PENDAHULUAN
Data dari Pusat Kontrol Penyakit menyatakan bahwa insidensi dari kasus celah
bibir dan palatum telah meningkat menjadi 1 : 600 dari angka kelahiran. Masalah
utama dari kasus celah bibir dan palatum adalah penurunan fungsi bicara dan
komunikasi pasien. Kurang lebih 20% dari anak-anak yang menderita celah
palatum memiliki gangguan pada fungsi bicara yang kompleks. Sebagai hasilnya
timbulnya masalah bicara pada pasien pasti terjadi. Dengan demikian, operasi
celah palatum dapat dilakukan untuk memperbaiki masalah ini.
Teknik pembedahan untuk operasi celah bibir dan langit-langit secara terus
menerus berkembang. Makalah ini akan menjelaskan mengenai teknik operasi
celah langit-langit yang paling sering digunakan. Banyak permasalahan yang
harus dipertimbangkan sebelum dilakukannya operasi dan penentuan teknik
operasi.
Dengan demikian penulis akan membahas lebih lanjut mengenai operasi celah
langit-langit diantaranya adalah persiapan pre operatif, tehnik tehnik operasi celah
palatal yang sering digunakan, perawatan post operatif dan komplikasi dari
tindakan operasi celah langit langit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Palatoskisis
1. Definisi
2
menyatu sampai dengan bagian yang lebih dalam. Struktur yang
dibentuk oleh dua tonjolan yang menyatu ini dinamakan segmen
intermaksilaris. Bagian ini terdiri dari (1) bagian bibir yang membentuk
philtrum dan bibir atas, (2) komponen rahang atas yang mendukung
empat gigi insisivus, (3) komponen palatum yang membentuk segitiga
palatum primer. Di bagian atas, segmen intermaksila menyatu dengan
septum nasal yang dibentuk oleh prominence frontal.
Pada saat yang sama, septum nasal tumbuh kearah bawah dan
bergabung dengan permukaan atas palatum yang baru terbentuk.
Palatine shelves saling menyatu dengan palatum primer pada minggu ke
tujuh dan ke sepuluh masa pertumbuhan embrio. Apabila terjadi
gangguan atau hambatan pada periode ini menyebabkan gagalnya
penyatuan palatum dan atau hidung disertai kegagalan penyatuan bibir
ataupun tidak.
2. Etiologi
Kelainan celah bibir dan langit dapat di sebabkan oleh gen yang
diturunkan oleh kedua orang tua penderita ( herediter ) dan faktor
lingkungan :
1. Herediter
Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat
keluarga yang mengalami mutasi genetik. Faktor genetik hanya 20%
-30% berpengaruh pada terjadinya celah bibir atau celah langit-
langit. Insiden celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit 1 :
3
750-1000 kelahiran adapun dilihat dari segi etnis insiden pada ras
Asia 1 : 500 kelahiran, ras Kaukasia 1 : 1.750 kelahiran, ras Afrika
Amerika 1 : 2000 kelahiran.
2. Lingkungan
Lingkungan ikut berperan pada perkembangan embriologi antara
lain defisiensi nutrisi, radiasi, beberapa jenis obat, virus, kekurangan
vitamin dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa jenis
obat dan kebiasaan antara lain : phenytoin, alkohol, retinoic acid,
perokok dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Faktor
lingkungan sebagai penyebab celah bibir dan langit-langit telah
banyak diketahui, walaupun tidak sepenting faktor genetik, tetapi
faktor lingkungan adalah faktor yang dapat dikendalikan sehingga
dapat dilakukan upaya pencegahan.
3. Klasifikasi
4
Group 3 : complete unilateral cleft, meluas dari uvula ke foramen
insisivus pada midline, kemudian deviasi ke satu sisi dan biasanya
sampai ke alveolus pada gigi insisivus lateral.
5
B. Palatoplasti
1. Definisi Palatoplasti
Palatoplasti merupakan suatu tindakan pembedahan dari palatum
untuk menutup celah pada palatum durum dan mendapatkan fungsi
palatum molle yang normal. Palatoplasti perlu dilakukan karena
adanya celah palatum mempengaruhi hampir seluruh fungsi dari
wajah kecuali fungsi pengelihatan. Pada masa ini apabila seorang anak
terlahir dengan celah palatum baik tanpa atau disertai celah bibir dapat
dilakukan operasi pembedahan untuk memperbaiki celah palatum
tersebut dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Operasi palatoplasti merupakan operasi yang memerlukan
gabungan antara beberapa dokter dari segala bidang. Untuk
dilakukannya operasi palatoplasti, terdapat syarat dimana palatoplasti
dilakukan pada anak dengan usia 6-12 bulan.
Secara umum terdapat 3 kelompok teknik palatoplasti, yaitu untuk
memperbaiki palatum durum, memperbaiki palatum molle, dan teknik
operasi yang disesuaikan dengan kasus. Untuk memperbaiki palatum
durum, menggunakan teknik Veau- Wardill-Kilner, Von Langenbeck,
two flap, furlow double opposing Z-plasty.
2. Tehnik Palatoplasti
6
Teknik ini masih digunakan sebagai terapi korektif pada cleft
palate. Pemisahan dan penjahitan otot dilakukan sebagai prosedur
tambahan untuk menyatukan otot.
Dengan kata lain tehnik ini disebut juga dengan tehnik V-W.
Dalam teknik ini prosedur V-W dilakukan dengan pembuatan flap
mucoperiosteal yang utuh pada palatum mole sehingga terbentuk
palatum dengan posisi yang lebih retrusif tampak lebih panjang.
Namun, cara ini meninggalkan area yang kasar pada bagian
anterior dan lateral sepanjang margin alveolar dengan terbukanya
membran tulang. Dengan demikian menyebabkan palatum menjadi
lebih pendek dan terjadi deformitas alveolar dan velofaringeal serta
kelainan susunan gigi geligi.
7
c). Two Flap Palatoplasti
8
tercapai. Metode ini dilakukan berdasarkan fungsi perbaikan dari
paltum molle itu sendiri yang mana diikuti dengan penyatuan
palatum durum, dan membentuk struktur anatomi dan fisiologi dari
mukosa palatum.
9
3. Persiapan dan Perencanaan Pre Operatif
10
Bilamana prasyarat tersebut belum terpenuhi, operasi ditunda dengan
beberapa petunjuk diberikan kepada orang tua untuk diikuti selama masa
perbaikan kondisi anak. Misalnya: (1) Petunjuk memberi minum secara
hati-hati agar pasien bayi tidak tersedak, antara lain dengan dot khusus
atau dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk
atau tegak. (2) Selain itu, celah pada bibir harus direkatkan dengan
menggunakan plester untukmenjaga agar celah pada bibir menjadi tidak
terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang rahang atas yang tidak
semestinya, karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi
akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak
sempurna. (3) Orang tua agar melengkapi imunisasi pada bayi / anaknya
sesuai dengan program, hal ini penting agar pada saat operasi bayi / anak
berada dalam kondisi daya tahan tubuh yang baik.
11
4. Perawatan Post Operatif
5. Komplikasi Pakatoplasti
12
Seperti disebutkan sebelumnya, obstruksi jalan nafas post operatif
merupakan komplikasi yang paling penting pada periode segera setelah
dilakukan operasi. Keadaan ini timbul sebagai hasil dari prolaps dari
lidah ke orofaring saat pasien masih ditidurkan oleh ahli anastesi.
Penempatan Intraoperatif dari traksi sutura lidah membantu dalam
menangani kondisi ini. Obstruksi jalan nafas bisa juga menjadi masalah
yang berlarut-larut karena perubahan pada dinamika jalan nafas,
terutama pada anak-anak dengan madibula yang kecil. Pada beberapa
instansi, pembuatan dan pemliharaan dari trakeotomi perlu sampai
perbaikan palatum telah sempurna.
b. Perdarahan
c. Fistel palatum
13
sebanyak 34%, dan berat-ringannya cleft telah dikemukanan bahwa
hal tersebut berhubungan dengan resiko timbulnya fistula. Fistel cleft
palate post operatif bisa ditangani dengan duacara. Pada pasien yang
tanpa disertai dengan gejala, prosthesis gigi bisa digunakan untuk
menutup defek yang ada dengan hasil yang baik. Pasien dengan gejala
diharuskan untuk terapi pembedahan. Sedikitnya supply darah, terutama
supply ke anterior merupakan alasanutama gagalnya penutupan dari
fistula. Oleh karena itu, penutupan fistula anterior maupun posterior
yang persisten seharusnya di coba tidak lebih dari 6-12 bulan setelah
operasi, ketikasupply darah telah memiliki kesempatan untuk
mengstabilkan dirinya. Saat ini, banyak centremenunggu sampai pasien
menjadi lebih tua (paling tidak 10 tahun) sebelum mencoba untuk
memperbaiki fistula. Jika metode penutupan sederhana gagal, flap
jaringan seperti flap lidahanterior bisa dibutuhkan untuk melakukan
penutupan.
d. Midface abnormalities
e. Wound expansion
14
Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang
berlebih. Bila hal ini terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap
akhir dari rekonstruksi palatum, dimana pada saattersebut perbaikan
jaringan parut dapat dilakukan tanpa membutuhkan anestesi yang
terpisah.
f. Wound infection
g. Malposisi Premaksilar
h. Whistle deformity
15
BAB III
Kesimpulan
16
Kelainan celah bibir dan langit dapat di sebabkan oleh gen yang
diturunkan oleh kedua orang tua penderita ( herediter ) dan faktor
lingkungan. Klasifikasi Veau ( 1831 ) Group 1 : cleft hanya palum
lunak saja, Group 2 : cleft palatum lunak dan keras, tidak meluas ke
foramen insisivus, hanya meliputi palatum sekunder saja, Group 3 :
complete unilateral cleft, meluas dari uvula ke foramen insisivus pada
midline, kemudian deviasi ke satu sisi dan biasanya sampai ke alveolus
pada gigi insisivus lateral, Group 4 : complete bilateral cleft, mirip
group 3 dengan 2 cleft yang meluas dari foramen insisiv ke alveolus.
Palatoplasti merupakan suatu tindakan pembedahan dari palatum
untuk menutup celah pada palatum durum dan mendapatkan fungsi
palatum molle yang normal. Palatoplasti perlu dilakukan karena adanya
celah palatum mempengaruhi hampir seluruh fungsi dari wajah kecuali
fungsi pengelihatan. Pada masa ini apabila seorang anak terlahir dengan
celah palatum baik tanpa atau disertai celah bibir dapat dilakukan
operasi pembedahan untuk memperbaiki celah palatum tersebut dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Tehnik Palatoplasti Tehnik Von
Langenbeck, Veau-Wardill-Kilner Palatoplasti, Two Flap Palatoplasti,
Furlow Double Opposing Z-plasty
17
antibiotik selama tiga hari. Pada orangtua pasien juga bisa diberikan
edukasi berupa, posisi tidur pasien harus dimiringkan atau tengkurap
untuk mencegah aspirasi bila terjadi perdarahan, tidak boleh makan atau
minum yang terlalu panas ataupun terlalu dingin yang akan
menyebabkan vasodilatasi dan tidak boleh menghisap atau menyedot
selama satu bulan post operasi untuk menghindari jebolnya daerah post
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
18
6. Agrawal K, Panda KN. An innovative management of detached
mucoperiosteal flap from the hard palate (Hanging palate) Plast
Reconstr Surg. 2005;115:8759. [PubMed]
19