Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Penyusun :

dr. Jhean Vantika Kenti

Dokter Pendamping :

Dr. Herawati

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAYANG MANGURAI

JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “HERNIA INGUINALIS LATERALIS”. Laporan
kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Program Internship
Dokter Indonesia di RS Bhayangkara Mayang Mangurai Jambi.

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada dr. Herawati selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama penulisan laporan kasus ini. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penulisan yang lebih
baik dimasa yang akan datang.

Jambi, 10 April 2021

Penulis

2
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia merupakan penonjolan abnormal bagian organ atau struktur tubuh
lain melalui suatu defek dalam selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia dapatan atau akuisita. Sedangkan berdasarkan letak, hernia diberi nama
sesuai lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dan lain-lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa
hernia inguinal direk, indirek, serta femoralis; hernia umbilikalis 3%, dan hernia
lain sekitar 3%. Pada hernia lipat paha, 90% nya merupakan hernia inguinalis,
dengan kejadian hernia inguinalis indirek 75% dan hernia inguinal direk 15%.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Sedangkan hernia inguinalis
adalah suatu penonjolan organ abdomen yang dapat berupa peritoneum parietal
atau organ viscera seperti omentum, usus besar/kecil, vesika urinaria karena
adanya defek pada fasia dan muskulo aponeurotik dinding perut terutama di regio
inguinal, baik secara kongenital maupun didapat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan etiologi hernia inguinalis lateralis
2. Mengetahui epidemiologi dan gejala hernia inguinalis lateralis
3. Mengetahui patofisiologi hernia inguinalis lateralis
4. Mengrtahui penegakan diagnosis hernia inguinalis lateralis
5. Mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan umum hernia inguinalis
lateralis
6. Mengetahui komplikasi dan prognosa hernia inguinalis lateralis
1.3 Manfaat

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai hernia inguinalis lateralis


2. Mampu mendiagnosis hernia inguinalis lateralis
3. Memberi pengetahuan mengenai tatalaksana demam tifoid hernia inguinalis
lateralis

3
4
BAB 2 : LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn.M
Umur : 54 th
Jenis kelamin : laki – laki
Agama : Islam
Suku dan Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk RS : 31 Maret 2021 Jam :16.00
Pekerjaan : Petani

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
keluhan ada benjolan pada selakangan kiri hingga daerah skrotum
yang terasa sakit sejak 1 hari sebelum masuk RS.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
OS datang ke IGD RS. Bhayangkara dari poli bedah dengan
keluhan ada benjolan pada selakangan kiri hingga daerah skrotum yang
terasa sakit sejak 1 hari sebelum masuk RS. Benjolan sudah dirasakan sejak
3 tahun yang lalu, namun benjolan terasa hilang timbul. Benjolan timbul
bila pasien beraktifitas berat seperti olah raga dan mengangkat beban berat
dan menghilang ketika pasien beristirahat, namun sejak 1 hari yang lalu
benjolan terasa menetap dan pasien merasa sakit pada daerah benjolan yang
menetap sehingga membuat pasien sulit untuk berjalan dan beraktifitas.
Keluhan berupa demam tidak ada, mual dan muntah tidak ada, keluhan
perut kembung tidak ada. BAK dan BAB dalam batas normal
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
1. Riwayat penyakit dahulu :

 Campak  Diare  Sesak / manggah


 Batuk rejan  Kuning  Eksim
 TBC  Cacing  Urtikaria / liman
 Difteri  Kejang  Sakit tenggorokan

5
 Tetanus  Demam tifoid Tidak pernah masuk RS

- Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat operasi : tidak ada

- Riwayat alergi / Asma : tidak ada

- Riwayat Penyakit paru-paru, DM : tidak ada


- Riwayat Penyakit Hipertensi : tidak ada

- Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat Penyakit paru-paru : tidak ada
- Riwayat Penyakit Jantung : tidak ada
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : tidak ada
- Riwayat Penyakit gula (DM) : tidak ada
- Riwayat Asma : tidak ada

2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis ,GCS: 4 – 5 – 6

Vital sign : Tekanan Darah : - mmHg


Nadi : 120 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 38,8° C

Status Generalisata :
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran :CMC
 Vital sign : TD 120/70 mmHg S 36,6 0C
N 84 x/mnt R 20 x/mnt

 Kepala : Normochepal, rambut hitam, tidak mudah dicabut.


 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-).

6
Thorax
 Paru-Paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
retraksi dinding dada (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri


Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+) di kedua paru, ronkhi
(-/-), whezing (-/-)
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis
sinistra, setinggi RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Simetris, normal.
Auskultasi : BU (+) normal.
Palpasi : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
 Genitalia : Tidak ada kelainan
 Ekstremitas Superior
Regio kanan : akral hangat, edem (-), pucat (-), CRT<2’’
Regio kiri : akral hangat, edem (-), pucat (-), CRT<2’’
 Ekstremitas Inferior
Regio kanan : akral hangat, edem (-), pucat (-), CRT<2’’
Regio kiri : akral hangat, edem (-), pucat (-), CRT<2’’
B. Status Lokalisasi

Genitalia :

I : Tampak benjolan pada daerah skrotum kana

7
Pa : Teraba benjolan, konsistensi lunak, nyeri tekan (+), pull puncak
tidak teraba. Fingger test : tidak dapat dilakukan.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Tanggal periksa: 29 Maret 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hb 14,5 g/dl 12,0-17,0
Leukosit 6,7 10^3/ mm3 9.000 –30.000
Hematokrit 48,2 % 35 – 68 %
Trombosit 263 10^3/mm3 150.000 – 350.000
Eritrosit 5,08 10^6/mm3 3.00 – 7.00 Juta
MCV 57,1 um^3 95,0 – 12,0
MCH 16,5 pg 30 - 42
MCHC 28,8 g/dl 30 - 34
RDW 19,2 % 11.0 – 16.0
Basofil 0,3 % 0–1
Eosinofil 2,7 % 0.5 – 5.0
Neutrofil % 18,4 % 50 - 70
Limfosit % 78,0 % 20 – 40
Monosit 11,0 % 3.0 – 12.0
CT 3.00
BT 2.00

2.5 Diagnosis Kerja


Hernia Scrotalis dextra Inkarserata
2.6 Diagnosis Banding
 Hidrokel

 Torsio Testis

 Orkhitis

 Lipoma

2.7 Penatalaksanaan
 Awal (IGD) :
 IVFD RL 500 ml 20 TPM

8
 Pronalges supp 2 x 1
 Konsul spesialis bedah ( dr. Benny, Sp.B) :
- Rencana OK Hernioraphy
- Ceftriaxone 2 x 1
2.8 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam

2.9 Follow Up
(29 Maret 2021)
S - Benjolan di selangkangan kiri berlanjut ke daerah skrotum (+)
- Mual dan muntah tidak ada
- Nyeri (+)
O Status Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : composmentis
Td: 120/75 mmhg
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,3 oC
Vas : 5
Pemfis : benjola ukuran 3x5 cm ,Nyeri palpasi pada daerah scrotum
Warna kulit sama dengan warna sekitarnya
A Hernia Scrotalis Dextra Inkarserata
P Th/
Non Farmakolgi :
- Tirah baring

Farmakologi :
- Observasi keadaan umum + tanda tanda vital
- Ivfd Rl 20 tetes per menit
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
- Inj Ranitidin 2x1
R: persiapan OK

(30 April 2021)


S - Pasien rawatan hari ke2
- Nyeri (+) bekas operasi
- Mual dan muntah tidak ada
O Status Present

9
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : composmentis
Td: 130/80
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu :36,5oC
Vas : 5
Pemfis: luka post op tertutub verban
A post Hernioraphy ec Hernia Scrotalis dextra
P Th/
Non Farmakolgi :
- Tirah baring
- Diet makan lunak

Farmakologi :
- Observasi keadaan umum + tanda tanda vital
- Ivfd Rl +drip deketoprofen 12 j/kolf
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1

(1 April 2021)
S Nyeri operasi (+),
O Status Present
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Sensorium : composmentis
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu :36,5 oC
Vas : 3
Pemfis : luka post op tertutub verban
A post Hernioraphy ec Hernia Scrotalis dextra
P Th/
Non Farmakolgi :
Os sudah boleh pulang
- Banyak makan putih telur dan ikan gabus
Farmakologi :
Po: Cefixim 2x200 mg
Omeperazole 2x20 mg
Dexketoprofen 2x1

10
BAB 3 : TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris
resistensiae baik bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intra abdomen yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot
dinding perut.
3.2 Etiologi

Penyebab terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial (faktor


pencetus selama hidup).
 Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan

11
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital.
 Akuisial (didapat)
1. peninggian tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi
hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti
batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, konstipasi, dan asites.
Peninggian tekanan intra abdomen juga dapat membuka kembali
kanalis inguinalis.
2. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia.
3. kelemahan otot dinding perut karena usia, malnutrisi, ataupun paralisis
dari saraf motorik.
4. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena
hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR (Locus
minoris resistance).
5. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.

3.3 Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum
inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi
medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya
ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,

12
pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transversalis dan aponeurosis transverses abdominis.
Annulus Inguinalis Interna
Suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3
cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis.
Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir
annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus
bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus Inguinalis Eksterna
Merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada
aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista
pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral
adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian
lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari


trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus,dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati

13
trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul
lateral dari trigonum adalah hernia indirect.

Apponeurosis Obliqus Eksternus

Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan:


superficial dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan
transversus abdominis, membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba.
External oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis.
Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum
pubicum.
Otot Obliqus Internus
Otot obliqus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis
inguinalis. Bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat
dariaponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk
membentuk conjoined tendon.

14
Fascia Tranversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis
dan aponeurosisnya.

Hernia terdiri dari cincin hernia, kantong dan isi hernia.

1. Kantong Hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis
2. Isi hernia
Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam.
Padaabdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan

15
lainnya termasuk usus besar dan appendiks, vesica urinaria, ovarium (dengan atau
tanpa tuba falopi) dan cairan ascites.

3. Pintu Hernia
Merupakan Locus Minoris Resistance (LMR) yang dilalui oleh kantong
hernia.

3.4 Klasifikasi Hernia


Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Hernia Reponible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.

2.Hernia Irreponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit
dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical) . Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang
lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.

16
3.Hernia Strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap
dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat
terjadi nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi dan  menyebabkan
nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi
permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan
dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang
mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis.
Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian.

4.Hernia Inkerserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya
gangguan pasase usus. iasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika
obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan
terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi
lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang
mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.

17
Tipe khusus Hernia lainnya
1.Sliding Hernia
Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk sebagian
dinding kantong. Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ
yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih,
disebut sliding hernia. Sliding hernia dapat terjadi karena isi kantong berasal dari
organ yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung
hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal.

2.Hernia Ritcher

Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya
usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus.
Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami iskemi tanpa perkembangan
nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu
karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.

Menurut letaknya, hernia dibagi menjadi beberapa yaitu :


1. Hernia Inguinalis
Merupakan hernia yang paling sering terjadi. Hernia inguinalis merupakan
hernia yang terjadi di kanalis inguinalis, yang dibatasi oleh :

18
Kraniolateral: annulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari
fascia tranversalis dan apponeurosis m. tranversus abdominus.

Medial bawah : annulus inguinalis eksternus yang merupakan bagian terbuka dari
aponeurosis m.oblikus eksternus.

Atap : aponeurosis m. oblikus eksternus.

Dasar: ligamentum inguinale

Pada pria kanalis inguinalis ini berisi facikulus spermatikus, vasa


spermatika, nervus spermatikus, m.kremaster, prosesus vaginalis peritonei, dan
ligamentum rotundum, pada wanita berisi ligamentum rotundum.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis
internus ketika berkontraksi, dan adanya facia transversalis yang kuat yang
menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

Klasifikasi Hernia Inguinalis

a.Hernia Ingunalis Lateralis (Indirek)


Terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis
internus yang terletak sebelah lateral dari pembuluh darah epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia
berada di dalam m.kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam tali sperma.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses penurunan testis ke skrotum.

19
Gambaran klinik

 Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha
yang timbul pada waktu mengedan , batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat baring.
 Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau
bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.

Pemeriksaan fisik

 Inspeksi :   diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,


skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris
dapat dilihat

 Palpasi  :   dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba


konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direpoisi.
Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk  atau jari kelingking pada
anak-anak, kadang cincin hernia dapat teraba berupa annulus inguinalis
yang melebar.

b. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)


Terjadi karena hernia menonjol langsung ke depan melalui trigonum
Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh :
Inferior : ligamentum inguinale

Lateral  :  pembuluh darah epigastrika inferior

Medial  :  tepi otot rectus

Dasar trigonum Hasselbach dibentuk oleh facia transversa yang diperkuat


oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang-kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia inguinalis

20
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi  karena cincin hernia longgar.

Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor peninggian


tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di  trigonum
Hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada
pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan
strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding
kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m.
oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami
strangulasi.

Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : terlihat adanya massa tumor pada annulus inguinalis eksterna


yang mudah mengecil bila tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

 Palpasi : jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini
langsung menuju annulus unguinalis eksterna sehingga disebut hernis
direkta. Bila hernia ini dimasukkan sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia. Bila jari dimasukkan
dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding
belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan
ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum Cooper pada ramus
superior tulang pubis.

21
2. Hernia Femoralis
Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi pada kanalis femoralis.
Kanalis femoralis ini terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna vasorum
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v.
femoralis.

Batas kranioventral: ligamentum inguinalis

Batas kaudodorsal          : pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum


iliopektineale ( ligamentum Cooper )
Batas lateral                    : v. emoralis
Batas medial                   : ligamentum lakunare Gimbernati

Umumnya dijumpai pada wanita tua. Kejadian pada perempuan kira – kira
4 kali laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan intra abdomen
seperti mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak dilipat paha dibawah
ligamentum inguinale di medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Pintu masuk hernia femoralis adalan annulus femoralis. Selanjutnya isi hernia
masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan V.
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis pada lipat
paha.
3.Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya
ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga

22
perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra
abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi
pada bayi premature. Hernia umbilikalis pad orang dewasa merupakan lanjutan
hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau
asites merupakan factor predisposisi.

4.Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdari
penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan
posterior sarung M. rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis saja. Disamping
itu linea alba disebelah cranial umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang
sebelah kaudal sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika.
Hernia ini muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan ‘lipoma’
preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar baru kemudian keluar kantong
peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Hernia ini ditutupi oleh kulit,
lemak subkutis, lemak preperitoneal dan peritoneum.

3.5 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal
tersebut.Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum
sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayilahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi,
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, makakanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalyang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul
herniainguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini

23
terjadi keranausia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalandengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami prosesdegenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerahini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk- batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia,akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bilat erjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

3.6 Penegakan Diagnosis


a. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan
kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya
keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan
tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena

24
ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak
nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi
manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan
gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai
labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis
lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh
batuk. Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas
lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah,
maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau
pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan
dengan hernia inguinalis medialis.
2. Palpasi
Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan
paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan.
Caranya:
 Zieman’s test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas
ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ).
Jari ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas ligamentum
inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4 diletakkan diatas
fossa ovalis ( terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari
a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat
hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa.
Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas.

25
 Thumb test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang
diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan
tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri
dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan merupakan
suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan
itu merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis inguinalis),
selanjutnya pegang leher benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk
merasakan impulse pada tangan yang memegang benjolan itu.

 Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri
untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan,
jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan
permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan
menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut
masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan
selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia
inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia inguinalis
medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari.

26
3. Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan berbunyi timpani
4. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi
usus.
5. Pemeriksaan Penunjang
-Herniografi
Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di masukkan
dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien
berbaring dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat.
Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu
ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga
fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya fossa
inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan
dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang
menonjol dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa
suprapubik.
6. Penatalaksanaan
-Operatif
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari :
 Herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin kemudian dipotong.

27
 Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis.
Hernioplasty lebih penting artinya dalam menvegah terjdinya residif
dibandingkan dengan herniatomy.
Macam-macam Teknik Hernioplasty
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat diklompokkan
dalam 4 kategori utama :
 Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan
membebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian
dibuka,dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantunghernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
a. Bassini
Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan
pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari
muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga
kanalis inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis
inguinalis, sehingga locus minoris resistantence hilang.
b. Shouldice
Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan
teknik jahitan kontinyu.
c. Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus
externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus
dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di
dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga
tidak ada lagi kanalis inguinalis.
d. Mc Vay
Menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus internus
abdominis ke ligamentum Cooper.

28
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekontruksi,tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat
fasciadisekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis,
kelemahannyayaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut, selain
dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan
menyebakanjahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

 Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya.

 Tension Free Repair with Mesh


Teknik Lichtenstein menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik
open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki
defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia.

29
 Laparoscopy
Laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP)atau total extraperitoneal (TEP) .
pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. sedangkan pendekatan
TAPP adalah prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke
cavumperitoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa
cidera selama operasi.

3.7 Komplikasi
Komplikasi dari Open Repair dan Laparoscopy
Open Repair Laparoscopy Repair
Berat Berat
Hemorraghe Hemorraghe
Testicular atrophy Cedera usus
Terpotongnya vas deferens Cedera vesica urinaria
Cedera usus Cedera pembuluh darah besar
Cedera vesica urinaria
Ringan Ringan
Scrotal ecchymosis Retensi urin
Infeksi luka Cedera saraf
Retensi urin Infeksi luka
Kekambuhan Obstruksi usus halus
Hydrocele
Terjepitnya saraf
Terpotongnya saraf

30
BAB 4 : ANALISA KASUS

Tn. M (54 tahun) datang dengan keluhan ada benjolan pada lipat paha
kanan hingga ke skrotum sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Benjolan terasa
nyeri terus menerus dan menetap. Dari pemeriksaan, pasien didiagnosis sebagai
Hernia Scrotalis Sinistra Strangulata.
Penegakan diagnosis hernia scrotalis dapat dilakukan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Hernia scrotalis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah hingga berlanjut ke
dalam scrotum. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus. Kalau kantong hernia berisi organ, maka tergantung isinya, pada
palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Hernia
scrotalis merupakan hernia yang berasal dari hernia inguinalis lateralis (HIL) pada
abdomen yang paling sering terjadi dan banyak diderita oleh laki-laki. Hernia
sendiri terjadi akibat peran multifaktorial. Pada Hernia inguinalis lateralis
(indirek) sering dikarenakan adanya patent processus vaginalis. Namun, pada
keadaan lain resiko meningkat pada peningkatan tekanan intraabdominal akibat
dari batuk kronik, obesitas, asites, serta aktivitas fisik yang berlebihan seperti
pada pasien yaitu berolahraga. Dengan bertambahnya usia, integritas dari
muskulus abdomen menurun, sehingga dinding abdomen tidak dapat menahan
adanya peningkatan tekanan intrabdominal.
Pemilihan management pada hernia inguinalis berdasarkan usia, dan berat
ringannya penyakit. Pada pasien dewasa, hernia yang telah menimbulkan gejala
atau telah menjadi hernia inkarserata/strangulata perlu terapi operatif. Prognosis
pada pasien cenderung akan lebih buruk jika tidak segera diatasi.

31
DAFTAR PUSTAKA

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius,Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal313-317
Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by
stepapproach).Edisi I. Penerbit Global Digital Services, BhatiaGlobal
Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.(Ebook, di akses 10
juli 2010)
H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-
356
C. Palanivelu. Operative Manual ofLaparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
HodderArnold. 2006.
Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi
I.Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2005
Condon RE, Nylus L.M. Complications of groin hernia. In : Nylus LM,
Condon RE. Eds. Hernia. End ed. Philadelphia : JB Lippincott company,
1978 : 264-74.
Dunphy, J.E., and Way LW, eds. Current surgical diagnosis and Treatment,
5th ed. California; Lange medical Publication, 1981 : 1517-40.
Gardner, B. and Shaftan, Surgical Emergencies in the Child, eds. Pediatric
surgical Emergencies, ed. Philadelphia : J.B Lippincott company, 1990 :
552-8.
Harkins HN. Hernia. In Allen JG, Harkins NH, Moyer CA, Rhoads JE. Eds.
Surgery principles and practise. Philadelphia : JB Principels and practise,
Phialdelphia : JB Lippincott comapy, 1957 : 980-86.
Harun R. Parameter Kliniks sebagai Petunjuk Diagnosis Dini Hernia
Inguinalis Eksterna Strangulata di RSDK – Semarang, Semarang : Lab.
Ilmu Bedah FK UNDIP/RSDK.
Jenkins, Jon L & Braen, G. Richard. 2004. Manual Of Emergency Medicine.
USA:Lippincott Williams & Wilkins.
Jones, Daniel B. 2012. Master Techniques in Surgery: Hernia.
USA:Lippincott Williams & Wilkins.

32

Anda mungkin juga menyukai