Anda di halaman 1dari 9

Narasumber: tadi saya kasih Eka karena nanti kalo sampai ditanya landasan hukum atau apa jadi

tau ada disitu yah


Pewawancara: lengkap ya bu jadi bisa membantu kita
Narasumber: betul, kira-kira pertanyaannya apa nak?
Pewawancara: ini bu mohon dipegang, nanti kalo sudah siap
Narasumber: apakah ada peranan pemerintah daerah dan dinas Pendidikan menurut anda peranan
tersebut?
Pewawancara: kalo ada ya
Narasumber: tunggu pak saya koreksi dulu ya pak ya
Pewawancara: silahkan bu
Narasumber: kalo SPK ini satu dia kita tidak boleh menggunakan istilah pengelolaan tapi harus
menggunakan istilah penyelenggaraan, jadi soalnya kalo penyelenggaraan itu hanya
menyangkut operasional bekerja sama dengan pihak asing yang kita pake istilahnya di
standarisasi LPA. LPA adalah Lembaga Pendidikan Asing sedangkan LPI adalah
Lembaga Pendidikan Indonesia. Jadi misalnya contoh Stella Maris kan statusnya LPK
pak LP ini adalah Stella Maris School tetapi LPA nya adalah Cambridge International
Assesment dan Internasional bacabride program gitu yah. Jadi salah satu syarat utama
untuk memperoleh status SPK adalah kita berstatus LPI dan kita memiliki partner secara
official sebagai LPA gitu pak. Nah antara partner ini harus menandatangani MoU yang
minimal jangka waktu kerjasamanya itu 5 tahun gitu, jadi bukan jangka pendek yah. Jadi
diharapkan 5 sampai 6 tahun jadi misalnya kan kalo 5 sampai 6 tahun tuh harapannya
satu selama anak itu menempuh jenjang Pendidikan kita tidak kehilangan LPA kita
misalnya masuk kelas 7 nah berarti sampai lulus kelas 12 dia tetap memiliki LPA atau
mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 6 itu dia memiliki LPA. Terus jangan antara waktu
akreditasi satu dengan waktu akreditasi misalnya waktu di akreditasi kita punya LPA
tapi selesai satu tahun kemudian kita nggak punya LPA itu, makanya diharapkan MoU
nya itu tidak boleh jangka pendek. Nah kalo ditanya adakah peran pemerintah daerah
dan dinas Pendidikan terhadap SPK ada yah, tetapi sifatnya hanya memberikan
rekomendasi jadi penerbit ijin operasional sebuah sekolah yang berstatus SPK itu bukan
dinas Pendidikan daerah ya atau pemerintah daerah kan kalo operasional sekolah
memang bukan pemerintah tetapi dinas pendidikannya gitu yah. Nah untuk SPK
penerbit ijin operasional sekolah SPK itu bukan dinas Pendidikan daerah tetapi langsung
diterbitkan oleh kementrian Pendidikan dan kebudayaan pada jenjang yang manapun.
Jadi misalnya contoh SD, SMP, SMA itu kan dibawah Dikdasmen yah Pendidikan
Nasional Tingkat Menengah yah SD, SMP, SMA itu kan Pendidikan Nasional Tingkat
Menengah Dikdasmen gitu yah Pendidikan dasar dan menengah jadi ijin operasional
SPK SD, SMP maupun SMA itu diterbitkan oleh kementrian bagian Dikdasmen gitu loh
pak, bagaimana misalnya dengan KB dan TK ini juga diterbitkan oleh kementrian
bagian PNF dan Paud gitu, nah terus jadi peran dinas dareahnya itu yah dinas

1
Pendidikan daerah nya itu lebih pada memberikan rekomendasi apakah sekolah-sekolah
binaannya ini dahulu kan dulu misalnya di bina pasti ya oleh dinas Pendidikan daerah
gitu apakah layak direkomendasikan untuk memperoleh status SPK jadi sebatas
rekomendasi tanpa rekomendasi dari dinas daerah sekolah tidak bisa mengajukan status
SPK di Kemendikbud tapi sebaiknya dinas juga tidak berhak untuk menerbitkan ijin
operasional sekolah berstatus SPK. Nah tapi sayangnya sekarang status SPK baru itu
tidak bisa diberikan pak untuk sekolah yang baru beroperasi, jadi sekolah itu bisa
berstatus SPK bila satu dahulu dia berstatus sekolah internasional. Nah jadi dulu dia
memiliki ijin operasional sebagai sekolah internasional kemudian berdasarkan Permen
No 31 tahun 2014 kita pada waktu itu diminta untuk mengajukan status kita dari
internasional berubah menjadi SPK dengan tentu saja memenuhi syarat-syarat yah sesuai
yang tercantum di dalam bukunya yang tadi saya kasih yah, misalnya memberikan rich
memberikan ini memberikan itu. Nah apabila waktu itu sekolah kita tidak berstatus
internasional maka pada waktu itu kita tidak bisa mengajukan status sebagai sekolah
SPK atau sebaliknya bila kita sekolah internasional tetapi kita tidak bisa memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah itu juga kita akan gagal memperoleh status
sebagai sekolah SPK. Terus yang mana lagi yang boleh menjadi sekolah SPK adalah
sekolah nasional yang karena sudah melakukan berbagai macam perubahan dalam
penyelenggaraanya kemudian bisa meningkatkan statusnya menjadi sekolah SPK tapi
salah satu syaratnya sekolah nasional untuk menjadi sekolah SPK adalah dia sudah harus
terakreditasi secara nasional dengan hasil A, jadi kalo hasilnya B, C dan sebagainya itu
tentu saja dia belum boleh mengajukan peningkatan status menjadi SPK kalo sudah A
boleh. Nah artinya kepala sekolah yang baru itu tentu saja tidak bisa berstatus SPK
karena pasti dia dulu tidak mempunyai ijin sebagai sekolah internasional berarti dia
sudah tidak memenuhi persyaratan itu. Kedua, dia juga pasti belum terakreditasi yah
karena kan belum melahirkan lulusan karena kan syarat terakreditasi kan melahirkan
lulusan yah jadi tidak bisa ada sekolah yang baru didirikan kemudian mengajukan status
sebagai sekolah SPK itu tidak bisa. Mengapa hal itu diberlakukan karena pemerintah
melihat sekolah SPK ini dianggap memiliki sebuah standar operasional yang lebih
tinggi, sehingga kalo sekolah baru kan dianggap dari sisi pengalaman dan sebagainnya
itu belum memiliki pembuktian bahwa dia bisa memenuhi persyaratan sebagai SPK itu.
Jadi walaupun misalnya saya mau membuat sekolah tapi kemudian saya ber partner
dengan asing gitu yah, tidak serta merta saya bisa mengajukan status sebagai SPK
karena tidak ada pemberian status SPK kepada sekolah baru gitu, oke jadi tadi perannya
sudah ada yah sangat sederhana sebatas pada pemberian rekomendasi. Terus nomer dua
perubahan sekolah regular jadi SPK mempunyai makna pengembangan di dalamnya
harus ada peningkatan peran fungsi dan SPK harus diproyeksikan jadi satuan Pendidikan
skala global atau internasional jika masih mengacu kepada standar nasional Pendidikan
maka hasilnya akan berstandar nasional. Dengan demikian biaya tinggi yang sudah
dikeluarkan peserta didik atau orang tua murid tidak akan sebanding dengan hasil yang
diperoleh. Bagaimana menurut anda penerapan kurikulum di SPK? Nah ya tadi seperti
yang saya sudah sampaikan yah jadi salah satu syarat utama sekolah berstatus SPK
adalah adanya kerjasama antara LPI dan LPA Lembaga Pendidikan Indonesia dan

2
Lembaga Pendidikan Asing nah kerjasamanya ini ada dua macam yaitu kerjasama
penyelenggaraan dam kerjasama pengelolaan kalo disebut kerjasama penyelenggaran
berarti sebatas pada misalnya dari sisi kurikulum yah dari sisi framework, ijazah, standar
kelulusan tapi kalo kita sebut pengelolaan itu ada menyangkut pembiayaan yang
disubsidi juga oleh LPA nya dimana contohnya Stella Maris tentu saja kita
penyelenggaraan bukan pengelolaan dan sebagian besar sekolah di Indonesia memang
penyelenggaraan jadi tidak melibatkan unsur investasi dari pihak luar karena kan itu
udah lain urusan nya yah. Nah karena tadi sudah jelas syarat ngeplak nya adalah seperti
itu berarti kita kurikulumnya kalo statusnya SPK yang utama adalah kurikulum negara
asing gitu. Nah contohnya misalnya kalo Cambridge ya tergantung Cambridge primary
kan hanya menawarkan tiga pelajaran yah Cambridge primary itu hanya menawarkan
tiga subjek yaitu Bahasa inggris, matematika dan sains sehingga bagaimana dengan mata
pelajaran lainnya biar sekolah bisa mengatur sesuai dengan ketentuan dari pemerintah
gitu tapi kalo di level adjisiasi kelas 7 sampai kelas 10 ya misalnya contohnya ya itu
Cambridge sudah menawarkan lebih dari 70 subjek sehingga hampir semua subjek kita
sudah berstandar Cambridge gitu. Begitu juga aidi, aidi itu ciri khas nya enak group yah
dari masing-masing group itu ada beberapa pelajaran yang dapat dipilih anak, bapak
sudah jelas tentang aidi kan ya udah tau persis tentang aidi kan pak yah?
Pewawancara: sudah, sudah tau
Narasumber: dimana dia punya enam group masing-masing group ada beberapa subjek gitu dan
anak itu memilih dari setiap group itu satu subjek. Tapi teman-teman di luar yang tadi
disampaikan kurikulum utama kita adalah kurikulum internasional tergantung LPA nya
ada ketentuan-ketentuan dari pemerintah yang diatur berkaitan dengan kurikulum dan
tidak boleh dilanggar karena kalo dilanggar itu akan berkaitan dengan proses penerbitan
ijin operasional dan perpanjangannya serta akreditasi apa itu yang diatur pemerintah
dalam hal kurikulum nomer satu, sekolah SPK itu mesti menerapkan mata pelajaran
wajib SPK yang tersiri dari satu Bahasa Indonesia kemudian Agama dan khusus agama
tidak boleh SPK mengajarkan satu agama tetapi harus menawarkan agama sesuai
pancasila jadi anak itu harus diberikan wadah untuk menumbuh kembangkan imannya
sesuai dengan kepercayaannya. Jadi misalnya kaya kita nih sekolah katholik sebetulnya
yah kita kan sebetulnya sekolah katholik tapi khusus gading serpong yang berstatus SPK
kami tidak boleh kalo hanya menawarkan pelajaran agama katholik gitu. Terus pelajaran
ketika mata pelajaran wajib yang diatur oleh pemerintah adalah PPKN
Pewawancara: pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Narasumber: betul yah untuk warga negara Indonesia atau Indonesia studies budaya Indonesia
untuk warga negara asing. Jadi kalo untuk WNI nya wajib mengikuti pelajaran PPKM
kemudian untuk WNA nya di tentukan wajib mengikuti budaya Indonesia di luar itu
jumlah periode nya juga di atur jadi Bahasa Indonesia itu minimal 4 periode kemudian
PPKN atau Indonesian studies itu minimal 2 periode per minggu nya yah kemudiam satu
lagi tadi agama itu minimal dua gitu, jadi kalo dari sisi kurikulum itu ya. Bagaimana
sistem evaluasi dari point nomer dua mengenai kurikulum? Oke, jadi kalo mengenai

3
kurikulum ini grand policy nya itu mengikuti ketentuan LPA khusus untuk subjek-
subjek yang diatur oleh LPA tapi untuk mata pelajawan wajib kita 100% mengikuti
kurikulum nasional dengan KI dan KD yang ditentukan oleh kurikulum nasional
Pewawancara: yang pemerintah tadi ya
Narasumber: ya betul yang tadi empat mata pelajaran tadi kita mengikuti kurikulum nasional dan
harus apa namanya mengikuti juga KI KD kurikulum nasional. Tapi kalo pelajaran lain
yang di cover oleh LPA nya maka pemerintah mengijinkan kita mengikuti granding
policy sesuai dengan standar LPA jadi kelulusan sesuai dengan LPA. Akan tetapi
berkaitan sama penilaian ini juga pemerintah tidak mengatur syarat kelulusan ya pak,
jadi syarat kelulusan ini ditentukan oleh sekolah masing-masing
Pewawancara: belum ada standar ya bu pemerintah apa gimana?
Narasumber: jadi dulu kan ada nasional, ujian nasional juga pada waktu 2 atau 3 tahun terakhir
kan tidak menentukan kelulusan lagi kalo buat sekolah SPK ya kita bicara SPK ya jadi
dulu waktu kita harus mengikuti ujian nasional, ujian nasionalnya harus diikuti untuk
pemetaan Pendidikan Indonesia tetapi bukan syarat kelulusan untuk SPK gitu yah. Nah
tapi sekarang kan ujian nasional ditiadakan terus bagaimana untuk memonitor jalannya
Pendidikan sesuai dengan misalnya siswa Pancasila itu kan apa ya sasaran sekarang ya
nah pemerintah menggantikan bukan diganti dalam arti cuma diganti gitu ya tapi
mengalihkan ketiadaan ujian nasional itu dengan adanya assessment nasional atau AN.
Bedannya ujian nasional itu kan diberikan pada kelas 6,9 dan 12 kalo assessment
nasional itu diberikan pada kelas 5 kemudian kelas 8 dan kelas 11 dan assessment
nasional ini terdiri dari 3 bagian yaitu AKM atau Assessment Kompetensi Minimal
kemudian survey lingkungan belajar dan satu lagi adalah survey karakter gitu. Dan nanti
laporannya bukan bersifat individual seperti ujian nasional. Kalo ujian nasional kan
setiap anak dapat hasil gitu ya nah kalo ini tidak nanti hasilnya itu akan diberikan kepada
sekolah untuk menentukan apakah sekolah itu dibawah rata-rata yah cukup baik atau di
atas rata-rata misalnya seperti itu. Nan nanti kalo misalnya nilainya dianggap di bawah
rata-rata atau cukup misalnya gitu yah pemerintah akan melakukan proses
pembimbingan kembali pada sekolah-sekolah tersebut gitu. Nah jadi sifatnya bukan lagi
kaya ujian yah tetapi lebih assessment pengen tau misalnya dan assessment kompetensi
minimal itu lebih kepada numerisasai dan literasi yah jadi bukan subjek. Kan kalo dulu
misalnya ujian nasional itu yang diujiankan kan misalnya IPA, matematika, Bahasa
Indonesia, kalo sekarang bukan jadi yang di tes kan pada assessment kompetensi
minimal itu adalah kemampuan literasi dan kemampuan numerasi dengan tujuan untuk
meningkatkan standard Pendidikan Indonesia secara pisareng, kita kan pisareng nya
buruk terus yah karena dianggap proses Pendidikan kit aitu agak keliru nah jadi dengan
tujuan menaikan Pisareng kita sistem ujian nasional itu diganti dengan sistem AKM ini.
Kemudian siswa Pancasila itu kan tidak saja unggul dari sisi akademik yah tetapi dia
mesti memiliki karakter mulia untuk itu ada juga survey lingkungan belajar dan survey
karakter gitu

4
Pewawancara: nomer 4 sudah jelas bu?
Narasumber: nomer 4 apa fungsi LPA dan LPI dalam terbentuknya SPK tadi sudah terjawab yah.
Tentu saja LPI harus menyediakan semua standard yang diperlukan oleh LPA untuk kita
mendapat kaya semacam official center gitu loh pak. Kan sebelum Cambridge atau aidi
memberikan ijin untuk kita menjadi sekolah aidi atau sekolah Cambridge dia akan
melakukan uji kelayakan gitu loh. Jadi kalo misalnya dalam uji kelayakan kita gagal
memenuhi standard mereka maka kita tidak bisa menjadi official center gitu, nah tetapi
sebaiknya dari sisi mereka dan kita harus memaintance kualitas kita sesuai dengan
standard yang mereka tetapkan tetapi dari sisi mereka tentu saja mereka harus
menyediakan misalnya teacher screening supaya kita tetap professional developmentnya
itu berstandard internasional, kemudian dia harus menyediakan misalnya resources
seperti terbukalah teacher resources terhadap berbagai sumber belajar yah kemudian dia
harus menyediakan juga misalnya sertifikasi berstatus internasional untuk egibilitas dari
siswa-siswa lulusan kita yah, jadi baik LPI maupun LPA kemdian dua-duanya
mempunyai tanggung jawab dan hak gitu, oke seperti itu. Terus nomer 5 posisi tenaga
pendidik okee, nanti ini untuk prosen-prosen nya di kroscek saja ya pak dengan itu ada
kan yah
Pewawancara: oia ini sudah sesuai buku ya bu?
Narasumber: sudah yah, kalo gak salah kan kalo tenaga Pendidikan tuh minimal 30% nya WNI
tapi kalo tenaga kependidikan itu minmal 80% nya yang WNI jadi beda sekali. Kalo
dulu diperkenankannya 30% nya ekspatriat, tapi kalo tenaga Pendidikan kan dia hanya
mengijinkan 20% nya ekspatriat. Mengapa hal itu diatur supaya sumber daya manusia di
Indonesia itu terlindungi jadi istilahnya Indonesia itu tidak mau dengan apek dan
globalisasi yah kemudian membuat begitu banyak ekspatriat datang sampe warga negara
indoensia sendiri tidak memiliki lapangan pekerjaan lagi. Oleh karena itu dibatasi
dengan catatan kita sendiri terus melakukan professional development sesusai dengan
standard internasional gitu yah.

Oke bagaimana pendapat anda mengenai banyak guru di Indonesia mampu mengajarkan Bahasa
inggris sebagai bahasa pengantar? Sebetulnya kalo saat ini kalo saya boleh jujur
kemampuan bahasa inggris guru-guru kita itu tidak terlalu menjadi masalah lagi kalo di
sekolah SPK tetapi problem utama bukan menemukan guru yang mampu Bahasa inggris
tetapi problem utama sekolah SPK adalah menemukan guru yang mampu berbahasa
inggris dengan latar Pendidikan yang linear. Karena gini loh misalnya sekolah-sekolah
yang memiliki jurusan keguruan gitu ya pak yah yang melahirkan sarjana-sarjana S.Pd
itu tidak juga memberikan pembelajaran Bahasa inggris yang mendalam karena tidak
ada atau hampir tidak ada dapat ditemui ya universitas-universitas di Indonesia yang
melahirkan S.Pd itu mendeliver materi pelajarannya dalam Bahasa inggris. Oleh karena
itu kesulitan kami sebagai SPK itu bukan mencari guru-guru berbahasa inggris tetapi
yang latar belakang Pendidikannya itu linear, karena akhirnya kan kebanyakan kami itu

5
misalnya contohnya ya malah dari sastra inggris apa gitu loh pak tetapi mengajar juga
matematik karena kan dia bahasa inggrisnya bagus dan kemudian misalnya matematik
SD kan kalo kita sarjana tidak terlalu sulit misalnya tapi itu dari sisi kelayakan akreditasi
sebuah SPK itu melanggar, jadi kalo di SPK itu linieritas dari guru itu menjadi syarat
mutlak standar kompetensi 4 yah tenaga pendidik dan kependidikan jadi standard 4 itu
mensyaratkan guru-guru itu mengajar sesuai dengan subjek yang diampu bidang
pelajaran yang diampu artinya harus ada linearitas antara background Pendidikan
dengan subjek yang diampu tapi kenyataannya S.Pd yang sesuai itu punya masalah
Bahasa inggris nah jadi kita merekrutnya orang mampu berbahasa inggris mampu
mengajar tapi tidak linear itu melanggar ketentuan akreditasi untuk itu saya sangat
berusaha untuk mencari jalan lain supaya masalah linearitas ini bisa diatasi. Contoh kan
ada sertifikat seperti gini pak seperti di SD itu ada yang disebut PGSD yah nah PGSD
ini untuk meminimalisir efek tidak linear tadi. Jadi walaupun guru saya itu
backgroundnya tidak linear tapi dengan mengikuti PGSD dia akan mengetahui unsur-
unsur pedagogik yang diperlukan kemudian lewat PGSD itu dia mempelajari juga
subjek yang diampu sesuai dengan keadaan di lapangan gitu loh pak. Jadi sekarang 26
guru SD Stella Maris gading serpong misalnya yaitu sedang saya PGSD kan selama satu
setengah tahun dengan biaya 50% ditanggung oleh guru tentu saja dicicil setiap bulam
selama 3 tahun dan 50% ditanggung oleh sekolah
Pewawancara: itu solusi ya?
Narasumber: iya karena saya harus mengejar ketinggalan-ketinggalan pemenuhan syarat itu
dengan cara yang memang di sahkan di endorse oleh pemerintah gitu loh pak. Tapi kalo
secondary karena tidak ada jenis PGSD nya yah itu saya mengusahakan dalam proses
recruitment saya usahakan seminimal mungkin. Tentu saja tidak bisa 100% tetai dari
waktu ke waktu saya mengurangi perekruitan guru yang sifatnya tidak linear lagi gitu.
Dan sekarang puji tuhan itu sudah 60%-70% guru secondary saya sudah linear gitu yah.
Okee terus salah satu kesulitan lagi bukan Bahasa inggris pak tetapi syarat untuk memiliki
sertifikasi sebagai guru pak, jadi di dalam pemenuhan standard kompetensi pendidik dan
tenaga pendidik juga khusus untuk SPK itu ada persyaratan memiliki sertifikat sebagai
guru sertifikat pendidik tetapi pada waktu kami menghadap audienci dengan dirjen GTK
sasaran pemberian sertifikasi guru itu bukan sekolah SPK tetapi guru-guru di daerah 3T
yah tertinggal, terdalam, terluar nah sehingga dirjen GTK menyatakan bahwa mohon
maaf kalo SPK kan ya istilahnya dulu pemberian sertfikat pendidik itu lebih kepada
tunjangan kan sehingga guru-guru itu kesejahteraannya bisa ditingkatkan. Sementara
kalo guru-guru di SPK kan oleh pemerintah dianggap sudah memiliki gaji yang lebih
baik dari guru-guru di sekolah nasional tetapi akreditasi terbaru memasukan unsur itu
untuk guru-guru di sekolah SPK sehingga kami sangat kesulitan untuk pemenuhan nilai
akreditasi di bidang itu gitu karena pemerinyah tidak menerbitkan tetapi itu disyaratkan
di akreditasi. Nah kegagalan-kegagalan dalam akreditasi SPK itu banyak bersumber dari
point-point tenaga pendidik dan kependidikan. Contoh juga kepala sekolah sebuah SPK
itu tidak boleh S1 tetapi minimal harus S2 dan dia harus sudah memiliki Pendidikan

6
LP2KS jadi harus LP2KS dan harus sudah memiliki NUPTK nomer registrasi kepala
sekolah dan juga sertifikat pendidik, jadi ini juga point yang membuat sangat berat yah
untuk memenuhi syarat di bidang kepala sekolah sedangakan kepala sekolah itu
syaratnya mutlak gitu. Jadi kalo akreditasi sekolah SPK itu tidak mengikuti instrument
seperti dulu ya temen-temen tapi instrument kami itu ada yang namanya syarat mutlak
kemudian syarat tambahan. Nah kalo syarat mutlak itu jawabnya iya tidak iya tidak,
begitu salah satu dari syarat mutlak kami jawab tidak maka secara otomatis kami tidak
boleh mendaftarkan diri untuk akreditasi dianggap gagal. Nah oleh karena itu 16 syarat
mutlak itu harus dijawab dengan iya, contohnya apakah kepala sekolah satuan
Pendidikan anda yaitu memiliki sarjana minimal S2 kalo kita jawabannya tidak maka
saya tidak boleh mengajukan akreditasi. Jadi yang ada toleransi itu hanya syarat
tambahan. Syarat tambahan itu misalnya tadi seperti misalnya kepala sekolah harus
LP2KS itu syarat tambahan kemudian guru harus bersertifikat pendidik itu syarat
tambahan tapi kalopun itu namanya syarat tambahan kalo saya juga tidak bisa memenuhi
nilai akreditasi saya kan berkurang sementara standard A di SPK itu sangat tinggi yaitu
91 ke atas itu baru A, jadi 91 masih B 93 ke atas itu baru A gitu. Padahal kan kurang
satu saja sudah mengurangi mengurangi mengurangi jadi untuk mendapatkan A di SPK
itu bukan main sulitnya contohnya kemarin kita sudah terakreditasi di level SMP yah
tetapi kita 87 jadi kita itu dapat B dan 87 itu B terakhir 86 nya sudah C gitu yah. Tapi
kalo ditanya jelek kah kami mendapat B di Stella Maris sebagai contoh St. hari cofireige
itu juga 88 dapet B gitu yah, jadi saya tidak merasa bahwa kita tidak bekerja dengan baik
tetapi kemarin yang SD saya berhasil memperoleh A dengan nilai 94 itu contohnya ya.
Terus apakah pemantauan dan evaluasi terhadap SPK sudah melibatkan dinas kabupaten
kota tadi sudah saya sampaikan ya. Terkait dengan jaminan karir para pendidik dan
kependidikan SPK apakah sudah jelas, nah untuk saat ini seperti yang tadi saya
sampaikan sasaran utama pemerintah berkaitan dengan tunjangan-tunjangan adalah
daerah 3T bukan SPK kami kemudian kan mengajukan kepada dirjen GTK itu bolehkah
guru-guru kami itu disertifikasi tapi tidak bertunjangan jadi supaya ada solusi bahwa kan
kami harus memenuhi syarat akreditasi tetapi bukan tunjangan yang menjasi sasaran
kami karena kan bukan sasaran bisakah di cari jalan tengah kami diberikan sertfikasi tapi
tidak perlu diberikan tunjangan, nah sampai saat ini dijawab bisa tetapi tetap saja sasaran
utama nya kan non SPK dulu. Jadi guru-guru kami apakah ada yang mendapat UPTK
ada tetapi prosesnya lebih lama dan lebih sulit, dan untuk tunjangannya sampai saat ini
memang untuk guru-guru SPK tidak bisa diberikan lagi. Jadi misalnya dulu guru kita di
BSD dulu kan statusnya nasional yah dia dapet tunjangan nah sekarang kalo pindah
kesini tunjangan dia hilang seperti itu
Pewawancara: terima kasih
Narasumber: iya thankyou, tapi saya pikir ini sangat membantu coba dibaca dan dipelajari jadi
kalo misalnya itu bisa bantu, karena ini ada asas hukumnya penjelasan satu satunya gitu
Pewawancara: yang kita gali itu si bu temuan-temuan dalam permasalahan di lapangan kaya tadi
kan dengan GTK cari solusi

7
Narasumber: jadi saya itu ikut di dalam penguatan PSSI sebetulnya tujuan saya itu supaya kalo
kami memiliki persoalan saya tidak berjuang sendirian karena kan kalo saya berjuang
sendirian itu kan suaranya menjadi kecil yah tapi kalo kami bersama-sama dengan
persoalan yang sama kami berharap lebih didengarkan gitu loh pak, sehingga kami kalo
melakukan audienci sekarang tidak mewakili lagi satu sekolah tetapi atas nama PSSI
gitu pak
Pewawancara: untuk standard tadi saya bisa liat disini juga ya bu?
Narasumber: kalo disini tidak ada standard pak karena ini kan bukan akreditasi ya tetapi ini
juknis sebagai turunan. Ini kan juknis nya nomer 407 kalo nggak salah tahun 2015 ya ini
adalah turunan dari Permen nomer 31 tahun 2014, nah Permen nomer 31 tahun 2014 nya
bapak tinggal browse saja yah karena kami juga tidak dibagiin nge browse sendiri-
sendiri aja gitu, nah kalo bapak mau tau misalnya instrument akreditasi SPK nanti bisa
minta ke Miss Eka cuma memang sory ya karena itu kami pake terus ya jadi mungkin
kalo di dalam hardcopy nya itu ada coretan-coretan dan sebagainya ya mohon maaf aja
ya ini kan untuk kebutuhan internal kan bukan untuk eksternal nanti diminta di Miss Eka
aja supaya bapak bisa pelajari pak
Pewawancara: standard yang tadi tuh merujuk ke standar nasional Pendidikan
Narasumber: delapan standard nasional Pendidikan tetap, tetapi dengan syarat-syarat yang lebih
berat dia tapi nggak 130 butir kan kalo yang standard nasional 130 butir kan ya pak ya
tetapi sangat standard kan misalnya adakah ruangan kelasnya dengan ventilasi apa
misalnya gitu ya pak yah, kalo kami tuh tidak terlalu membahas hal-hal begitu lebih
kaya tadi misalnya kepala sekolah harus S2 kemudian syarat-syarat sarana dan
prasarananya juga agak berbeda jadi misalnya kalo kita nggak ngurusin lagi ruangan
kelas gitu tapi harus ada tempat ibadah menurut agama masing-masing tapi ini over
record. Jadi contohnya kalo mau akreditasi saya mengadakan tempat ibadah tiba-tiba
saya sekat supaya tidak terlalu kelihatan saya sekatnya karena pada waktu pertama saya
cuma pake slidingdoor gitu itu mereja ngerasanya ini kayaknya mengada ngada gitu yah
karena ruangan slidingdoor itu kan bisa dibuka bisa ditutup supaya lebih luas kok aneh
ruangan itu kok pake slidingdoor jadi kemarin waktu di primary aku sekat beneran pake
triplek di cat dan sebagainnya tapi sekarang udah selesai akreditasi nih saya dapat A
rencana saya mau bongkar lagi nah nanti saya mau akalin tetap pake slidingdoor tapi
slidingdoor nya kaya panel yang bisa ditutup gede-gede terus saya pengen bikini mural
jadi muralnya itu sesuai dengan agamanya jadi misalnya agamanya Hindu slidingdoor
nya muralnya tentang hik, kita nggak ada Hindu kebetulan yang anak-anak jadi kita
cuma ada empat disini nah misalnya Budha ya gambarnya sidatama duatama atau apa
jadi walaupun slidingdoor keliatan memang didesain khusus dipersiapkan bukan ngasal
gitu ya nanti yang agama apa saya mau muralnya itu sesuai agamanya saya akalin nya
gitu tetapi kalo sedang tidak dipake saya tetep bisa buka misalnya untuk acara-acara
yang dibutuhkan anak-anak butuh ruang besar karena kita kan masih terbatas pak itu nya
ruangan-ruangannya. Nanti diliat aja syarat akreditasinya kan terlihat yah

8
Pewawancara: terima kasih bu
Narasumber: ada lagi? Nanti kalo ada pertanyaan di WA aja

Anda mungkin juga menyukai