5410-Article Text-15185-1-10-20120829
5410-Article Text-15185-1-10-20120829
menguntungkan bagi keberhasilan reproduksi dan TN Tanjung Puting, teropong binokuler, Global
kelangsungan hidupnya (Bolen & Robinson 1995). Position System (GPS), kamera digital, thermo-
Habitat yang disukai harus dapat menyediakan hygrometer, dan pita ukur. Perangkat lunak yang
semua kebutuhan hidup bagi orangutan yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data antara
terdiri atas makanan, air, tempat berlindung, dan lain Microsoft Office, dan SPSS versi 16.
berkembang biak. Untuk menjamin kelestarian Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
populasi orangutan, maka habitat yang disukai ini terdiri atas data primer, meliputi data dan infor-
harus memiliki kualitas yang baik dan luasan yang masi mengenai komponen fisik (suhu dan kelemba-
mencukupi. ban udara) dan biotik (struktur dan komposisi ve-
Berdasarkan fenomena penggunaan ruang di getasi sarang dan pakan, diameter, dan tinggi total
Stasiun Penelitian Camp Leakey, TN Tanjung Puting tumbuhan, serta tinggi bebas cabang). Data sekun-
diduga preferensi orangutan menggunakan ruang, der yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi
yakni hanya pada tempat-tempat tertentu yang kondisi umum lokasi penelitian.
mengindikasikan adanya kesukaan berdasarkan Informasi mengenai kehadiran orangutan
ruang habitat yaitu pada hutan dipterocarpaceae di suatu lokasi didasarkan pada perjumpaan
dataran rendah dan hutan rawa campuran. langsung dan tidak langsung (sarang orangutan).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian Karakteristik sarang yang meliputi, kelas ketahanan
mengenai karakteristik preferensi habitat orangutan dan posisi sarang pada pohon sarang diamati, serta
di TN Tanjung Puting perlu dilakukan sebagai diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat
bahan masukan di dalam penentuan zonasi dan oleh Ancrenaz et al. (2004) untuk kelas ketahanan
pertimbangan dalam menentukan langkah kebijakan sarang dan klasifikasi posisi sarang yang dibuat oleh
pelestarian orangutan di kawasan TN Tanjung van Schaik dan Idrusman (199 6).
Puting di masa yang akan datang. Penelitian ini Pengumpulan data vegetasi dan potensi jenis
bertujuan untuk menentukan karakteristik preferensi tumbuhan baik pakan maupun sarang di lokasi
habitat pada orangutan di TN Tanjung Puting dan penelitian dilakukan melalui analisis vegetasi pada
mengindentifikasi faktor-faktor dominan komponen 3 tipe ekosistem hutan yang ada di Camp Leakey,
habitat yang disukai orangutan di TN Tanjung TN Tanjung Puting, yaitu pada tipe ekosistem hutan
Puting. dipterocarp dataran rendah, hutan rawa campuran,
hutan kerangas.
Metode Penelitian Pengambilan data untuk penentuan faktor
Penelitian dilaksanakan di Camp Leakey, dominan komponen habitat orangutan pada setiap
kawasan TN Tanjung Puting Kabupaten lokasi dilakukan dengan menggunakan petak contoh
Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi 20x1.000 m (2 ha) (Soerianegara dan Indrawan
Kalimantan Tengah (Gambar 1). Secara keseluruhan 1988).
Camp Leakey memiliki luas ±5000 ha, didominasi Analisis vegetasi dilakukan dengan
oleh hutan rawa campuran, hutan dipterocarpaceae menggunakan metode petak berganda dengan
dataran rendah dan kerangas. Penelitian berlangsung meletakkan petak-petak contoh berukuran 20x20
pada bulan Februari – Juni 2008. m (D) yang digunakan untuk pengambilan data
Bahan dan alat yang digunakan untuk vegetasi tingkat pertumbuhan pohon (diameter ≥20
pengamatan di lapangan antara lain: peta kawasan cm), petak berukuran 10x10 m (C) untuk vegetasi
Gambar 1. Peta Stasiun Penelitian Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting
Rahman, Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan 39
C D
B
A
A Arah
B
20 m C D
1000 m
Gambar 2. Bentuk dan ukuran petak pengamatan inventarisasi vegetasi dengan metode garis berpetak
40 Jurnal Primatologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2010, p. 37-50
keberadaan sarang dan pohon pakan. Persamaan Diantara tiga tipe ekosistem hutan, orangutan
yang digunakan sebagai berikut : lebih banyak dijumpai pada hutan dipterocarp dataran
n[|a.d-b.c| - 1/2n]2 rendah yang memiliki suhu dan kelembaban udara
χ2 = relatif sedang, jika dibandingkan dengan tipe hutan
(a+b) (a+c) (b+d) (c+d)
lainnya. Hutan rawa campuran merupakan habitat
Keterangan:
dengan suhu terendah dan kelembaban tertinggi, hal
n = jumlah total unit contoh (n = a + b + c + d),
ini terkait dengan kondisi fisik habitat berupa areal
a = jumlah unit contoh yang terdapat sumber
tergenang air. Pada tipe hutan yang memiliki suhu
pakan dan sarang,
paling tinggi, dalam hal ini hutan kerangas selama
b = jumlah unit contoh yang terdapat spesies
penelitian terjadi satu kali perjumpaan dengan
sumber pakan tetapi tidak terdapat sarang,
orangutan. Ini menunjukkan bahwa temperatur dan
c = jumlah unit contoh yang terdapat sarang
suhu udara merupakan salah satu komponen fisik
tetapi tidak terdapat spesies sumber pakan, dan
habitat yang dapat mempengaruhi kehidupan satwa
d = jumlah unit contoh yang tidak ditemukan
liar termasuk orangutan.
sumber pakan dan sarang.
Tingginya suhu udara dan rendahnya kelembaban
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis nol
pada beberapa petak contoh, khususnya yang berada
(H0) dan alternatifnya (H1) untuk melihat pengaruh
pada tipe habitat kerangas kemungkinan karena
sumber pakan terhadap keberadaan sarang. Hipotesis
habitat ini relatif didominasi pepohonan dengan
dirumuskan sebagai berikut :
ketinggian relatif rendah dan berada pada lapisan
H0 : keberadaan sarang dan pohon pakan saling gambut terdalam. Selain itu rapatnya tegakan yang
bebas/independen, dan didominasi pohon-pohon dengan ketinggian yang
H1 : terdapat hubungan antara keberadaan sarang rendah menyebabkan penerimaan radiasi surya
dan pohon pakan.
yang sampai lantai hutan lebih besar. Tingginya
Preferensi Habitat penerimaan radiasi surya ini menyebabkan
Analisis tipe habitat yang disukai orangutan pada pemanasan udara di atasnya sangat efektif. Radiasi
penelitian ini menggunakan metode Neu (Neu et al. surya yang diterima lantai hutan akan dipantulkan
1974). Peubah yang digunakan dalam penentuan kembali sehingga meningkatkan suhu udara rataan
pemilihan habitat berdasarkan metode Neu adalah harian dan suhu udara maksimumnya (Rushayati
proporsi luas masing-masing petak pengamatan (p), dan Arief 1997). Seperti halnya juga satwa lainnya,
jumlah satwa yang teramati (n), proporsi jumlah naiknya temperatur dan turunnya kelembaban pada
satwa yang teramati (u=ni/Σ ni), nilai harapan (e= siang hari menyebabkan orangutan menjadi kurang
pi x Σ ni), indeks preferensi habitat (w= ui / pi), aktif (Sinaga 1992).
dan indeks preferensi yang distandarkan (b= wi /
Σ wi). Urutan tingkat kesukaan/preferensial habitat Komponen Biotik Habitat
didasarkan pada nilai peubah b, preferensial habitat Struktur Vegetasi
utama ditunjukan oleh nilai b terbesar, preferensial Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di tiga
habitat kedua ditunjukan oleh nilai b terbesar kedua, tipe hutan yang terdapat di stasiun penelitian Camp
dan selanjutnya. Leakey 133 spesies tumbuhan dengan jumlah
keseluruhan individu 1.139 individu mulai dari
Hasil dan Pembahasan tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan
Suhu dan Kelembaban Udara pohon (Tabel 2).
Suhu udara harian pada lokasi penelitian Berdasarkan analisis vegetasi untuk masing-
berkisar antara 24 oC sampai dengan 27,50 oC, masing tingkat pertumbuhan, ditemukan beberapa
sedangkan kelembaban udara pada lokasi penelitian karakteristik yang bersifat khas untuk masing-
berkisar antara 86,50% sampai dengan 95,50% masing tipe habitat.
(Tabel 1).
Tabel 1. Suhu udara pada ketiga tipe ekosistem hutan di Stasiun Penelitian Camp Leakey
Frekuensi Frekuensi
Suhu udara Kelembaban
Tipe hutan o kehadiran kehadiran
( C) udara (%)
(individu) (%)
Hutan kerangas 27,20 86,00 1 4,17
Hutan dipterocarp dataran rendah 26,60 89,45 14 58,33
Hutan rawa campuran 24,45 95,00 9 37,50
Rahman, Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan 41
Indeks margalef
hutan rawa campuran berbagai jenis tumbuahan
memiliki ketinggian yang tertinggi dibandingkan 8 Kerangas
Kerangas
hutan dipterocarp dataran rendah dan hutan 6
kerangas, hal ini terkait dengan adaptasi berbagai Dipterocarp
Dipterocarp
jenis tumbuhannya terhadap lingkungannya yang 4
tergenang air. Pada hutan rawa campuran, sebagian 2 Rawa campuran
Rawa
besar tumbuhan melakukan adaptasi terhadap
0 campuran
lingkungan yang tergenang dengan adaptasi akar
yang berada di atas permukaan tanah. Semai Pacang Tiang Pohon
Tabel 3. Jumlah jenis, individu, dan kerapatan pohon sumber pakan masing-masing tipe ekosistem hutan
Tipe Hutan Peubah Semai Pancang Tiang Pohon Total
Hutan kerangas Jumlah jenis (jenis) 19 33 17 23 93
Jumlah individu (indv) 50 88 35 43 216
Kerapatan (pohon/ha) 5.000 1.408 140 43 6.591
Hutan dipterocarp dataran Jumlah jenis (jenis) 12 18 13 34 77
rendah Jumlah individu (indv) 60 89 24 52 225
Kerapatan (pohon/ha) 3.000 712 48 26 3.786
Hutan rawa campuran Jumlah jenis (jenis) 28 45 14 16 103
Jumlah individu (indv) 67 180 38 82 367
Kerapatan (pohon/ha) 3.350 1.440 76 41 4.907
150
150
60
60 celastrifolia) dan raribu (Ligodium microphyllum)
paling banyak dipilih (3 individu), sedang pada
40
40 hutan dipterocarp dataran rendah dari 54 jenis pohon
sarang, jenis pempaning buah kecil (Luthocarpus
20
20
80
80 spicatus) merupakan jenis yang paling banyak
dipilih untuk digunakan sebagai pohon sarang
Kerapatan (pohon/ha)
00
60
60 Kerangas Dipterocarp Rawa Campuran yaitu 38 individu, jenis ubar (Syzygium spp) yaitu
sebanyak 24 individu. Sementara pada tipe hutan
40
40 Tipe hutan rawa gambut terdapat 21 jenis pohon sarang yang
diidentifikasi dengan jenis puak (Artocarpus
20
20
Vegetasi anisophyllus) yang merupakan jenis yang paling
Vegetasi Pakan
Pakan
banyak dipilih yaitu sebanyak 6 indivdu, jenis poga
00 b
Kerangas Dipterocarp Rawa Campuran
punai (Santiria laevigata) sebanyak 4 individu
Gambar 5. Kerapatan antara seluruh pohon dengan Secara keseluruhan dari 88 jenis pohon sarang
pohon pakan Tipe
padahutan
tingkat pertumbuhan yang diidentifikasi, jenis pempaning buah kecil
a) tiang dan b) pohon (Luthocarpus spicatus) paling banyak digunakan
Vegetasi
Vegetasi Pakan
Pakan sebagai pohon sarang (41 pohon) dengan jumlah
populasi satwa liar termasuk orangutan. Oleh karena sarang 56. Selanjutnya jenis ubar (Syzygium spp)
itu dari hasil analisis vegetasib untuk jenis pakan, sebanyak 33 pohon dan habu-habu (Symlecos
hutan
Gambar dipterocarp
5. Kerapatan dataran
antara rendah menyediakan
seluruh pohon dengan celastrifolia) sebanyak 20 pohon. Ketiga jenis
pakan dalampohon
jumlah dan jenis yang beranekaragam
pakan pada tingkat pertumbuhan tersebut adalah jenis tumbuhan dominan dan juga
dibandingkan hutandanrawa
a) tiang campuran dan hutan
b) pohon merupakan sumber pakan, dengan nilai INP terbesar
kerangas, sehingga menunjukkan tingkat preferensi secara berturut-turut yaitu 51,38%, 39,33% dan
orangutan yang lebih baik untuk hidup dan tinggal 27,84%. Menurut Loveless (1989), jenis dominan
pada tipe hutan tersebut, termasuk di dalamnya adalah jenis tumbuhan yang karena ukurannya atau
aktivitas membuat sarang yang merupakan indikator jumlahnya atau karena kedua-duanya mempunyai
utama keberadaan orangutan yang dapat dijadikan pengaruh terbesar terhadap habitat dan mendominasi
sebagai objek untuk menduga kepadatan populasi atau merajai seluruh komunitas.
orangutan di alam. Oleh karena itu kepadatan Dalam penelitian ini teramati 26 sarang yang
populasi orangutan pada hutan dipterocarp dataran material sarangnya berasal dari pohon yang berbeda,
rendah lebih tinggi dibandingkan pada hutan lainnya, 21 sarang dari 2 pohon berbeda, 4 sarang dari
dan menjadi informasi tambahan untuk mengetahui 3 pohon berbeda dan 1 sarang dari 5 pohon yang
waktu yang tepat sebaiknya suatu survei sarang berbeda (Tabel 4).
orangutan dilakukan. Hal tersebut ditunjukkan agar Berdasarkan ketinggian dan diameter pohon
pendugaan kepadatan populasi orangutan tidak sarang yang ditemukan di hutan kerangas,
menjadi bias, karena secara garis besar terdapat dipterocarp dataran rendah dan rawa campuran
hubungan antara vegetasi secara keseluruhan, pohon bervariasi ketinggian dan diameternya. Secara
pakan, dan pohon sarang. ringkas dapat dilihat pada Tabel 5.
Rahman, Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan 45
Tabel 5. Tinggi dan diameter pohon sarang pada masing-masing tipe hutan
a
Hutan kerangas dengan proses suksesi yang sehingga secara rata-rata hutan rawa campuran
terjadi dalam waktu yang relatif singkat akibat memiliki diameter pohon yang lebih besar
pembalakan liar hingga akhir 2001, menyebabkan dibandingkan dengan tipe hutan dipterocarp dataran
sebagian besar jenis tumbuhannya memiliki rendah dan kerangas. Berdasarkan data ketinggian
ketinggian pohon yang relatif rendah. Beberapa pohon sarang dan diameter, orangutan di lokasi
jenis pohon yang tinggi merupakan jenis dominan penelitian ini cenderung membuat sarang pada
yang mampu bersaing dalam memperoleh radiasi ketinggian yang bervariasi, hal ini terkait dengan
sinar matahari pada tegakan yang rapat. Pada hutan kemungkinan predasi yang jarang terjadi, namun
rawa campuran berbagai jenis tumbuhan memiliki pada prinsipnya orangutan akan membangun sarang
ketinggian yang relatif lebih tinggi dibandingkan pada pohon berdiameter besar. Diameter pohon ini
hutan dipterocarp dataran rendah dan hutan sangat berkaitan dengan kemampuan pohon untuk
kerangas, hal ini terkait dengan adaptasi berbagai menopang sarang dan menahan bobot orangutan
jenis tumbuhannya terhadap lingkungannya yang ketika beristirahat atau tidur di malam hari.
tergenang air. Sebagian besar tumbuhan melakukan
adaptasi terhadap lingkungan yang tergenang Sarang Orangutan
dengan adaptasi akar yang berada di atas permukaan Bersarang meliputi kegiatan pematahan,
tanah. Ukuran diameter pohon pada umumnya pelekukkan cabang-cabang dan/atau ranting
akan berbanding lurus dengan ketinggian pohon, tumbuhan untuk membuat sarang tidur, istirahat,
46 Jurnal Primatologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2010, p. 37-50
dan sarang bermain, serta pembuatan struktur alas atau bahkan diambil dari jarak 15-30 m dari pohon
berbentuk seperti lingkaran atau mangkuk untuk lain. Fakta ini juga dikuatkan dengan apa yang
tempat makan atau menopang tubuh dan bagian atas disebutkan oleh Rijksen (1974) bahwa orang utan
untuk melindungi kepala dari air hujan (Galdikas menggunakan sarang lama dan ini biasanya setelah
1978). periode 2-8 bulan karena adanya pohon berbuah
Kepadatan sarang pada ketiga tipe ekosistem yang disukai. Rekonstruksi sarang lama dan
berbeda antara satu dengan lainnya. Kepadatan pembuatan sarang baru sebagian besar dibuat pada
sarang di hutan hutan kerangas 11,5 sarang/km, pohon sarang dengan memanfaatkan cabang utama
hutan dipterocarp dataran rendah 21,13 sarang/km, yang terdapat pada pohon sarang (posisi sarang
serta hutan rawa gambut 12,5 sarang/km. I) atau pada dua cabang pohon yang sama (posisi
Tinggi sarang di hutan kerangas berkisar antara sarang II). Hal ini kemungkinan dikarenakan sarang
12-24,5 m dengan rata-rata 16,45 m. Di hutan yang dibuat pada posisi tersebut cenderung akan
dipterocarp dataran rendah berkisar antara 8-24 m lebih mampu menopang bobot badan orangutan
dengan rata-rata 14,83 m dan hutan rawa gambut karena berada pada cabang utama yang lebih kuat
dengan tinggi berkisar antara 6-26 m dengan rata-rata dibandingkan dengan posisi sarang lainnya.Selain
tinggi, yaitu 15 m. Pada hutan dipterocarp dataran hal tersebut posisi sarang ini pun memungkinkan
rendah ditemukan pula sarang pada ketinggian orangutan untuk lebih terlindung dari intensitas
0,53 m, sarang ini dibuat pada pohon yang telah cahaya matahari yang tinggi, angin ataupun ketika
rebah. Sarang dengan ketinggian yang rendah ini kondisi dengan curah hujan yang tinggi. Adapun
kemungkinan merupakan sarang individu orangutan karakteristik sarang berdasarkan kelas ketahanan
berumur tua, selain itu pun rendahnya ketinggian dan posisi sarang dapat dilihat pada Tabel 6.
sarang dimungkinkan karena tidak adanya predator Merujuk pada Tabel 6, persentase jumlah sarang
seperti harimau sumatera yang merupakan salah satu berdasarkan kelas ketahanan sarang dan posisi sarang
predator pada populasi orangutan di Sumatera. Rata- memberikan berbagai informasi terkait kehadiran
rata tinggi sarang pada hutan dipterocarp dataran oarangutan dan tingkat kesukaan posisi sarang
rendah dan rawa gambut masuk dalam kisaran yang yang dibuat. Kelas ketahanan sarang D merupakan
disebutkan dalam Rijksen (1978), bahwa tinggi kelas ketahanan dengan persentase terbesar yang
sarang untuk orangutan kalimantan umumnya 13- ditemukan selama penelitian berlangsung diikuti
15 m, namun pada dasarnya hal tersebut tergantung kelas ketahanan sarang C. Hal ini mengindikasikan
pada struktur hutan itu sendiri. pada periode sebelum penelitian, tingkat kehadiran
Umumnya sarang yang ditemukan sudah tidak orangutan pada habitat di ketiga tipe hutan
baru lagi, ada beberapa sarang baru yang masih sangat tinggi, orangutan kerap mengunjungi dan
memperlihatkan daun-daun yang masih berwarna menggunakan habitat ini dalam pemenuhan akan
hijau, namun ada pula sarang yang pondasi dan kebutuhannya sehari-hari. Rendahnya persentase
daunnya sudah lama, berwarna cokelat kering dan kelas ketahanan sarang A, menunjukan rendahnya
bercampur dengan daun-daun yang masih berwarna kehadiran orangutan pada tiga tipe hutan ini selama
hijau di atasnya. penelitian berlangsung, ditunjukan oleh rendahnya
Orangutan membangun sarang tidur baru setiap pertemuan dengan orangutan secara langsung
hari, disamping sarang lainnya untuk dipergunakan (Tabel 1). Orangutan kemungkinan terkonsentrasi
sebagai sarang istirahat atau bermain khusus pada habitat lain yang masih menyediakan sumber
pada orangutan remaja dan anak. Namun kadang pakan yang berlimpah di sekitar Stasiun Camp
ditemukan juga orangutan menggunakan sarang Lakey selama penelitian berlangsung. Posisi sarang
lamannya dengan cara merekonstruksi bagian dalam dengan persentase terbesar, yaitu pada posisi Sarang
sarang dengan mengambil ranting dari pohon sarang I kemudian diikuti posisi Sarang II. Kedua posisi ini
Tabel 6. Posisi dan kelas ketahanan sarang yang diklasifikasi berdasar kriteria
Jumlah Jumlah
Kelas ketahanan Posisi sarang
(sarang) (sarang)
A (segar/baru, daun hijau) 9 I (dengan cabang utama) 174
B (masih utuh, warna daun berubah kecoklatan) 45 II (antara dua cabang pohon yang sama) 130
C (daun kecoklatan dan sarang berlubang) 109 III (di puncak pohon/top kanopi) 63
D (sarang/daun hampir habis dan berantakan) 124 IV (pertemuan cabang/tajuk pohon berbeda) 26
E (sarang tinggal kerangkanya) 106 -
Jumlah total 393 Jumlah total 393
Rahman, Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan 47
lebih banyak ditemukan selama penelitian, tingkat Peubah Ekologi Penentu Preferensi Pohon
kenyamanan dan kemungkinan sarang bertahan Sarang
menyebabkan orangutan lebih banyak membuat Peubah yang diidentifikasi sebagai peubah
sarang dengan posisi tersebut. Persentase jumlah ekologi yang diduga mempengaruhi frekuensi
sarang secara lengkap berdasarkan kelas ketahanan keberadaan sarang meliputi peubah tinggi pohon,
sarang dan posisi sarang dapat dilihat pada Gambar tinggi bebas cabang, diameter pohon sarang, luas
6 dan Gambar 7. tajuk pohon sarang, jarak antara pohon sarang,
jarak pohon sarang dari transek, jarak pohon sarang
dengan pohon pakan, jumlah jenis pohon pakan,
A B keberadaan pohon pakan di sekitar pohon sarang.
E 2% 12%
27% Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16,
diperoleh persamaan regresi yang disajikan sebagai
berikut ini.
C
a. Hutan kerangas
28%
Y = 1,29 + 0,0024 X1 - 0,0209 X2 - 0,00346
X3 + 0,00230 X4 - 0,00004 X5 + 0,00334
D
X6 + 0,0161 X7 + 0,0107 X8 + 0,0232 X9
31%
b. Hutan dipterocarp dataran rendah
Y = 0,962 + 0,00302 X1 - 0,00385 X2 +
Keterangan: 0,00165 X3 + 0,000024 X4 - 0,00802 X5
A = Sarang berupa daun hijau, segar dan masih + 0,00531 X6 + 0,00177 X7 + 0,0163 X8
baru; + 0,0229 X9
B = Sarang masih utuh, warna daun berubah c. Hutan rawa gambut
kecoklatan; Y = 0,942 - 0,0006 X1 + 0,0016 X2 - 0,00043
C = Sarang sedikit berlubang, daun telah X3 + 0,00143 X4 + 0,0009 X5 - 0,00148
berubah warna menjadi kecoklatan; X6 + 0,0034 X7 + 0,0212 X8 + 0,076 X9
D = Sarang mulai hancur, daun telah banyak Setelah dilakukan analisis peubah yang
yang rusak atau hilang; digunakan dalam penentuan preferensi pohon
E = Sarang hanya berupa bentuk rangka sarang, selanjutnya dieliminasi faktor X yang
sarangnya saja. dianggap sejenis atau tidak mempunyai hubungan
Gambar 6. Persentase jumlah sarang kuat dengan Y. Hanya X yang bernilai diatas 0,50
berdasarkan kelas ketahanan sarang yang digunakan. Faktor-faktor yang terpilih tersebut
(langkah stepwise) dimasukkan kedalam persamaan
IV regresi linier, sehingga diperoleh faktor yang paling
7% penting dan mempengaruhi keberadaan sarang
III orangutan pada suatu pohon sarang yang tersurvei
16% I (p<0,05). Melalui analisis stepwise variable yang
44% mempengaruhi keberadaan sarang meliputi tinggi
total pohon sarang, luas tajuk pohon sarang, jarak
pohon sarang dengan sumber pakan terdekat, jumlah
pohon pakan dekat sarang. Pengaruh tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.
II 1. Faktor tinggi total pohon sarang (X1).
33% Pada hutan kerangas sarang dibuat lebih rendah
dibandingkan pada hutan dipterocarp dataran
Keterangan: rendah dan rawa gambut, hal ini karena pada
tipe hutan ini tidak banyak ditemukan pohon
I = Sarang pada cabang utama
dengan ketinggian yang besar sehingga sarang
II = Sarang antara dua cabang pohon yang sama dibuat lebih rendah jika dibandingkan pada ke
III = Sarang di puncak pohon/top kanopi dua tipe hutan lainnya. Pada dasarnya orangutan
IV = Sarang pertemuan cabang/tajuk pohon akan memanfaatkan ketinggian pohon sarang
berbeda dengan membuat sarang pada ketinggian yang
Gambar 7. Persentase jumlah posisi sarang per lebih tinggi (berkorelasi positif) namun ketiadaan
kriteria faktor pemangsa (predator) menyebabkan sarang
48 Jurnal Primatologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2010, p. 37-50
orangutan yang terdapat dilokasi penelitian tidak Informasi mengenai faktor-faktor ekologi ini
terlampau tinggi. sangat diperlukan sebagai informasi tambahan untuk
2. Luas tajuk pohon (X4). mengetahui secara langsung mengenai karakteristik
Alasan kenyamanan, yaitu untuk menghindari bersarang orangutan. Pengetahuan karakteristik ber-
penetrasi cahaya yang terlalu besar menyebabkan sarang merupakan salah satu peubah yang dapat di-
orangutan akan memilih pohon sarang dengan gunakan untuk menduga kepadatan populasi orang-
bentuk tajuk yang besar atau luas. utan di alam secara tepat dan teliti. Pengetahuan
3. Jarak pohon sarang dari jalur (X6). mengenai berbagai faktor ekologi diharapkan dapat
Sebagian besar orangutan yang terdapat di lokasi meminimalkan faktor bias dari penggunaan metode
penelitian merupakan orangutan rehabilitasi, sarang sehingga adanya kemungkinan tidak ditemu-
adanya perilaku orangutan rehabilitasi yang kannya sama sekali orangutan pada lokasi penelitian
terbiasa dengan kehadiran manusia menyebabkan yang menyebabkan pendugaan kepadatan populasi
sarang-sarang yang dibuat oleh satwa ini menjadi dibawah nilai sebenarnya (underestimate)
cenderung mendekati jalur (jalan treking) yang atau sebaliknya dapat dihindarkan.
telah dibuat oleh pihak pengelola.
4. Jarak pohon sarang dengan sumber pakan ter- Preferensi Habitat
dekat (X7), jumlah pohon pakan dekat sarang (X8) Analisis tipe habitat yang disukai orangutan
keberadaan pohon pakan dekat sarang (X9). didasarkan pada asumsi bahwa semakin besar
Dari persamaan regresi yang diperoleh dari ke pemanfaatan suatu habitat oleh orangutan, maka
tiga tipe ekosistem hutan dapat dilihat jarak semakin disukai tipe habitat tersebut karena
pohon sarang dengan sumber pakan terdekat, proporsi pemanfaatannya (usage) lebih besar
jumlah pohon pakan dekat sarang, keberadaan dibanding proporsi ketersediannya (availability).
pohon pakan dekat sarang menjadi peubah Pengujian menggunakan metode Neu (indeks
ekologi dominan yang mempengaruhi ada atau preferensi) dilakukan untuk mengetahui hubungan
tidak adanya sarang. Hampir sebagian besar antara frekuensi kehadiran orangutan dengan tipe
sarang dibuat dekat dengan pohon pakan, bahkan habitat dilakukan. Luasan area yang digunakan
tidak jarang pohon yang digunakan sebagai dalam penelitian ini untuk melihat tingkat kesukaan
pohon sarang merupakan pohon pakan, dari 393 orangutan terhadap habitat tertentu sebesar 2 ha.
pohon sarang yang teridentifikasi 256 merupakan Pemilihan area didasarkan pada jumlah sarang
pohon sarang. Hasil ini diperkuat dari pengujian yang paling banyak ditemukan pada suatu lokasi di
independensi antara keberadaan sarang dan pohon ketiga tipe hutan. Metode Neu merupakan salah satu
pakan pada 30 petak contoh yaang terdapat pada metode yang dapat digunakan untuk menentukan
seluruh tipe hutan. Berdasarkan uji independen indeks preferensi habitat satwa (Tabel 7).
diperoleh hasil yang menunjukan bahwa (χ2n = Berdasarkan Indeks Neu diketahui tingkat
7,829) ≥ χ2 (0,05;1) yang berarti bahwa terdapat pertama kesukaan orangutan terhadap habitat adalah
hubungan antara keberadaan sarang dengan hutan dipterocarp dataran rendah, kemudian hutan
pohon pakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa rawa campuran dan hutan kerangas. Morrogh et
keberadaan pohon pakan akan mempengaruhi ada al. (2003) menyatakan bahwa kepadatan populasi
tidaknya sarang disekitar pohon pakan dan hal ini orangutan tertinggi di TN Tanjung Puting adalah
turut mempengaruhi besarnya kepadatan populasi pada tipe hutan rawa campuran dan hutan dataran
orangutan dalam suatu tipe hutan. Kenyataan rendah. Frekuensi kehadiran orangutan yang lebih
tersebut didukung oleh pernyataan Rijksen (1978) tinggi pada kedua tipe hutan ini terkait dengan
bahwa orangutan biasanya membangun sarang ketersedian pakan apabila dibandingkan dengan tipe
tidak jauh dari pohon pakan yang dikunjunginya. hutan lainnya. Hutan dipterocarp dataran rendah
Lebih lanjut, Djojosudharmo (1978) menyebutkan memiliki jumlah jenis tumbuhan pakan yang lebih
bahwa melimpahnya produksi buah sangat tinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem hutan
berpengaruh terhadap kelimpahan orangutan lainnya, hampir semuanya merupakan tumbuhan
berkorelasi positif. pakan utama orangutan di antaranya getah merah
Tabel 7. Indeks Neu untuk preferensi habitat orangutan di TN Tanjung Puting berdasarkan tipe hutan
Tipe Hutan a (ha) P N U e W b Tingkat Kesukaan
Hutan kerangas 2 0,33 1 0,04 8 0,55 0,27 3
Hutan dipterocarp dataran rendah 2 0,33 14 0,58 8 1,42 0,38 1
Hutan rawa campuran 2 0,33 9 0,38 8 1,03 0,35 2
1,00 24 1,00 24 1,00 1,00
Rahman, Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan 49
(Palaquium borneensis), pempaning (Luthocarpus ucapan terimakasih tak terhingga pada seluruh staf
spicatus), nyatuh (Palaqium rostratum), luwing OFI khususnya di Stasiun Penelitian Camp Leakey
(Dipterocarpus grandiflorus), kemanjing (Garcinia dan kantor pusat OFI. Penghargaan juga disampaikan
dioica). Hal ini sesuai dengan penelitian van Schaik sebesar-besarnya kepada Kepala Taman Nasional
(2004) di daerah Squad Balimbing, habitat yang Tanjung Puting Ir. Yohanes Sudarto, atas perizinan
memiliki jumlah jenis pepohonan yang lebih banyak yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan
akan tetapi banyak di antaranya tidak menghasilkan studi di Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung
sesuatu yang dapat dimakan orangutan, memiliki Puting.
populasi orangutan yang lebih rendah dibandingkan
dengan habitat yang mempunyai produktivitas Daftar Pustaka
tinggi. Menurut Kuswanda et al. (2004), ketersediaan
makanan, air, terjaminnya kemanan dan kenyamanan Ancrenaz M, R Calaque, I Lackman-Ancrenaz.
tempat bersarang adalah faktor utama yang menjadi 2004a. Orangutan nesting behavior in distribut-
pertimbangan pemilihan tempat bersarang. ed forest of saabah, Malaysia : implications for
nest census. International Journal of Primatol-
Simpulan ogy 25 : 983-1000.
Bolen EG and WL Robinson. 1995. Wildlife Ecol-
Ekosistem hutan dipterocarp dataran rendah
ogy and Management. Third Edition. New Jer-
merupakan habitat preferensial orangutan di
sey: Prentice Hall.
Camp Leakey, TN Tanjung Puting. Ekosistem
Departemen Kehutanan dan Pertanian. 1990.
hutan ini memiliki jumlah jenis dan kerapatan
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang
tumbuhan pakan yang tinggi, jenis tumbuhan
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
pakan yang banyak ditemukan dan merupakan
Ekosistemnya.
pakan kesukaan orangutan meliputi getah merah
Djojosudharmo S. 1978. Beberapa Aspek Tingkah
(Palaquium borneensis), pempaning (Luthocarpus
Laku Orangutan di Suaka Tanjung Puting.
spicatus), nyatuh (Palaquium rostratum), luwing
Universitas Nasional. Jakarta.
(Dipterocarpus grandiflorus), dan kemanjing
Galdikas BMF. 1978. Adaptasi Orangutan di
(Garcinia dioica). Selain sumber pakan yang
Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah.
melimpah habitat ini menyediakan kebutuhan akan
Jakarta; UI-Press.
ruang/shelter, jumlah jenis pohon sarang lebih
Galdikas BMF. 1982. Orangutan tool use at Tanjung
melimpah jika dibandingkan dengan tipe ekosistem
Puting Reserve. Journal of Human Evolution.
hutan lainnya. Melimpahnya jenis pohon sarang
IUCN. 2007. IUCN Red List of Threatened Species.
dan struktur pohon sarang (tinggi pohon sarang
www.iucnredlist.org. Downloaded 16 January
yang relatif tinggi dan diameter pohon sarang
2009.
yang besar) yang sesuai menyediakan keragaman
Krebs CJ. 1978. Ecology: The Experimental Analy-
pilihan bagi orangutan untuk bersarang pada habitat
sis of Distribution and Abundance. New York:
tersebut, hal ini terlihat dari kepadatan sarang yang
Harper.
tinggi. Kepadatan sarang yang tinggi pada hutan
Kuswanda W, Sukmana A, Mudiana P, Putra
dipterocarp dataran rendah merupakan indikator
AM. 2004. Teknik konservasi in-situ orangutan
bahwa populasi orangutan cenderung terkonsentrasi
(Pongo abelii Lesson) di CA Dolok Sibual-bua-
pada habitat ini dan hal tersebut tidak terlepas dari
li. [laporan]. Aek Nauli: Balai Penelitian dan
faktor ekologi penting berupa sumber pakan yang
Pengembangan Kehutanan Sumatera.
tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Hampir
Loveless AR. 1989. Prinsip-prinsip Biologi
sebagian besar sarang dibuat dekat dengan pohon
Tumbuhan untuk Daerah Tropika, Jilid 2.
pakan, bahkan tidak jarang pohon yang digunakan
Jakarta : PT. Gramedia Jakarta. hlm 242.
sebagai pohon sarang merupakan pohon pakan, hasil
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its
penelitian menunjukkan dari 393 pohon sarang yang
Measurement. Princeton. Princeton University
teridentifikasi, 256 pohon atau 65,14% merupakan
Press. Pp:115-125.
pohon pakan.
Maple TL. 1980.Orangutan Behaviour.Van Nostrad
Reinhold Company, New York.
Ucapan Terima Kasih
Morales JC, Disotell TR, and Melnick DJ. 1999.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. The Nonhuman Primates. Editor: Dolhinow P
Birute M Galdikas selaku presiden OFI atas bantuan dan Fuentes A. Mayfield Publishing Company.
fasilitas dan sumbangsih pemikiran dan saran selama California.
studi dilaksanakan. Tidak lupa disampaikan pula
50 Jurnal Primatologi Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Desember 2010, p. 37-50
Morrogh B, Husson S, Page SE, Rieley JO. 2003. Rushayati SB, H Arief. 1997. Kondisi fisik eko-
Population status of the Bornean Orangutan sistem hutan di Taman Nasional Ujung Kulon.
(Pongo pygmaeus) in the Tanjung Puting peat Media Konservasi Edisi Khusus, hlm 67-74.
swamp forest, Central Kalimantan, Indonesia. Santosa Y. 1995. Konsep ukuran keanekaragaman
Biological Conservation 110: 141-52. hayati di hutan tropika. Makalah pada pelatihan
Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History teknik pengukuran dan monitoring biodiversity
of The Primates. The MIT Press, Massachusetts. di hutan tropika. Bogor: Jurusan Konservasi
Neu CW, Byers CR, and Peek JM. 1974. A tech- Sumberdaya Hutan Fahutan IPB. Tidak dipub-
nique for analysis of utilization-availability likasikan.
data. The Journal of Wildlife Management 38: Sinaga T. 1992. Studi habitat dan perilaku orang-
541-545. utan (Pongo pygmaeus abelii) di Bohorok Ta-
Peraturan Pemerintah. 1999. PP No. 7 Tahun man Nasional Gunung Leuser. Thesis. Program
1999 tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
dan Satwa. Soerianegara I, Indrawan A. 1988. Ekologi Hutan
Peraturan Perlindungan Binatang-binatang Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan
Liar (Dierenbeschermingsordonantie 1931, Fakultas Kehutanan IPB.
Staasblad 1931: 134). Supranto. 2004. Analisis Multivariat : Arti dan In-
Rahman DA. 2008. Evaluasi ketelitian metode terpretasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
survei sarang dalam pendugaan ukuran populasi van Schaik CP. 2004. Among orangutans: red
orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves apes and the rise of human culture. In Har-
2001) di Kawasan Taman Nasional Tanjung vard University Press (Belknap) Cambridge,
Puting (Studi kasus di Camp Leakey, Kawasan MA:Harvard University Press (Belknap).
Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten van Schaik CP, Idrusman. 1996. Conservation Bi-
Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi ology and Behavior of Sumatran Orangutan in
Kalimantan Tengah). Skripsi. Program Sarjana, Kluet, Gunung Leuseur National Park. Progress
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Report for January-March 1996.
Rijksen HD. 1974. Orang-utan conservation and re-
habilitation in Sumatra. Biol. Conserv. 6: 20-25.
Rijksen HD. 1978. A field study on Sumatran
Orangutans (Pongo pygmaeus abelii Lesson,
1827): Ecology, behaviour and concervation.
Wageningen. Netherlands: Agricultural Uni-
versity.