Anda di halaman 1dari 34

STEP 7

1. Hubungan amenore 2 bulan dengan keluhan yg sekarang disertai hcg +?


 Dicurigai hamil karena tanda tidak pasti kehamilan
 Mola hidatidosa tetap ada konsepsi  waktu nempel setelah nidasi ada
perkembangan sel nya abnormal edem tidak berkembang normal  fili2
penimbunan cairan (tetap dihasilkan hcg karena placenta terbentuk) termasuk
penyakit gestational.

2. Mengapa ditemukan darah pada jalan lahir sedikit sedikit disertai nyeri perut bag bawah?

Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun
sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis
servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum
uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada
kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti
dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus
dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak
terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas
bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan

Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:


1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
1. Faktor genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya
kromosom trisomi dengan trisomi 16.
Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah
abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi
pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormalitas
komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang menyebabkan lebih dari
50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan
yang terjadi akibat kelainan kromosom.
Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang berulang
salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal.
Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan
pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut. Tetapi tentunya
pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan biayanya cukup tinggi.

2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 %
wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta).
Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek
uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus
Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau
uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan
kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan
leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan
ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi
(prosedur diagnostik).
Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan USG
dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu
mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor
mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya
mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan
harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB
pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak
dilakukan operasi.

3. Faktor endokrin
a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 %
kasus.
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran.
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes
melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan
dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa
yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard,
1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.

4. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan
abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai
penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus,
Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan
abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih
memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya
diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.

5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari ari-ari tersebut.
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan
antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak
dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan
darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus
berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan
fragilitas kapiler.

6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan


Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu,
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus;
sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan.
Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal
kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga
diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita
infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Untuk
eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai apakah
ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian dapat
menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti persalinan prematur.

7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.

9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat
kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat
membantu.
Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada terjadinya abortus spontan
yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita
untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang
mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita hamil
guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

3. Mengapa didapatkan darah tidak disertai dengan gelembung yang berisi cairan?
Menyingkirkan dd pada mola hidatidosa.

4. Apa hubungan dengan trauma dan minum jamu pada skenario?


JAMU
Untuk mengetahui etiologi dari trauma atau minum jamu.
Kunir asam : memperlancar haid
Jamu tertentu mengandung flafonoid dan sapronin yang menghambat sekresi progesteron
dan estrogen sehingga menghambat
Flafonoid dan saponin akan menghambat aksi hipotalamus sehingga proges dan estro turun.
Kantong hamil berlapis lapis karena minum jamu?
Makan nanas muda bikin keguguran?
TRAUMA
 Iatrogenik : pembedahan saat kehamilan
 Provokatus : kriminalis dan medicinalis
 Medicinalis : pertimbangan 3 dokter. Kandungan, penyakit dalam , kejiwaan.
Biasanya pada pemerkosaan.

5. Mengapa conjungtiva palpebra anemis dan agak lemah muka tampak pucat?
Hb : 9 anemia karena ruptur, hemodilusi
Erit dan hb berkurang pasokan o2 ke jaringan berkurang pucat
Anemia  transpor o2 kalo berkurang suplai o2 ke jar bakalan berkurang

6. Apa hubungan keluhan dengan pemeriksaan vital sign?


Td : 100/60?????? (jnc8)
7. Interpretasi pemeriksaan abdomen ?
Hiperpigmentasi linea alba  tanda tidak pasti kehamilan
Supel + tidak ada
nyeri perut, tapi nyeri tekan -  menyingkirkan tidak ada KET

8. Interpretasi dari hcg + dan hb 9gr/dl?


Hb anemi ringan
Hcghamil atau sudah gak hamil sebab masih bertahan beberapa hari setelah postabortus
Kadar hcg apakah bisa menilai masih bisa dipertahankan atau tidak janinnya?? (KADAR!!!)
Hcg urin dites 2x posif 2 2 nya  masih bisa dipertahankan
Hcg urin pengenceran 1/10negatif tidak bisa
Mola  hcg diatas normal (tinggi)
Jika dalam 2 bulan hcg sudah hilang sudah sembuh

9. Jelaskan yang dinilai dari pemeriksaan fluxus?


 ??

10. Kenapa oue tertutup?


Untuk penegakan diiagnosis. Jika terbuka pada abortus incomplete dan insipien. Jika pada
mola oue terbuka juga.
Oue tertutup  masih bisa dipertahankan kehamilannya (normal)
Oue tertutup jadi terbuka ? (etiologi) pada kasus fibroid uterus  banyaknya
perdarahan jika perdarahan sudah habis  oue tertutup sendiri
Pengaruh hormon???

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,


nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.

11. Tujuan pemeriksaan dalam pada kasus ini?


Menilai Oue, cavum douglas, teraba jaringan hasil konsepsi atau tidak,

12. Hasil pemeriksaan usg yang diprediksi dan Pemeriksaan yg dilakukan selain usg ?

 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media Aesculapius
 Px. USGàutk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta
apakah sudah terjadi pelepsan atau belum.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.

13. Dd ?

ABORTUS

 Definisi:
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai
22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan
ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus
spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).

 Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama dan angkanya menurun setelah itu
(Harlap dan Shiono, 1980). Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya setengah
dari abortus dini ini, dan insiden sepertinya menurun setelah itu. Risiko abortus spontan
meningkat dengan paritas sebagaimana usia ibu dan ayah (Warburton dan Fraser, 1964 ;
Wilson dkk, 1986).

 Secara klinik frekuensi meningkat dari 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun, dan 26%
pada wanita usia lebih dari 40 tahun (Williams, 1995:1573).

 Etiologi:

1. Defek anatomik uterus

2. AutoimunàSLE, Antiphospholipid Antibodies

3. Infeksi:

Bakteria: Listeria monositogenes, klamidia trakomatis, dll

Virus: CMV, rubella, HSV, dll

Parasit: Toxoplasma gondii, Plasmodium falsiparum

Spirokaeta: treponema pallidum

4. Faktor lingkungan
5. Faktor hormonal
6. Faktor hematologik

ETIOLOGI

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.

Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan

masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat disebabkan oleh hal-hal

berikut ini:

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau


cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil

muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah

sebagai berikut:

- Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.

- Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

- Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan.

b. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales

dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

c. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia berat, dan

keracunan.

d. Kelainan Traktus Genetalis

Mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain

abortus dalam trisemester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan

oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatari serviks berlebihan, konisasi,

amputasi atau robekan serviks luar yang tidak dijahit.

Kapita Selekta. Jakarta : balai penerbitFK UI, 2001

 Macam2:

1. Abortus iminens

2. Abortus kompletus

3. Abortus inkompletus

4. Missed Abortion

5. Abortus habitualis

6. Abortus infeksiosus, abortus septik

7. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)


Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.
 Abortus Pasca Coitus: abortus yang terjadi setelah pasangan melakukan coitus intercoure,
biasanya perdarahan terjadi kurang dari 24 jam setelelah intercourse. Diduga perdarahan ini
trjadi akibat prostaglandin yang terkandung dalam sperma.
 Pada dasarnya peristiwa ini sama dengan mekanisme timbulnya alergi pada umumnya.
Prostaglandin adalah salah satu jenis histamin yang di lepas oleh Mastcell yang
terdegranulasi, sehingga substrat ini hematogen. Jaringan yang mempunyai reseptor akan
berikatan dengan prostagandin, sehingga menimbulkan manifestasi klinis...Dalam hal ini
myometrium juga mengikat prostaglandin membentuk suatu komplek. Komplek ligand
reseptor, menjadi pemicu proses cascade intraseluler dengan hasil kontraksi uterus.
sehingga mendorong isi uterus.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
 Coitus sebaiknya dihentikan pada mereka yang sering mengalami keguguran. (Manuaba,
1998:139)

KLASIFIKASI

Abortus dapat dibagi atas dua golongan:

1. Abortus Spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis,
semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.

2. Abortus Provakatus (induced abortion)

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini
terbagi menjadi:

1. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)


Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.

2. Abortus Kriminalis

Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi
medis.

Klinis Abortus Spontan

Dapat dibagi atas:

1. Abortus Kompletus (Keguguran lengkap): Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan


(desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. Perdarahan den nyeri minimal,
Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan , Ukuran uterus dalam bates normal,Servik
tertutup

Terapi: hanya dengan uterotonika.

1. Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

1. Gejala: didapati antara lain adalah

Manfes: amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan
biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah
lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering teijadi
infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka,
kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus
yang berukuran lebih kecil dari seharusnya. Perdarahan hebat sering menyebabkan syok
,Perdarahan disease gumpalan darah den jaringan konsepsi , Servile terbuka , Sebagian basil
konsepsi masih tertinggal dalam kavum uteri

Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri
obat-obat uterotonika dan antibiotika.

1. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung): Adalah abortus yang sedang


berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat
dipertahankan lagi. Perdarahan dengan gumpalan darah , Nyeri lebih kuat ,Servik terbuka
den teraba ketuban ,Hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri .

Manfes: nyeri abdomen ( kram suprapubik intermitten, progresif =kontraksi uterus yg menimbulkan
dilatasi serviks), perdarahn pervagina, abortus timbul sblm 12 minggu stlh siklus haid terakhir,
kebocoran amnion
Terapi: seperti abortus inkompletus.

2. Abortus Iminens (Keguguran membakat): Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal
ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret). Perdarahan minimal
dengan nyeri/tidak ,Uterus sesuai dengan umur kehamilan ,Servile belum membuka, Test
hamil : positif , USG : Produk kehamilan dalam betas normal

Manfes: perdarahan per vagina, nyeri abdomen, gejala hamil, satu siklus haid terlewatkan

Diagnosis:px pelvis: pd px spekulum ada darah kecoklatan dlm vagina, ostium uteri tertutup, pd px
bimanual: uterus membesar, lunak dan tidak nyeri tekan, px urinalisis: urin normal

Tatalaksana:

- tirah baring/batasi aktivitas, jika ada alat kontrasepsi dlm rahim haus diangkat,

4. Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini:

(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati

(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang

(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus

(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan
air ketubannya diresorbsi.

1. Gejala: Dijumpai amenorea; perdarahan sedikdt-sedikit yang berulang pada permulaannya,


serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah, Kalau
tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi
kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan
dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin
atau kosong.Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh tanda abortus iminen yang
kemudian menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den gejala laumil menghilang ,USG :
Hasil konsepsi masih dalam uterus namun tak ada tanda ke` langsungan hidupnya

Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan,
kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia
anterior.Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.

Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada
rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
1. Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita mengalami keguguran
berturut-turut 3 kali atau lebih.

Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6 -
9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut
maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%.Kalau abortus 3
kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.

Etiologi:

(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah
pembuahan yang patologis.

(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan
plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis.
Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung
kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands (contagious
abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu
dan fetus jadi mati.Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.

Pemeriksaan:

(1) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.

(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula
thyroidea.

(3) Psiko analisis.

Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika
dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya
dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau MC
DONALD (cervical cerclage),

2. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus
septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke
dalam peredaran darah atau peritoneum.

Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis
tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan antisepsis.Bahkan pada keadaan tertentu dapat
terjadi perforasi rahim.

Diagnosis:

(a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit

(b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.
(c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus besar dan
lembek, nyeri tekan, lekositosis

(d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.

Terapi:

(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup

(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat):

- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.

- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.

(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan
banyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi

(4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita

(5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih
jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.

(6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan; dilakukan bila keadaan
umum membaik dan panas mereda.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Penatalaksanaan

1. Abortus iminens

1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang


mekanik berkurang.

2. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas.

3. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil (-), mungkin janin sudah
mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.

4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan


preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.

5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

6. Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptic untuk


mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus insipiens

1. Bila perdarahan tidak banyak , tunggu terjadinya abortus spontan


tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.

2. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai


perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.

3. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU


dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan
sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.

4. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan


pengeluaran plasenta secara manual.

3. Abortus inkomplit

1. Bila disertai dengan syok karena perdarahan, berikan infuse cairan


NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi
darah.

2. Setelah syok diatasi, laukakn kerokan dengan kuret tajam lalu


suntikkan ergometrin 0,2 mg i.m.

3. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan


pengeluaran plasenta secara manual.

4. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

4. Abortus komplit

1. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3


sampai 5 hari.

2. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau


transfuse darah.

3. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

4. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Missed abortion

1. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi


dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

2. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar


sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
3. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi
serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil
dengan canum ovum lalu dengan kuret tajam.

4. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5


mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml
mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.

5. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari di bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam cavum uteri
melalui dinding perut.

6. Abortus septic

Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.

1. Penanggukangan infeksi :

1. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU i.m tiap


12 jam ditambah kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500
mg peroral tiap 6 jam.

2. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g


tiap 4 jam ditambah metronidazol 500 mg tiap 6 jam.

3. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisil


dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan
gentamisin.

2. Tingkatkan asupan cairan.

3. Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.

4. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau


lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.

Pada pasien yang menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang
hendak dirujuk, selama 10 hari.

Di rumah sakit :

7. Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi.

8. Berikan antibiotic intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g.


9. Infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan.

10. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi dan suhu badan.

11. Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6-8 liter per menit.

12. Pasang katetr folley untuk memantau produksi urin.

13. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah


serta reaksi silang, analisis gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.

14. Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi.

15. Abortus septic dapat mengalami komplikasi menjadi syok septic yang tanda-
tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardia, ikterus, kesadaran
menurun, tekanan darah menurun dan sesak napas.

Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.

PATOGENESIS

Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti

oleh nekrosis jaringan disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan

dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili

korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan

seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam

hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan.

Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada

plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap.

Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur. Hasil konsepsi

pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion

kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati

lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


KET

 Definisi:
KE ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak
menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan
ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi),

Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinomin dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih
termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian kehamilan ektopik
berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis
servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.
Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan
kehamilan infundibulum tuba.

ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO

 Etiologi:
1. Faktor tuba
2. Faktor abnormalitas dari zigot
3. Faktor ovarium
4. Faktor hormonal
5. Faktor lain

 Etiologi
Faktor dalam lumen tuba :

 endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba


menyempit atau membentuk kantong buntu
 pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping
 operasi plastik tuba dan strelisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit

Faktor pada dinding tuba

 endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
 divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi di tempat itu

Faktor di luar dinding tuba


 perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur
 tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba

Faktor lain

 migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri – atau
sebaliknya – dapat memperpanjang dari perjalanan telur yang dibuahi ke uterus ;
pertmbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur
 fertilisasi invitro
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED
KETIGA

2. Pathogenesis
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.

Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur
mati secara dini dan kemudian di resorbsi.

Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di
tuba tidak sempurna malahankadang kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis
menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot otot tuba dengan merusak
jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada
beberapa factor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Dibawah pengaruh hormone esterogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis
dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula
menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan perubahan pada endometrium yang
disebut fenomena Arias Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik,
hiperkromatik, lobuler, dan kadang kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya
ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian
dikeluarkan secara berkeping keping, tetapi kadang kadang dilepaskan secara utuh.
Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan
disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara
utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1. hasil konsepsi mati dini dan di resorbsi pada implantasi secara kolumner, ovum yang
telah di buahi cepat mati karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi
resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa apa, hanya haidnya
terlambat beberapa hari.
2. abortus ke dalam lumen tuba
perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh pembuluh darah oleh villi
koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
dinding tersebut bersama sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini
dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang
timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam
lumen tuba dan kemudian di dorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale.
Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadid pada kehamilan pars ampullaris,
sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis kea rah peritoneum biasanya
terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan oleh villi koriales ke
arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ampullaris lebih luas, sehingga
dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan dengan ismus
dengan lumen sempit.

Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus, perdarahan akan
terus berlangsung, dari sedikit sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola
kruenta. Perdarahan yang terus menerus akan menyebabkan tuba membesar dan
kebiru biruan (hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut
melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk
hematokel retrouterina.

3. ruptur dinding tuba


ruptur tuba sering tjd bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaiknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan
yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi
koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi
secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal.
Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang sedikit, kadang
banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah,
maka terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam
rongga perut melalui ostium tuba abdominal. Bila pada abortus dalam tuba osteum
tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba,yang telah
menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. kadang kadang
ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligament
antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan
intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi di keluarkan
dari tuba. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak dioperasi dan tidak meninggal
karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang di derita dan tuanya
kehmilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat di resorbsi seluruhnya, kelak dapat
diubha menjadi litopedion.

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan
dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut sehingga
akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan
bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya,
misalnya ke sebagian uterus, ligamnetum latum, dasar panggul, dan usus.

ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED


KETIGA

Manifestasi klinis
1. gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya
kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur
tuba.
2. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala gejala kehamilan muda,
dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak
seberapa dihiraukan.
3. Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun
muungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual
4. Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda beda ; dari
perdarahan banyak yang tiba tiba dalm rongga perut sampai
terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat
diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik terganggu, abortus dan ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
5. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba tiba
dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
penderita pingsan dan masuk kedalam syok. Biasanya pada abortus
tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri
mula mula terdapat pada satu sisi; tetapi setelah darah masuk ke
dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke
seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang
diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk
hematokel retroutrina.
6. Terjadi perdarahan per vaginam
7. Amenorhea
8. Pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum douglas menonjol dan
nyeri pada perabaan
9. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor disamping
uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak
10. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum
douglas.pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah
dapat menurun dan nadi meningkat, perdarahan lebih banyak lagi
menimbulkan syok
11. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik
dengan gejala perdarahan yang mendadak dalam rongga perut dan
ditandai oleh abdomen akut sampai gejala gejala yang samar samar,
sehingga sukar membuat diagnosis

GAMBARAN GANGGUAN MENDADAK


1. peristiwa ini tidak sering ditemukan
2. penderita setelah mengalami amenore dengn tiba tiba, menderita nyeri
yang hebat di daerah perut bagian bawah dan sering muntah muntah.
3. Nyeri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita jatuh pingsan
4. Dengan tekanna darah turun, nadi kecil dan cepat, ujung ekstremitas
basah, pusat, dan dingin. Seluruh perut agak membesar, nyeri tekan,
dan tanda tanda cairan intraperitoneal mudah ditemukan.
5. Pada pemeriksaan vaginal forniks posterior menonjol dan nyeri raba,
pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Kadang kadang uterus
teraba sedikit membesar dengan disebelahnya suatu adnex tumor,
tetapi biasanya sulit karena dinding abdomen tegang
6. GAMBARAN GANGGUAN TIDAK MENDADAK
7. lebih sering berhubungan dengan abortus tuba atau yang terjadi perlahan
lahan
8. setelah haid terlambat beberapa minggu; kadng kadang rasa nyeri ini
dapat hebat pula
9. dengan adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap
10. tanda tanda anemiamenjadi nyata karena perdarahan berulangg
11. mula mula perut masih lembek, ttp kmdn dapat menggembung karena tjd
ileus parsialis
12. disebelah uterus tdpt hematosalping yang kadang menjadi satu dgn
hematokel retrouterina
13. dengan adanya hematokel retrouterina, kavum douglas sangat menonjol
dan nyeri raba; pergerakan serviks juga menyebabkan rasa nyeri.
Selain itu, penderita mengeluh rasa penuh di daerah rektum dan
merasa tenesmus. Selain seminggu mersa nyeri, biasanya terjadi
perdarahan dari uterus dengan kadnag kadang disertai oleh
pengeluaran janin desidua
14. GAMABARAN GANGGUAN ATIPIK
15. Kadang kadang gambaran klinik begitu tidak jelas, sehingga di diagnosis
tidak dibuat. Tidak jarang pada keadaan yang sebenarnya diketahui.
Pada beberapa keadaan diagnosis kehamilan ektopik baru dibuat pada
laparotomi.
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARJO. ED KETIGA

Diagnosis
Anamnesis

1. haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang kadang


terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah,
nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan.
2. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bag.bawah
Pemeriksaan Umum

3. penderita tampak kesakita dan pucat; pada perdarahan dalam rongga


perut tanda tanda syok dapat ditemukan.
4. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
menggembung dan nyeri tekan
Pemeriksaan Ginekologik

5. tanda tanda kehamilan muda mungkn ditemukan


6. pergerakan serviks menyebbakan rasa nyeri
7. bila uterus dapat teraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang
kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan
8. kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya
hematokel retrouterina
9. suhu kadang kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi
pelvik
Pemeriksaan Laboratorium

10. pemeriksaan haemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
meneggakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada
tanda tanda perdarahan dalam rongga perut
11. pada kasus ini biasanya ditemukan anemia; tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam
12. penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan
bila leukositosis meningkat
13. tes kehamilan berguna apabila positif, akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian
hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi HcG
menurun dan emnyebbakan tes negative
Dilatasi dan kerokan

14. tidak dianjurkan


Kuldosentesis

15. suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah
16. membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu
USG

17. berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik


18. diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang
didalamnya tampak denyut jantung janin
Laparoskopi

19. digunakan hanya sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan
ektopik,apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain
meragukan.adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit
visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED
KETIGA

Dd
Infeksi pelvic
Abortus imminens atau insipiens
Rupture korpus luteum
Torsi kista ovarium dan appendicitis
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARJO. ED KETIGA

Penatalaksanaan
laparotomi
dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan : kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemmapuan tehnik bedah mkro dokter operator,
dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat
pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba, apabila keadaan penderita buruk
misalnya dalam keadaan syok lebih baik dilakukan salpingektomia.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampullaris tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED
KETIGA

 Patologi:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba

 Gambaran klinik:

1. Gejala2 kehamilan muda, nyeri sedikit di perut bagian bawah

2. Pada VT: uterus membesar dan lembek walaupun tdk sebesar tuanya kehamilan

3. Nyeri merupakan keluhan utama pada KET

4. Ruptur tubaàsakit perut mendadakàsyok atau pingsan

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.

Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI. Jakarta
2002
Mola hidatidosa

 Definisi:

Mola hidatidosa adalah kehamilan yang abnormal di mana hampir seluruh villi chorialis mengalami
degenerasi hidropik. Istilah awam: "hamil anggur".

 Etiologi:

Terjadi degenerasi hidropik dari jaringan trofoblas pada usia kehamilan muda. Kadar B-hCG
meningkat sangat tinggi, menyebabkan timbul gejala-gejala kehamilan muda yang berlebihan.

 Faktor resiko:

1. Usia kurang dari 20 tahun

2. Sosioekonomi kurang

3. Jumlah paritas tinggi

4. Riwayat kehamilan mola sebelumnya

 Patofisiologi:

1. B-hCG meningkatàaktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik)àestrogen tinggi


menimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi.

2. Teori Acosta-Sison: defisiensi protein.

3. Sitogenetika: mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46 xx


sering, 46 xy jarang, tapi 46 xx nya berasal dari reduplikasi haploid sperma dan tanpa
kromosom dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari
kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid, 69 xxx atau 69 xxy
dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau
fertilisasi dispermia).

 Gejala dan tanda:

1. Perdarahan: karena tekanan mola kepada dinding uteri, dan gejala kehamilan muda
berlebih: hiperemesis, hipertiroid, preeklampsia, anemia.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor: Abdul Bari Saifuddin,
Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.

1. Manifestasi klinik
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palapasi dan tidak terdengarnya BJJ
sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.
5. Preeclampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.

2. Diagnosis
1. Anamnesis
1. Perdarahan pervaginam/gambaran mola.
2. Gejala toksemia pada trimester I.
3. Hiperemesis gravidarum.
4. Gejala tirotoksikosis.
5. Gejala emboli paru.
2. Pemeriksaan fisik
1. Uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2. Kista lutein.
3. Balotemen negative.
4. Denyut jantung janin negative.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pada tes Acosta Sison dapat dikeluarkan jaringan mola.
2. Pada tes Hanifa sonde dapat masuk tanpa tahanan dan diputar 360 0
dengan deviasi sonde kurang dari 100.
3. Peningkatan kadar hCG darah atau rutin.
4. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
5. Foto toraks ada gambaran emboli udara.
6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.

3. Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum.
2. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret
tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20 minggu
sesudah hari ke tujuh.
3. Untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterotonik (20-40 unit
oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCl
0,9%). Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan
histerotomi.
4. Histerotomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan
cukup anak. Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup 3.
5. Terapi profilaksis dengan sitostatik metroteksat atau aktinomisin D pada
kasus dengan risiko keganasan tinggi sepeti umur tua dan paritas tinggi.
6. Pemeriksaan ginekologi, radiologi dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi
dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bias berlangsung antara 7 hari
sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama.
Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi negative
selama 3 minggu lalu tiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto toraks tiap
bulan sampai kadar beta hCG negative.
7. Kontrasepsi, sebaiknya diberikan preparat progesterone selama 2 tahun.
Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.

PENATALAKSANAAN
 Perdarahan, cara mengatasinya dengan mengosongkan uterus dari sisa–sisa janin dan
transfuse darah, bila tidak segera ditolong menyebabkan kematian. Perforasi uterus pada
kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Apabila terjadi
perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas cedera sehingga dapat
dilakukan tindakan selanjutnya. Syok terjadi karena perdarahan dan infeksi berat (Sarwono
Prawirohardjo, 2002).

 Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Penanganannya : 1)
Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga
rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon progesterone. 3) Pemeriksaan USG
(Sarwono Prawirohardjo, 2002).

 Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,
perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul
dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih
besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin.
Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil
(Sarwono Prawirohardjo,2002).

 Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang – kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan,
dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan
transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus
ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Sarwono Prawirohardjo,2002).

 Penderita abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita
anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono Prawirohardjo,2002).

 Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20
hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti abortus
immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang, mamma
agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui
apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan (Sarwono
Prawirohardjo,2002). Dengan human chorionic gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui
kemungkinan keguguran (James L Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan darah.
Penanganannya, Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri
dengan laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan
busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena oktsitosin
dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran
janin dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri
melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu persediaan fibrinogen
(Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol (Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis
tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit (James L Lindsey,MD , 2007).

 Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan
mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang minim,
dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut
dalam kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga minggu pertama
kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan dengan kenaikan resiko yang
signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan aborsi medik tetapi tidak dengan
surgical abortion,sebagai bandingan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi.
(Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.)

 Setelah abortus pertumbuhan virus Chlamydia, gonorrhoea dan bacterial vaginosis


meningkat. Untuk mengurangi infeksi setelah abortus diberikan antibiotik 1 g rectally,
azithromycin 1 g pada saat abortus, dan doxycycline 100 mg secara oral 2 kali per hari
selama 1 minggu. (Janesh K. Gupta and Cara Williams, 2004)

MENEGAKKAN DIAGNOSIS?

 Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain: 1)
terlambat haid kurang dari 20 minggu, 2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum
tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3) perdarahan pervagina yang disertai
keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus, 4) pemeriksaan
ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak
jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva Inspekulo, 5) perdarahan dari kavum
uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan
ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium, dan 6) colok vagina dengan melihat
porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada saat perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
(Arif Mansjoer dkk, 2004).

Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media Aesculapius


Perdar Gejala dan VT Test USG Penatalaksanaan Px penunjang
ahan tanda HCG tambahan
Abortus Bercak1. Men 1. Ostiu + Utk 6. Observasi
iminens hingga geluh m uteri (pro ketahui : perdarahan
(Ancaman sedang mulas masih goni 2. Pertu7. Istirahat
terjadinya sedikit tertutup s mbuhan8. Tdk boleh
abortus) /tdk baik) janin yg koitus sampai 2
ada /- ada minggu
keluhan (Pro 3. Plase9. Bisa diberi
sama gnos nta sdh spasmolitik/tam
sekali is lepas bahan
2. Besa dubi /blm progesterona
r a ad 4. Ukur gar uterus tdk
uterus mala an kontraksi
masih m) kantong
sesuai gestasi
dengan apakah
umur sesuai
kehamil dgn usia
an kehamil
an
5. Perha
tikan
DJJ
Abortus Sedang 1. Men 3. Servi (+) 1. Pemb5. Perhatikan
insipien hingga geluh ks telah esaran KU dan
(hasil banyak mulas krn mendatar uterus perubahan
konsepsi kontraksi 4. Ostiu sesuai hemodinamika
masih dalam yg sering m uteri usia 6. Segera
kavum uteri dan kuat telah kehamilan lakukan
dan dlm 2. Besa membuka 2. Gerak pengeluaran hasil
proses r uterus 5. Masih janin dan konsepsi
pengeluaran) masih teraba DJJ 7. Kuretase
sesuai jaringan masih 8. Pasca
dgn umur jelas tindakan 
kehamilan walaupun perbaiki KU
mungkin 9. Pemberian
mulai tdk uterotonika
normal (menyebabkan
3. Terli kontraksi
hat uterus)
penipisan10. Pemberian
serviks antibiotik
uterus profilaksis
atau
pembukaa
nnya
4. Plase
nta sdh
terlepas/
blm
Abortus Sedikit Besar 1. Ostiu (+) Tdk 1. Roboransis(v
Kompletus uterus tdk m uteri 7-10 diperlukan it. Dan mineral)
(seluruh sesuai dgn menutup hari 2. Hematenik
hasil umur 2. Tdk stlh (anti anemia)
konsepsi kehamilan teraba abor
telah keluar (uterus jaringan tus
dr kavum mengecil) dlm kavum
uteri pd uteri
kehamilan
kurang dr 20
mnggu atau
berat janin
kurang dr
500 gr)
Abortus Bisa 1. Pasi2. Kanali USG : 7. Kuretase
Inkompletus sedikit en bsa s 4. Besar8. Pascatindaka
(Sebagian maupun mengala servikalis uteru n : uterotonik
hasil banyak mi masih s lbh dan antibiotik
konsepsis tergan anemia terbuka kecil
telah keluar tung atau 3. Terab dr
dr kavum jar.yg syock a jaringan umur
uteri dan tersisa hemorag dlm keha
masih ada yg ik kavum milan
tertinggal sebelum uteri 5. Kanto
sisa ng
jaringan gesta
konsepsi si
dikeluar sulit
kan diken
ali
6. Di
kavu
m
uteri
tdp
masa
hiper
ekoik
yg
bentu
knya
tdk
berat
uran
Missed - 1. Tdk Ostium (-) USG 4. <12 mnggu
Abortion merasak uterus 1. Uteru kuretase dan
(Embrio atau an masih s dilatasi jk
fetus telah keluhan tertutup, meng serviks uterus
meninggal apapun teraba ecil memungkinkan
dlm kecuali masih ada 2. Kanto5. >12
kandungan merasak jaringan. ng mnggu/<20
sebelum an gesta mnggu dgn
kehamilan 20 pertumb si keadaan serviks
minggu dan uhan meng uterus masih
hasil kehamila ecil kaku  induksi
konsepsi n tdk dan  kuretase
seluruhnya sesuai bntuk
masih umur tdk
tertahan kehamila berat
dalam n uran
kandungan 2. Bila 3. Fetus
kehamila tdk
n > 14 ada
-20 tnda2
mnggu kehid
merasak upan
an rahim
mengecil
dgn
tanda2
kehamila
n
sekunde
r pd
payudar
a mulai
hilang
Abortus 1. Dem 8. Pemberian
infeksiosus am antibiotik(penisil
(abortus yg tinggi in 4x1,2 juta
disertai 2. Tam unit/ampisilin
infeksi pd pak lelah 4x1 gr +
alat genital) 3. Taki gentamisin 2 x
kardi 80 mg +
4. Perd metronidazol 2 x
arahan 1 gr. Selanjutnya
pervagin antibiotik
am yg disesuaikan dgn
berbau hasil kultur
5. Uter 9. Kuretase
us yg dilaksanakan
membes apabila tubuh
ar dan sudah membaik
lembut min 6 jam stlh
6. Nye pemberian
ri tekan antibiotik
7. Didp 10. Pasca
tkan kuretase :
leukosis Uterotonik,
tosis pd antibiotik
px.darah dilanjutkan
rutin sampai 2 hari
bebas demam
Bligted Abortu HCG Usia Dilatasi dan
Ovum s : kehamilan 7- kuretase
(Kehamilan sponta mun 8
anembrionik) n 14-16 gkin mnggukant
Kantung mnggu + ong gestasi
gestasi tidak tdk
berkembang berkembang
dan tidak atau pd
ada yolk sac diameter 2,5
tdk ada
gambaran
mudigah

Jk USG
pertama
didapatkan
gambaran
sprti diatas
perlu
dilakukan
evaluasi USG
2 mnggu
kemudianB
ila tdk
dijumpai
struktur
mudigah
atau kantong
kuning telur
dan
diameter
kantong
gestasi
mencapai 25
cmBligted
Ovum

Abortus : Keadaan umum sesuai dgn perdarahan yang terjadi

14. Penatalaksanaan awal di ugd dan penanganan selanjutnya ?

AWAL :
STEP 4

Perdarahan pervaginan,
nyeri perut bawah
trimester 1

patologis fisiologis

abortus Mola hidatidosa KET


BLIGHTED OVUM

Anda mungkin juga menyukai