Anda di halaman 1dari 13

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM ANALISIS DAN STANDARISASI OBAT BAHAN ALAM

“Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia”


Pertemuan ke-1 dan 2, 17 Maret 2021

Kelompok : 2/J

Penyusun :

1. Evy Widiastuti 24185367A

2. Mimanara 24185504A

3. Haristin Endrasari 24185651A

4. Safira Ayunisa 24185652A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2021

A. TUJUAN
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
Mengetahui standarisasi bahan baku obat bahan alam berdasarkan mikroskopis dan
makroskopis simplisia yang baik.

B. DASAR TEORI
Standarisasi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar (dilakukan oleh pihak terkait). Bahan alam
seringkali diperoleh dari berbagai sumber dan lokasi tempat tumbuh, varietas berbeda,
umur tanaman berbeda, dan masa panen yang berbeda, sehingga akan terdapat variasi
kandungan kimia dan efek yang dihasilkan. Tumbuhan sebagai sumber bahan baku obat
bahan alam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tumbuhan liar dan tumbuhan
budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh secara alami, tanpa sengaja
ditanam, contohnya tempuyung (Sonchus arvensis) dan ki rinyuh (Eupatorium inufolium
Kunth). Sedangkan tumbuhan budidaya adalah yang sengaja ditanam oleh manusia, baik
dalam skala kecil maupun besar, contoh buah naga (Hylocereus sp) dan pisang (Musa sp).
Sehubungan dengan kompleksnya hal-hal yang melekat pada tumbuhan yang digunakan
sebagai bahan baku obat bahan alam maka perlu dilakukan standarisasi terhadap bahan
baku untuk menjamin konsistensi mutu, keamanan, dan efek obat bahan alam tersebut.
Bahan alam sapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tumbuhan, hewan dan mineral. Dalam
bidang farmasi, 90-96% bahan alam yang digunakan berasal dari tumbuhan.
Makroskopis bertujuan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna
simplisia yang diuji. Pelaksanaannya dapat tanpa alat atau dengan kaca pembesar. Daun
tebal dapat diamati dengan menggunakan simplisia yang telah dikeringkan, sedangkan
daun tipis sebaiknya menggunakan simplisia yang telah direndam. Data makroskopis
daun antara lain: helai daun, tangkai daun, bau, dan rasa.
Mikroskopis bertujuan mencari unsur dalam jaringan yang khas dan mengetahui jenis
simplisia berdasarkan fragmen yang spesifik. Berdasarkan ketentuan umum FHI, pada
pengujian mikroskopis, kecuali dinyatakan lain dalam morfologi, perbesaran mikroskop
yang dimaksud adalah 40x10. Pada pengujian mikroskopis digunakan pereaksi air,
fluroglusin LP atau kloral hidrat LP.
Memiliki nama ilmiah atau nama latin yang biasa kita kenal juga yaitu Cinnamon,
tanaman kayu manis memiliki klasifikasi tersendiri yang membedakannya dengan
tanaman lain, yaitu sebagai berikut:
Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tanaman berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tanaman berbiji)
Division (Divisi) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Class (Kelas) : Magnoliopsida (Tanaman berkeping 2 / Dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii, Cinnamomum zeylanicum
Kunyit ( Curcuma longa L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma longa, L.
Kelor (Moringa oliefera L.) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera, L.

Uji histokimia merupakan metode uji kimia untuk mengetahui kandungan


senyawa metabolit sekunder dan kandungan kimia pada suatu jaringan tanaman secara
kualitatif. Pengujian dilakukan dengan menambahkan suatu reagen atau larutan khusus
pada sayatan organ sehingga menghasilkan warna yang spesifik (Muliyah, 2017).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Mikroskop Serbuk kunyit

Botol Serbuk daun kelor

Batang pengaduk Serbuk kulit kayu manis

Kertas saring Aquadest

Cawan HCL

Erlenmayer Quersetin

Piper Etanol 96

Krus Fase diam (lempeng KLT)

Alat destilasi Toluen (Xylen)

Wadah uji KLT Kloroform

Kertas abu Fase gerak (kloroform , aseton , asam formiat)

Beaker glass, gelas ukur Sudan III

D. CARA KERJA

1. Uji Makroskopis
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2

Mengambil satu helai daun, rimpang,


dan kulit kayu dari masing-masing
sampel.

Mengamati ciri-ciri bagian dari helaian


daun, rimpang, dan kulit kayu.

Mencocokkan dengan buku morfologi


tumbuhan.

Mengamati dan mencatat hasil.

2. Uji Mikroskopis

Menyiapkan kaca preparat benda datar


dan kaca penutupnya yang bersih,
kemudian mengambil dan meletakkan
sampel.

Mengiris tipis dengan posisi melintang.

Mengambil sayatan secara melintang


menggunakan pinset lalu meletakkan
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
hasil sayatan tersebut pada preparat
glass.

Memberikan akuades lalu tutup dengan


gelas penutupnya.

Mengamati dengan mikroskop air


berlebih yang berada di luar kaca
penutup diserap dengan tisu.

E. HASIL/DATA
Penyajian data sebagai berikut
1. Simplisia Kunyit

Makroskopis Hasil Makroskopis literatur FHI

Deskripsi: Berupa irisan melintang


rimpang, ringan rapuh bentuk hamper bulat
sampai bulat panjang, kadang-kadang
Deskripsi: Kunyit merupakan jenis bercabang, umumnya melengkung tidak
rumput-rumputan, tingginya sekitar 1 beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal
meter dan bunganya muncul dari upih daun dan pangkal akar, permukaan luar
puncuk batang semu dengan panjang kasar, terdapat bekas ruas-ruas, permukaan
sekitar 10-15 cm dan berwarna putih. dalam batang korteks dan selinder pusat
Umbi akarnya berwarna kuning tua, yang jelas, bekas patahan agak rata,
berbau wangi aromatis dan rasanya berdebu; warna kuning jingga, kuning
sedikit manis. jingga kemerahan sampai kuning jingga
kecoklatan, bekas patahan kuning jingga
Pustaka: sampai coklat kemerahan; bau khas; rasa
https://doi.org/10.22437/jiiip.v0i0.177 agak pahit, agak pedas, lama kelamaan
menimbulkan rasa tebal.
Pustaka: FHI Halaman 268
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
Mikroskopis Hasil Mikroskopis literatur FHI

Amilum
Deskripsi: Butir pati kunyit banyak di
dalam dan inti luar, berbentuk segitiga.
Jumlah bervariasi dari 12sampai 20 per
sel.

Deskripsi: Fragmen pengenal adalah amilum,


paramkin, korteks berisi bahan berwarna
kuning, berkas pengankut dengan penebalan
Bekas pengangkut tipe tangga,rambut penutup,periderem dan
Deskripsi: Xilemnya heliks dan parenkim stele.
berlapis spiral. Lapisan dalam dari
kambium kunyit memiliki 2 lapisan. Pustaka: FHI Halaman 268

Deskripsi: Parenkim konteks yang


berisi bahan berwarna kuning
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
Mikroskopis Hasil Mikroskopis literatur FHI

Rambut penutup

Periderm

Pustaka:
http://facta.junis.ni.ac.yu/facta/mab/mab
98/mab98-09.pdf

2. Simplisia Daun Kelor


Makroskopis Hasil Makroskopis literatur FHI

Deskripsi: Berbentuk oval dengan


semua bagian sama lebar, bagian atas
Deskripsi: Berupa helaian daun, bentuk bulat,
berwarna hijau muda, bagian bawah
bulat telur sampai bulat telur memanjang,
berwarna hijau lebih muda, panjang 1,4
pangkal helaian daun runcing, tepi rata, ujung
– 3,2 cm, lebar 1 – 2,4 cm, bagian tepi
tumpul atau membulat, pertulangan daun
terbelah, bagian bawah daun membulat,
menyirip, ibu tulang daun tampak jelas
tepi daun rata, permukaan daun kesat
menonjol ke permukaan bawah; warna hijau,
serta pertulangan daun yang menyirip.
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
Pustaka: hijau kekuningan sampai hijau kecokelatan;
http://www.malunggaypropagation.com tidak berbau; tidak berasa.
/Jed_Fahey_text_G B.pdf. Diakses 9
April 2017 Pustaka: FHI Halaman 209

Mikroskopis Hasil Mikroskopis literatur FHI

Deskripsi: Fragmen pengenal adalah kristal


kalsium oksalat bentuk roset, berkas
pengangkut penebalan tipe tangga, mesofil
dengan sel-sel sekresi, epidermis bawah
Deskripsi: Sel penyusun Epidermis, dengan stomata, dan mesofil, berkas
jaringan palisade, jaringan bunga pengangkut penebalan tipe tangga dan kristal
karang, jaringan parenkim, kolenkim, kalsium oksalat bentuk roset.
xilem, floem dan stomata tipe
anomositik. Pustaka: FHI Halaman 210

Pustaka:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/han
dle/123456789/56456/Appendix.pdf;jse
ssionid=E5D259786217070A09DDA43
CC250D6CB?sequence=1

3. Simplisia Kayu Manis


Makroskopis Hasil Makroskopis literatur FHI
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2

Deskripsi: Serbuk kayu manis, serabut


sklerenkim berbanding tipis tidak
berlumen, sel batu dengan noktah Deskripsi: Berupa kulit batang, menggulung,
bercabang, sel batu berlumen dan membujur, tebal, pipih atau berupa berkas
berbanding tebal, parenkim dengan yang terdiri atas tumpukan beberapa potong
hablur kristal kalsium oksalat jarum dan kulit yang tergulung membujur, permukaan
sel secret, butir pati. luar yang tidak bergabus berwarna cokelat
kekuningan atau cokelat sampai cokelat
Pustaka: kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang
https://www.academia.edu/11717674/K memanjang dan garis-garis pendek melintang
ayu_Manis yang menonjol atau agak berlekuk, yang
bergabus berwarna hijau kehitaman atau
cokelat kehijauan, permukaan dalam berwarna
cokelat kemerahan tua sampai cokelat
kehitaman, bekas patahan tidak rata; warna
cokelat kekuningan; bau khas; rasa sedikit
manis.

Pustaka: FHI Halaman 180

Mikroskopis Hasil Mikroskopis literatur FHI


Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
Mikroskopis Hasil Mikroskopis literatur FHI

Deskripsi: Serbuk kayu manis, serabut


sklerenkim berbanding tipis tidak
berlumen, sel batu dengan noktah
bercabang, sel batu berlumen dan Deskripsi: Fragmen pengenal adalah idioblas
berbanding tebal, parenkim dengan berupa sel minyak dan sklerenkim, sklereida,
hablur kristal kalsium oksalat jarum dan dan sklerenkim.
sel secret, butir pati.
Pustaka: FHI Halaman 181
Pustaka:
https://www.academia.edu/11717674/K
ayu_Manis

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu standarisasi bahan alam makroskopis dan mikroskopis
kami melakukan uji makroskopis dan mikroskopis menggunakan simplisia kunyit, daun
kelor, dan kayu manis. Pertama yang kita lakukan yaitu uji makroskopis dengan cara
mengambil satu helai daun, rimpang, kulit kayu dari masing-masing sampel lalu
mengamati ciri-ciri bagian dari helaian daun, rimpang, dan kulit kayu dan dilanjutkan
dengan mencocokkan dengan buku morfologi tumbuhan.
Uji makroskopis bertujuan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran, dan warna
simplisia yang diuji. Pelaksanaannya dapat tanpa alat atau dengan kaca pembesar.
Didapatkan makroskopis hasil dari simplisia kunyit yaitu kunyit merupakan jenis rumput-
rumputan, tingginya sekitar 1 meter, dan bunganya muncul dari puncuk batang semu
dengan panjang sekitar 10-15 cm serta berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning
tua, berbau wangi aromatis, dan rasanya sedikit manis. Makroskopis literatur FHI dari
simplisia kunyit adalah berupa irisan melintang rimpang, ringan rapuh bentuk hampir
bulat sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang, umumnya melengkung tidak
beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar, permukaan luar
kasar, terdapat bekas ruas-ruas, permukaan dalam batang korteks dan silinder pusat yang
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
jelas, bekas patahan agak rata, berdebu; warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan
sampai kuning jingga kecoklatan, bekas patahan kuning jingga sampai coklat kemerahan;
bau khas; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal.
Uji makroskopis simplisia kedua menggunakan simplisia daun kelor makroskopis
hasil dari daun kelor yaitu berbentuk oval dengan semua bagian sama lebar, bagian atas
berwarna hijau muda, bagian bawah berwarna hijau lebih muda, panjang 1,4 – 3,2 cm,
lebar 1 – 2,4 cm, bagian tepi terbelah, bagian bawah daun membulat, tepi daun rata,
permukaan daun kesat serta pertulangan daun yang menyirip. Makroskopis literatur FHI
daun kelor berupa helaian daun, bentuk bulat, bulat telur sampai bulat telur memanjang,
pangkal helaian daun runcing, tepi rata, ujung tumpul atau membulat, pertulangan daun
menyirip, ibu tulang daun tampak jelas menonjol ke permukaan bawah; warna hijau, hijau
kekuningan sampai hijau kecokelatan; tidak berbau; tidak berasa.
Simplisia selanjutnya kita menggunakan simplisia kayu manis dengan makroskopis
hasil serabut sklerenkim berbanding tipis tidak berlumen, sel batu dengan noktah
bercabang, sel batu berlumen dan berbanding tebal, parenkim dengan hablur kristal
kalsium oksalat jarum dan sel secret, butir pati. Hasil makroskopis literatur FHInya
adalah berupa kulit batang, menggulung, membujur, tebal, pipih atau berupa berkas yang
terdiri atas tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur, permukaan luar
yang tidak bergabus berwarna cokelat kekuningan atau cokelat sampai cokelat
kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang memanjang dan garis-garis pendek
melintang yang menonjol atau agak berlekuk, yang bergabus berwarna hijau kehitaman
atau cokelat kehijauan, permukaan dalam berwarna cokelat kemerahan tua sampai cokelat
kehitaman, bekas patahan tidak rata; warna cokelat kekuningan; bau khas; rasa sedikit
manis.
Tahap selanjutnya melakukan praktikum yang kedua yaitu uji mikroskopis. Uji ini
bertujuan untuk mencari unsur dalam jaringan yang khas dan mengetahui jenis simplisia
berdasarkan fragmen yang spesifik. Berdasarkan ketentuan umum FHI, pada pengujian
Mikroskopis. Uji mikroskopis dilakukan dengan cara menyiapkan kaca preparat benda
datar dan kaca penutupnya yang bersih lalu diambil dan diletakkan sampel, selanjutnya
sampel diiris dengan posisi melintang menggunakan pinset, ambil potongan melintang
tersebut dan letakkan sayatan tersebut pada preparat glass kemudian teteskan akuades
secukupnya lalu tutup dengan gelas penutup. Air berlebih yang berada di luar kaca
penutup diserap atau di lap menggunakan tisu setelah siap lalu kita mengamati sampel
menggunakan mikroskop.
Hasil mikroskopis literatur FHI kunyit yaitu fragmen pengenal adalah amilum,
parenkim, korteks berisi bahan berwarna kuning, berkas pengangkut dengan penebalan
tipe tangga, rambut penutup, periderm, dan parenkim stele. Mikroskopis hasil dari daun
kelor yaitu sel penyusun epidermis, jaringan palisade, jaringan bunga karang, jaringan
parenkim, kolenkim, xilem, floem, dan stomata tipe anomositik. Hasil mikroskopis
literatur FHI daun kelor fragmen pengenal adalah kristal kalsium oksalat bentuk roset,
berkas pengangkut penebalan tipe tangga, mesofil dengan sel-sel sekresi, epidermis
bawah dengan stomata, dan mesofil, berkas pengangkut penebalan tipe tangga dan kristal
kalsium oksalat bentuk roset. Lalu dilanjutkan dengan mikroskopis hasil dari serbuk kayu
manis serabut sklerenkim berbanding tipis tidak berlumen, sel batu dengan noktah
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
bercabang, sel batu berlumen dan berbanding tebal, parenkim dengan hablur kristal
kalsium oksalat jarum dan sel secret, dan butir pati. Terakhir adalah mikroskopis literatur
FHI kayu manis fragmen pengenal adalah idioblas berupa sel minyak dan sklerenkim,
sklereida, dan sklerenkim.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan data diatas disimpulkan, bahwa hasil dari pemeriksaan makroskopis
simplisia kunyit, daun kelor dan kayu manis baik makroskopis hasil dan makroskopis
literatur FHI tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Namun pada pemeriksaan
mikroskopis hasil dan mikroskopis literatur FHI terdapat beberapa perbedaan.
Standarisasi Bahan Alam : Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia
Kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA

[FMIPA IPB] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
1996. Katalog Program sarjana FMIPA IPB. FMIPA IPB. Bogor.
Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor P, editor. 1990. The Pharmacological Basis of
Therapeutics. Ed ke-8. Pergamon. New York. (60-65).
Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muliyah, E. 2017. Analisis Struktur Sekretori, Histokimia, Fitokimia, Dan Potensi
Antibakteri Tumbuhan Obat Antiinfeksi Di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai