Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh :
Fitria Anggraini (19063012)

Dosen Pengampu:
Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
MOTIVASI DALAM BELAJAR

1. Pengertian Motivasi
Kata motif dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dapat mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan
sebagai penggerak intern berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai
penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. 1
Pada dasarnya, Motivasi berasal dari kata latin yaitu movere yang artinya dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang dapat membuat suatu tindakan atau perbuatan. Kata movere,
dalam bahasa inggris, sering di sangkut pautkan dengan kata motivation yang artinya
pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan, atau keadaan
yang menimbulkan dorongan.
Motivasi dapat kita artikan sebagai suatu kehendak dalam mencapai status, kekuasaan
dan pengakuan yang lebih tinggi bagi setiap individu. Motivasi justru dapat dilihat sebagai
basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi kehidupan melalui peningkatan kemampuan
dan kemauan. 2 Selain itu motivasi juga dapat diartikan sebagai keadaan yang memberikan
energi, mendorong kegiatan atau moves, mengarah dan menyalurkan perilaku kearah yang
dapat mencapai kebutuhan serta memberi kepuasaan atau mengurangi ketidakseimbangan.3
Difinisi motivasi belajar menurut Sardiman (1986: 750) ialah faktor psikis yang sifatnya
non intelektual. Peranan dari motivasi belajar yang paling khas adalah menumbuhkan gairah,
perasaan senang dan rasa semangat untuk belajar. Seperti yang kita ketahui, kurangnya
motivasi yang dapat mendorong semangat peserta didik dalam belajar mengakibatkan banyak
peserta didik yang tidak berkembang dalam hal belajar. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
Mc. Donald dalam Sardiman (1986: 73) yang mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Oemar Hamalik (2004: 173) menjelaskan motivasi dapat
berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar individu atau hadiah.
Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat
dalam diri seseorang.

1
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar Di SMA Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Rajawali, 1985), Hal 3.
2
George Terry, Prinsip – Prinsip Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Hal 131 .
3
Bejo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, (Bandung : Sinar Baru, Cetakan Baru, 1989), Hal. 243.
2. Fungsi Motivasi
Sardiman (2007: 85) menjelaskan bahwa motivasi dapat mendorong individu untuk
melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi seperti:
“(1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan; (2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat lagi bagi tujuan tersebut.”
Oemar Hamalik (2004: 175) menjelaskan bahwa motivasi memiliki fungsi yaitu untuk
mendorong timbulnya suatu tindakan/kelakuan atau suatu perbuatan. Perbuatan belajar akan
terjadi apabila seseorang tersebut memiliki motivasi sebagai pengarah, artinya motivasi
tersebut dapat menjadi jalan bagi seseorang untuk menuju ke arah yang ingin dicapai.
Kemudian juga sebagai penggerak, yaitu berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Berdasarkan fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah
memberikan arah dalam meraih apa yang diinginkan, menentukan sikap atau tingkah laku
yang akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan juga sebagai mendorong
seseorang untuk melakukan aktivitas.

3. Teori-Teori Motivasi
a. Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)
Teori motivasi Maslow dinamakan, “ A theory of human motivation ”. Teori ini
mengikuti teori jamak, yaitu bagaimana seorang dalam berperilaku atau bekerja karena
adanya dorongan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Adapun kebutuhan yang
diiinginkan seseorang berjenjang, artinya bila kebutuhan yang pertama telah terpenuhi,
maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan
tingkat kedua telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya
sampai tingkat kebutuhan kelima. Dasar dari teori ini adalah :
a) Manusia adalah makhluk yang berkeinginan, artinya ia selalu menginginkan lebih
banyak. Keinginan ini terus menerus dan hanya akan berhenti hingga akhir hayat
tiba;
b) Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi motivator bagi pelakunya,
artinya yang menjadi motivator bagi seseorang itu hanyalah kebutuhan yang belum
terpenuhi.
c) Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang. 4

b. Teori Kebutuhan Berprestasi


Pada umumnya, motivasi seseorang itu berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan dari
kebutuhan seseorang akan prestasi yang diinginkannya. Kebutuhan akan prestasi
tersebut merupakan keinginan dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang
sulit.
Beikut merupakan 3 motivasi yang paling menentukan tingkah laku manusia,
terutama yang berhubungan dengan situasi pegawai serta gaya hidup, yaitu :
1) Achievement Motivation, merupakan motif yang dapat mendorong serta
menggerakkan seseorang untuk berprestasi dengan selalu menunjukkan
peningkatan kearah standard exelence.
2) Affiliation motivation, merupakan motif yang menyebabkan seseorang mempunyai
keinginan untuk berada bersama-sama dengan orang lain, mempunyai hubungan
afeksi yang hangat dengan orang lain, atau selalu bergabung dengan kelompok
bersama-sama orang lain.
3) Power motivation, merupakan motif yang mendorong seseorang untuk bertingkah
laku sedemikian rupa sehingga mampu memberi pengaruh kepada orang lain. 5

c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)


Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain,
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
1) Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya.

4
Suwatno dan Donni Juni priansa, Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan Bisnis ..., hal. 176
5
Ambar Teguh Sulistyani & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia ..., hal 194
2) Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
3) Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Model dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau
pemeliharaan. Adapun maksud dari faktor motivational dalam teori ini ialah hal-hal
yang memicu seseorang untuk berprestasi yang sifatnya intrinsik, artinya prestasi
tersebut bersumber dalam diri seseorang. Sedangkan maksud dari faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor- faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari
luar diri suatu individu dimana faktor tersebut turut menentukan perilaku dalam
kehidupan seseorang.6

e. Teori Keadilan
Teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghasilkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan
yang diterima. Artinya, apabila seorang karyawan mempunyai persepsi bahwa imbalan
yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : a) seorang
akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau; b) mengurangi intensitas
usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

f. Teori penetapan tujuan (Goal Setting theory)


Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a)
tujuan-tujuan yang mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan yang mengatur upaya; (c)
tujuan-tujuan untuk meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan untuk menunjang
strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. 7

g. Teori Victor H.Vroom (Teori Harapan)


Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang

6
Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis ..., 179
7
Ibid, hal. 179 - 180
diinginkannya itu. Artinya, jika seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan terbuka
jalan untuk memperolehnya, maka yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

h. Teori penguatan dan modifikasi perilaku


Dalam hal ini berlakunya upaya yang dikenal dengan hukum pengaruh yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekuensi yang menguntungkan dirinya serta menghindari perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang dapat merugikan dirinya. Penting untuk
diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk memodifikasi perilaku tetap
harus memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang selalu diakui dan dihormati,
cara-cara tersebut ditempuh dengan gaya yang manusiawi pula.

i. Teori kaitan imbalan dengan prestasi


Motif berprestasi dengan pemberdayaan SDM memiliki keterkaitan satu dengan
yang lainnya. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa apabila SDM dapat
diberdayakan dengan optimal, maka motivasi untuk berprestasi dalam pekerjaan yang
diembannya akan semakin meningkat, begitupun sebaliknya. Ada hubungan kausalitas
saling mempengaruhi antara motif berprestasi dengan pemberdayaan SDM.8

4. Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Menurut Sardiman (2005:92), ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru
dalam upaya meningkatkan motivasi belajar anak pada kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
a) Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar
hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para
siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa
pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan
bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan
sekedar kognitifnya saja.
b) Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu
yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan
yang tidak menarik menurut siswa.

8
Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis...., hal. 176-182
c) Kompetisi Persaingan. Terkadang, adanya persainga antar individu maupun kelompok
siswa akan menjadikan mereka lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik
sehingga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar.
d) Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras merupakan salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara
kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.
e) Memberi Ulangan. Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan
ulangan. Namun jangan terlalu sering karena akan membosankan dan bukannya
memotivasi justru hanya menjadi rutinitas belaka.
f) Mengetahui Hasil. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk
belajar lebih giat dan berusaha mempertahankan hasilnya atau bahkan termotivasi untuk
dapat meningkatkannya.
g) Pujian. Berikan pujian apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan
baik, sebagai bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi
siswa. Berikanlah pujian pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar sekaligus membangkitkan harga diri.
h) Hukuman. Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan
secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.

Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru menurut
Winkel (1991) hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar, pada
prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu
motivasi belajar yang datang dari siswa.
b) Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran,
karena dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh adanya
berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun
mental siswa, sehingga seorang guru harus berupaya untuk membangkitkan kembali
keinginan siswa dalam belajar. Upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru menurut
Dimyati (2002:95) yaitu dengan cara :
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang di
alaminya.
2) Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
3) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
4) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar.
5) Merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat
mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
6) Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan siswa.
Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu rangkaian perilaku yang
ditunjukkan pada kesehariannya.
REFERENSI

Ambar, Teguh Sulistiyani dan Rosidah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta : Graha Ilmu. Halaman 194
https://eprints.uny.ac.id/8654/3/BAB%202%20-%2008416241010.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1816/2/BAB%20II.pdf
Ibid, hal. 179 - 180
Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan Belajar Di SMA Dan Perguruan Tinggi. Jakarta :
Rajawali. Halaman 3.
Siswanto, Bejo. 1989. Manajemen Tenaga Kerja. Bandung : Sinar Baru, Cetakan Baru.
Halaman 243.
Suwatno dan Donni Juni priansa, 2011. Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung: Alfabeta. Halaman 176-182
Terry, George. 1996. Prinsip – Prinsip Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 131 .

Anda mungkin juga menyukai