Anda di halaman 1dari 42

PENDEKATAN METODOLIGI DAN PROGRAM KERJA

C.1.              UMUM

Tugas pokok Konsultan, sesuai ketentuan yang digariskan Kerangka Acuan Kerja, adalah jasa konsultan
Pengawasan ……………………………………………………

Secara skematis, lingkup pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar C.1.

C.1.1.           Fungsi Konsultan Pengawas

Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu :

1)      Fungsi administratif

1. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum


yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan
tugas Penyedia Jasa Pemborongan.
2. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas pekerjaan konstruksi
saluran saluran dan koker untuk jenis penanganan (peningkatan pemeliharaan/perbaikan,
pembangunan baru).
3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto yang dibuat
sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian di
lapangan lainnya.
4. Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change Order dan Addendum sehingga
perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat secara optimal dengan
mempertimbangkan semua aspek yang ada.
5. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

2)      Fungsi pengawasan (supervisi)

1. Membantu Pengguna Jasa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mengendalikan
pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai desain, persyaratan dan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.
2. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci untuk mendukung
review design (bila ada), dan membantu Pengguna Jasa agar perubahan desain tersebut dapat
dilaksanakan.
3. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan
yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga semua pengukuran pekerjaan,
perhitungan volume dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam
dokumen kontrak.
4. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa Pemborongan sesuai dengan
kebutuhan yang dipersyaratkan.
5. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk sertifikasi “ Monthly
Certificate (MC)”.
6. Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana ( as built drawing).
7. Membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan pelaksanaan Provisional Hand Over (PHO).
8. Membantu Pengguna Jasa dalam pengawasan pekerjaan pada periode pemeliharaan.

C.1.2.           Tanggung Jawab Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Pekerjaan bahwa hasil pelaksanaan
pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pemborongan benar-benar sesuai ketentuan kontrak pemborongan.
Konsultan akan memberikan jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah pelaksanaan
dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan. Untuk memperjelas uraian tersebut, pada Gambar C.2
dijelaskan mengenai Kegiatan Pengawasan Pekerjaan, dari tahap awal sampai tahap akhir pekerjaan.

C.1.3.           Tugas Konsultan Pengawas

Tugas konsultan pengawas secara garis besar akan meliputi :

v   Pengendalian teknis;

v   Pengendalian atas proses koordinasi terkait;

v   Pengendalian administrasi kegiatan;

v   Evaluasi rencana kegiatan;

v   Value engineering; dan

v   Pelaporan.

Gambar C.1 : LINGKUP KEGIATAN PENGAWASAN

C.1.3.1        Pengendalian Teknis

Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan pelaksanaan fisik pembangunan yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan pada saat pre-audit, monitoring dan post-audit, meliputi :

v   Aspek mutu hasil pekerjaan;

v   Aspek volume pekerjaan;

v   Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;

v   Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak
pemborongan.

1).     Rentang kendali pre-audit


Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “ pre-audit” adalah seluruh kegiatan
konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :

—      Pengumpulan dan analisa terhadap data;

—      Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi lapangan;

—      Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan, yang meliputi material, peralatan,
tenaga dan jadwal pelaksanaan.

Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan menghasilkan catatan
mengenai seluruh pekerjaan antara lain :

—      Jenis pekerjaan;

—      Kuantitas pekerjaan;

—      Kualitas yang dipersyaratkan;

—      Schedule pelaksanaan;

—      Schedule pembayaran.

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke lokasi untuk
menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada. Apabila ternyata
dari hasil pengecekan hasil design tidak sesuai dengan kondisi lapangan, konsultan team supervisi akan
membuat alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pengguna Jasa.

Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan diperiksa terlebih dahulu oleh
konsultan, sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih dahulu apakah sudah
memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang
akan mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara
volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan
menyarankan kepada Penyedia Jasa Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang
memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan tambahan sebagai akibat
dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu
besar, konsultan akan menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya
sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan
dan mendapat peretujuan dari Pemimpin Kegiatan. Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari
pekerjaan tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi teknis dan biaya
memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.
Gambar C.2 : CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG AKAN DIMULAI

2).     Rentang kendali monitoring

Kegiatan pengendalian teknis rentang monitoring adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama masa
pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah melakukan pre-audit namun setiap langkah
pelakanaan pekerjaan akan terus dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat
diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu melakukan
evaluasi terhadap progres dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga sebaik-baiknya sehingga
informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu,
volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain
mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar kegiatan, agar
jangan sampai pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak
flora dan fauna yang ada.

Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan
yang berlaku.

3).     Rentang kendali post-audit

Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi Penyedia Jasa
Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun
Penyedia Jasa Pemborongan tidak bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum mendapat
rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis atau
tidak.

C.1.3.2        Pengendalian Atas Koordinasi Terkait

Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut di atas berkewajiban
mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pengguna Jasa).
Koordinasi dengan instasi terkait, antara lain dilakukan dengan :

v   Pemimpin kegiatan fisik;

v   Konsultan lain yang terkait;

v   Instansi terkait lainnya.

C.1.3.3        Pengendalian Administrasi Kegiatan

Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta mengendalikan
pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi kegiatan yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain :
surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak,
addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan
konsultan pengawas untuk maksud tersebut adalah :

v   Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas maksud dari surat masuk
maupun keluar;

v   Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas konsultan;

v   Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan baik
kualitas dan kuantitas;

v   Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;

v   Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar sebelum maupun sesudah
pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan;

v   Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap perlu dalam penyelesaian
pekerjaan.

C.1.3.4        Evaluasi Rencana

Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan serta
menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna
menjamin tercapainya maksud dan tujuan kegiatan.

C.1.3.5        Verifikasi Hasil Pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan

Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa hasil pekerjaan
Penyedia Jasa Pemborongan telah memenuhi segala persyaratan untuk proses selanjutnya, yaitu
persetujuan Pengguna Jasa.

C.1.4.           Kontrol Sistimatik terhadap Kegiatan Lapangan

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol manajemen kegiatan
konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan
pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan
mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, Pengawas lapangan
perlu menerapkan sistim kontrol yang sistimatik di lapangan.

Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :

 Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan pokok.
Bilamana terdapat kekurangan, maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program
kerja untuk
 Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara benar sehingga peringatan secara
dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
 Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan tidak di-lampaui bila tidak
terjadi perubahan kontrak.

Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.


 Pencapaian target keuangan
 Pengadaaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja lapangan.
 Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh bagian/divisi.
 Hubungan dengan pihak pemilik.

Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau menunjukan
tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar,
maka langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

C.1.5.           Kunjungan Lapangan/Site Visit

Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya dapat secara
harian, mingguan. Frekwensi kunjungan dapat bergantung pada tahapan dari pemimpin kegiatan yang
mengelolanya beserta para anggota tim sesuai urgensinya.

C.1.6.           Pengontrolan Kegiatan

Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor. Karena itu network/scurve chart yang telah disetujui sebagai pegangan untuk
pelaksanan harus secara periodik atau sesuai kondisi dicheck kembali :

 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati;


 Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera;
 Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan seperti yang
dikehendaki.

1)      Jarak waktu kontrol

Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang waktu yaitu :

—      1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu;

—      2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

2)      Cara mengontrol

Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :


—      Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.2.

—      Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.3.

—      Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.4.

C.1.7.           Sistim Informasi Manajemen Kegiatan

Sistim informasi manajemen kegiatan pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk mendukung pihak
Pimpinan Kegiatan dalam memantau dan mengendalikan kegiatan. Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak
Pemilik dalam mendapatkan informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistim
ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan
serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak Pemimpin Kegiatan yang mewakili pihak Pengguna
Jasa tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya
perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan
besaran waktu.

Gambar C.3 : CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG SUDAH DIMULAI

Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi manajemen kegiatan hanya
sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus
dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan
adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).

Gambar C.3 : CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG SUDAH SELESAI

Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor dimana
perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh perkembangan data kegiatannya. Volume data kian hari
kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna Jasa, karena masih
belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah dikumpulkan secara periodik kemudian
diolah/diproses untuk dijadikan informasi kegiatan (laporan kegiatan). Artinya, dari laporan kegiatan dapat
diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan kegiatan ini Pemimpin
Kegiatan baru dapat mengevaluasi perkembangan kegiatannya dengan cara memperbandingkannya
terhadap rencana.
Pemimpin kegiatan mengendalikan kegiatannya dengan keputusan-keputusan yang dibuat dan
diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya menciptakan data kegiatan baru dan dengan
demikian siklus project management control system berulangkali. Siklus ini baru berhenti apabila kegiatan
telah selesai.

C.1.8.           Pengendalian Mutu

Selama periode kontruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan
instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun tidak terbatas pada :

 Peralatan laboratorium
 Penyimpanan bahan/material
 Cara pengangkutan material yang akan digunakan.
 Pengujian material yang akan digunakan
 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
 Test lapangan
 Administrasi dan formulir-formulir

C.1.8.1        Laboratorium dan Personil

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi beton yang tidak bisa
dilakukan di lapangan. Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman
dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.

C.1.8.2        Penyimpanan Bahan/Material

Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :

 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk menjamin
perlindungan kualitas.
 Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat diperiksa oleh
konsultan.
 Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan mempunyai drainase yang lancar.
 Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan dalam pekerjaan,
kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir
atau kerikil setebal 10 cm.
 Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah segregasi dan
untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

C.1.8.3        Cara Pengangkutan Material/Campuran

Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan
atau struktur yang ada di sekitar pekerjaan. Bilamana terjadi gangguan di antara operasi berbagai
pekerjaan, konsultan akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan Penyedia Jasa Pemborongan
dalam menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh pekerjaan.

C.1.8.4        Pengujian Material yang Akan Digunakan

Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspesikan oleh konsultan. Staf anggota team
konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi material yang akan digunakan
berdasarkan atas jadwal kerja Penyedia Jasa Pemborongan. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah
disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh konsultan. Material
yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat persetujuan dari konsultan, jenis dan
jumlah test seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

C.1.8.5        Job Mix Formula

Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi, sebelum pekerjaan dimulai
perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan Beton.

C.1.8.6        Pengujian Rutin Laboratorium

Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau campuran-campuran
perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai
dengan persyaratan. Jenis dan frekuensi/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

C.1.8.7        Test Lapangan

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/tes lapangan. Gambar C.5
memperjelas uraian di atas.

C.1.8.8        Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir

Gambar C.6. menunjukkan kelengkapan administrasi pekerjaan yang umum digunakan. Contoh form-form
yang diperlukan pekerjaan antara lain sebagai berikut di bawah ini dapat dilihat pada Lampiran. Form-form
contoh ini dapat dimodifikasi/ sesuai dengan keperluan pekerjaan. Form-form yang dimaksud antara lain :

 Buku direksi
 Time schedule
 Mco (Mutual Check Awal)
 Request dan shop drawing
 Laporan mingguan
 Record cuaca
 Photo dokumentasi
 Change order
 Addendum
 Monthly certificate (MC)
 PHO (Provisional Hand Over)
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.
Gambar C.4 : CARA PENGENDALIAN MUTU

Gambar C.5 : ADMINISTRASI PEKERJAAN

C.1.9.           Pengendalian Kuantitas

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/campuran yang ditempatkan atau
yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan atau yang terpasang. Konsultan akan memproses
bahan-bahan/campuran berdasarkan :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.


 Metode perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas, dan persyaratan
lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang
disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan
dan mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :

1)      Pengukuran meter persegi (m2)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar, setelah ketebalan
memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang digunakan dan spesifikasi.

2)      Pengukuran meter panjang (m’)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah penampang suatu konstruksi sesuai
dengan gambar (dimensinya).

3)      Pengukuran meter kubik (m3)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar. Sedangkan untuk
ketebalan dapat diukur dengan alat ukur sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang
akurat.

4)      Pengukuran berat (ton)

Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

—      Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan.

—      Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (berat jenis dapat
diketahui dari laboratorium).
Gambar C.7. menunjukan diagram pengendalian volume pekerjaan guna memperjelas uraian di atas.

Gambar C.6 : CARA PENGENDALIAN VOLUME

C.1.10.        Pengendalian Waktu

Di dalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat sekali
hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Berikut ini dijelaskan bagaimana
pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang
akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

C.1.11.        Schedule Penyedia Jasa Pemborongan

Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang dibuat Penyedia Jasa
Pemborongan. Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis.
Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau untuk
pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek juga apakah construction methode
dan urutan kerja Penyedia Jasa Pemborongan sudah sistematis, konsepsional dan benar ?

Selanjutnya, berdasarkan schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah disetujui, konsultan
pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut. Time schedule ini bisa dijabarkan ke dalam
target harian, sehingga setiap hari dapat dicek apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak ?
Bila target tidak tercapai, maka selisih volume diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya.

Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya dan
dikendalikan dengan baik, maka diharapkan pekerjaan bisa diselesaikan “ on schedule”.

C.1.12.        Alat Berat (Heavy Equipment)

Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingkat kesulitannya besar, dalam artian kalau tidak menggunakan alat
berat tidak efesien dan efektif, bisa kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu kombinasi, maka
kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil. Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam,
kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk sesuai volume
yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai, perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain : menambah jumlah alat
atau menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa
diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

C.1.13.        Tenaga Kerja

Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja yang mencukupi, sehingga
pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi
pekerjaan diperkiraan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau
kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup/efektif, maka
pelaksanaan pekerjaan diharapkan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.

C.1.14.        Jumlah Jam Kerja

Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit
akan menghasilkan produk yang lebih kecil dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih banyak.

Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian rupa sehingga volume
pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu
hari siang, maka perlu untuk kerja malam/ over time.

Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal, maka konsultan
harus memahami secara sungguh-sungguh Network Planning yang umumnya telah dibuat oleh Penyedia
Jasa Pemborongan dengan metode lintas kritis ( Critical Path Methode/CPM).

Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka konsultan
akan menganalisa secara rutin “Network Planning” tersebut bila memang diperlukan.

Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “ Barchart/S-curve” yang biasa dan juga
dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat
mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA,
sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.

C.1.15.        Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan

Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :

 Biaya pekerjaan
 Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
 Harga satuan pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan antara sebagai
berikut :

 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar sehingga kwantitas
yang dibayar sesuai dengan gambar rencana. Dengan demikian volume dalam kontrak tidak
dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari pengukuran/kwantitas,
sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi
spesifikasi.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya pekerjaan dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan
yang ada di kontrak.

C.1.16.        Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC)


Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan
kepada Resident Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai
“sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standart atau
diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna Jasa. Resident Engineer akan memeriksa kemajuan
pekerjaan yang diajukan pada sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya
yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani bersama oleh wakil
Penyedia Jasa Pemborongan, konsultan, dan Pemimpin Pekerjaan. Prosedur pembuatan MC dapat dilihat
pada Gambar C.7.

Gambar C.7 : PROSEDUR MONTHLY CERTIFICATE (MC)

C.1.17.        Pemeriksaan Pembayaran Akhir

Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu. Apabila terdapat
kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah disetujui masih dapat dikoreksi pada pembayaran
berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang telah dibayar sebelumnya,
sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

C.1.18.        Prosedur Perubahan (Contract Change Order)

Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Penyedia Jasa Pemborongan dan harus
disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditanda-tangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar
pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan
dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah
Kontrak, maka Perintah Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

C.1.19.        Sertifikat Penyelesaian Akhir

Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban pada
Perioda Jaminan, maka ia harus membuat permohonan untuk serah terima pertama. Setelah pekerjaan
perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian
Akhir.

C.1.20.        Pernyataan Perhitungan Akhir

Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir,
bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah
peninjauan kembali oleh engineer dan jika diperlukan amandemen oleh Penyedia Jasa Pemborongan,
engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui untuk pembayaran oleh
Pengguna Jasa.

C.1.21.        Addendum Penutup


Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir. Setelah memperoleh tanda
tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer akan menyampaikan addendum penutupan tersebut
kepada Pemberi Pekerjaan untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir
yang disetujui.

C.1.22.        Dokumen Catatan Pekerjaan

Penyedia Jasa Pemborongan harus memelihara catatan yang cermat tentang semua perubahan dalam
Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan.

C.1.23.        Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja

Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas yang cukup padat, diperlukan
pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan
pekerjaan survey maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar lalu lintas yang ada tetap
terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya. Manfaat yang didapatkan pada
pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu
lintas yang lebih baik pula.

Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang diakibatkan oleh
kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh
sebab itu, penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan sedikit mungkin
akibat buruknya.

Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan penanganan yang
baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi pekerjaan. Tidak kalah pentingnya
dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian
haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar
tidak tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam
pelaksanaan “Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2 (dua) bagian :

 Pelayanan umum; dan


 Keselamatan kerja.

1)      Pelayanan umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas sistim informasi

Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama pelaksanaan yang tujuannya
memberikan informasi bahwa akan ada pekerjaan pembangunan. Sistim ini dapat diwujudkan melalui :

è   Media cetak yang bersifat pengumuman.


è   Pembagian “pamflet”

1. Mengurangi kemacetan

Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan perambuan sementara selama
pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

2)      Keselamatan kerja

Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :

1. Disiplin kerja :

è   Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus dimonitor dengan
perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan cepat.

è   Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.

1. Peniadaan kecelakaan fatal :

è   Perambuan sesuai dengan standar perambuan.

è   Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapihan kerja sepanjang
daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi lampu agar mudah terlihat pada malam hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait, antara lain :

—      Faktor perambuan darat

—      Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.

—      Atribut pada tenaga kerja.

—      Astek

—      Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan melibatkan
banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor
utama dari kelancaran progres yang hendak dicapai.

Gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perambuan darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap pelaksanaanpun mempunyai andil besar
dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja
yang berada pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan
misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta
lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu
darurat”.

Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang beroperasi yang diletakkan
sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak
tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam
hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.

2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan

Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

è   Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan, rute perjalanan pembuangan
dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah “ crossing” sehingga tidak ada
konflik. Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus
masih tetap dalam area perambuan.

è   Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup bak belakang. Ini
dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut
sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.

è   Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari peralatan maupun
operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

3. Atribut pada tenaga kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup
jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange yang harus dikenakan
pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik
matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang
beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi.

4. Astek (Asuransi tenaga kerja)

Jaminan pelindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi adalah mutlak
diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal
dengan Astek.

C.1.24.        Quality Assurance


Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi. Juga diperlukan supervisi
yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar), standarisasi test dan pengetesan (termasuk
kekerapan pengetesan) serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang diijinkan). Diperlukan pula
guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak ketiga (seperti konsultan atau team audit
teknis).

Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah kecermatan rancangan. Rancangan
yang dibuat berdasarkan dana yang tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung
mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan yang secara akurat mewakili
kebutuhan-kebutuhan di lapangan.

Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus pengawasan juga berdasarkan
kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan yang diperlukan sebagai akibat tidak
akuratnya rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak waktu dan usaha Penyedia Jasa
Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir tidak mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan Penyedia Jasa
Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan oleh Pengguna
Jasa (kecuali kontrak tersebut secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan
anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat mutu.

Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan) dan bentuk-bentuk kontrak
lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada paket yang lebih besar yang lebih mudah dilaksanakan dan
pada pencantuman per-syaratan testing serta kekerapan testing (yang harus dikeluarkan dari kontrak) di
dalam surat kontrak. Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran tanggung
jawab, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan harus membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut
spesifikasinya, bukannya supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standard.
Memulai dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang mudah dan cepat. Pola
kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus dibuang; praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi
input-input seperti pengauditan teknis, evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain
cenderung mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu untuk memberi jalan
pada publik luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang kedua, alternatif untuk
format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut melalui saran-saran yang
sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan
Penyedia Jasa Pemborongan, saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

C.1.25.        Value Engineering

Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang menggunakan pendekatan
sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah
atau sistem dengan tujuan untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang
paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan penampilan, rahabilitasi, kualitas,
teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu pekerjaan. Program value engineering, mencari
kemampuan manajemen seseorang untuk mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat
menemukan biaya yang tidak berguna dan menghilangkannya.
Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama siklus pelaksanaan
pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk dikerjakan, langsung dilakukan studi
value engineering.

Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value engineering untuk membantu
Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan
pekerjaan di lapangan. Pada pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain dapat berupa :

1. a) Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat
pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi konstruksi.

Dalam perioda pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan review design untuk
penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.

1. b) Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat, sehingga didapat
penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan diperoleh
biaya yang lebih murah dan waktu pelaksanaan bisa dipercepat.

Dengan adanya analisa yang baik dalam construction method diharapkan peralatan yang dioperasikan
dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani suatu pekerjaan.

Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu rencana/metode kerja yang tepat.
Kebutuhan peralatan dan pengendalian biaya pekerjaan dapat ditentukan dari metode kerja yang dipakai.

Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :

—      Phase pemilihan (seleksi)

Memilih pekerjaan : Apa yang dipelajari (studi) ? Siapa akan melaksanakan ? Apa yang perlu diketahui
untuk mulai studi tersebut ?

—      Informasi (investigasi)

Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ? Berapa biayanya ? Apa saja yang telah
dilaksanakan ? Apa saja yang harus dilaksanakan ?

Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi keduanya ? Berapa biayanya ?

—      Spekulasi

Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja yang ada ? Bagaimana fungsi akan
tampil ?

—      Evaluasi
Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa biayanya ? Apakah tiap ide memenuhi fungsi
dasar ? Alternatif mana yang terbaik ?

1. c) Pendekatan kondisi kerja

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan kondisi sebagai berikut :

—      Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target penyelesaian
atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi khusus.

—      Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.

—      Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over time.

1. d) Analisa waktu penyelesaian

Total volume pekerjaan = V (ton)

Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

Waktu yang diperlukan : T = V/Q  (jam, konversikan ke bulan)

1. e) Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat

Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan berdasar kerangka pemikiran sebagai
berikut :

—      Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya dalam rangka efisiensi
pelaksanaan pekerjaan.

—      Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang digunakan, dan biaya alat.

—      Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan pembangunan, jenis alat, kapasitas alat,
jumlah alat, pengaturan dan penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya
operasi alat.

—      Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan salah satu komponen untuk
value engineering, selain komponen pekerjaan lainnya.

C.2.              METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan analisa dari
berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis
besar, aspek-aspek yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi empat
tahapan kegiatan, yaitu :
 Tahapan Studi;
 Tahapan Perencanaan;
 Tahapan Pelaksanaan;
 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.

Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung
kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro rekayasa, penjabaran dari kegiatan-kegiatan tersebut
dapat dilihat pada Gambar C.8.

Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah dijelaskan di atas,
pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka dalam menyiapkan rencana
kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan yang optimal, ekonomis, tepat
guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan
akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan dari masing-masing kegiatan yang
dimulai dari tahap awal  hingga penyelesaian akhir pekerjaan.

Lingkup pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan digambarkan dalam Gambar C.9.
Lingkup kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan.
2. Tahapan Koordinasi.
3. Tahapan Pengawasan Lapangan.
4. Tahapan Penyerahan Hasil.

Gambar C.8 : TAHAPAN UMUM KEGIATAN

Gambar C.9 : BAGAN ALIR METODOLOGI PELAKSANAAN PENGAWASAN

C.2.1.           Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan peralatan.

1. Penyelesaian Administrasi

Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi kontrak dan legalitas personil
yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun
untuk berhubungan dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan mobilisasi personil dan
peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan
rapat koordinasi untuk menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan pengawasan ini agar
didapatkan hasil kerja yang maksimal.
C.2.2.           Tahapan Koordinasi

C.2.2.1        Tujuan

Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan
pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas serta pihak-pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-sama melakukan
koordinasi sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

C.2.2.2        Ruang Lingkup

1. Rapat Koordinasi Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi

Untuk kelancaran pelaksanaan konstuksi, pihak-pihak yang terkait, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan,
Pengguna Jasa, Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana perlu mengadakan pertemuan guna
mencari solusi dari setiap permasalah yang ditemui di lapangan baik menyangkut bahan, metode kerja
maupun volume pekerjaan. Hasil keputusan dari pertemuan ini yang akan diterapkan di lapangan guna
mengatasi masalah-masalah tersebut. Pertemuan-pertemuan atau koordinasi ini akan kontinu dilakukan
selama masa pelaksanaan konstruksi.

2. Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol

Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan Pengawas akan memberikan
petunjuk secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pemborongan mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol
tetap dan titik referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran pelaksanaan
pekerjaan.

C.2.2.3        Output

 Notulen rapat koordinasi;


 Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).

C.2.3.           Tahapan Pengawasan Lapangan

C.2.3.1        Pengendalian Mutu Pelaksanaan

1. Tujuan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis, gambar kerja dan
kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.

1. Ruang Lingkup

—      Pengendalian Mutu Bahan;

—      Pengendalian Metode Kerja;


—      Pengendalian Volume dan Gambar.

1. Metodologi

Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :

1. Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan yang digunakan untuk
konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan pompa. Sebelum digunakan, bahan-bahan ini akan
diuji kualitasnya oleh Konsultan Pengawasan.

Penjelasan pengujian bahan selengkapnya telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya

2. Pengendalian Metode Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan harus sesuai dengan yang telah diberikan pada spesifikasi teknis. Konsultan akan
mengawasi cara-cara yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan memberikan
masukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak begitu mengerti tentang metode yang ada di
dalam spesifikasi teknis.

3. Pengendalian Volume dan Gambar

Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang utama di lapangan. Oleh
karenanyas menjadi tugas Konsultan Pengawas untuk mengecek apakah pelaksanaan yang ada sudah
sesuai dengan apa yang tercantum pada gambar rencana dengan volume yang sesuai.

Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan memberikan laporan kepada
Pengguna Jasa secara berkala sesuai dengan perkembangan di lapangan.

Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan yang akan timbul di
lapangan yang disebabkan kondisi lokasi setempat baik mengenai metode kerja dan gambar rencana.
Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem pengendalian di atas selama
tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan spesifikasi yang ada. Hasil revisi ini akan dicatat oleh
Konsultan Pengawas dan terhadap perubahan-perubahan yang ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan
akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan tersebut.

Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar perubahannya ( as built drawing)
dapat dilihat pada Data Teknis E.

1. Output
2. Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.
5. Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).
6. Perjanjian perubahan kontrak (adendum).

C.2.3.2        Pengendalian Waktu Pelaksanaan

1. Tujuan

Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti yang telah direncanakan
atau tidak melebihi waktu batas akhir kegiatan.

1. Ruang Lingkup

Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja pelaksanaan.

1. Metodologi

Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan tanggal dini atau lambat
dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis ( critical path). Juga dibuat sub
jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.

Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu dibuat juga jadwal kerja
dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari :

1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia Jasa Pemborongan dibuat untuk
rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi
ketepatan waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas pekerjaan.

2. Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan

Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan dibuat
terpisah. Dalam jadwal harus sudah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, rencana produksi
bahan di pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian, pengambilan sampel dan
persetujuan dari Pengguna Jasa.

3. Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja

Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia Jasa Pemborongan pelaksana di
lapangan. Dari sini nantinya akan dilihat perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja yang
digunakan dalam pelaksanaan.

4. Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi.


Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai peralatan baik itu peralatan ringan
maupun alat-alat berat. Untuk itu, sangat perlu dilakukan penjadwalan atas penggunaan alat-alat yang ada
untuk melihat tingkat efisien alat-alat tersebut.

Secara berkala pengawas akan memperbarui jadwal-jadwal di atas yang disesuaikan dengan jadwal-
jadwal Penyedia Jasa Pemborongan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara
aktual sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.

1. Output
2. Diagram jaringan (network diagram).
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.
5. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.
6. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.

C.2.3.3        Pengendalian Biaya Pelaksanaan

1. Tujuan

Pengawasan terhadap keadaan arus uang ( cash flow) kegiatan agar dapat memaksimalkan keuangan
kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan.

1. Ruang Lingkup

Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar Chat/Giant Chart.

1. Metodologi

Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan dengan waktu yang
direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya.

Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana (yang dibuat Penyedia Jasa
Pemborongan) dengan kurva S aktual sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau
mendahului jadwal rencana. Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya yang telah dikeluarkan Penyedia
Jasa Pemborongan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi sampai dengan kemajuan yang ada.
Dengan kurva S ini, Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan pembayaran yang akan diterima
sesuai dengan hasil kerja yang dilakukan.

1. Output
2. Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.
3. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa Pemborongan.
4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan pekerjaan.

C.2.4.           Penyerahan Hasil

1. Tujuan
Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan terhadap pelaksanaan
konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

1. Ruang Lingkup

—      Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan kelengkapan hasil pengawasan.

—      Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

—      Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.

1. Output

—      Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.

—      Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

C.3.              PEDOMAN PENGAWASAN PEKERJAAN

C.3.1.           Evaluasi Gambar Kerja

Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah :

1. Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib
menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Pengawas.
2. Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada
ketentuan lain dari Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan di antara
gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan Konsultan Pengawas memberikan keputusan
gambar mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan Konsultan Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk mengadakan
claim pada waktu pelaksanaan.

C.3.2.           Pembuatan Shop Drawing

1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat kontraktor berdasarkan
gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/atau
persyaratan pabrik dan bahan yang dipakai.
2. Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi,
bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang sebelumnya
telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
4. Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan khusus dari
pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup secara lengkap dalam gambar kerja,
dan/atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

C.3.3.           Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi

1. Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan yang sedang
dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang diminta oleh Direksi/Pengawas
Lapangan. Contoh-contoh foto harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir
setiap bulan. Ukuran foto sekurang-kurangnya ukuran postcard dan dipasang pada album.
Keterangan yang menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal pengambilan harus
disertakan ukuran masing-masing foto.
2. Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat foto dokumentasi
3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.
3. Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk membuat cetakan dan negatif tanpa
persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan untuk
diserahkan kepada siapa pun.

C.3.4.           Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :

1. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan dan


peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi kegiatan bersih dan teratur kembali dan
diterima baik oleh Pengawas.
2. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor harus
memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan mengenai prosedur
mobilisasi.
3. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah
Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan memberikan nota dimulainya pekerjaan, peralatan
harus sudah berada di lokasi kegiatan sesuai dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.
4. Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan digunakannya
untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan
disetujui oleh Pengawas Lapangan dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah, tahun
pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat pekerjaan. Kontraktor wajib
mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal pemakaian.
5. Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut
sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan Pengawas
Lapangan.
6. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tiap-
tiap bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Penyediaannya di
tempat pekerjaan dan persiapannya harus terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan persetujuan
dari Pengawas.

C.3.5.           Material/Bahan Bangunan


1. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada Pengawas untuk
mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam bahan bangunan yang dipesan
untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk
memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.
3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui
Pengawas.
4. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada Pengawas
“certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari produsen/pabrik.
5. Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :
6. Portland cement :

è   Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang memenuhi Standard Semen
Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.

è   Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.

è   Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.

è   Kadar alkali maksimum 0,40%.

2. Agregat :

è   Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium dan mempunyai
gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33. Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi yang
baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu, agregat beton yang digunakan
haruslah bersih, uncoated, keras dan terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih dan material-material
merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-bahan lunak & ekspansif.

è   Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari sumber
pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui pengawas. Jika pengawas memandang perlu
untuk mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan
di dalam penawaran.

è   Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai dengan ASTM Grade Size #67
(19,0 sampai 4,75 mm).

è   Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-bahan organik, tanah
lempung dan sebagainya.

3. Air :
è   Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung minyak, asam, alkali,
garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan
pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.

è   Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

4. Baja tulangan :

è   Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi
lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.

è   Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan dokumen lelang.

è   Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan dan ukuran baja tulangan.

è   Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari
pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara
periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20
ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.

5. Admixture :

è   Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.

è   Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan
keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-
cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

è   Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat dan unsur-unsur lainnya yang
dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini.

è   High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan persyaratan ASTM
C494 type F atau G.

C.3.6.           Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan mobilisasi peralatan dan
material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan pengukuran kembali ( setting out).

C.3.6.1        Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan

Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk penerangan, rambu-rambu
pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang, tenaga kerja dan orang-orang termasuk segala
sesuatau yang diperlukan untuk melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap selama pekerjaan
berlangsung.

Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor dan Direksi, barak untuk
tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk persiapan ( work-yards), pengadukan beton (batch
plant), bengkel, depot dan gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling dan pemuatan untuk
transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana peralatan tersebut berada,
pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan,
pembongkaran, pemasanga sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi
pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang
termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan.

C.3.6.2        Papan Nama Proyek

Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah terlihat, di sekitar jalan
masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang pada balok kayu dengan mutu yang baik, yang
tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.

Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, meliputi :

v   Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.

v   Identitas pemilik pekerjaan.

v   Identitas pelaksana pekerjaan.

v   Waktu pelaksanaan pekerjaan.

v   Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.

Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari papan dengan ukuran tebal 3
cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek dipasang tegak (tidak miring), tinggi sisi atas papan nama
proyek harus sama satu dengan lainnya.

C.3.6.3        Pengukuran Kembali

Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan serta situasi lokasi pekerjaan,
agar didapat gambaran yang jelas (dalam bentuk peta situasi) untuk pelaksanan pekerjaan.

1. Persyaratan

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan pengukuran dan


penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil
ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kepresisiannya.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus
segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan alat-alat waterpas/theodolit yang
ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang melayaninya untuk kepentingan
pemeriksaan Direksi Pengawas selama pelaksanaan pekerjaan/proyek.

Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya diperkenankan untuk
bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik acuan. Untuk patok pekerjaan,
kontaktor juga harus memasang patok-patok penuntun dan papan dasar pelaksanaan.

1. Tugu patokan dasar (bench mark)

Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20×20 cm, tertancap kuat
kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya
setinggi 40 cm.

Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Direksi Pengawas, minimal diperlukan 2 buah tugu
patokan dasar.

Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya
sampai ada instruksi tertulis dari Direksi Pengawas untuk membongkarnya.

Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor wajib
membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan lapangan.

1. Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dan patok pekerjaan

Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran 5/7 cm dengan mutu yang baik.
Patok kayu tersebut tertancap dalam tanah dan tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah posisinya,
dengan jarak satu sama lain maksimum 1,50 meter.

Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik yang disetujui Direksi
Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi
Pengawas.

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus melaporkannya kepada Direksi
Pengawas.
C.3.7.           Pekerjaan Beton

C.3.7.1        Persyaratan

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk membuat mix design dari
sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya
mengikuti Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
2. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada Pengawas untuk
memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan bangunan acuan dan perancah tidak
diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Pengawas.
3. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara–cara dan persiapan
pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.
4. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan angka
perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan
dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus
mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
5. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air
dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu
jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai
mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.
6. Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa menghasilkan
bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja.
7. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah
berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Pengawas.

C.3.7.2        Pemeriksaan Mutu Beton

1. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain atau dengan mengadakan trial mixes di
laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas.
2. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m 3 beton dengan minimum
1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia 1.4.5.3.1989-
UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan benda uji dilakukan
atas persetujuan Pengawas.
3. Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan
oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
4. Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan
pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.

C.3.7.3        Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi teknik dan
gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria
penerimaan hasil pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.

Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil pekerjaan yang
tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh
Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971. Penyimpangan hasil
pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau petunjuk Pengawas dapat
menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui kembali sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen kontrak.

C.3.7.4        Penolakan Hasil Pekerjaan Beton

Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika pekerjaan beton
tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Porous, segregasi atau berlubang-lubang.


2. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak sesuai dengan rencana.
3. Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana) selama dan setelah
pengecoran.
4. Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas toleransi yang dapat
diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
5. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
6. Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya tidak dapat memenuhi
persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
7. Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.

C.3.8.           Pekerjaan Mekanikal (Pompa)

C.3.8.1        Bahan Baku (Materil)

1. Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai kualitas nomor satu bebas
dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta sesuai dengan tingkatan klasifikasi pada desain.
2. Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus sesuai dengan gambar
desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk semua komponen mekanik lainnya seperti ulir
baut, mur dan pipa harus dalam ukuran matriks.
3. Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas terhadap porosity, blow
holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan pengecoran tidak boleh diperbaiki dengan cara
penambahan atau pengelasan tanpa ijin dari Pemilik Proyek.

C.3.8.2        Pabrikasi

Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas untuk mendapatkan persetujuan
dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan yang
perlu difabrikasi di luar area proyek maupun di dalam area proyek. Hasil pekerjaan fabrikasi tersebut, akan
diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dikirim ke
lokasi/pemasangan.

C.3.8.3        Pengelasan
Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh pihak proyek  sama dengan
yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las yang dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar
kontraktor.

Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus mempunyai kartu rekam (pass)
selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau yang setara. Kontraktor harus menyerahkan (3) tiga salinan
sertifikat laporan hasil tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila pihak proyek meragukan sertifikat para
operator las yang diajukan kontraktor maka pihak proyek berhak untuk meminta tes kualifikasi ulang.
Semua biaya tersebut ditanggung oleh kontraktor.

Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low hidrogen type covering atau
yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung
atau penyambungan harus menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi kimia dan JIS atau acuan
standar untuk kawar las yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari pihak proyek.

C.3.8.4        Pengecatan

Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek dan kontraktor harus
mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan contoh warna termasuk spesifikasi cat untuk
setiap lapisan sampai dengan lapisan cat terakhir.

C.4.              PROGRAM KERJA

Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program kerja yang konsepsional,
efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk mencapai target sukses pekerjaan dapat
terprogram dengan baik. Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms of Reference (TOR). Penyusunan program kerja ini dilakukan
berdasarkan :

 Ruang lingkup pekerjaan;


 Volume pekerjaan;
 Batas waktu;
 Keahlian personil;
 Jumlah personil;
 Peralatan yang dipakai;
 Schedule mobilisasi;
 Arahan Pengguna Jasa;
 Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.

Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan, maka program kerja
akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan waktu
pelaksanaannya. Untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem
layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat
dikontrol, seraya menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan
memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap pekerjaan. Aktivitas yang mengakibatkan
berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan untuk dihindari.

Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai berikut :

 Persiapan awal, studi terdahulu;


 Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan;
 Koordinasi dengan unsur pekerjaan;
 Koordinasi team konsultan;
 Koordinasi dengan instansi terkait;
 Tahap pengawasan teknik.

C.4.1.           Persiapan Awal dan Studi Terdahulu

C.4.1.1        Persiapan awal

Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah dimobilisasi, kemudian disusul
dengan mobilisasi personil yang lain sesuai Manning Schedule dan kebutuhan aktivitas pekerjaan, team
konsultan segera mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan ini, yang kegiatannya antara lain meliputi :

 Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-lain.


 Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
 Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan pihak-pihak terkait.
 Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan selama periode pekerjaan.
 Pengumpulan data yang tersedia.
 Studi/analisa data yang tersedia.
 Field reconnaisance/site visit.
 Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.

C.4.1.2        Studi terdahulu

Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan konstruksi adalah berupa
gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi, baik teknis maupun umum yang akan
dikumpulkan/dicari konsultan pengawas untuk dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data tersebut
umumnya dapat diperoleh dari Pengguna Jasa.

C.4.2.           Koordinasi

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan koordinasi secara rutin
dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi terkait dan koordinasi intern konsultan.

1. Pemimpin Pekerjaan

Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan dengan frekwensi yang cukup.
2. Unsur Pekerjaan

Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting” antara Konsultan, Penyedia Jasa
Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan, di sini bisa dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :

—      Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan atau kesalahan dalam
pelaksanaan.

—      Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

—      Kemajuan pekerjaan.

—      Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa Pemborongan dan atau
sebaliknya.

—      Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.

—      Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.

Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu dilaksanakan dengan “ crash-
program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan pertemuan khusus.

Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan secara periodik (mingguan),
untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang 2 – 3 harian.

3. Instansi Terkait

Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu melakukan koordinasi dengan
instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan dengan scope pekerjaan.

4. Intern Konsultan

Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan job
description, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak
terbatas pada :

1. a) Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :

è   Laporan bulanan.

è   Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.

è   Masalah lapangan dan pemecahannya.

è   Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.


1. b) Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara berkala ke
lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan kontrak.
2. c) Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk meyakinkan bahwa material,
tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen kontrak dalam hal mutu, volume
dan waktu.
3. d) Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau antar staf Konsultan
dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan, agar terjadi komunikasi, koordinasi,
informasi yang baik.

C.4.3.           Tahap Pengawasan

Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan, bimbingan dan instruksi yang
diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan
dengan baik, tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen
kontrak dan petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan meliputi melakukan sertifikasi atas
pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan
pada tahap supervisi adalah :

1. Masa Konstruksi/ Masa Perbaikan :


2. Mengecek data titik survey di lapangan
3. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan kepastian bahwa
semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di dalam dokumen kontrak.
4. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga material yang akan
digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan kepastian sudah sesuai dengan persyaratan.
5. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana kemajuan pekerjaan yang
terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain yang digunakan sesuai dengan rencana kerja yang
sudah disetujui.
6. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang diajukan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan, penyesuaian design bila diperlukan, agar sesuai dengan kebutuhan
teknis/lapangan.
7. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan yang sudah di test
termasuk penggunaan material, dengan menggunakan bentuk yang sudah disetujui oleh
Pengguna Jasa.
8. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan rekomendasi
pemecahan permasalahan.
9. Membantu mempersiapkan semua perubahan ( change orders) dan membantu Pengguna Jasa
pada saat dilakukan negosiasi harga dan biaya konstruksi terhadap perubahan kontrak tersebut
(bila ada).
10. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna Jasa dalam bertindak atas
klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan lingkup pekerjaan kontrak dan perubahan-
perubahan lain di luar lingkup pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak.
11. Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan disertifikasikan oleh Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin Pekerjaan.
12. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi Penyedia Jasa Pemborongan di
dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan dokumen kontrak, pengecekan terhadap
survey tanah dasar, test pengawasan mutu dan masalah lain yang berhubungan dengan
dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.
13. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap semua jaminan yang diperlukan di
bawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen kontrak, untuk material dan peralatan yang
digunakan di pekerjaan. Semua material yang digunakan di pekerjaan termasuk sumbernya juga
harus disetujui terlebih dahulu.
14. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Jasa, menghadiri dan mencatat semua
rapat/pertemuan dengan Penyedia Jasa Pemborongan, Pemimpin Pekerjaan dan Instansi
pemerintah lain serta menyediakan bantuan teknis bila dan kapan diperlukan dalam kaitannya
dengan pelaksanaan pekerjaan dan masalah-masalah kontrak.
15. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, peralatan Penyedia Jasa Pemborongan dan personil di
lapangan serta peristiwa/kejadian yang bisa mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-langkah
yang diambil untuk mencegah keterlambatan tersebut.
16. Memberikan bantuan advis kepada Pemimpin Pekerjaan di dalam menyusun kebijakan dan
langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
17. Membuat laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan akhir pekerjaan seperti yang
dikehendaki oleh Pengguna Jasa.
18. Pemeriksaan Serah Terima Sementara, termasuk penyiapan laporan dan Berita Acara Serah
Terima Sementara yang diperlukan, serta menyiapkan Sertifikat Penerimaan Sementara
(Certificate of Provisional Acceptance ).

Secara ringkas, semua aktivitas di lapangan dirangkum di bawah ini :

1. 1. Persiapan lapangan

Pada tahap persiapan di lapangan, tim konsultan akan mengawasi dan mencek aktivitas-aktivitas
konstruksi seperti yang dijabarkan berikut ini :

 Memeriksa kualitas semua bahan yang akan digunakan untuk konstruksi.


 Penyiapan rancangan campuran pekerjaan ( job mix formula) untuk beton dan lain-lain.
 Lokasi letak bahan-bahan.
 Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
 Jumlah dan kondisi semua peralatan.
 Jumlah personil Penyedia Jasa Pemborongan.
 Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
 Kondisi cuaca.
 Prosedur administrasi Penyedia Jasa Pemborongan.
 Form/formulir kerja.
 Persiapan form-work.
 Mengecek jadual Penyedia Jasa Pemborongan.
 Persiapan konstruksi.

2. 2. Pekerjaan konstruksi/ Perbaikan


Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan selesai dan diperiksa oleh konsultan dan Pemimpin
Pekerjaan, maka Penyedia Jasa Pemborongan akan diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi.
Team konsultan akan mengecek langsung hal-hal berikut ini :

 Metoda pekerjaan konstruksi;


 Penggunaan bahan;
 Pengecekan jadwal;
 Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan pekerjaan;
 Pengambilan contoh (sampling).

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia Jasa Pemborongan mengajukan “ Request” terlebih dahulu,
yang berisi antara lain :

 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;


 Lokasi pekerjaan;
 Peralatan yang akan digunakan;
 Estimasi volume pekerjaan;
 Material yang akan digunakan;
 Rencana jam kerja.

4. Pengawasan mutu

Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan membuat suatu permohonan
tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :

 Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.


 Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
 Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
 Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.
 Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel yang diambil dari lokasi
kerja.
 Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.

5. Pengawasan kuantitas

Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang ditempatkan oleh Penyedia
Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses bahan-bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi


 Metoda perhitungan.
 Lokasi kerja.
 Jenis pekerjaan (work item).
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

6. Catatan-catatan teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk memberikan petunjuk-petunjuk
kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode
kerja/construction methode dan lain-lain.

Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai
dengan spesifikasi.

1. Fase value engineering :

Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai berikut :

—      Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan dilakukan redesign untuk
penghematan sesuai usulan Penyedia Jasa Pemborongan.

—      Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan diperoleh penghematan biaya
konstruksi.

C.4.4.           Pelaporan

Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari pelaksanaan pekerjaan, maka
konsultan akan membuat laporan, yaitu : laporan pendahuluan, laporan mingguan, laporan bulanan dan
laporan akhir.

Laporan mingguan/bulanan berisi tentang progres fisik pekerjaan dan kendala-kendala selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung untuk setiap minggu/bulannya. Proses penyusunan laporan
mingguan/bulanan akan mengacu kepada laporan dari field engineer dan pengawas lapangan untuk setiap
lokasi yang akan diawasi. Sebelumnya diarsipkan maka perlu dilakukan pembahasan bersama-sama
dengan direksi.

Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan dan evaluasi pelaksanaan
pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi yang bedasarkan prosentase
kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %). Secara rinci, isi laporan adalah sebagai berikut :

1. Laporan Bulanan = 2 (dua) buku/bulan

Merupakan resume Laporan Mingguan per bulan, yang berisi antara lain : permasalahan yang terjadi di
lapangan perbulan, usulan pemecahan dan tindak lanjut, kemajuan pekerjaan konstruksi di lapangan tiap
akhir bulan. Laporan ini diserahkan kepada Pemberi Tugas setiap akhir bulan.

1. Laporan Akhir = 3 (tiga) buku

Berisi uraian lengkap mengenai kegiatan pengawasan, dengan lampiran :

1. Buku Harian Lapangan (BHL).


2. Addendum Surat Perjanjian (Kontrak) tentang perpanjangan waktu dan Perubahan Tata Cara
Pembayaran (kalau ada).
3. Surat Pernyataan selesai pekerjaan.
4. Foto Dokumen Lapangan sebanyak 1 exemplar/minggu.
5. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan I (PHO).

Laporan ini diserahkan di akhir pelaksanaan pekerjaan.

C.5.                ORGANISASI DAN PERSONIL

C.5.1.           Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan sebagaimana telah diuraikan, maka
disusun organisasi pelaksana pekerjaan dalam rangka koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan secara makmimal serta struktur organisasi tim konsultan. Untuk itu,
sistem koordinasi pekerjaan ini dengan struktur organisasi seperti diperlihatkan pada Gambar C.10. dan
Gambar C.11, yang mempunyai sasaran pokok sebagai berikut :

C.5.1.1        Sasaran eksternal

Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan
antara Tim Konsultan dengan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Kota Adminstrasi Jakarta Selatan.

C.5.1.2        Sasaran internal

Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim Konsultan sendiri, baik dalam
tahap persiapan maupun tahap pengawasan. Koordinasi dilakukan antara anggota tim dan angota tim
dengan ketua tim sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.

Adapun mekanisme pelaksanaan penyusunan pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. PPK.

 Dalam hal ini Pemimpin Pekerjaan, bertindak sebagai penanggung jawab pekerjaan dan akan
mempunyai peran dalam hal koordinasi khususnya secara administratif dan teknis.
1. Konsultan
 Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak, manajemen personil dan
pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
 Spesial Technician, secara umum bertanggung jawab dalam hal-hal manajerial dan koordinasi Tim
maupun koordinasi terhadap seluruh pekerjaan seperti menyiapkan program kerja, memberikan
arahan dan petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan, memimpin tim dalam setiap diskusi dan
koordinasi dengan Pengguna Jasa, bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan tim, serta secara
khusus bertanggung jawab terhadap materi yang terkait bidang keahliannya.
 Inspektor, akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan bidang ilmunya masing-masing sesuai
dengan apa yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing item pekerjaan. Selain tenaga ahli, pekerjaan ini juga akan dibantu tenaga
pendukung lainnya, yaitu :
1. Narasumber
Narasumber yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah, pihak-pihak yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung yang dapat memberikan data/ informasi dan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

C.5.2.           Penugasan Personil

Uraian tugas dan tangung jawab masing-masing tenaga ahli untuk pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai
berikut :

C.5.2.1        Spesial Technician

1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan lapangan;


2. Mengkoordinasi dan mengelola kegiatan sehari-hari dari Tim Konsultan;
3. Menyiapkan program kerja dan pelaksanaan;
4. Memobilisasi dan mengontrol tim serta mengkoordinir semua kegiatan;
5. Membantu tugas-tugas Pemberi Pekerjaan dalam menjamin terlaksananya pekerjaan sesuai
dengan dokumen kontrak;
6. Membantu Pemberi Tugas bila terjadi/adanya perubahan/modifikasi desain dalam pekerjaan;
7. Menjembatani koordinasi antara instansi terkait dengan pemberi tugas dan kontraktor pelaksana;
8. Menelaah dan mengevaluasi program, jadwal dan kemajuan pekerjaan serta kinerja Penyedia
Jasa Pemborongan;
9. Melaporkan untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terhadap Critical Patch, mengevaluasi
penyebab-penyebab terjadinya keterlambatan dan memberikan saran tindakan yang harus diambil
agar kemajuan kegiatan tetap terjaga;
10. Menelaah gambar dan desain yang ada dan memantau penerapannya;
11. Mengesahkan semua pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan;
12. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam perubahan pekerjaan (contract change
order’s) dengan pihak perencana untuk mendapat persetujuan dalam bentuk Justifikasi Teknis;
13. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas keberatan, permintaan perubahan dan klaim
pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan dalam bentuk Justifikasi Teknis;
14. Menelaah, mengevaluasi dan merekomendasikan persetujuan terhadap usulan penggunaan
bahan, peralatan dan pekerjaan yang disubkontrakkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan;
15. Mempersiapkan notulen rapat;
16. Membantu dan membuat rekomendasi tanggal PHO dan FHO setelah masa Jaminan
Pemeliharaan serta mempersiapkan daftar kekurangan dan kerusakan .

C.5.2.2        Inspector Sipil

1. Mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan yang di Jasa Pemborongan;


2. Mengkoordinasikan Penyedia Jasa Pemborongan berkaitan dengan masalah utilitas umum dan
jenis tanah;
3. Membuat sistem pengarsipan yang baik, antara lain : menyimpan tanda terima, dan
memeliharanya sebagai catatan tetap, jaminan yang dibutuhkan menurut syarat kontrak yang ada
dalam kegiatan;
4. Mempersiapkan As Built Drawing semua pekerjaan sipil termasuk detail-detailnya;
5. Melakukan survey selama pelaksanaan berlangsung bekerja sama dengan Spesial Technician
untuk mengkonfirmasikan hasil survey dari Penyedia jasa Pemborongan;
6. Mencatat jadwal progres yang up to date dan membantu Pejabat Pembuat Komitmen dengan data
pembayaran dan fisik pada saat diperlukan;
7. Mengawasi pekerjaan pembangunan dan perbaikan, dan lain-lain dan membantu mengambil
keputusan yang cepat dan tepat apabila terjadi penyimpangan;
8. Melaksanakan dan melaporkan tentang PHO.

Gambar C.10. : STRUKTUR ORGANISASI SISTEM PEKERJAAN

C.5.3.           Peralatan Pendukung

Konsultan akan menyediakan peralatan kantor dan lapangan selama periode kontrak, yang digunakan
untuk kelancaran operasional pekerjaan. Peralatan itu antara lain :

 Personal computer,
 Meja Gambar,
 Printer,
 Kamera/ Video Kamera,
 Alat komunikasi (telepon dan Fax), serta
 Alat tulis kantor (ATK).

Untuk menujang kelancaran dan efektifitas kerja, Konsultan juga sudah memiliki fasilitas, peralatan dan
perlengkapan kantor yang memadai seperti yang dapat dilihat pada Tabel C.1. Data Peralatan Dan
Perlengkapan Kantor.

Anda mungkin juga menyukai