Anda di halaman 1dari 22

PERAWATAN ENDODONTIK (PERAWATAN SALURAN AKAR)

3.4.1 Definisi
Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut diagnosis
serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal.Sedangkan
perawatan endodontik merupakan perawatan pada bagian yang berada di dalam gigi (Garg,
2014). Perawatan endodontik terdiri atas perawatan pulpa yang masih vital dan pulpa yang sudah
non vital.Perawatan endodontik pada pulpa vital untuk melakukan perawatan pada pulpa yang
tidak terinfeksi maupun yang telah terinfeksi bakteri. Perawatan pulpa vital meliputi kaping
pulpa langsung, kaping pulpa tidak langsung, pulpotomi dan aplikasi lining pada kavitas dalam
untuk menghindari kebocoran bakteri sehingga dapat menyebabkan jaringan pulpa yang sehat
terinfeksi. Perawatan pada pulpa yang sudah non vital berdasarkan adanya penyebaran infeksi
pulpa non vital dan inflamasi pada jaringan periradikuler (Stock et al, 2004). Perawatan pulpa
non vital meliputi perawatan saluran akar, bedah endodontik dan apeksifikasi (Rhodes, 2006).
Perawatan saluran akar merupakan bagian dari perawatan pulpa gigi yang dilakukan
dengan mengeluarkan pulpa gigi diikuti dengan cleaning, shaping, dan obturasi sehingga gigi
dapat menjalankan fungsinya sebagai alat mastikasi (Thakur et al, 2013).Perawatan saluran akar
bertujuan untuk mendisinfeksi dan membersihkan saluran akar sehingga dapat menghilangkan
atau meminimalkan mikroorganisme, membuang jaringan nekrotik, dan mempercepat
penyembuhan periapikal (Rhodes, 2006).

3.4.2 Tujuan Perawatan Endodontik


Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakitagar dapat
diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, ini berarti bahwa gigitersebut tanpa simptom,
dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yanglain. Tujuan perawatan endodontik juga
untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi dan kotoran toksik serta untuk membentuk
saluran akar agar dapatmenerima bahan pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar
darijaringan periodontal dan dari rongga mulut (Bence,2005).
Tujuan perawatan saluran akar adalah reduksi mikroba di dalam sistem saluranakar, agar
terjadi proses penyembuhan melalui tindakan pembersihan danpembentukan saluran akar
(cleaning and shaping). Pembersihan di lakukan denganmengeluarkan jaringan pulpa vital dan
nekrotik serta mereduksi mikroorganisme.Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran
akar sedemikian rupa agar dapatmenerima bahan pengisi (Bence,2005).

3.4.3 Indikasi dan Kontraindikasi


Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada tiga faktor yang mempengaruhikeputusan
apakah perawatan saluran akar dilakukan atau tidak, yaitu (Tarigan, 2013):
1. Daya tahan tubuh pasien secara umum
2. Tingkat keterlibatan jaringan periapeks
3. Pencapaian daerah periapeks melalui saluran akar

3.4.3.1 Indikasi Perawatan Endodontik


Indikasi perawatan endodontik adalah (Tarigan, 2013):
1. Karies yang luas.
2. Email yang tidak di dukung oleh dentin.
3. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
sebagian maupun gigi sudah nonvital.
4. Saluran akar yang dapat dimasukkan instrumen.
5. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks.
6. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan)
7. Gigi tidak goyang dan periodonsium normal.
8. Foto rontgen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal,tidak ada
granuloma pada gigi sulung.
9. Kondisi pasien baik
10. Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk memeliharakesehatan gigi dan
mulutnya.
11. Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

3.4.3.2 Kontraindikasi Perawatan Endodontik


Kontraindikasi perawatan endodontik adalah (Tarigan, 2013):
1. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar. Kasus seperti ini merupakan luar biasa, karena dalam pengamatan
dikatakan bahwa makin besar jumlah kerusakan tulang yang rusak, makin kecil
kemungkinan untuk diperbaiki.
2. Bila apeks akar mengalami fraktur.
Pada umumnya kontraindikasi perawatan saluran akar bergantung pada (Tarigan, 2013):
a. Status pasien
b. Alasan dental
c. Alasan lokal
d. Gigi tidak dapat direstorasi lagi
e. Resorpsi akar lebih dari sepertiga apikal
f. Kondisi pasien buruk, mengidam penyakit kronis, seperti diabetes melitus, TBC, dan
lain-lain.
g. Terdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar di bersihkan
atau sukar dilakukan bedah endodonti.

3.4.4 Prosedur Perawatan Saluran Akar


Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan
pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket.Tujuan dari perawatan endodontik adalah
mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologikoleh jaringan
sekitarnya. Ini berarti gigi tersebut tanpa simtom, dapat berfungsi, dan tidak ada tanda-tanda
patologik yang lain (Soraya, 2009).
Perawatan saluran akar terbagi atas tiga prinsip pokok yang disebut triad endodotic, yaitu
tahap preparasi biomekanis saluran akar yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan saluran
akar dengan membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, tahap sterilisasi yaitu
dengan irigasi dan disinfeksi saluran akar, dan tahap pengisian saluran akar (Soraya, 2009).
Prosedur perawatan saluran akar gigi terbagi atas 3 tahapan umum yaitu:
1. Access Opening
Akses kavitas adalah tahapan pertama dan paling penting dari perawatan saluran
akar. Preparasi akses yang adekuat penting untuk hasil endodontik yang baik. Tanpa
akses yang adekuat, instrument dan material akan sulit untuk diaplikasikan pada system
perawatan saluran akar yang kompleks dan bervariasi. Tujuan preparasi akses kavitas :
1. Menghilangkan jaringan karies
2. Mempertahankan struktur gigi asli
3. Membuka kamar pulpa dengan menghilangkan atap pulpa
4. Menghilangkan jaringan pulpa koronal (vital atau nekrotik)
5. Menentukan orifice saluran akar
6. Mencapai akses lurus atau akses langsung ke foramen apikal atau ke awal kurvatur
saluran akar
7. Membentuk margin restorasi yang dapat meminimalisir marginal leakage pada saat gigi
terestorasi.
Akses kavitas yang baik menciptakan jalan ke system saluran akar yang halus dan
berupa garis lurus yang berakhir di apeks atau posisi pada kurvatur pertama. Akses yang
berupa garis lurus memberikan kesempatan terbaik untuk debridement ke seluruh area
saluran akar dann mengurangi resiko patahnya file. Ketika dilakukan dengan baik, akses
kavitas menentukan irigasi yang maksimal, shaping dan cleaning, serta kualitas obturasi.
Proyeksi garis tengah saluran akar ke permukaan oklusal dari gigi mengindikasikan
lokasi line angles. Line angles yang dihubungkan membentuk outline form. Modifikasi
outline form diperlukan untuk memfasilitasi lokasi saluran akar dan membentuk
convenience form. Klinisi harus menemukan keseimbangan antara akses yang adekuat
dan mengeliminasi dentin, dimana dapat mengganggu restorasi akhir atau menyebabkan
fraktur mahkota. Akses kavitas pada gigi anterior biasanya melalui permukaan lingual
gigi. Cara ini adalah cara terbaik untuk mencapai akses dalam garis lurus dan tanpa
mengurangi estetik dan restorasi. Beberapa penulis merekomendasikan akses anterior
tradisional untuk insisif mandibula dimulai dari permukaan lingual ke permukaan insisal
pada kasus tertentu. Hal ini memberikan akses yang lebih baik ke saluran akar yang
letaknya lingual dan meningkatkan debridement saluran akar.
Gambar . Akses garis lurus ke saluran akar. Instrumen tidak boleh ditekan sampai mencapai awalan kurvatur saluran
akar. Pada beberapa kasus struktur gigi bagian koronal harus dikorbankan untuk membentuk akses langsung ke
kamar pulpa.

Alat-alat yang dibutuhkan untuk preparasi akses kavitas antara lain :


 Magnification and illumination
Akses kavitas tidak dapat dipreparasi dengan adekuat tanpa menggunakan magnification
dan sumber cahaya yang baik. Klinisi memerlukan surgical loupes dengan tambahan
sumber cahaya. DOM (Dental Operating Microscope) adalah pilihan tepat untuk
magnification dan illumination.
 Handpieces
 Burs
 Endodontik explorer
 Endodontik spoon
 Operative explorer #17
 Ultrasonic unit and tips
 
Yang perlu diperhatikan saat preparasi akses kavitas pada gigi anterior adalah :
 Eliminasi karies dan restorasi permanen
Karies dihilangkan pertama kali sebelum memasuki kamar pulpa untuk meminimalisir
resiko kontaminasi kamar pulpa atau saluran akar dengan bakteri. Restorasi permanen
seperti amalgam, resin komposit atau crown harus dihilangkan untuk mencegah coronal
leakage dari kontaminasi kamar pulpa, saluran akar, atau keduanya setelah kunjungan
perawatan endodontik. Penghilangan restorasi yang lama juga memberikan kesempatan
membuat akses garis lurus dan mencegah fragmen restorasi tersangkut pada saluran akar.
Amalgam dan komposit biasanya dihilangkan untuk menambah lapang pandang visual
saat mencari orifices. Sekitar 40% klinisi mengalami fraktur, karies, dan marginal
breakdown jika restorasi tidak dihilangkan secara keseluruhan. Pada kasus restorasi klas
II, beberapa klinisi akan mempertahankan bagian proksimal yang memanjang sampai
subgingival untuk kebutuhan pemasangan isolasi rubber dam. Ketika bagian dari restorasi
permanen tersebut tidak dihilangkan, klinisi dapat memperlebar access opening menjadi
lebih besar dari lebar ideal dengan mengurangi restorasi yang ada dan bukan struktur gigi
yang sehat. Material restorasi dihilangkan pada akhir kunjungan sebelum restorasi
sementara ditempatkan. 
 Initial External Outline Form
Saat ada karies dan restorasi, klinisi membuat outline eksternal awal pada permukaan
lingual dari gigi anterior. Tahapan ini sering dilakukan saat penghilangan karies dan
restorasi. Pada gigi utuh, outline dimulai pada bagian tengah permukaan lingual pada
anatomi mahkota. Round bur #2 atau #4 atau tapered fissure bur  digunakan untuk
penetrasi ke enamel dan sedikit ke dentin (kurang lebih 1 mm). Karena tahapan ini
melibatkan penghilangan enamel, digunakan handpiece high-speed.
 
 
Gambar . A. Pada gigi anterior titik awal kavitas akses adalah pada bagian tengah mahkota anatomis pada
permukaan lingual (x), B. Preliminary outline form pada gigi anterior, C. Sudut penetrasi preliminary
outline form tegak lurus permukaan lingual, D. Sudut penetrasi initial entry ke kamar pulpa hampir parallel
dengan sumbu panjang akar, E. Penghilangan lengkap atap kamar pulpa, round carbide bur digunakan
untuk mengikutsertakan tanduk pulpa, memotong pada lingual withdrawal stroke.
 
 Penetrasi pada Atap Ruang Pulpa
Penetrasi ke dalam gigi dicapai sepanjang sumbu panjang akar sampai atap kamar pulpa
dicapai, saat terjadi dapat dirasakan drop-in effect. Klinisi harus mengukur jarak antara
incisal edge kea tap kamar pulpa pada radiografik secara dimensional dan batas penetrasi
pada jarak ini. Jika drop-in effect tidak dirasakan pada kedalaman ini, klinisi harus
mengevaluasi kondisi untuk mencegah gouge atau perforasi.
 Penghilangan Atap Pulpa Secara Keseluruhan
Sekali penetrasi mencapai kamar pulpa, sisa atap dihilangkan dengan akhiran round bur
dibawah bibir atap dentin dan memotong bur’s withdrawal stroke. Pada kasus vital,
perdarahan jaringan pulpa dapat menghalangi kemampuan klinisi untuk melihat anatomi
internal. Pada kasus seperti itu, secepet mungkin atap dihilangkan untuk akses
instrument, pulpa koronal harus diamputasi pada level orifice dengan endodontik spoon
atau roud bur dan kamar pulpa diirigasi dengan sodium hypochlorite. 
 Identifikasi Orifice Saluran Akar
Setelah kamar pulpa dihilangkan atapnya, orifice saluran akar ditentukan dengan
endodontik explorer. Instrumen ini bagi endodontist seperti halnya periodontal probe
untuk periodontist. Endodontik explorer lebih dipilih daripada rotating bur sebagai
instrument untuk menentukan orifice. Tidak hanya explorer merupakan pilihan yang
lebih aman, desain double-ended-nya menawarkan 2 sudut yang bisa dicapai.
 Penghilangan Bahu Lingual dan Orifice dan Coronal Flaring
Sekali orifice dapat teridentifikasi dan dipastikan, bahu lingual dihilangan. Struktur ini
adalah pelindung lingual dentin yang memanjang dari cingulum ke titik kurang lebih 2
mm apikal ke orifice. Penghilangan bagian ini penting untuk akses garis lurus dan
memberikan kontak yang lebih rapat pada file dengan dinding saluran akar untuk shaping
dan cleaning yang efektif.
 Akses Garis Lurus
Setelah bahu lingual dihilangkan dan orifice diidentifikasi, klinisi harus membedakan
apakah akses garis lurus tercapai. Idealnya, file endodontik dapat mencapai foramen
apikal atau titik pertama kurvatur saluran akar yang tidak membelok. Pembelokan file
dapat bedampak pada beberapa konsekuensi yang berkaitan dengan hilangnya kontrol
instrumen. 
 Inspeksi Visual Kavitas Akses
Klinisi harus menginspeksi dan mengevaluasi kavitas akses menggunakan magnification
dan illumination yang tepat. Sekalipun hal ini dapat dilakukan pada tahap apapun dari
preparasi, sebaiknya selalu dilakukan pada tahap ini. Dinding aksial pada pertemuan
dengan orifice harus diinspeksi adanya groove yang mungkin mengindikasi adanya
saluran akar tambahan. Orifice dan saluran akar koronal harus dievaluasi terkait adanya
bifurkasi. 
 Refinement and Smoothing ot Restorative Margins
Tahapan akhir dari preparasi kavitas akses adalah membersihkan dan menghaluskan teapi
cavosurface. Tepi yang kasar dan tidak beraturan dapat menyebabkan coronal leakage
pada restorasi permanen atau sementara. Tepi restorasi yang baik sangat penting karena
gigi anterior mungkin tidak membutuhkan crown sebagai restorasi akhir. Tepi
cavosurface yang halus membantu klinisi untuk menempatkan dan menyelesaikan resin
komposit sebagai restorasi akhir dengan kebutuhan presisi untuk meminimalisir coronal
leakage. Leakage tersebut dapat mengurangi kesuksesan dari prosedur perawatan saluran
akar. 
 
2. Cleaning and Shaping
Preparasi saluran akar meliputi pembersihan  dan pembentukan (biomekanis), disinfeksi.
Preparasi saluran akar bertujuan untuk membersihkan dan membentuk saluran akar dalam
mempersiapkan pengisian yang hermetis dengan bahan dan teknik pengisian yang sesuai.
Tindakan preparasi yang kurang memadai akan menjadi penyebab kegagalan perawatan. 
Tujuan utama dari cleaning dan shaping pada perawatan saluran akar adalah : 
 Menghilangkan jaringan lunak dan keras yang terinfeksi
 Memberikan akses pada cairan irigasi desinfektan ke area apikal saluran akar
 Membentuk area untuk penempatan medikamen dan bahan obturasi
 Mempertahankan integritas struktur radikuler 

Instrumen tangan sudah dipakai secara klinis selama hampir 100 tahun dan masih
menjadi bagian yang diperlukan dalam prosedur cleaning and shaping. American Dental
Association (ADA) dan International Standards Organization (ISO) menetapkan
standard untuk broaches, K-type files dan reamers, hedstrom files. Bagaimanapun ISO
menggunakan K-files sebagai alat preparasi utama. Strategi cleaning and shaping
tradisional (tehnik step-back) berfokus pada preparasi awal pada 1/3 apikal dari saluran
akar, diikuti tehnik flaring yang bervariasi untuk memfasilitasi obturasi. Untuk mencapai
terminus saluran akar, klinisi pertama kali memilih file kecil,  menempatkan lengkung
yang tepat pada instrument, dan kemudian menggunakan file sampai panjang yang utuh.
Jika terminus tidak dapat dicapai, file diambil dan setelah irigasi, gunakan file yang sama
atau file yang lebih kecil. 

Strategi dasar cleaning and shaping untuk preparasi saluran akar dapat dikategorikan
sebagai crown-down, step-back, apical widening, dan hybrid techniques. Pada tehnik
crown-down, klinisi secara pasif memasukkan instrument besar kedalam saluran akar.
Instrumen berikutnya yang lebih kecil digunakan lebih dalam pada saluran akar,
instrument ketiga digunakan setelah itu, dan proses berlanjut sampai mencapai terminus.
Baik instrument tangan dan rotary digunakan dengan cara crown-down. Bagaimanapun,
instrument dengan diameter tip bervariasi dan tapers memudahkan penggunaan baik
tapers yang berkurang atau diameter yang berkurang untuk progress apikal. Pada tehnik
step back, panjang kerja menurun pada stepwise dengan peningkatan ukuran instrument.
Hal ini mencegah instrument yang kurang fleksibel dari menyebabkan ledges pada
lengkung apikal sembari menciptakan taper untuk mempermudah obturasi. Fungsi
pelebaran apikal adalah untuk preparasi saluran akar apikal secara keseluruhan untuk
irigasi yang optimal dan keseluruhan aktivitas antimikroba. Pelebaran apikal dipecah
menjadi 3 fase : pre-enlargement, apical enlargement, dan apical finishing. Hampir semua
tehnik rotary memerlukan tehnik crown-down untuk meminimalisir beban torsional dan
mengurangi resiko patahnya instrument. Jika digunakan dengan rutin, tehnik crown-down
dapat menolong untuk memperbesar saluran akar lebih jauh. Semua tehnik dasar yang
disebutkan dapat dikombinasikan menjadi hybrid technique untuk mengeliminasi atau
mengurangi kekurangan masing-masing instrument. Studi anatomi dan pengalaman klinis
menyimpulkan hampir semua gigi memiliki panjang 19-25 mm. Hampir semua mahkota
klinis memiliki panjang kurang-lebih 10 mm, dan hampir semua akar memiliki panjang
yang berkisar 9-15 mm. Akar, bagaimanapun, dapat dibagi menjadi 3 bagian dengan
panjang sekitar 3-5 mm. 

Instrumen mekanik tidak dapat mendesinfeksi saluran akar dengan baik, apakah
instrument NiTi atau stainless steel. Cairan irigasi diperlukan untuk memusnahkan
microbiota, dan seiring berjalan waktu, variasi bahan kimia diperkenalkan untuk tujuan
ini. Cairan irigasi atau kombinasi cairan irigasi harus memenuhi syarat membunuh
bakteri, melarutkan jaringan nekrotik, melicinkan saluran akar, menghilangkan smear
layer, dan tidak mengiritasi jaringan sehat. Bahan yang mengandung formaldehyde tidak
lagi direkomendasikan untuk digunakan. Larutan yang digunakan di masa lalu seperti
salin steril, alcohol, hydrogen peroxide, NaOCl, dan detergen (sebagai contoh :
quaternary ammonium compunds, chlorhexidine, asam sitrat, dan EDTA). Penggunaan
bahan disinfeksi merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan
perawatan saluran akar. Bahan disinfeksi saluran akar adalah bahan yang digunakan
untuk meminimalkan atau menghilangkan populasi mikroorganisme pada sistem saluran
akar pada saat prosedur preparasi atau pasca preparasi saluran akar sebelum diobturasi.
Macam-macam bahan disinfeksi yaitu sodium hipoklorid, clorhexidine dan kalsium
hidroksid. Bahan yang paling banyak digunakan saat ini yaitu bahan clorhexidin dan
kalsium hidroksida.

Ada beberapa teknik dalam melakukan preparasi saluran akar, yaitu :


1. Tehnik Standar (Standardized technique) 
Tehnik ini tehnik sederhana dengan tetap mengacu prinsip Cleaning dan Shaping, dengan
menggunakan jarum ekstirpasi diawal, dilanjutkan dengan jarum reamer, dan kemudian
dilakukan dengan jarum file. Inti dari tehnik ini, mengeluarkan jaringan di saluran akar,
debridement, melebarkan saluran akar, dan menghaluskan dinding, bentuk saluran yg
didapat lebih membulat.  

2. Tehnik Step back (Step back technique = serial technique) 


Dimulai dari bagian apikal dengan instrumen nomer kecil dan kemudian dilanjutkan ke
koronal dengan nomer jarum yang semakin besar. Diperkenalkan oleh Mullaney.
Dirancang untuk menghindari penyempitan apikal dan saluran melengkung. 
a. Tahap 1 . Preparasi di bagian apikal dengan jarum maksimal sampai no.25 dengan
jarum awal jarum terkecil (no.10 atau 15) dengan pengulangan sampai dirasa halus. 
b. Tahap 2. Kurangi 1mm, gunakan jarum mulai dari jarum terakhir (no.25) sampai jarum
paling besar dengan tetap mengacu ke panjang kerja. Irigasi debridement dengan NaOCl
2,5% 
c. Tahap 3. Gunakan Gates Glidden-drill untuk membentuk preparasi dinding saluran
akar dibagian tengah hingga bagian orifice. Biasanya digunakan no.2,3,4. 
d. Tahap 4. Haluskan kembali saluran akar dengan jarum File no.25 sesuai panjang kerja.
Irigasi debridement dengan NaOCl 2,5% 
e. Hasil akhir – preparasi yang berkesinambungan membuat bentuk saluran akar melebar
dari persimpangan cementodentinoenamel ke mahkota.

3. Tehnik Step down (Step down technique = crown down) 


Diperkenalkan oleh Marshall dan Pappin, yang disebut preparasi Crown-down tanpa
tekanan. Menggunakan Glidden-Gate dan file yang lebih besar di sepertiga koronal dari
saluran akar (dari orifice) dan file semakin kecil yang digunakan dari 'mahkota kebawah'
sampai panjang yang diinginkan tercapai. 
Tujuan utama: untuk meminimalkan atau menghilangkan sejumlah jaringan nekrotik
yang terekstrusi ke arah foramen apikal selama instrumentasi. Akan mencegah
ketidaknyamanan karena kurang bersihnya saat instrumentasi dan debridement karena
adanya debris di arah foramen apikal dan menyebabkan penyempitan secara
biokompatibel. Keuntungan: bebasnya dari kendala atau masalah dari melebarnya apikal
karena instrumentasi. 
Kekurangan teknik step back :
 · Pada akar yang sempit, instrument tersendat dan mudah patah 
 · Kebersihan daerah apical dengan irigasi sulit dicapai 
 · Resiko terdorongnya debris kea rah periapikal 
 · Prosedur perawatan membutuhkan waktu lama 
 · Membutuhkan banyak peralatan 

Keuntungan teknik crown-down :


 · Membuang penyempitan servikal 
 · Akses ke apikal lurus 
 · Instrumentasi apikal efisien 
 · Irigasi mudah 
 · Pengeluaran debris mudah 
 · Mencegah debris terdorong kearah apeks 
 · Instrumentasi yang digunakan lebih sedikit 
 · Waktu lebih cepat 
 
3. Obturasi (Pengisian)
Obturasi adalah pengisisan saluran akar tiga dimensi yang dilakukan sedekat mungkin
dengan cementodentinal junction (Deshpande dan Naik, 2015). Tujuan pengisian saluran
akar adalah memasukan suatu bahan pengisi dengan teknik pengisian saluran akar
tertentu ke dalam ruangan yang sebelumnya terdapat jaringan pulpa, guna mencegah
terjadinya infeksi ulang. Bahan pengisi saluran akar berfungsi untuk menggantikan pulpa
yang sudah diambil dan menghilangkan semua pintu masuk antara periodonsium dan
saluran akar sehingga kebocoran cairan dari periondosium dapat dihindari (Grossman
dkk., 2013).
Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha
 Single  cone  ;  Teknik  ini  dilakukan  dengan  memasuk  kan  gutta  point  tunggal  ke 
dalam saluran  akar  dengan  ukuran  sesuai  dengan  diameter  preparasinya.  Untuk 
menambah adaptasi  gutta  point  dan  kerapatannya  terhadap  dinding  saluran  akar
ditambahkan  semen saluran akar (sealer).
 Kondensasi;  Teknik  ini  dilakukan  dengan  memasukkan  guttap  point  ke  dalam 
saluran akar, kemudian  dilakukan  kondensasi  atau  penekanan  kearah  lateral  maupun 
kearah  vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau tidak teratur.
1. Lateral  : Saluran  akar  diulasi  semen  dan  guttap  point  utama  (#25) 
dimasukkan  sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan spreader
ke arah lateral. Dengan cara yang  sama  dimasukkan  guttap  point  tambahan 
(lebih  kecil  dari  spreader)  hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.
2. Vertikal : Saluran  akar  diulasi semen dan  guttap point utama dimasukkan sesuai
dengan panjang  preparasi,  kemudian  guttap  point  dipanaskan  ditekan  dengan 
plugger  ke  arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutta percha
tambahan (dibuat seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh saluran
akar terisi sempurna.
 Kloropercha / eucapercha ; Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point
utama dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga
guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal.
Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi
semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran
akar terisi sempurna.
 Termokompaksi; Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden Compactor
atau Engine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat putaran dan
gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan guttap point dan mendorong ke
arah apikal.
 Termoplastis; Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu
alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta mendorong
ke dalam sakuran akar ke arah apikal

Gambar . Teknik obturasi single cone

Gambar . Teknik obturasi kondensasi lateral.

1. Restorasi Post Perawatan Endodontik


Beberapa penelitian menyatakan bahwa kegagalan perawatan endodontik sering terjadi
akibat restorasi yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan restorasi yang tepat menjadi lebih
penting dibandingkan dengan penutupan apikal (Baumgardneer et al., 1995).
Perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan.Hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan restorasi adalah: 
1. Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi.
Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat
dipengaruhi oleh banyaknya struktur gigi tersisa (Garg, 2011). 
2. Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang diterima
gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi (Segovic, 2004).
3. Posisi atau lokasi gigi. Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih
dibandingkan dengan gigi posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki nilai
estetik yang baik (Cheung, 2011).
4. Morfologi atau anatomi saluran akar. Morfologi akar yang bengkok dapat menjadi
pertimbangan jika ingin direstorasi dengan mahkota pasak (Cheung, 2011). Semakin
sedikit sisa dari struktur gigi dan semakin besar fungsi gigi dalam lengkung rahang,
pemilihan restorasi harus dilakukan dengan lebih hati-hati. Gigi dengan sisa struktur gigi
yang sedikit dan beban kunyah yang besar memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi,
sehingga perencanaan harus dilakukan dengan lebih baik (Ford, 2004) 

Kegagalan restorasi setelah perawatan endodontik yang sering terjadi diantaranya adalah
kebocoran tepi, lepasnya restorasi, fraktur restorasi, atau fraktur dari gigi yang telah direstorasi.
Terdapat beberapa dasar pertimbangan dalam memilih restorasi setelah perawatan endodontik
agar restorasi dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama (Suprastiwi, 2006).

Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh restorasi setelah perawatan endodontik:
a. Menutupi koronal secara menyeluruh agar dapat mencegah terjadinya infeksi berulang
(Ford, 2004). 
b. Restorasi harus dapat melindungi struktur gigi yang tersisa, agar gigi terhindar dari risiko
fraktur (Ford, 2004) 
c. Bentuk retensi adalah suatu bentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga restorasi
tidak terlepas dari gigi. Pemilihan restorasi dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk
retensi dari gigi (Roberson et al., 2006 ; Segovic, 2004).
d. Memiliki resistensi agar mampu menahan daya kunyah. Bentuk resistensi adalah suatu
bentuk kavitas sedemikian rupa sehingga gigi bersama restorasi dapat menahan beban
kunyah (Walmsley et al., 2007). Resistensi gigi terhadap fraktur menurun dengan
semakin lebarnya istmus dari kavitas oklusoproksimal (Ford, 2004) 
e. Mampu mengembalikan fungsi gigi, yaitu fungsi pengunyahan, estetik, bicara, dan
menjaga gigi antagonis dan gigi sebelahnya (Cohen, 2011 ; Segovic et al., 2004 ;
Sisthaningsih & Suprastiwi, 2006).

Perubahan paradigma perawatan ke arah  intervensi minimal disertai perkembangan


dalam bidang material restorasi, menyebabkan tingginya  penggunaan resin komposit sebagai 
material  restorasi. Jaringan keras gigi tidak dapat beregenerasi sehingga tindakan konservatif
dengan pengambilan jaringan keras gigi seminimal mungkin adalah yang terbaik.  Penggunaan
resin komposit sebagai restorasi gigi posterior banyak digunakan karena memiliki banyak
keuntungan seperti preparasi jaringan keras gigi minimal, waktu pengerjaan singkat, warna
restorasi seperti gigi asli dan biaya  lebih terjangkau.

Faktor yang paling utama dalam menentukan restorasi adalah banyaknya jaringan gigi
sehat yang tersisa (Garg, 2011). Gigi yang tidak berisiko fraktur dan memiliki sisa jaringan
cukup banyak, diindikasikan menggunakan restorasi sederhana. Kavitas yang tidak meliputi
proksimal dapat direstorasi dengan komposit high strength untuk gigi posterior (Cheung, 2011 ;
Cohen, 2011 ; Garg, 2011). Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan
dengan gigi anterior, karena itu pertimbangan dalam pemilihan restorasi juga berbeda

1. Penggunaan Pasak
Mahkota pasak digunakan terutama pada gigi dengan kehilangan struktur
mahkota dalam jumlah besar. Pembuangan kamar pulpa pada perawatan endodontik
menyebabkan gigi membutuhkan dukungan baik, dari internal maupun eksternal, karena
itu mahkota pasak menjadi indikasi (Weine, 2004). Mahkota pasak diindikasikan menjadi
restorasi setelah perawatan endodontik pada gigi anterior jika jaringan keras gigi yang
tersisa tidak memiliki bentuk retensi yang adekuat, yaitu pada gigi dengan sisa
kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar dan membutuhkan penutupan menyeluruh.
Mahkota pasak menjadi kontraindikasi pada keadaan seperti terdapat tanda kegagalan
perawatan endodontik, retensi, dan resistensi cukup untuk direstorasi menggunakan
bahan plastis, serta jika terdapat lateral stress akibat bruxism atau heavy incisal stress.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi pasak antara lain adalah panjang, diameter,
preparasi, bentuk dan tekstur permukaan pasak, serta luting agent atau bahan perekat.
Pasak dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu prefabricated dan custom made
(Fradani, 2008 ; Paula et al., 2011)

1. Pasak Prefabricated 
Pasak prefabricated dapat diklasifikasikan menjadi aktif dan pasif. Pasak aktif atau screw
type secara mekanik berikatan dengan dinding saluran akar dan memiliki retensi yang
baik, namun selama penempatan dan pengunyahan akan menimbulkan tekanan pada
saluran akar. Pasak pasif atau cemented tidak berikatan dengan dinding saluran akar dan
lebih tidak retentif dibandingkan pasak aktif, namun tekanan yang dihasilkan selama
penempatan dan pengunyahan juga lebih minimal.

Pilihan bahan untuk pasak prefabricated adalah alloy, stainless steel, titanium, gold plated
brass, porselen, dan fiber reinforced polymer. Pasak metal seringkali menyebabkan
terjadinya bayangan abu-abu (grey zone) pada daerah servikal gingival dan dalam
penggunaannya masih diperlukan pembuangan daerah undercut untuk adaptasi pasak.
Pasak fiber banyak dipakai sekarang ini (Cheung, 2011 ; Garg, 2011). Keuntungan
penggunaan pasak fiber adalah non galvanis, tidak rentan korosi, dan mencegah risiko
kebocoran mikro. Pasak fiber memiliki sifat fisik, modulus elastisitas, compressive
strength, dan koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan dentin. Kemampuan
menyerap dan menyalurkan gaya sama dengan gigi, sehingga mencegah fraktur pada
akar. Nilai estetik lebih baik dibandingkan dengan pasak logam, tidak ada risiko korosi
dan diskolorasi. Keuntungan lain dari pasak fiber adalah dapat dikerjakan dengan sekali
kunjungan.

Pasak fiber dapat dilekatkan pada dentin saluran akar dengan menggunakan semen resin.
Pasak fiber terbuat dari serat- serat karbon, kuarsa, silica,zirkonia atau kaca dalam satu
matriks epoksi resin. Secara kimia, pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin yang
digunakan untuk sementasi yaitu Bis- GMA. (Wulansari et al, 2007) 

Pasak ini terbuat dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh matriks
resin polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen resin dapat
berikatan dengan pasak jenis ini. Scanning electron microscope (SEM) menunjukkan
pembentukan lapisan resin tagshybrid. Bonding yang baik akan meminimalkan efek
ungkitan di dalam saluran akar sehingga dapat digunakan pasak dengan ukuran lebih
pendek dan diameter lebih kecil. (Ganap et al, 2007)

Pasak fiber, semen resin, bahan inti resin komposit, dan dentin memiliki modulus
elastisitas yang hampir sama, sehingga meningkatkan keberhasilan restorasi,
dibandingkan dengan pasak dan inti metal. Pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang
hampir sama dengan dentin, yaitu 20 GPa (modulus elastisitas dentin = 18 GPa, pasak
metal prefabricated = 200 GPa dan pasak keramik=150 GPa), sehingga pasak fiber lebih
lentur daripada pasak metal, mempunyai sifat biokompatibel terhadap dentin dan tahan
terhadap korosi, serta mudah diambil dari saluran akar bila terjadi kegagalan dalam
perawatan saluran akar. (Wulansari et al, 2007)

Keuntungan pasak fiber adalah dapat diindikasikan untuk saluran akar yang lebar,
dinding saluran akar yang tipis misalnya pada akar yang belum terbentuk sempurna.selain
itu, pasak fiber juga memiliki keuntungan dari segi estetik, karena pasak ini memiliki
warna sesuai dengan warna gigi, sehingga tidak menimbulkan bayangan warna keabu-
abuan pada gigi yang telah direstorasi. Hal ini tidak hanya berperan pada gigi anterior
tetapi juga pada gigi posterior.Preparasi saluran akar pasak dilakukan hingga kira-kira
tersisa 4,5 mm gutta percha pada bagian apical, lalu pasak fiber disementasi dengan
menggunakan semen resin. Setelah itu kavitas ditutup dengan tumpatan resin kompositt
hingga penuh dan kelebihan pasak fiber dipotong sebatas permukaan oklusal.

2. Pasak Custom made


Bahan pilihan untuk pasak custom made adalah alloy dan porselen. Mahkota pasak
custom made dan inti logam emas sudah digunakan dalam beberapa dekade sebagai
restorasi setelah perawatan endodontik. Alloy logam lain juga dapat digunakan sebagai
bahan pasak, namun tingkat kekerasannya dapat menyebabkan fraktur akar, sehingga
klinisi lebih memilih pasak dan inti emas sebagai restorasi gigi anterior. Kelemahan
bahan alloy emas adalah nilai estetiknya yang rendah, sehingga sekarang tengah
berkembang penggunaan restorasi all porcelain dan metal porselen. Custom made
diindikasikan untuk gigi dengan akar tunggal terutama pada gigi dengan sisa mahkota
yang minimal, karena pada kondisi yang demikian pasak yang digunakan harus mampu
menahan terjadinya rotasi pada saat penempatan dan pengunyahan.

2. Restorasi Akhir Mahkota


Salah satu restorasi ekstra koronal  yang disarankan sebagai restorasi akhir gigi yang
mengalami fraktur yaitu mahkota penuh atau complete crown. Complete crown
merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi
asli. (Sumono, 2007) Terdapat berbagai jenis complete crown, diantaranya:

1. Mahkota Porselen
Penggunaan restorasi mahkota setelah perawatan endodontik perlu pertimbangan karena
membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi setelah
dirawat endodontik cukup tipis. Terdapat beberapa keadaan yang menyebabkan restorasi
porselen menjadi kontraindikasi. Gigi dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan
mahkota klinis yang pendek tidak diindikasikan untuk direstorasi dengan porselen.  

Komposisi dari porselen konvensional adalah Silika. Silika terdapat dalam empat bentuk,
yaitu quartz kristalin, kristobalit kristalin, trydimite kristalin, dan silika gabungan non
kristal. Porselen dapat diklasifikasikan menurut temperatur pembakaran, aplikasi, teknik
pembuatan, dan fase kristalin. Berdasarkan temperatur pembakaran, porselen
diklasifikasikan menjadi high fusing, medium fusing, low fusing, dan ultra low fusing
High fusing merupakan porselen paling kuat dibandingkan dengan ketiga lainnya,
translusensi baik, dan dapat menjaga keakuratan bentuk dalam proses pembakaran
berulang. Tipe ini digunakan sebagai elemen gigi tiruan. Medium dan low fusing
memiliki homogenitas bubuk yang baik, menguntungkan selama proses pembakaran.
Tipe ini digunakan untuk restorasi all porcelain dan metal porselen. Ultra low dan low
fusing digunakan sebagai restorasi mahkota dan jembatan. Berdasarkan aplikasi, porselen
dibedakan menjadi porselen untuk mahkota dan jembatan, all porcelain sebagai restorasi
inlay, onlay, mahkota, veneer, dan porselen untuk gigi tiruan. Berdasarkan bentuk
kristalin, porselen dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase glassy dan fase kristalin. Nilai
estetika dental porselen sangat tinggi, sehingga menjadi pilihan bahan restorasi untuk gigi
anterior. Porselen bersifat rapuh dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi, melebihi
enamel, sehingga dapat mengikis gigi antagonisnya, dan memiliki tensile strength rendah.
Material ini resisten terhadap korosi. 

Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan porselen, yaitu seluruhnya porselen (all
porcelain), atau metal porselen. All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam,
sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan
kunyah (Qualthrough, 2005). Salah satu bahan inti dari all porcelain yang sedang
berkembang saat ini adalah Zirconia. Zirconia merupakan bahan dengan sifat
biokompatibel yang baik dan adhesi bakteri pada bahan minimal. Sifatnya rapuh namun
memiliki daya transformation toughening, yang menyebabkan Zirconia memiliki
ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik sebagai bahan all porcelain dibandingkan
dengan porselen lainnya. Bahan ini menjadi salah satu pilihan pada restorasi mahkota all
porcelain All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam sehingga restorasi
porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah. Bahan baru
untuk porselen adalah porselen felspathic seperti In-Ceram, Cerec, IPS Empress, atau
fabricated dari sistem keramik lain diantaranya alumina, zirconia, atau silika. Bahan yang
lebih baru adalah lithium disilicate yang memiliki kekuatan lebih baik, ketahanan
terhadap fraktur yang lebih baik, dan tingkat translusensi yang lebih tinggi. Bahan-bahan
ini dapat menahan tekanan yang besar sebagai restorasi pada gigi posterior yang telah
dirawat endodontic. 

Pembuatan porselen dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi CAD/CAM


(computer-aided design/ computer-assisted manufacturing). CAD/CAM merupakan suatu
teknologi dengan membuat gambar gigi yang sudah dipreparasi, untuk kemudian
dirancang ukuran serta bentuk restorasi oleh komputer (CAD) dan untuk pembuatan
restorasi dengan bantuan komputer (CAM). Teknologi ini dapat digunakan pada restorasi
dengan bahan porselen atau logam.

2. Mahkota Metal Porselen (porcelain fused to metal)


Penggunaan restorasi mahkota setelah perawatan endodontik perlu pertimbangan karena
membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi setelah
dirawat endodontik cukup tipis. Terdapat beberapa keadaan yang menyebabkan restorasi
porselen menjadi kontraindikasi. Gigi dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan
mahkota klinis yang pendek tidak diindikasikan untuk direstorasi dengan porselen. Metal
porselen merupakan restorasi yang menggabungkan sifat baik dari logam dan porselen.
Memiliki kekuatan dari logam dan sifat estetik dari porselen. Bahan yang sering
digunakan untuk metal porselen adalah emas-porselen. Bentuk restorasi dengan bahan
porselen dapat berupa inlay, onlay, dan mahkota prostetik. Bahan yang dapat digunakan
untuk restorasi metal porselen salah satunya adalah emas porselen, pengurangan
jaringannya sebanyak 1,8 hingga 2 mm. Metal porselen kuat terhadap fraktur karena
didukung oleh logam. Indikasi pemilihan bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan
gigi dan keinginan pasien. Gigi posterior secara umum tidak membutuhkan restorasi
dengan nilai estetika yang tinggi, namun jika pasien mengiginkan restorasi yang estetis
maka bahan ini menjadi pilihan.

Stock, C., Walker, R., Gulabivala, K., 2004, Endodontics, 3rd ed, Mosby, London, p. 1-25,135.
Rhodes, J. S., 2006, Advanced Endodontics Clinical Retreatment and Surgery, Taylor & Francis
Group, London, p. 130.
Thakur, S., Emil, J., Paulaian, B., 2013, Evaluation of Mineral Trioxide Aggregate as Root Canal
Sealer : A Clinical Study, J Conserv Dent., 16 (6) : 494-498.
Garg & garg. 2014. Textbook of Endodontic. Jaypee Brothers Medical Publishers Hargreaves, K.
and Berman, L. (2016) Cohen’s Pathway of the Pulp, Eleventh Edition. 11th editi. Edited by I.
Rotstein. Missouri: Elsevier Inc. doi: 10.5005/jp/books/12108_18.
Tarigan, Rasinta. 2013. Karies Gigi. Ed 2. Jakarta: EGC
Grossman L.I., Seymour O., Carlos E., 2013. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, 11th., Jakarta:
EGC, pp : 196, 264-269.
Bence, R. (2005). Buku Pedoman Endodontik Klinik. Jakarta: UI-Press.
Soraya, C., 2009. Perawatan endodontik ulang pada gigi insisivus sentral atas kanan. Cakradonya
Dental Journal, 68-74.
Deshpande P.M., Naik R.R., 2015. Comprehensive Review on Recent Root Canal Filling
Materials and Techniques, International Journal of Applied Dental Sciences., 1(5) : 30-34.

Anda mungkin juga menyukai