Anda di halaman 1dari 12

“TINGKAT PEMAHAMAN DAN IMPLETASI NILAI-NILAI

PANCASILA PADA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH


DI KELURAHAN PARDEDE ONAN KECAMATAN BALIGE
KABUPATEN TOBA”

REKAYASA IDE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Ide Mata Kuliah Pendidikan


Pancasila Program Studi Pendidikan Akuntansi Reg.A 2019 Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah : Drs.Halking,M.Si

Di susun oleh:

Kelompok : 4 (empat)
Prodi/Kelas : Pendidikan Akuntansi A 2019
Fakultas : Ekonomi

Nama Kelompok:

1. Sri Dewi N Manurung (7192442007)


2. Elsadai Manurung (7193132013)
3. Duma Hutagaol (7193142005)
4. Silvia Rodearni Mahulae (7193342013)
5. Judika N Situmorang (7192442011)
6. Erni Fitri Daeli (7192442013)
7. Octavia Siregar (7192442012)

UPT MKWU PENDIDIKAN PANCASILA


UNIVERSITAS NRGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TINGKAT
PEMAHAMAN DAN IMPLETASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASYARAKAT DAN
PEMERINTAH DI KELURAHAN PARDEDE ONAN KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA“.

Beberapa referensi dan subjek penelitian telah penulis kumpulkan sebagai bahan dalam
penulisan makalah ini, termasuk pula sumber-sumber lainnya yang dapat lebih memperkaya
materi penulisan makalah ini. Namun demikian penulis menyadari akan keterbatasan yang tidak
dapat menyajikan makalah ini dengan sempurna. Olehnya dengan penuh kerendahan hati,
penulis membuka diri untuk memperoleh kritik dan koreksi dalam rangka

penyempurnaan makalah ini.Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dengan mengambil bagian dalam penyusunan makalah ini. Demikian
yang dapat penulis sajikan, dengan harapan kiranya makalah ini dapat memberi manfaat baik
bagi penulis, juga kepada semua pihak yang bersedia membaca.

Medan, 24 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia. Dimana di era
globalisasi ini menjadi tantangan yang serius bagi Indonesia karena sumber daya manusia
yang dimiliki masih menjadi kendala utama dalam menanggapi tantangan sekaligus peluang
yang ada, kendala ini datang dari latar belakang pendidikan masyarakat yang semakin
menurun. Latar belakang pendidikan masyarakat Indonesia yang saat ini masih dalam
ketegori rendah setidaknya menjadikan masalah bagi masyarakat itu sendiri, karena factor
pendidikan yang rendah akan menjadi penyebab sulitnya masyarakat beradaptasi dengan era
globalisasi.

Niali-nilai sosial dan budaya di tengah-tengah masyarakat masih berjalan, tetapi siring
berkembangnya zaman menimbulkan dampak dari arus globalisasi juga disebabkan karena
latar belakang pendidikan masyarakat yang semakin menurun. Khususnya nilai-nilai yang
ada didalam pancasila, masyarakat tidak menganggap bahwa nilai-nilai tersebut merupakan
fondasi dalam menjalankan kehidupan mermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ada baiknya nilai-nilai yang ada dalam pancasila seharusnya di tanamkan dan diterapkan
nilai-nilai pancasilasejak dini, agar terbentuknya individu yang menjiwai nilai - nilai
pancasila. Dengan demikian penerapan nilainilai pancassila ini dapat mengakibatkan
kesadaran akan dirinya atas tanggungjawab pribadi dan bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pancasila dalam masyarakat?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai
pancasila?
3. Langkah-langkah apa saja yang bisa digunakan untuk menghindari dari
penyimpangan penerapan nilai-nilai pancasila?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:


1.Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila dalam masyarakat.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat masyarakat dalam menerapkan
nilai-nilai pancasila.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini.
BAB II
KERANGKA PIKIR

A. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat

Pancasila adalah landasan idiil dalam menjalankan kehidupan nasional. Pancasila yang
ditemukan formulasinya pada pembukaan UUD 1945 adalah suatu pandangan atau nilai yang
menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara sebaiknya, yaitu secara moral dianggap
benar dan adil, mengatur tingkahlaku bersama dalam berbagai kehidupan nasional.

Semakin terpahaminya Pancasila sebagai landasan idiil diharapkan mampu menjadi pengontrol
tingkahlaku masyarakat. Terlebih lagi karena pada tataran perilaku masyarakat tersebut, media
massa, khususnya televisi, setiap hari menyiarkan massa yang beringas merusak tempat-tempat
tertentu seperti pabrik, rumah pribadi, kantor instansi pemerintah, gedung DPR/DPRD, kampus,
malah tempat ibadah pun dibuat porak poranda. Begitu pula dengan kantor-kantor penegak
hukum seperti gedung pengadilan, kepolisian, kejaksaan dan lain-lain. Berita-berita tersebut
menyedot perhatian berbagai pihak dan berharap agar tak terjadi lagi.

Disinilah perlunya tetap menguatkan peran Pancasila sebagai paham, ideologi (pandangan
hidup). Pancasila disepakati untuk dijadikan sebagai dasar, falsafah dan ideologi negara. Nilai-
nilai luhur sebagai nilai instrinsik yang dikandungnya diperoleh dari hasil penggalian terhadap
nilai-nilai budaya yang terkandung pada bangsa Indonesia sejak jaman dulu secara turun temurun
yang demikian majemuk, plural dan heterogen yang disebut dengan Bhinneka.

Sebagai basis moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan, Pancasila memiliki landasan


ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang kuat. Setiap sila memiliki justifikasi historis,
rasionalitas, dan aktualitasnya, yang jika dipahami, dihayati, dipercayai, dan diamalkan secara
konsisten dapat menopang pencapaian- pencapaian agung peradaban bangsa. Pokok moralitas
dan haluan kebangsaan-kenegaraan menurut alam Pancasila dapat dilukiskan sebagai berikut:
Pertama, nilai-nilai Ketuhanan (religiositas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat
vertikal transendental) dianggap penting sebagai fundamen etik kehidupan bernegara. Dalam
kaitan ini, Indonesia bukanlah negara sekuler yang ekstrem, yang memisahkan “agama” dari
”negara” dan berpretensi untuk menyudutkan peran agama ke ruang privat/komunitas. Negara
menurut alam Pancasila bahkan diharapkan dapat melindungi dan mengembangkan kehidupan
beragama; sementara agama diharapkan bisa memainkan peran publik yang berkaitan dengan
penguatan etika sosial. Tetapi pada saat yang sama, Indonesia juga bukan “negara agama”, yang
hanya merepresentasikan salah satu (unsur) agama dan memungkinkan agama untuk mendikte
negara.

Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan
sifat-sifat sosial manusia (yang bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamen etika-
politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas yang
mengarah pada persatuan dunia itu dikembangkan melalui jalan eksternalisasi dan internalisasi.
Keluar, bangsa Indonesia menggunakan segenap daya dan khazanah yang dimilikinya untuk
secara bebas-aktif “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Ke dalam, bangsa Indonesia mengakui dan memuliakan
hak-hak dasar warga dan penduduk negeri. Landasan etik sebagai prasyarat persaudaraan ini
adalah “adil” dan “beradab.”

Ketiga, aktualisasi nilai-nilai etis kemanusiaan itu terlebih dahulu harus mengakar kuat dalam
lingkungan pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang
lebih jauh. Dalam internalisasi nilai-nilai persaudaraan kemanusiaan ini, Indonesia adalah negara
kesatuan-kebangsaan yang mengatasi paham golongan dan perseorangan. Persatuan dari
kebhinekaan masyarakat Indonesia dikelola berdasarkan konsepsi kebangsaan yang
mengekspresikan persatuan dalam keragaman, dan keragaman dalam persatuan, yang dalam
slogan negara dinyatakan dengan ungkapan “Bhinneka Tungal Ika.” Satu sisi, ada wawasan
kosmopolitanisme yang berusaha mencari titik temu dari segala kebhinnekaan yang
terkristalisasikan dalam dasar negara (Pancasila), UUD, dan segala turunan perundang-
undangannya, negara persatuan, bahasa persatuan, dan simbol-simbol kenegaraan lainnya. Di sisi
lain, ada wawasan pluralisme yang menerima dan memberi ruang hidup bagi aneka perbedaan,
seperti aneka agama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah, dan unit-unit politik tertentu sebagai
warisan tradisi budaya.

Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu dalam
aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam visi demokrasi permusyawaratan, demokrasi
memperoleh kesejatiannya dalam penguatan daulat rakyat, ketika kebebasan politik berkelindan
dengan kesetaraan ekonomi, yang menghidupkan semangat persaudaraan dalam kerangka
“musyawarah-mufakat.” Dalam prinsip musyawarah-mufakat, keputusan tidak didikte oleh
golongan mayoritas (diktator mayoritas), melainkan dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang
memuliakan daya-daya rasionalitas deliberatif dan kearifan setiap warga tanpa pandang bulu.

Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan, serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh kepenuhan, artinya sejauh dapat mewujudkan keadilan sosial.
Di satu sisi, perwujudan keadilan sosial itu harus mencerminkan imperatif etis keempat sila
lainnya. Di sisi lain, otentisitas pengalaman sila-sila Pancasila bisa ditakar dari perwujudan
keadilan sosial dalam perikehidupan kebangsaan. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila,
yang dikehendaki adalah keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani,
keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu (yang terlembaga dalam pasar)
dan peran manusia sebagai makhluk sosial (yang terlembaga dalam negara), juga keseimbangan
antara pemenuhan hak sipil dan politik dengan hak ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam
mewujudkan keadilan sosial, masing-masing pelaku ekonomi diberi peran yang secara
keseluruhan mengembangkan semangat kekeluargaan. Peran individu (pasar) diberdayakan,
dengan tetap menempatkan negara dalam posisi penting dalam menyediakan kerangka hukum
dan regulasi, fasilitas, rekayasa sosial, serta penyediaan jaminan sosial.
Dalam perkembangannya, Pancasila sering mendapat sorotan tajam dan tekanan kuat baik dari
kalangan dalam maupun luar negeri. Berdasarkan hasil survei, implementasi ideologi Pancasila
juga masih jauh dari visi ideal. Pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan elite politik dan
pemerintahan masih belum memadai sehingga belum mampu memberikan keteladanan dalam
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengindikasikan adanya
krisis ideology.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penerapan Pancasila

Dalam lingkup kehidupan bermasyarakat di Onan Perdede pancasila sudah terimplementasi


sebab sebagai masyarakat sudah sadar bahwa nilai-nilai pancasila merupakan dasar bagi tindakan
kita, pancasila sebagai pokok utama negara Indonesia, jika kita tidak mengamalkan makna
pancasila maka kedepannya nilai pancasila akan semakin pudar dan bahkan pancasila akan
menjadi sesuatu yang tidak penting dalam lingkup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berbagai

faktor dapat mempengaruhi pengamalan atau pengimplementasian makna pancasila.

Faktor tersebut antara lain:

Kesadaran masyarakat dalam pentingnya implementasi makna pancasila


Kemauan masyarakat untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila

Sedangkan faktor yang membuat buruknya pengamalan atau implementasi makna pancasila
yaitu;

1. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengimplementasi makna pancasila sangat rendah

2. Kemauan mahasiswa dalam mangamalkan nilai-nilai pancasila tergolong rendah

3. Masyarakat atau mahasiswa tidak berpedoman pada pancasila dalam pandangan hidup
berbangsa dan bernegara

Masyarakat lupa dengan makna pancasila akibat dari perkembangan era globalisasi yang sangat
cepat perkembangannya.

Implementasi makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita wujudkan antara
lain :

1. Sila I (Ketuhanan Yang Maha Esa)

 Adanya acara keagaaman bersama yang waktunya telah di tetapkan


 Menghormati sesama yang beribadah menurut agamanya masing-masing.

2. Implementasi Sila II ( Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab)

 Mampu mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia sebagai contoh Membayar gaji kepada setiap pekerja sesuai dengan jam
pekerjaan yang telah dilakukannya.
 Saling penolong dan mencintai sesama, kata cinta disini menghendaki adanya keinginan
yang besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk rela berkorban untuk
mempertahankannya sebagai contoh kita ssebagai sesama manusia jika seseorang yang
sedang mengalami sakit haruslah kita mampu memberikan pertolongan yang terbaik
kepadanya serta jika perlu mengizinkannya untuk beristirahat terlebih dulu.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa, tenggang rasa menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan
orang lain.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain, semena – mena berarti berwenang-wenang,
berat sebelah, dan tidak berimbang, sebagaicontoh jika seorang dosen yang memiliki
kewenangan .

3. Implementasi Sila III (Persatuan Indonesia)

 Menyanyikan Indonesia Raya,


 Ikut sosialisasi atau organisasi kemasyarakatan,
 Bersikap toleransi terhadap keragaman lokal dan sebagainya.

4. Implementasi Sila IV (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan)

 Adapun pengimplementasian nilai sila keempat ini yaitu dengan mengadakan pemilu.
Dalam pemilu ini, setiap orang akan bebas memilih yang mana akan menjadi pemimpin,
yang mana akan menjadi pemimpin yang memiliki hikmat dan kebijaksanaan.
 Selain itu, pengimplementasian makna nilai sila keempat yaitu dengan menghormati dan
menghargai pendapat orang lain ketika ada musyawarah serta menerima argument dari
orang lain atas apa yang telah kita sampaikan.
5. Implementasi Sila V (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Bersikap adil di tengah-tengah masyarakat di lingkungan sekitar harus lah seimbang dan tidak
berat sebelah yang dikatakan tidak berat sebelah ialah berusaha menjalankan hak dan kewajiban
kita sebagai warga Negara Indonesia yang memiliki rasa tanggung jawab untuk ikut berperan
mencapai cita-cita negara bersama tanpa meninggalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan
ideologi Negara.

Adapun pengimplementasian butir sila V ialah dengan bersikap adil dalam menyikapi masalah
yang ada dalam masyakat atau lingkungan onan pardede.

B. Solusi

1 Menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup kita sehari-hari agar terhindarnya dari
penyimpangan nilai-nilai pancasila.

2 Mengikuti aturan-aturan pancasila, untuk membentuk berperilaku yang baik..

3 Memiliki rasa persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara, agar tidak mengenal
batas-batas perbedaan agama, kesukuan, golongan dan lain sebagainya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Simpulan dari rekayasa ide kami diatas bahwa masyarakat di Onan Pardede sudah mengamalkan
nilai – nilai pancasila dapat dilihat dari pengamtan yang dilakukan pada mini riset bahwa nilai –
nilai pancasila masih ada dan melekat pada diri mereka walaupun masih ada beberapa yang tidak
peduli, dengan demikian pancasila sangat lah perlu bagi generasi milenial agar tidak terjadinya
penyimpangan yang tidak dinginkan.

Maksud dan tujuan kami membuat ide seperti ini ialah agar kita semua mengetahui
bagaimana pengimplementasian makna butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari karena
setiap tindakan kita pasti mempunyai nilai yang terkandung didalamnya, baik positif maupun
negatif. Tidak hanya itu, kita semua juga dapat memahami makna Pancasila dengan cara
mempragakannya di lingkungan sekitar, baik kepada masyarakat, dan sesama teman.
Pelaksanaan dalam Rekayas Ide ini juga cukup baik jika dilihat dari respon para masyarakat
yang ikut terlibat dalam pengimplementasian makna Pancasila. kepada sebuah kemajuan dan
dobrakan baru baik dalam lingkungan kampus maupun secara global.

B. Saran

Melalui makalah ini, penulis sangat mengharapkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya
penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hendaknya kemauan untuk
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila secara baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia
Indonesia, ditanamkan dalam jiwa mahasiswa Indonesia terkhususnya mahasiswa UNIMED, lalu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi insan yang pancasilais.

Anda mungkin juga menyukai