C 270C 270C Hijau
(1) (4) (1) muda
18 A 260C 270C 280C Hijau tua 2
November
2
2020 B 260C 270C 280C Hijau tua
(4) (1) (1)
19 A 260C 280C 290C Hijau tua 7 2
November
2
2020 B 260C 280C 290C Hijau tua 7
(1) (1) (1)
20 A 260C 270C 280C Hijau tua 5 mg/l 2
November
5 mg/l 2
2020 B 260C 270C 280C Hijau tua
(1) (4) (1)
21 A 260C 300C 270C Hijau tua 3
November
3
2020 B 260C 300C 270C Hijau tua
(2) (1) (2)
22 A 270C 290C 270C Hijau tua 5
November
1
2020 B 270C 290C 270C Hijau tua
(2) (4) (2)
23 A 260C 270C 270C Hijau tua 6 _
November
6 _
2020 B 260C 270C 270C Hijau tua
(3) (2) (2)
24 A 270C 280C 270C Hijau tua _
November B 270C 280C 270C Hijau tua _
(1) (1) (1)
Keterangan cuaca: 1.Cerah 2.Cerah berawan 3. Mendung 4. Hujan

Lampiran 10. Perhitungan amonia


Tabel 18.Data perhitungan amonia
61

Sumber : https://images.app.goo.gl/uALNkN8tH3jeL55r6

Kolam A Kolam B
Diketahui: Diketahui:
Suhu :280C Suhu :280C
pH :7 pH :7
TAN : 5 mg/l TAN : 5 mg/l
0,0069 0,0069
Tabel fraksi : =0,000069 Tabel fraksi : =0,000069
100 100
Ditanya NH3 Ditanya NH3
NH3 = 5 ×0,000069 NH3 = 5 ×0,000069
= 0,000345 mg/l = 0,000345 mg/l

Lampiran 11. Dokumentasi Proyek Mandiri


62

Gambar 10. Persiapan ekstrak daun


gambar 9. Persiapan media
pepaya

Gambar 11. Persiapan ekstrak daun


pepaya

Gambar 12. Spayer


Gambar 13. penyemprotan

Gambar 15. Penebaran benih


Gambar 14. Aklimatisasi

Gambar16. Sampling panjang Gambar 17.Sampling Bobot


63

Gambar 19. pH paper

Gambar 18. pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai