KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Perpetaan dan SIG ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Tugas Perpetaan dan SIG ini merupakan tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh
setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya sebagai syarat mengikuti
ujian semester mata kuliah Perpetaan dan SIG.
Pembuatan tugas ini pada dasarnya tidak hanya bertujuan untuk menunjang teori
saja, melainkan juga untuk memberikan pengenalan secara mendalam kepada mahasiswa
tentang masalah yang berhubungan dengan bidang perpetaan dan ilmu ukur tanah, yang
kelak akan dihadapi mahasiswa saat terjun langsung di dunia kerja. Pada kesempatan kali
ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:
Indra Waluyohadi, ST., MT., M.Sc, selaku dosen pengajar Perpetaan dan SIG.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
1. Pendahuluan
1.1 Umum
1.2 Latar Belakang
1.3 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.4 Ruang Lingkup Praktikum
2. Dasar Teori
2.1 Alat Yang Digunakan
2.1.1 Detail Alat dan Fungsinya
2.1.2 Cara Penggunaan Alat Theodolith dan Waterpass
2.2 Tahapan Pembuatan Peta
2.3 Kerangka Peta
2.3.1 Poligon Tertutup
2.3.2 Poligon Terbuka
2.3.3 Cara Perhitungan Poligon
2.4 Pengukuran Situasi
2.5 Pengukuran Beda Tinggi
2.5.1 Pekerjaan Pengukuran Beda Tinggi dengan Theodolith
2.5.2 Pekerjaan Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass
2.5.3 Perhitungan Pengukuran Beda Tinggi
2.6 Penggambaran Peta
2.6.1 Penggambaran Kerangka Peta
2.6.2 Penggambaran Detail Planimetri (X,Y)
2.6.3 Penggambaran Detail Elevasi (Kontur)
2.7 Penggambaran Potongan
2.8 Perhitungan Luas Volume pada Galian dan Timbunan
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Perpetaan merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang daerah
asli yang disajikan dalam bentuk peta dengan penyajian pada skala tertentu.
Perpetaan mengulas tentang cara-cara pengukuran ruang yang diperlukan untuk
menyatakan kedudukan titik-titik di permukaan bumi. Oleh karena itu, maka data yang akan
diambil adalah sudut-sudut mendatar dan tegak untuk menentukan posisi titik di atas
permukaan bumi. Diperlukan juga sudut mendatar untuk dapat menggambarkan kondisi
lapangan.
Hal ini penting sekali untuk kepentingan pekerjaan teknik sipil dan perencanaan jalan,
ilmu perpetaan mempunyai peranan penting yaitu pada saat membersihkan lahan dan
perencanaan pondasi. Hal ini berkalitan dengan kondisi lapangan yang mempunyai kontur
yang berbeda – beda sehingga perlu adanya pemetaan untuk membantu proses perencanaan.
Perpetaan merupakan cabang dari ilmu geodesi. Ilmu geodesi itu sendiri menurut
pandangan awam adalah cabang ilmu geosains yang mempelajari tentang pemetaan bumi.
Ilmu ini mencakup dua aspek, yaitu:
1. Aspek Aspek ilmiah (aspek penentuan bentuk), berkaitan dengan aspek geometri
dan fisik bumi serta variasi medan gaya berat bumi.
2. Aspek terapan (aspek penentuan posisi), berhubungan dengan pengukuran dan
pengamatan titik-titik teliti atau luas dari suatu bagian besar bumi. Aspek terapan
ini yang kemudian dikenal dengan sebutan survei dan pemetaan atau teknik
geodesi.
Tidak hanya perpetaan, tetapi ilmu ukur tanah (IUT) juga digunakan di bidang Teknik
Sipil. Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu geodesi yang khusus mempelajari sebagian
kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran guna mendapatkan peta.
Pengukuran yang dilakukan terhada titik-titik detail alam maupun buatan manusia meliputi
posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikalnya (z) yang diukur terhadap permukaan air laut
rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat dipindahkan
ke atas bidang datar maka diperlukan bidang perantara antara lain: bidang ellipsoid, bidang
bulatan, bidang datar
a. Geodetic Surveying
DASAR TEORI
A. Alat Utama
1. Theodolith
Theodolit merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut
tegak lurus dan mendatar. Pengukuran yang dihasilkan alat ini yakni beda
tinggi (diukur dari sudut vertikal/tegak lurus) dan elevasi (diukur dari sudut
horizontal/mendatar).
10
1
2 12
5 6
7
11
17 9
8 14
18 15
3
16 4
1
3
Keterangan:
2. Lingkaran tegak
17. Centering optis : mengetahui dan memastian posisi paku payung tepat
di bawah theodolit, sekrup penguncinya berfungsi mengunci
pergerakan theodolit secara vertikal dan horizontal
Keterangan :
B. Alat Bantu
1. Bak Ukur
Misal didapat hasil pengamatan dengan alat sipat datar (satuan meter) seperti
pada gambar, maka pembacaan bak ukur adalah sebagai berikut :
terbaca 3 benang (BA, BT, BB)
• Benang atas (BA) sebesar 0.040 m
• Benang tengah (BT) sebesar 0.261 m
• Benang bawah (BB) sebesar 0.118 m
2. Rol Meter
Bahan : Alat ini dibuat dari baja tipis, kain khusus atau fiber glass
Panjang : Alat ukur ini biasanya memiliki panjang 5 - 50 meter,
bahkan hingga 100 meter.
Skala : Rol meter atau pita meter mempunyai skala yang sama dengan
mistar
Fungsi : Rol meter digunakan untuk mengukur jarak langsung. Kelebihan
dari alat ini adalah bisa digulung dan ditarik kembali, dan
kekurangannya adalah tidak tahan air,jika ditarik akan memanjang,
mudah putus dan rusak.
3. Unting-Unting
Unting-unting
harus tegak lurus
dengan titik.
4. Paku Payung
Bahan : Besi
Fungsi : Digunakan untuk menentukan titik dalam pengukuran
5. Payung
Payung berfungsi sebagai penghalang panas maupun hujan yang dapat mengenai
alat ukur. Penyinaran secara langsung menyebabkan menyebabkan nivo pecah
karena penguapan cairan, mengerasnya klem pengunci sehingga dapat mengubah
pengaturan alat. Air hujan dapat membahayakan lensa sehingga penglihatan
menjadi tidak jelas. Payung tetap diperlukan walaupun waterpass dilengkapi
dengan waterproof (bahan tahan air).
Bahan : Statif terbuat dari besi aluminium atau kayu dan dapat
dilipat sehingga praktis jika dibawa
Fungsi : Meletakan alat ukur, sehingga memungkinkan alat
selalu dalam keadaan mendatar dari segala penjuru
7. Kompas
8. Senter
9. Benang Kasur
2) Injak sepatu Tripod agar melesak dalam tanah ( jika di atas tanah), tinggi
Tripod disesuaikan dengan orang yang akan membidik dan permukaan
kepala Tripod diusahakan relatif datar.
3) Ambil pesawat dan letakkan pada landasan pesawat kemudian dikunci.
4) Mengatur unting-unting agar posisi sumbu I tepat di atas patok.
5) Mengatur ketiga buah sekrup A, B, C, kira-kira setengah panjang as.
6) Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B ( kadudukan I ),
kemudian sekrup diputar searah ( jika masuk, masuk semua; jika keluar,
keluar semua ) sambil dilihat kedudukan gelembung nivo tabung agar
tepat di tengah-tengah skala nivo.
7) Putar teropong searah jarum jam hingga kedudukannya tegak lurus
terhadap dua sekrup A, B ( kedudukan II ), kemudian putar sekrup
C( tanpa memutar sekrup A, B ) masuk atau keluar sambil dilihat
kedudukan gelembung nivo kotak agar tepat di tengah-tengah skala nivo.
Cara memperoleh data dari Waterpass ini dilakukan dengan cara yang
sama seperti pada alat theodolith saat penggunaannya di lapangan. Agar
tidak terjadi kesalahan pada proses pengukuran di lapangan, maka
diperlukannya langkah-langkah di atas harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya sehingga ketiga syarat berikut dapat terpenuhi, yaitu :
1) Sumbu I vertikal.
2) Benang silang horisontal tegak lurus sumbu I.
3) Garis bidik sejajar garis arah nivo.
Y U
P =….? Yp = Ya + d ap Cos α ap
αa Xp = Xa + d ap Sin α ap
A (Xa, Ya )
X
S1
U
ap
1
S0
d1 d2 S2
A
2
aq
d3
d6
3
S5
Q 5 d4 S3
d5 4
S4
Gambar 2.3.2 Poligon Tertutup
Keterangan :
A = Titik awal poligon αap = sudut arah awal poligon
A = Titik akhir poligon αbp = sudut arah akhir poligon
P = Titik ikat poligon S = sudut terukur
Q = Titik ikat akhir poligon d = panjang sisi poligon
Pada poligon ini dapat dihitung besarnya koreksi yang terjadi.
Sebelum dimulai dengan menghitung koordinat – koordinat titik poligon,
maka lebih dahulu harus diteliti pengukuran poligon. Karena untuk dapat
menentukan koordinat – koordinat diperlukan sudut dan jarak, maka yang
diukur pada poligon adalah jarak tersebut. Diukur pada poligon semua sudut
antar sisi poligon dan panjang semua sisi.
Maka syarat – syarat yang diperlukan suatu sudut adalah :
1. ∑ sudut yang diukur = ( α akhir – α awal ) + n 1800 + fα
2. ∑ d sin α = ( x akhir – x awal ) + fx
3. ∑ d cos α = ( y akhir – y awal ) + fy
Kesalahan fα dibagi rata pada sudut – sudut. Tetapi ada kalanya fα tidak
dapat dibagi habis dengan banyaknya sudut. Maka koreksi sudut yang
berlainan dengan koreksi yang telah dibulatkan diberikan kepada sudut poligon
yang mempunyai kaki – kaki sudut terpendek, karena pengukuran sudut
dengan kaki yang pendek kurang teliti disebabkan oleh besarnya bayangan titik
– titik ujung kaki yang pendek, sehingga mengarahkan garis bidik ke titik
tengah bayangan yang kelihatan itu menjadi sukar dan kurang tepat.
Kesalahan fx dan fy dibagi pada absis x dan ordinat y titik poligon dengan
perbandingan yang lurus dengan jarak – jarak.
Keterangan :
A = Titik awal poligon
P = Titik ikat awal poligon
αap = Sudut arah awal poligon
S0-3 = Sudut Terukur
D1-4 = Panjang sisi poligon
Pada titik ini bisa dihitung besarnya koreksi yang terjadi.
2. Poligon Terikat Sempurna
Yaitu poligon yang terikat dan terarah pada kedua titiknya yaitu
pada awal dan titik akhir poligon.
U U
P
Q
ap bq
S1 S2 B
A d1 d2 d3 d4
ba
bt/daris bidik
ti
bb
∆h Dab
A
B
Gambar 2.3.3.1 Perhitungan Beda
Tinggi
Keterangan : Dab = Ay + B
Dab = jarak datar AB bt = benang tengah
ha = beda tinggi ABbb = benang bawah
hab = bt - ti
ti = tinggi alat
ba = benang atas
Dab ti
B
A
Detail lapangan adalah titik yang diukur di lapangan bisa berupa pojok
bangunan, titik batas lahan, titik lainnya dengan kerapatan tertentu. Dalam hal ini
detail lapangan digunakan sebagai penjelas dalam menggambar peta sehingga dapat
dihasilkan peta yang sesuai dengan aslinya. Dalam penentuan detail lapangan dapat
ditentukan sebagi pojok gedung, selokan atau yang dapat mendekatkan dengan
gambar gedung yang mendekati gedung atau bangunan tadi.
2.5 Pengukuran Beda Tinggi
a4 b4
a1 b1
a2 b2 Sipat
Gambar 2.5.1 Pengukuran
a b3
3 B
1 3
A
2
i
Tgb
B
TA
Rumus
Tgb = TA + i TA = Tgb – a1
Keterangan :
Tgb = tinggi garis bidik ( antara pusat lensa dengan bidang
referensi)
Th = tinggi titik profil
TA = tinggi A terhadap bidang referansi
I = tinggi alat
b. Alat ditempatkan di luar titik
i
Tgb
TA
Gambar 2.5.3 Alat di Luar Titik
A
Rumus :
Ta = Tgb – a1
Tgb = TA + A1
Th = Tgb – i
a) Perhitungan waterpass
Dengan pertolongan nivo, garis visir dibuat horisontal. Garis visir
horisontal itu diarahkan ke dua bak (rambu) yang didirikan tegak pada titik
yang akan ditentukan selisih atau beda tingginya.
hAB = hA – hB
h
hA B
B
hAB
A
Gambar 2.5.4 Perhitungan Waterpass
Rumus :
Keterangan :
hAB = beda tinggi antara A dan B
hA = pembacaan di bak A (belakang)
hB = pembacaan di bak B (muka)
Untuk memudahkan mengingat maka beda tinggi didapat dari
pembacaan bak belakang dikurangi pembacaan bak muka. Ada dua
kemungkinan harga hAB :
Jika hA > hB maka hAB = positif (naik)
Jika hA < hB maka hAB = negatif (turun)
Jika dimisalkan elevasi A sudah tertentu, maka elevasi B didapat dari
rumus sebagai berikut :
Elevasi B = elevasi A + hAB
R
Gambar 2.5.5 Penyimpangan Waterpass
Berbagai kemungkinan posisi alat :
hAB = hA - hB
hB
hA
Keterangan :
hA = pembacaan bak di A
hB = pembacaan di bak B
hA hB
hAB
B
A
b) Perhitungan Theodolith
Pengukuran beda tinggi dengan alat theodolit menggunakan cara
trigonometris, yaitu berdasarkan pengukuran jarak dan sudut miring atau
zenith kemudian dengan rumus gonometris dapat diukur beda tingginya.
Koordinat titik utama dan titik detail digambarkan setelah kita mendapat
koordinat utama dan koordinat detail dari perhitungan yang telah dilakukan.
Diketahuinya koordinat titik-titik tersebut akan memudahkan kita dalam
menentukan titik acuan dalam memulai penggambaran sehingga hasil gambar
bisa sesuai dengan data koordinat yang sudah didapat.
Urgensi Peta
Skala Peta
Menghitung volume.
Pada metode ini, titik detail yang digunakan dalam pengamatan adalah
titik-titik detail dengan ketinggian sama. Biasanya langsung ditentukan di
lapangan. Alat yang biasa digunakan dalam metode ini adalah alat sipat
datar atau waterpass, jarak yang ditentukan dengan jarak optis yaitu (Ba-
Bb) x 100. Garis kontur didapat dengan menghubungkan titik-titik yang
bersangutan.
2. Potongan Melintang
(a+ b). t
t
L= 2
b
t
t = tinggi trapesium
t3
t1
t2 t 2 . b+t 1 . d 1+ t 3 . d 2
L=
2
b
d1 d2
2
3
2 1
2
4 5 8 12
Rumus umum :
A=½
∑ ( X n+ X n+1)(Y n+1−Y n−1)
Diket :
X1 = 5 Y1 = 3
X2 = 8 Y2 = 2
X3 = 12 Y3 = 7
X4 = 4 Y4 = 9
Ditanya : A ?
Jawab:
X 1+ X 2 X n + X n+1
( Y 2−Y 1 ) +. .. .. .+ ( Y n+1−Y n−1 )
A= 2 2
5+ 8 8+ 12 12+4
( 2−3 )+ ( 7−2 )+ ( 9−7 )
A= 2 2 2
13 20 16
.(−1 )+ .(5)+ .(2 )
= 2 2 2
= (−6. 5 )+50+16
= 60.5
Bentuk tubuh tanah
Prosmoida adalah bentuk benda yang dibatasi oleh dua bidang datar sejajar.
Bentuk tubuh tanah dibatasi penampang-penampang prosmoida.
Ada bebarapa macam bentuk prosmoida :
a. Prisma
- Segiempat - Segitiga
b. Limas
- Segiempat - Segitiga
Volume Prosmoida
Rumus :
h
Vp= A + A +4 A m)
6( 1 2
Keterangan :
Vp = volume prosmoida
L = tinggi prosmoida
L ( a1 + a2 )
Va=
2
kv=Vp−Va
L
kv= ( d 1−d 2 )( X 1− X 2 )
12
3. Perhitungan Volume dengan Waterpassing dan Penggalian.
Contoh :
Pias 1
A = L x L1
Beda tinggi elevasi muka tanah dengan kedalaman galian :
h1 , h2 , h3 , h4
h1 +h 2 +h3 + h4
Harga rata-rata kedalaman = 4
2 ∑ h1 +2 ∑ h 2 +3 ∑ h3 +4 ∑ h4
V=A. ( 4 )
Keterangan :
h1 = kedalaman yang mewakili 1 pias
h2 = kedalaman yang mewakili 2 pias
h3 = kedalaman yang mewakili 3 pias
h4 = kedalaman yang mewakili 4 pias
V= ( A + A n+.. .+ A ). h
1 2 n
Keterangan :
V = Volume
n = jumlah pias
h = beda elevasi (untuk kontur dengan interval yang sama)
A1= Luas penampang pias ke-1 dengan elevasi ke-1
A2= Luas penampang pias ke-2 dengan elevasi ke-2
An= Luas penampang pias ke-n dengan elevasi ke-n
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Nol kan sudut horizontal. Kemudian atur dan kunci arah horizontal dengan
menggunakan sektrup penggerak horizontal dan horizontal lock. Hal ini
dilakukan agar sudut menjadi benar-benar pada titik nol.
Lingkaran horizontal dikunci sehingga arah utara yang telah didapatkan tidak
berubah.
Menembak bak ukur, kemudian setelah tepat sasaran, nol kan menit dan
detiknya lalu kunci dengan menggunakan angel lock.
Pada saat penembakan, menggunakan vertical skrew, untuk mengunci gerak
vertical setelah tepat pada angka bak ukur.
Setelah semua proses diatas selesai, alat siap digunakan untuk penembakan.
Memulai pengukuran dengan membidik titik-titik utama.
Buka pengunci horizontal dan vertikal untuk melakukan penembakan pada titik-
titik tinjau lainnya,
Alat selanjutnya yang digunakan dalam praktikum ini ialah Waterpass/sipat datar.
Sama seperti theodolit, waterpass juga perlu disiapkan terlebih dahulu sebelum
digunakan dalam proses pengukuran. Berikut ialah langkah-langkah menyiapkan
Waterpass:
Azimuth adalah sudut menuju arah utara. Fungsinya untuk menentukan arah dan
koordinat dari titik utama dan titik detail. Sesuai pengertiannya dalam penentuan
sudut azimuth, ditentukan arah utara magnetik dengan menggunakan kompas.
Nantinya, arah utara magnetikini akan dijadikan sebagai arah sudut sehingga
didapatkan azimuth dari setiap titik yang terbentuk dari sudut yang ada.
Setelah menentukan patok dan titik utama, selanjunya kita mulai menentukan
arah utara magnetik dan mulai mengukur sudut antara titik utama dan titik detail
serta antara titik detail dengan titik utama. Hailnya akan didapatkan arah dan
besar sudut yang dibentuk oleh titik utama dan titik detail. Sehingga terbentuklah
poligon dari titik-titik utama.
Pengukuran dilakukan pada setiap titik ke titik lainnya dalam poligon dan
pengukuran panjang dengan cara menembakkan ke titik dengan theodolit dan
juga Waterpass. Hasil pengukuran beda tinggi digunakan untuk meentukan
elevasi suatu titik dari titik lain. Akan didapat pula kondisi elevasi antar titik,
apakah terjadi kenaikan atau penurunan, sehingga kontur dapat diketahui.
PENGOLAHAN DATA
Waktu :
Alat : Theodolith
θ = 90° - ∠ Vertikal
Contoh perhitungan :
Diketahui :
∠ Vertikal : 87°53'15"
= 2°6'45"
S1 = <P1P6 - <P1P2
S3 = <P3P2 - <P3P4
= 180⁰ 5’ 0’’
S6 = <P65 - <P6P1
= 98⁰ 2’ 25’’
∑S = 720⁰ 1’ 5’’
f(X) = 0⁰ 1’ 5’’
f ( X)
∆S =
6
0 ⁰ 1’ 5 ’ ’
∆S =
6
∆S = 0⁰ 0’ 10.83’’
S1’ = S1 - ∆S
S2’ = S2 - ∆S
S3’ = S3 - ∆S
S4’ = S4 - ∆S
S5’ = S5 - ∆S
= 180⁰ 4’ 49.17’’
S6’ = S6 - ∆S
= 98⁰ 2’ 14.17’’
Pembacaan P1-P2
Ba = 234.5 cm = 2.345 m
Bb = 208.5 cm = 2.085 m
Pembacaan P2-P1
Ba = 132.25 cm = 1.3225 m
Bb = 106.25 cm = 1.0625 m
Maka :
= 2°6'45"
= 25.9646 m
= 25.9881 m
Rumus :
P2 P21 91 13 10 -1 -13 -10 139.8 136.8 131.5 8.2463 1.361875 -0.176 -0.037
1.500 P22 91 13 25 -1 -13 -25 140.0 134.8 129.5 10.4952 1.3475 -0.224 -0.072
P23 91 13 20 -1 -13 -20 163.5 160.5 157.5 5.9973 1.605 -0.128 -0.233
P24 91 12 20 -1 -12 -20 134.5 131.8 129.0 5.4976 1.3175 -0.116 0.067
P25 91 12 20 -1 -12 -20 147.0 144.8 142.5 4.4980 1.4475 -0.095 -0.042
P26 91 12 35 -1 -12 -35 131.0 125.0 119.0 11.9947 1.25 -0.253 -0.003
P3 P31 269 9 45 0 -50 -15 124.0 120.5 117.0 6.9985 1.205 -0.102 -0.022
1.285 P32 269 10 40 0 -49 -20 113.6 110.9 108.0 5.5988 1.1085 -0.080 0.096
P33 269 15 10 0 -44 -50 128.0 119.0 110.0 17.9969 1.19 -0.235 -0.140
P34 269 32 10 0 -27 -50 89.0 84.5 80.0 8.9994 0.845 -0.073 0.367
P35 268 49 10 -1 -10 -50 76.0 72.5 69.0 6.9970 0.725 -0.144 0.416
P4 P41 95 22 20 -5 -22 -20 103.0 97.5 92.0 10.9036 0.975 -1.025 -0.660
1.340 P42 91 24 20 -1 -24 -20 113.0 106.8 100.5 12.4925 1.0675 -0.307 -0.034
P43 91 24 10 -1 -24 -10 104.5 98.0 91.5 12.9922 0.98 -0.318 0.042
P44 91 17 30 -1 -17 -30 123.5 117.8 112.0 11.4942 1.1775 -0.259 -0.097
P45 91 15 10 -1 -15 -10 126.8 122.0 117.0 9.7453 1.219375 -0.213 -0.092
P5 P51 96 25 30 -6 -25 -30 103.5 98.5 93.5 9.8748 0.985 -1.112 -0.640
1.457 P52 91 19 20 -1 -19 -20 170.0 165.5 161.0 8.9952 1.655 -0.208 -0.406
P53 93 31 50 -3 -31 -50 98.3 94.8 91.3 6.9735 0.9475 -0.430 0.079
P54 89 24 0 0 36 0 155.0 150.0 145.0 9.9989 1.5 0.105 0.062
P55 92 33 15 -2 -33 -15 102.3 94.3 86.3 15.9682 0.9425 -0.712 -0.198
P6 P61 90 36 30 0 -36 -30 183.0 178.0 173.0 9.9989 1.78 -0.106 -0.526
1.360 P62 90 32 0 0 -32 0 185.0 182.0 179.0 5.9995 1.82 -0.056 -0.516
P63 90 29 20 0 -29 -20 133.5 128.8 124.0 9.4993 1.2875 -0.081 -0.009
P64 90 29 50 0 -29 -50 145.5 140.3 135.0 10.4992 1.4025 -0.091 -0.134
P65 90 14 55 0 -14 -55 151.0 144.8 138.5 12.4998 1.4475 -0.054 -0.142
¿ 10 ° 5' 3,34
αP 4 P 5=180 °−S 4+αP 3 P 4 ¿ 180 °−89 ° 45' 5,83 +10° {5} ^ {'} 3,34
¿ 100 ° 19' 57,51
αP 5 P 6=180° −S 5+ αP 4 P5¿ 180 °−180 ° 4' 45,83 +100° {19} ^ {'} 57,51
αP 1 d 2=∠ P 1 d 2−U ¿ 213 ° 50 ' 10 -181° {45} ^ {'} 15¿ 32° 4' 55
αP 1 d 3=∠ P 1 d 3−U¿ 322° 10 ' 50 -181° {45} ^ {'} 15¿ 140 ° 25' 35
αP 1 d 4=360 °−(U−∠ P 1 d 4)¿ 360 °−( 181° 45' 15-42°16'10)¿ 220 ° 30' 55
αP 1 d 5=360 °−(U−∠ P 1 d 5)¿ 360 °−( 181° 45' 15-118°10'40)¿ 296 ° 25' 25
αP 1 d 6=∠ P 1 d 6−U ¿ 334 ° 26 ' 10 -181° {45} ^ {'} 15¿ 152° 40 ' 55
Titik Detail P2
αP 2 d 1=αP 1 P 2−180 °−( ∠ P 2 P 1−∠ P 2 d 1 )
αP 2 d 3=αP 1 P 2−180 ° +(∠P 2 d 3−∠ P 2 P 1)¿ 282 ° 59' 25- 180 ° +¿¿ 186 ° 37 ' 50
αP 2 d 4=αP 1 P 2−180 ° +(∠ P 2 d 4−∠ P2 P 1)¿ 282 ° 59' 25- 180 ° +¿¿ 267 ° 31' 15
¿ 309 ° 7 ' 50
Titik Detail P3
αP 3 d 1=αP 2 P 3−180° +(∠ P3 P 2−∠ P 3 d 1)¿ 283 ° 19' 19,17 - 180° +¿
¿ 56 ° 3 ' 49,17
αP 3 d 2=αP 2 P 3−180° +(∠ P3 d 2−∠ P 3 P2)¿ 283 ° 19' 19,17 - 180° +¿
¿ 4 ° 36' 49,17
Titik Detail P4
αP 4 d 1=αP 4 P 5+( ∠P 4 d 1−∠ P 4 P 5)¿ 100 ° 19' 57,51 +¿¿ 162° 3' 57,51
¿ 60 ° 37 ' 17,51
αP 4 d 5=αP 4 d 4+(∠ P 4 d 5−∠ P 4 d 4)¿ 60 ° 37 ' 17,51+ ¿¿ 92 ° 56 ' 7,51
Titik Detail P5
αP 5 d 1=180 °−(360 °−( ∠ P 5 d 1−∠ P 5 P 4 ))+αP 4 P 5
¿ 180 °−( 360° −( 328 ° 35' 25 - 58 ° {7} ^ {'} 40 ) )+100 ° 19' 57,51 ¿ 190 ° 47' 42,51
αP 5 d 2=αP 5 d 1+360 °−( ∠ P 5 d 1−∠ P5 d 2 )
¿ 190 ° 47' 42,51+360°-(328° {35} ^ {'} 25+ 26 ° 53' 15 )¿ 249 ° 5' 32,51
αP 5 d 3=αP 5 d 2+∠ P 5 d 3−∠ P 5 d 2¿ 249 ° 5' 32,51 +77 ° 5 ' 35 −26 ° 53' 15
D = Jarak Rerata
Misal :
Menghitung Fy
D = Jarak Rerata
Misal :
= 155.112153
= 218.698087
KOORDINAT TITIK UTAMA
S
α D D sinα D cosα koordinat (m)
Titik ∆S
⁰ ' " ⁰ ' " (m) ∆X ∆Y X Y
79 13 50 25.967 -25.3029 5.837117 192.1243 160.36
P1 0 0 14.17 282 59 25 0.032022 0.016988
79 13 50 192.1243 160.36
P1 0 0 14.17 282 59 25
= 155.80637
= 203.90707
KOORDINAT TITIK DETAIL
Titik ∆S α D sinα D cosα Koordinat (m)
Titik D (m)
Detail
° ' " ° ' " ∆X ∆Y X Y
282 59 25 192.124314 160.360034
1 163 12 10 341 26 55 7.486757 -2.38195 7.097735 189.742364 167.457769
2 213 50 10 32 4 55 7.486634 3.976388 6.343345 196.100702 166.703379
P1 3 322 10 50 140 25 35 10.47549 6.673609 -8.07458 198.797923 152.285458
4 42 16 10 220 30 55 4.988021 -3.24047 -3.79206 188.883842 156.567977
5 118 10 40 296 25 25 3.99053 -3.57363 1.775803 188.550681 162.135837
6 334 26 10 152 40 55 10.9737 5.036155 -9.74983 197.160469 150.610203
283 19 19.17 166.853416 166.214139
1 17 53 20 80 48 10 8.2463 8.14025 1.318028 174.993665 167.532167
2 47 17 20 110 12 10 10.4952 9.849507 -3.62446 176.702923 162.589684
P2 3 123 43 0 186 37 50 5.9973 -0.69249 -5.95716 166.16093 160.256983
4 204 36 25 267 31 15 5.4976 -5.49242 -0.2378 161.360996 165.976336
5 258 49 5 321 43 55 4.4980 -2.7858 3.531484 164.067613 169.745623
6 246 13 0 309 7 50 11.9947 -9.30437 7.569699 157.549045 173.783838
10 5 3.34 144.887848 171.436868
1 180 33 20 56 3 49.17 6.9985 5.806368 3.907065 150.694215 175.343933
2 252 40 0 128 10 29.17 5.5988 4.401417 -3.46044 149.289264 167.976432
P3
3 8 34 40 244 5 9.17 17.9969 -16.1873 -7.86508 128.700499 163.571784
4 82 10 30 317 40 59.17 8.9994 -6.05868 6.654457 138.829169 178.091325
5 129 6 20 4 36 49.17 6.9970 0.562817 6.974356 145.450664 178.411224
100 19 57.51 150.0000 200.0000
1 316 16 40 162 3 57.51 10.9036 3.357447 -10.3738 153.3574 189.6262
2 18 33 30 224 20 47.51 12.4925 -8.7322 -8.93369 141.2678 191.0663
P4
3 101 5 35 306 52 52.51 12.9922 -10.3922 7.797385 139.6078 207.7974
4 214 50 0 60 37 17.51 11.4942 10.01599 5.638761 160.0160 205.6388
5 247 8 50 92 56 7.51 9.7453 9.732552 -0.49906 159.7326 199.5009
100 15 11.68 168.702537 196.606855
1 328 35 25 190 47 42.51 9.8748 -1.84953 -9.70003 166.8530 186.9068
2 26 53 15 249 5 32.51 8.9952 -8.40294 -3.21005 160.2996 193.3968
P5
3 77 5 35 299 17 52.51 6.9735 -6.08146 3.412465 162.6211 200.0193
4 173 7 50 35 20 7.51 9.9989 5.782986 8.156908 174.4855 204.7638
5 244 29 45 106 42 2.51 15.9682 15.29467 -4.58882 183.9972 192.0180
182 13 0.85 193.317487 192.176225
1 156 2 25 185 4 55.85 9.9989 -0.88575 -9.95956 192.4317 182.2167
2 183 29 10 212 31 40.85 5.9995 -3.22599 -5.05833 190.0915 187.1179
P6
3 300 53 10 329 55 40.85 9.4993 -4.75999 8.220668 188.5575 200.3969
4 46 0 0 75 2 30.85 10.4992 10.14344 2.709978 203.4609 194.8862
5 69 39 40 98 42 10.85 12.4998 12.35584 -1.89137 205.6733 190.2848
Menghitung Elevasi Titik Detail
Tinggi Alat sudah diketahui dari pengukuran
Jarak optis sudah diketahui di perhitungan sebelumnya (di atas)
Sudut vertical sudah diketahui dari pengukuran untuk mencari beda tingi
Menghitung beda tinggi (∆h) seperti contoh perhitungan beda tinggi di atas dengan
rumus yang sama
Menghitung elevasi titik detail
249.367
P2 1 91 13 10 -1 -13 -10 1.398 1.368 1.315 100 0.083 1.000 8.246 -0.021 -0.176 1.362 -0.037 249.330
2 91 13 25 -1 -13 -25 1.400 1.348 1.295 100 0.105 1.000 10.495 -0.021 -0.224 1.348 -0.072 249.295
3 91 13 20 -1 -13 -20 1.635 1.605 1.575 100 0.060 1.000 5.997 -0.021 -0.128 1.605 -0.233 249.134
1.500 4 91 12 20 -1 -12 -20 1.345 1.318 1.290 100 0.055 1.000 5.498 -0.021 -0.116 1.318 0.067 249.434
5 91 12 20 -1 -12 -20 1.470 1.448 1.425 100 0.045 1.000 4.498 -0.021 -0.095 1.448 -0.042 249.325
6 91 12 35 -1 -12 -35 1.310 1.250 1.190 100 0.120 1.000 11.995 -0.021 -0.253 1.250 -0.003 249.364
249.422
P3 1 269 9 45 0 -50 -15 1.240 1.205 1.170 100 0.070 1.000 6.999 -0.015 -0.102 1.205 -0.022 249.400
2 269 10 40 0 -49 -20 1.136 1.109 1.080 100 0.056 1.000 5.599 -0.014 -0.080 1.109 0.096 249.518
3 269 15 10 0 -44 -50 1.280 1.190 1.100 100 0.180 1.000 17.997 -0.013 -0.235 1.190 -0.140 249.283
1.285
4 269 32 10 0 -27 -50 0.890 0.845 0.800 100 0.090 1.000 8.999 -0.008 -0.073 0.845 0.367 249.789
5 268 49 10 -1 -10 -50 0.760 0.725 0.690 100 0.070 1.000 6.997 -0.021 -0.144 0.725 0.416 249.838
250.000
P4 1 95 22 20 -5 -22 -20 1.030 0.975 0.920 100 0.110 0.991 10.904 -0.094 -1.025 0.975 -0.660 249.340
2 91 24 20 -1 -24 -20 1.130 1.068 1.005 100 0.125 0.999 12.492 -0.025 -0.307 1.068 -0.034 249.966
3 91 24 10 -1 -24 -10 1.045 0.980 0.915 100 0.130 0.999 12.992 -0.024 -0.318 0.980 0.042 250.042
1.340
4 91 17 30 -1 -17 -30 1.235 1.178 1.120 100 0.115 0.999 11.494 -0.023 -0.259 1.178 -0.097 249.903
5 91 15 10 -1 -15 -10 1.268 1.220 1.170 100 0.098 1.000 9.745 -0.022 -0.213 1.219 -0.092 249.908
249.957
P5 1 96 25 30 -6 -25 -30 1.035 0.985 0.935 100 0.100 0.987 9.875 -0.113 -1.112 0.985 -0.640 249.317
2 91 19 20 -1 -19 -20 1.700 1.655 1.610 100 0.090 0.999 8.995 -0.023 -0.208 1.655 -0.406 249.551
3 93 31 50 -3 -31 -50 0.983 0.948 0.913 100 0.070 0.996 6.973 -0.062 -0.430 0.948 0.079 250.036
1.457
4 89 24 0 0 36 0 1.550 1.500 1.450 100 0.100 1.000 9.999 0.010 0.105 1.500 0.062 250.019
5 92 33 15 -2 -33 -15 1.023 0.943 0.863 100 0.160 0.998 15.968 -0.045 -0.712 0.943 -0.198 249.759
249.922
P6 1 90 36 30 0 -36 -30 1.830 1.780 1.730 100 0.100 1.000 9.999 -0.011 -0.106 1.780 -0.526 249.396
2 90 32 0 0 -32 0 1.850 1.820 1.790 100 0.060 1.000 5.999 -0.009 -0.056 1.820 -0.516 249.406
3 90 29 20 0 -29 -20 1.335 1.288 1.240 100 0.095 1.000 9.499 -0.009 -0.081 1.288 -0.009 249.914
1.360
4 90 29 50 0 -29 -50 1.455 1.403 1.350 100 0.105 1.000 10.499 -0.009 -0.091 1.403 -0.134 249.789
5 90 14 55 0 -14 -55 1.510 1.448 1.385 100 0.125 1.000 12.500 -0.004 -0.054 1.448 -0.142 249.781
4.1.7 Perhitungan untuk Potongan (Cross Section)
Rumus yang digunakan :
Beda tinggi titik = elevasi titik detail – elevasi titik utama
Beda tinggi kontur = elevasi kontur – elevasi titik utama