Anda di halaman 1dari 11

Ecodemica, Vol. IV, No.

2, September 2016

PERAN REMUNERASI TERHADAP KUALITAS


PELAYANAN PUBLIK: THEORETICAL REVIEW
Ria Yuli Angliawati
Universitas BSI Bandung
ria0207@bsi.ac.id

ABSTRAK

Pelayanan publik merupakan unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial
didalam masyarakat. Buruknya kualitas pelayanan publik menimbulkan krisis kepercayaan
di masyarakat terhadap birokrasi publik. Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang
bersih berwibawa dengan mengedepankan kualitas pelayanan publik yang prima dan optimal
tersebut tidak mungkin akan dapat terlaksana dengan baik (efektif) tanpa kesejahteraan yang
layak dari pegawai. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan adalah dengan
adanya pemberian remunerasi yang efekif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan kajian teori dari penelitian-penelitian sebelumnya, untuk memunculkan model
penelitian terbaru tentang hubungan remunerasi dan pelayanan publik. Hasil kajian
ditemukan pentingnya pemberian remunerasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan
publik. Dimana pegawai diharapkan berkomitmen melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya karena tujuan remunerasi yang diterima sudah cukup
dan sesuai dengan beban pekerjaannya dan nantinya hal ini menciptakan pegawai semangat
dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada publik. Sehingga akan terwujud suatu
pemerintahan yang “clean” and “good governance”.

Kata Kunci: Remunerasi, Kualitas Pelayanan, Pelayanan Publik

ABSTRACT

Public service is the most important element in improving the quality of social life in society.
The poor quality of public service inflicts crisis of trust in society towards public
bureaucracy. In order to create “clean” and “commanding” governance by forwarding the
quality of public service that is superfine and optimal are not materialized well (effective)
without the decent welfare of employee. One of efforts to improve service quality is by giving
an effective remuneration. This study uses qualitative approach with the theoretical review
from the previous researches to emerge the newest research model about the relationship of
remuneration and public service. The review result found the importance of giving
remuneration in improving the quality of public service. In which employee is expected to
commit in conducting their works depend on the major task and the function because the
goal of accepted remuneration is enough and appropriate with workload and it creates
employee to be motivated in providing the optimal service to public. So it will be
materialized a “clean” and “good” governance.

Keywords: Remuneration, Service Quality, Public Service

Naskah diterima :13 Juli 2016, Naskah dipublikasikan : 21 September 2016

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 203


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
PENDAHULUAN pemerintah secara terang-terangan dan
Dewasa ini kehidupan masyarakat tanpa rasa malu meminta sejumlah uang
mengalami banyak perubahan sebagai tertentu yang tidak rasional jumlahnya.
akibat dari kemajuan yang telah dicapai Kenyataan semacam ini terdorong oleh
dalam proses pembangunan sebelumnya sifat public goods menjadi monopoli
dan kemajuan yang pesat dalam ilmu pemerintah khususnya dinas/ instansi
pengetahuan dan teknologi. Perubahan pemerintah daerah dan hampir tidak ada
yang dapat dirasakan sekarang ini adalah pembanding dari pihak lain. Kasus korupsi
terjadinya perubahan pola pikir dalam pelayanan publik sudah menjadi
masyarakat ke arah yang semakin kritis praktek sehari-hari di Indonesia dan
dimana mereka akan semakin memahami bahkan sudah terlembaga yang melibatkan
hak dan kewajibannya sebagai warga. semua pihak terkait yang saling menjaga
Kondisi masyarakat yang demikian rahasia dan saling melindungi (Prasojo,
menuntut hadirnya pemerintah yang 2006).
mampu memenuhi berbagai tuntutan Untuk mengatasi masalah pelayanan
kebutuhan dalam segala aspek kehidupan publik yang buruk ini, maka perlu
mereka, terutama dalam mendapatkan dilakukan reformasi birokrasi dalam
pelayanan yang sebaik-baiknya dari rangka meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintah. Pelayanan publik merupakan pemerintah pada masyarakat. Karena pada
unsur paling penting dalam meningkatkan hakekatnya pelayanan merupakan tugas
kualitas hidup sosial di dalam masyarakat utama yang hakiki dari sosok aparatur,
manapun. Secara ideal, tujuan utama sebagai abdi negara dan masyarakat. Hal
pemerintah tersebut berada (Saragih, ini seperti yang tertuang dalam pembukaan
2006). Buruknya kualitas pelayanan UUD 1945 alinea keempat yang meliputi 4
publik menimbulkan krisis kepercayaan di (empat) aspek pelayanan pokok aparatur
masyarakat terhadap birokrasi publik. terhadap masyarakat, yaitu melindungi
Krisis kepercayaan ditunjukan dengan segenap bangsa Indonesia dan seluruh
munculnya berbagai bentuk protes dan tumpah darah Indonesia, memajukan
demonstrasi kepada birokrasi baik di kesejahteraan umum, mencerdaskan
tingkat pusat maupun di daerah kehidupan bangsa dan melaksanakan
(Dwiyanto, 2006). Pemberian pelayanan ketertiban dunia yang berdasarkan
yang memenuhi standar yang telah kemerdakaan, perdamaian abadi dan
ditetapkan memang menjadi bagian yang keadilan sosial. Dan diperjelas lagi dalam
perlu dicermati. Keputusan Menteri Pendayagunaan
Pemerintah melalui Menteri Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 yang
Pendayagunaan Aparatur Negara sendiri menguraikan tentang pedoman umum
mengakui bahwa masyarakat selama ini penyelenggaraan pelayanan publik. Karena
masih merasakan prosedur dan mekanisme sejatinya, pelayanan sebagai proses
pelayanan yang berbelit-belit, tidak pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
transparan, kurang informatif, kurang orang lain secara langsung, merupakan
akomodatif, dan kurang konsisten sehingga konsep yang senantiasa aktual dalam
tidak menjamin kepastian hukum, waktu, berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya
dan biaya (Sancoko, 2010). Faktanya pada organisasi bisnis, tetapi telah
masyarakat hampir sama sekali tidak berkembang lebih luas pada tatanan
memahami secara pasti tentang pelayanan organisasi pemerintah (Sinambela, 2006).
yang seharusnya diterima dan sesuai Reformasi pelayanan publik merupakan
dengan prosedur pelayanan yang baku oleh prime mover (penggerak utama) yang
pemerintah. Ardin (2007) menyebutkan dinilai strategis untuk memulai
kualitas pelayanan kepada masyarakat pembaharuan praktik governance
selama reformasi dirasakan semakin (Dwiyanto, 2005). Hal ini dikatakan
menurun dan buruk ditandai dengan demikian karena upaya untuk mewujudkan
lamanya waktu pengurusan dan biaya nilai-nilai yang selama ini mencirikan
siluman yang semakin tinggi. Lebih praktik governance yang baik dalam
memprihatinkan lagi, penyedia pelayanan pelayanan publik dapat dilakukan secara
kepada masyarakat di beberapa instansi lebih nyata dan mudah. Paling tidak harus

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 204


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
ada tiga indikator yang terpenuhi dalam pelayanan. Penelitian lainnya juga
pelayanan publik, yakni responsiveness, menyimpulkan ada pengaruh sistem
responsibility, dan accountability remunerasi dengan penggajian terhadap
(Lenvine, 1990). Sejalan dengan hal kualitas pelayanan (Zalbianis & Sanusi,
tersebut, (Fitriati, 2010) menambahkan 2006). Penelitian serupa juga dilakukan
konsep kualitas menjadi ukuran oleh (Sancoko, 2010) yang menyebutkan
keberhasilan organisasi bukan saja pada bahwa adanya pengaruh remunerasi
organisasi bisnis, tetapi juga pada terhadap kualitas pelayanan publik.
organisasi atau institusi pemerintah sebagai Penelitian-penelitian ini membuktikan
lembaga penyedia pelayanan publik. adanya pengaruh remunerasi kompensasi
Karena kualitas merupakan bahasan yang terhadap kualitas layanan publik.
penting dalam penyelenggaraan pelayanan,
maka pemerintah dituntut untuk senantiasa KAJIAN LITERATUR
melakukan survey mengenai keinginan dan Remunerasi
penilaian masyarakat terhadap pelayanan Menurut Surya (2004:8) “remunerasi
yang diberikan. Faktanya, kualitas adalah sesuatu yang diterima pegawai
pelayanan berimplikasi terhadap nilai, sebagai imbalan dari kontribusi yang telah
kepuasan serta loyalitas masyarakat diberikannya kepada organisasi tempat
(Rohendi, 2014). Negara dan sistem bekerja”. Remunerasi mencakup semua
pemerintahan menjadi tumpuan pelayanan imbalan baik berbentuk uang maupun
warga negara dalam memperoleh jaminan barang, baik yang bersifat rutin maupun
atas hak-haknya, karenanya peningkatan tidak rutin, dan baik yang diberikan secara
kualitas pelayanan (quality of services) langsung maupun tidak langsung. Imbalan
akan menjadi penting (Zauhar, 2001; langsung misalnya: gaji/ uang, tunjangan
Prasojo, Pradana, & Hiqmah, 2006). jabatan, tunjangan khusus, bonus, dan
Kualitas pelayanan publik merupakan hasil berbagai jenis bantuan yang diberikan
interaksi dari tiga aspek, yaitu sistem secara rutin. Imbalan tidak langsung terdiri
pelayanan yang dibangun organisasi dari fasilitas, kesehatan, dana pensiun,
penyedia layanan, sumber daya manusia santunan musibah.
pemberi pelayanan, strategi pelayanan, Selanjutnya Milkovich & Newman (1999)
serta pelanggan atau pengguna layanan menyebutkan bahwa remunerasi mengacu
(Albrecht & Zemke, 1990). kepada segala bentuk keuntungan baik
Kaitannya dengan penelitian ini, sejumlah bersifat finansial (transaksional) maupun
peneliti terdahulu mencatat adanya non-finansial (relasional). Pada dasarnya
hubungan yang sangat erat antara remunerasi merupakan alat untuk
kompensasi/ remunerasi dengan kualitas mewujudkan visi dan misi organisasi
pelayanan. Penelitian yang dilakukan karena remunerasi itu sendiri bertujuan
Permana (2007) di tiga kota Yogyakarta, untuk menarik pegawai yang cakap dan
Depok, dan Tangerang, menemukan bahwa berpengalaman, mempertahankan pegawai
salah satu penyebab yang mempengaruhi yang berkualitas, memotivasi pegawai
kualitas pelayanan adalah faktor untuk bekerja lebih efektif, memotivasi
remunerasi yang diterima pegawai. terbentuknya perilaku yang positif, dan
Kemudian, Radjagukguk (2007) meneliti menjadikan alat untuk mengendalikan
pengaruh antara program modernisasi pengeluaran, dimana hal tersebut
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta merupakan faktor-faktor yang dapat
Gambir Empat berupa (1) pemberian membantu pencapaian visi misi organisasi.
hadiah kepada pegawai pajak, (2) Surya (2004) menambahkan prinsip dasar
kecepatan pelayanan, (3) sikap ramah dan sistem remunerasi yang efektif mencakup
sopan santun, (4) kemampuan dan prinsip individual equity atau keadilan
penguasaan peraturan, dan penampilan individual, dalam arti apa yang diterima
ruang pelayanan yang semakin baik dan pegawai harus setara dengan apa yang
rapi kualitas pelayanan bagi wajib pajak diberikan pegawai terhadap organisasi.
setelah diterapkan. Penelitian ini Internal equity atau keadilan internal
menyimpulkan bahwa sistem kompensasi dalam arti adanya keadilan antara bobot
mempunyai pengaruh terhadap kualitas pekerjaan dan imbalan yang diterima serta

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 205


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
external equity atau keadilan eksternal hal ini, tentunya diharapkan prestasi kerja
dalam arti keadilan imbalan yang diterima yang diberikan karyawan bernilai lebih
pegawai dalam organisasinya besar daripada kompensasi yang
dibandingkan dengan organisasi lain yang dikeluarkan perusahaan. Pengertian yang
memiliki kesetaraan. hampir sama diungkapkan oleh
Sistem remunerasi adalah masalah yang Mangkuprawira (2002) “kompensasi
sensitif dan tidak mudah untuk merupakan sesuatu yang diterima
dilaksanakan. Kesalahan-kesalahan dalam karyawan sebagai penukar dari kontribusi
menentukan kebijakan remunerasi dapat jasa mereka pada perusahaan”. Apabila
menimbulkan gejolak pada anggota yang dikelola dengan baik, maka dapat
merasa dirugikan. Oleh karena itu, untuk membantu perusahaan dalam memperoleh,
menentukan sistem remunerasi yang baik memelihara dan menjaga karyawan yang
diperlukan analisis yang baik oleh berkualitas dengan optimal dalam
manajemen organisasi. Terminologi lain mencapai tujuan perusahaan.
dari remunerasi adalah kompensasi Sejalan dengan teori-teori tersebut diatas,
(Sancoko, 2009). Sebagaimana menurut Werther dan Davis (1996) mengatakan:
Flipo (1961) “Compensation is what employees receive
in exchange for their contribution to the
this function (compensation) is defined organization”. (Kompensasi adalah apa
as the adequate and equitable yang diterima para pekerja sebagai
remuneration of personnel for their balasan/ pertukaran dari kontribusi yang
contributions to organization diberikannya kepada organisasi). Mondy
objectives. Employee compensation can dan Noe (1993) mengatakan:
be used for two basic purposes: (1) to “Compensation refers to every type of
attract and retain qualified personnel in reward that individuals receive in return
the organization, and (2) to motivate for their labor”. Senada dengan Mondy &
these personnel to higher levels of Noe, Milkovich & Newman (2002) juga
performance mendefinisikan: “Compensation refers to
all forms of financial returns and tangible
Fungsi kompensasi ini diartikan sebagai services and benefits employees receive as
remunerasi yang memadai dan merata part an employement relationship”.
yang diperoleh setiap pegawai atas Sementara dimensi kompensasi menurut
kontribusi mereka terhadap tujuan Mondy dan Noe (1993) terdiri dari
organisasi. Pemberian remunerasi pegawai financial dan non financial. Dimensi
digunakan untuk dua tujuan dasar yaitu financial merupakan reward yang diterima
untuk menarik dan mempertahankan individu atas tenaga yang diberikan, terdiri
pegawai yang berkualitas dalam dari direct financial dan indirect financial.
organisasi, dan untuk memotivasi pegawai Dimensi non financial merupakan
tersebut ke tingkat kinerja yang lebih kepuasan yang diterima dari job itu sendiri
tinggi. Rivai (2005) menambahkan atau suasana yang mendukung.
“pembentukan filosofi kompensasi harus Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
didasarkan pada keinginan untuk yang dikemukakan diatas, maka konsep
menghargai orang karena kinerjanya yang remunerasi yang dimaksud dalam
benar dan baik. Dengan kata lain, penelitian ini diambil dari pendapat Ruky
perusahaan harus mengerti bahwa sesuatu (2006) yang menjelaskan bahwa imbalan
yang dilakukan mendapat penghargaan.” (compensation) atau remunerasi memiliki
Dengan harapan pemberian kompensasi cakupan yang lebih luas dari upah atau
tersebut nantinya dapat meningkatkan gaji. Hal ini mencakup semua pengeluaran
kapasitas kinerja perusahaan. Sofyandi yang dikeluarkan oleh organisasi untuk
(2008) menyatakan bahwa “kompensasi para pegawainya dan diterima dan
merupakan suatu bentuk biaya yang harus dinikmati oleh pegawai, baik secara
dikeluarkan oleh perusahaan dengan langsung, rutin, atau tidak langsung (pada
harapan bahwa perusahaan akan suatu hari nanti).
memperoleh imbalan dalam bentuk
prestasi kerja dari karyawannya”. Dalam

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 206


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
Pelayanan Publik dilakukan terhadap dua dimensi yang
Pelayanan umum adalah “kegiatan yang saling terkait dalam proses pelayanan
dilakukan oleh seseorang atau kelompok yakni penilaian kepuasan pelanggan, pada
orang dengan faktor material melalui dimensi pengguna layanan/ pelanggan
sistem, prosedur dan metode tertentu (service users) dan penilaian yang
dalam rangka usaha memenuhi dilakukan pada penyedia pelayanan
kepentingan orang lain sesuai haknya” (service providers). Zeithaml (1990)
(Moenir, 2002). Menurut Kotler (1997) menyebutkan lima dimensi kualitas
pelayanan adalah sebagai berikut: pelayanan, yakni: Tangible (Nyata,
Berwujud). Reliability (Keandalan),
A service is any act or performance that Responsiveness (Cepat Tanggap),
one party can offer to another that is Assurance (Jaminan), dan Emphaty
essentially intangible and does not (Empati).
result in the ownership for of anything. Dari beberapa definisi tersebut diatas,
Its production may or may not be tied to dapat diketahui bahwa hakikat pelayanan
physical product. publik adalah pemberian pelayanan prima
kepada masyarakat yang merupakan
Dari definisi tersebut dapat diketahui perwujudan pegawai pemerintah sebagai
bahwa pengertian pelayanan yaitu suatu abdi masyarakat. Hal ini sejalan dengan
kinerja penampilan, tidak berwujud dan fungsi pokok pemerintah daerah (local
cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari government) menurut John Sewart dan
pada dimiliki serta pelanggan dapat lebih Michael Clarke (dalam Sketcher, 1992)
berpartisipasi aktif dalam proses yaitu: 1) Fungsi pelayanan masyarakat
mengkonsumsi jasa atau pelayanan. (public service function) yang terdiri atas
Dengan demikian hakekat pelayanan pelayanan lingkungan (environment
publik adalah pemberian pelayanan prima service), pelayanan personal (personal
kepada masyarakat yang merupakan service), 2) Fungsi pelaksanaan
perwujudan kewajiban pegawai pembangunan (development function), 3)
pemerintah sebagai abdi masyarakat. Fungsi perlindungan (protective function).
Berkaitan dengan kualitas pelayanan, Berkaitan dengan hal tersebut, Sketcher
Gronroos (1990) mendefinisikan (1992) menyebutkan tujuh prinsip dalam
pelayanan (service) sebagai suatu aktivitas pelayanan kepada masyarakat, yaitu : (1)
atau rangkaian aktivitas, terjadi interaksi Standard, yaitu adanya kejelasan secara
dengan seseorang atau mesin secara fisik eksplisit mengenai tingkat pelayanan
dan penyediaan kepuasaan pelanggan. didalamnya termasuk pegawai dalam
Konsep kualitas menjadi ukuran melayani masyarakat; (2) Openness, yaitu
keberhasilan organisasi bukan saja pada menjelaskan bagaimana pelayanan
organisasi bisnis, tetapi juga pada masyarakat dilaksanakan, berapa biayanya
organisasi atau institusi pemerintah sebagai dan apakah suatu pelayanan sudah sesuai
lembaga penyedia pelayanan publik. dengan standar yang ditentukan; (3)
Sejumlah ahli menjelaskan konsep ini Information, yaitu informasi yang
dengan pengertian yang saling menguatkan menyeluruh dan mudah dimengerti tentang
sesuai dengan perspektif yang digunakan suatu pelayanan; (4) Choice, yaitu
untuk menentukan ciri-ciri pelayanan yang memberikan konsultasi dan pilihan kepada
spesifik (Bahil & Gising, 1998; masyarakat sepanjang diperlukan; (5) Non
Feigenbaum, 1986; Goetsh & Davis, 1994; discrimination, yaitu pelayanan diberikan
Lovelock, 1994; Mulyawati, 2003; tanpa membedakan ras dan jenis kelamin;
Sinambela et al. 2006; Deming, 1986). (6) Accessibility, pemberian pelayanan
Selain itu ukuran kualitas pelayanan harus mampu menyenangkan pelanggan
ditentukan oleh banyak faktor yang atau memberikan kepuasan kepada
bersifat intangible (tidak nyata/ tidak pelanggan; (7) Redress, adanya sistem
terwujud) dan memiliki banyak aspek publikasi yang baik dan prosedur
psikologis yang rumit untuk diukur penyampaian komplain yang mudah.
(Zeithaml, Parasuraman & Berry, 1990). Keberhasilan dalam melaksanakan prinsip
Idealnya, pengukuran kualitas pelayanan dari hakikat pelayanan yang berkualitas

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 207


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
sangat tergantung pada proses pelayanan tinggi remunerasi maka semakin tinggi
publik yang dijalankan. Proses pelayanan tingkat kepuasan kerja karyawan. Tingkat
publik pada dua pihak yaitu birokrasi kepuasan yang semakin tinggi tersebut
(pelayan) dan masyarakat (yang dilayani). diharapkan dapat meningkatkan motivasi
Oleh karena itu, untuk melihat kualitas karyawan untuk memberikan pelayanan
pelayanan publik yang dimaksud perlu prima kepada publik. Faktanya, remunerasi
diperhatikan dan dikaji dua aspek pokok sangat berperan penting dalam
yaitu: aspek proses internal organisasi membangun kinerja karyawan agar terus
(pelayan), serta aspek eksternal organisasi bekerja optimal sehingga hal ini akan
yakni kemanfaatan yang dirasakan oleh berdampak kepada pelayanan yang
masyarakat pelanggan. Selanjutnya, diberikan kepada masyarakat. Samsudin
kualitas pelayanan publik merupakan hasil (2006:188) berpendapat bahwa peran dari
interaksi dari tiga aspek, yaitu sistem adanya pemberian remunerasi antara lain :
pelayanan yang dibangun organisasi 1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi;
penyedia layanan, sumber daya manusia karyawan menerima kompensasi berupa
pemberi pelayanan, strategi pelayanan, gaji, upah atau bentuk lain adalah untuk
serta pelanggan atau pengguna layanan kebutuhan ekonominya.
(Albrecht & Zemke, 1990). Ketiga aspek 2) Pemberian kompensasi yang makin
tersebut saling terkait serta berinteraksi baik akan dapat mendorong karyawan
satu dengan yang lainnya dan direkatkan bekerja lebih produktif.
oleh suatu budaya organisasi yang 3) Memajukan organisasi atau perusahaan;
diarahkan kepada kebutuhan pelanggan. semakin tinggi remunerasi yang
Disamping pengertian tersebut diatas, IAN diberikan terhadap karyawan,
dalam Widodo (2001) menyebutkan bahwa diharapkan akan membangun kinerja
pelayanan publik diartikan sebagai segala yang tinggi dari pegawainya sehingga
bentuk kegiatan pelayanan umum yang akan memajukan perusahaan tersebut.
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di 4) Menunjukkan keseimbangan dan
Pusat dan di Daerah di lingkungan BUMN, keadilan; hal ini diharapkan akan
BUMD dalam bentuk barang dan jasa, baik menciptakan keseimbangan antara
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan “input” dan “output”.
masyarakat, maupun dalam rangka Selain itu, Hasibuan (2007)
pelaksanaan ketentuan Peraturan menambahkan bahwa peran dari
Perundang-undangan. pemberian remunerasi diantaranya adalah:
1) Ikatan Kerjasama; dengan pemberian
METODE PENELITIAN remunerasi maka terjalin kerjasama
Penelitian ini menggunakan data formula antara atasan dan pegawai
kualitatif yang bersumber dari artikel dimana pegawai harus mengerjakan
ilmiah dan buku. Data sekunder tersebut tugas-tugasnya dengan baik sedangkan
diambil dari kajian penelitian-penelitian atasan wajib membayar remunerasi
terdahulu untuk mengkaji konsep dan sesuai dengan perjanjian yang telah
membentuk model penelitian baru terkait disepakati.
hubungan dari remunerasi terhadap 2) Kepuasan kerja; dengan balas jasa
kualitas pelayanan publik. pegawai dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisik, status, sosial dan
PEMBAHASAN egoistik, sehingga pegawai memperoleh
Peran Remunerasi kepuasan kerja dari jabatannya.
Pemberian remunerasi bagi pegawai 3) Pengadaan tenaga kerja yang lebih
merupakan salah satu pelaksanaan dari efektif; Jika program kompensasi
fungsi manajemen sumber daya manusia ditetapkan cukup besar, maka
yang berhubungan dengan pemberian pengadaan pegawai yang memenuhi
penghargaan terhadap pegawai dalam persyaratan lebih mudah untuk direkrut.
melakukan tugas keorganisasian. Dengan 4) Motivasi; Jika balas jasa yang diberikan
demikian, remunerasi yang diharapkan adil dan layak serta cukup besar, maka
memiliki pengaruh positif terhadap manajer akan lebih mudah memotivasi
kepuasan kerja pegawai, yaitu semakin bawahannya.

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 208


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
5) Stabilitas Pegawai; dengan program sehari-hari di Indonesia dan bahkan sudah
remunerasi atas dasar prinsip adil dan terlembaga yang melibatkan semua pihak
layak, maka stabilitas pegawai lebih terkait yang saling menjaga rahasia dan
terjamin karena turn over relatif kecil. saling melindungi (Prasojo, 2006). Untuk
6) Disiplin; dengan pemberian balas jasa mengatasi masalah pelayanan publik yang
uang cukup besar, maka disiplin buruk ini, maka mendesak dilakukan
pegawai semakin baik, sehingga tingkat reformasi birokrasi dalam rangka
kepatuhan pegawai terhadap peraturan- meningkatkan kualitas pelayanan
peraturan yang berlaku semakin tinggi. pemerintah pada masyarakat.
7) Pengaruh serikat buruh; dengan Kualitas memiliki beberapa definisi
program remunerasi yang baik menurut para ahli, seperti Tjiptono (2002)
pengaruh serikat buruh dapat dihindari mendefinisikan kualitas sebagai “suatu
dan pegawai akan berkompetensi pada kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pekerjaannya. produk, jasa, manusia, proses, dan
8) Pengaruh pemerintah; dengan program lingkungan yang memenuhi atau melebihi
remunerasi sesuai undang-undang harapan”. Sedangkan menurut Triguno
ketenagakerjaan yang berlaku, maka (1997) mengartikan kualitas sebagai
intervensi pemerintah dapat dihindari. berikut, yaitu:
Sejalan dengan hal tersebut,
Mangkuprawira (2002) menjelaskan tujuan “Standar yang harus dicapai oleh
diadakannya sistem remunerasi yang seseorang/ kelompok/ lembaga/
efektif diantaranya : organisasi mengenai kualitas sumber
1. Memperoleh personel yang daya manusia, kualitas cara kerja,
berkualifikasi. proses dan hasil kerja atau produk
2. Mempertahankan karyawan yang ada, yang berupa barang dan jasa.
yaitu karyawan yang produktif agar Berkualitas mempunyai arti
tidak pindah ke perusahaan lain. memuaskan kepada yang dilayani,
3. Menjamin keadilan internal dan baik internal maupun eksternal, dalam
eksternal terhadap SDM arti optimal pemenuhan atas tuntutan/
4. Penghargaan terhadap perilaku yang persyaratan pelanggan/ masyarakat.”
diinginkan dan bertindak sebagai
insentif untuk perbaikan. Kualitas pada dasarnya terkait dengan
5. Mengendalikan biaya. pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap
6. Mengikuti aturan hukum dan menjamin atau cara karyawan dalam melayani
pemenuhan kebutuhan karyawan. pelanggan atau masyarakat secara
Dari keseluruhan penjelasan diatas, peran memuaskan. Berkenaan dengan itu,
remunerasi bertujuan untuk menciptakan Tjiptono (2002) mengartikan kualitas jasa
disiplin kerja bagi pegawai, membentuk atau layanan, yaitu: “tingkat keunggulan
perilaku yang berorientasi pada pelayanan, yang diharapkan dan pengendalian atas
dan mengurangi KKN. tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan.” Hal ini
Kualitas Pelayanan Publik berarti, bila jasa atau layanan yang
Pelayanan publik mempunyai peran diterima (perceived service) sesuai dengan
penting bahkan vital pada kehidupan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau
ekonomi dan politik. Pelayanan publik layanan dipersepsikan baik dan
juga merupakan unsur paling penting memuaskan, sebaiknya bila jasa atau
dalam meningkatkan kualitas hidup sosial layanan yang diterima lebih rendah dari
di dalam masyarakat manapun (Saragih, yang diharapkan, maka kualitas jasa atau
2006). Ardin (2007) menilai kualitas layanan akan dipersepsikan buruk.
pelayanan kepada masyarakat selama Konsep kualitas menjadi ukuran
reformasi dirasakan semakin menurun dan keberhasilan organisasi bukan saja pada
buruk ditandai dengan lamanya waktu organisasi bisnis, tetapi juga pada
pengurusan dan biaya siluman yang organisasi atau institusi pemerintah sebagai
semakin tinggi. Kasus korupsi dalam lembaga penyedia pelayanan publik
pelayanan publik sudah menjadi praktek (Fitriati, 2010). Pemerintah dituntut untuk

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 209


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
senantiasa melakukan survei mengenai merupakan alat serta sistem yang
keinginan dan penilaian masyarakat memungkinkan berjalannya mekanisme
terhadap pelayanan yang diberikan. Negara kegiatan pelayanan; (5) Faktor
dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan keterampilan petugas; (6) Faktor sarana
pelayanan warga negara dalam dalam pelaksanakan tugas pelayanan.
memperoleh jaminan atas hak-haknya, Keenam faktor tersebut mempunyai
karenanya peningkatan kualitas pelayanan peranan yang berbeda tetapi saling
(quality of service) akan menjadi penting mempengaruhi dan secara bersama-sama
(Zauhar, 2001; Prasojo, Pradana & akan mewujudkan pelaksanaan pelayanan
Hiqmah, 2006). Ukuran kualitas pelayanan secara optimal baik berupa pelayanan
ditentukan oleh banyak faktor yang verbal, pelayanan tulisan atau pelayanan
bersifat intangible (tidak nyata/ tidak dalam bentuk gerakan/ tindakan dengan
berwujud) dan memiliki banyak aspek atau tanpa tulisan.
psikologis yang rumit untuk diukur
(Zeithaml, Parasuraman & Berry, 1990). Peran Remunerasi Terhadap
Idealnya, pengukuruan kualitas pelayanan Kualitas Pelayanan Publik
dilakukan terhadap dua dimensi yang Remunerasi sangatlah memiliki peranan
saling terkait dalam proses pelayanan yang sangat penting terhadap kualitas
yakni penilaian kepuasan pelanggan, pada pelayanan publik. Banyak para peneliti
dimensi pengguna layanan/ pelanggan terdahulu menjelaskan bahwa adanya
(service users) dan penilaian yang hubungan yang sangat erat antara
dilakukan pada penyedia pelayanan remunerasi dengan kualitas pelayanan
(service providers). yang diberikan oleh sumber daya manusia
Sejalan dengan hal tersebut, Parasuraman, pemberi pelayanan. Seperti dalam
et all (dalam Tjiptono, 2002:70) penelitian Radjagukguk (2007) yang
menyebutkan lima dimensi kualitas menyebutkan bahwa sistem kompensasi/
pelayanan, yakni: Tangible (Nyata, remunerasi mempunyai pengaruh terhadap
Berwujud) meliputi fasilitas fisik, kualitas pelayanan. Zalbianis dan Sanusi
perlengkapan, pegawai, dan sarana (2006) juga menyimpulkan adanya
komunikasi, Reliability (Keandalan) yakni pengaruh sistem remunerasi dengan
kemampuan memberikan pelayanan yang penggajian terhadap kualitas pelayanan.
dijanjikan dengan segera, akurat, dan Peran remunerasi disini lebih bertujuan
memuaskan, Responsiveness (Cepat untuk menciptakan disiplin kerja bagi
Tanggap) yaitu keinginan para staf untuk pegawai, membentuk perilaku yang
membantu para pelanggan dan berorientasi pada pelayanan, dan
memberikan pelayanan dengan tanggap, mengurangi KKN sehingga hal ini akan
Assurance (Jaminan) mencakup meningkatkan kualitas pelayanan publik di
pengetahuan, kemampuan, dari bahaya, masyarakat. Samsudin (2006)
resiko atau keragu-raguan, dan Emphaty menambahkan dengan adanya pemberian
(Empati) meliputi kemudahan dalam kompensasi yang makin baik, maka hal ini
melakukan hubungan, komunikasi yang akan mendorong karyawan untuk bekerja
baik, perhatian pribadi, dan memahami lebih produktif. Ini artinya dengan adanya
kebutuhan para pelanggan. remunerasi yang adil dan layak diterima
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, oleh karyawan, hal ini akan mendorong
Moenir (2002) menyebutkan terdapat mereka untuk bekerja lebih baik dan
beberapa faktor yang mendukung tentunya mereka akan memberikan
berjalannya suatu pelayanan dengan baik, pelayanan yang prima kepada pelanggan,
yaitu: (1) Faktor kesadaran para pejabat dalam hal ini masyarakat. Selain itu,
dan petugas yang berkecimpung dalam remunerasi berperan sebagai salah satu
pelayanan umum; (2) Faktor aturan yang sarana terpenting dalam membentuk
menjadi landasan kerja pelayanan; (3) perilaku dan hal ini sangatlah berpengaruh
Faktor organisasi yang merupakan alat terhadap kinerja pegawai (Oktaviani &
serta sistem yang memungkinkan Nainggolan, 2016). Semakin tinggi
berjalannya mekanisme kegiatan remunerasi yang diberikan perusahaan,
pelayanan; (4) Faktor organisasi yang maka akan semakin tinggi juga kinerja

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 210


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
yang dikeluarkan oleh karyawan sehingga
hal ini akan berdampak kepada tingginya
Pelayanan
kualitas pelayanan terhadap publik dengan Remunerasi
Publik
adanya sistem remunerasi yang efektif ini.
Kaitan remunerasi terhadap kualitas
pelayanan publik dapat digambarkan Gambar 1.
seperti dalam model penelitian dibawah Model Penelitian
ini.
yang optimal kepada publik/ masyarakat
PENUTUP sehingga akan terwujud sebuah
Kajian teori dari penelitian ini nampak pemerintahan yang clean and good
menjelaskan adanya hubungan remunerasi governance. Seperti halnya Tjiptono
dengan kualitas pelayanan publik. Dimana (2002) mengemukakan bahwa terdapat
kualitas pelayanan publik dapat diraih enam faktor dalam melaksanakan
dengan adanya pemberian remunerasi yang penyempurnaan kualitas publik secara
efektif terhadap pegawai sebagai akibat berkesinambungan. Keenam faktor
dari kontribusi kerja mereka terhadap tersebut meliputi: kepemimpinan,
perusahaan/ instansi. Kajian ini pendidikan, perencanaan, review,
mengintisari bahwa pentingnya remunerasi komunikasi serta penghargaan dan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan pengakuan.
publik yang pada kenyataannya hal ini Dengan adanya pemberian remunerasi itu
merupakan unsur paling penting dalam termasuk kedalam faktor penghargaan,
meningkatkan kualitas hidup sosial di yang mana karyawan dengan prestasi baik
masyarakat manapun (Saragih, 2006). perlu diberi penghargaan dan diakui
Pegawai diharapkan berkomitmen prestasinya. Mereka diberikan remunerasi
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan yang adil dan layak sesuai dengan prestasi
tugas pokok dan fungsinya karena tujuan kerja yang sudah dicapainya sehingga ini
remunerasi yang diterima sudah cukup dan akan mendorong mereka meningkatkan
sesuai dengan beban pekerjaannya, dan kualitas kerja dan memberikan kontribusi
nantinya hal ini akan menciptakan pegawai yang besar bagi instansi/ organisasi dan
bersemangat dalam memberikan pelayanan pelanggan yang dilayani.

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 211


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
REFERENSI Radjagukguk, Angela Meilani. (2007).
Analisis Kompensasi, Kode Etik dan
Ardin, Isa Sofyan. (2007). Kualitas Kualitas Pelayanan di KPP Pratama
Pelayanan Malah Buruk. Jakarta Gambir IV FISIP UI.
http://nasional.kompas.com/read/2014/
11/12/06351101/Pelayanan.Publik.Mas Rivai, Veithzal. (2005). Manajemen
ih.Buruk.Moratorium.CPNS.Dinilai.Be Sumber Daya Manusia untuk
risiko Perusahaan. Jakarta: Rajawali.

Dwiyanto, Agus et al. (2006). Reformasi Rohendi, A. (2014). Pengaruh Kualitas


Birokrasi Publik di Indonesia. Pusat Pelayanan Bank Syariah Terhadap
Studi Kependudukan dan Kebijakan, Nilai, Kepuasan Serta Loyalitas
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Nasabah Di Kota Bandung (Effect of
Islamic Bank Service Quality on
G.T. Milkovich, J. M. Newman. (2002). Customer Value, Satisfaction and
Compensation (Seventh Edition). Loyalty in Bandung City). Kepuasan
Boston: The McGraw-Hill Serta Loyalitas Nasabah Di Kota
Companies,Inc. Bandung (Effect of Islamic Bank
Service Quality on Customer Value,
Gronroos, Christian. (1990). Service Satisfaction and Loyalty in Bandung
Management and Marketing. Toronto: City)(September 19, 2014).
Lexington Books.
R u k y, A c h m a d S.
Hasibuan, Malayu. (2007). Manajemen (2 0 0 6 ). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Penggajian dan Pengupahan Untuk
Aksara. Karyawan Perusahaan.
Ja karta: P T.
Lenvine, Charless H., et al. (1990). Public G r a m e d ia P usta k a
Administration Challenges, Choices, U t a m a.
Consequences. Illions: Scott Foreman.
Saragih, Ferdinand D. (2006).
Mondy, R. Wayne & Noe III, Robert M. Menciptakan Pelayanan Publik Yang
(1992). Human Resource Management Prima Melalui Metode Benchmarking
(Fifth Edition). USA : Allyn and Praktis. Jurnal Ilmu Administrasi dan
Bacon. Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol.
14, No. 3.
Oktaviani, R., & Nainggolan, K. (2016).
Analisis Pengaruh Kompensasi Dan Sinambela, Lijan Poltak. (2006).
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
Guru Di Sma Negeri 1 Klaten. Kebijakan dan Implementasi. Jakarta:
Ecodemica, 4(2), 1-10. PT. Bumi Aksara.

Parasuraman, A, Berry, L. L, Zeithaml, V. S u r y a, M o h a m a d.


A. (1990). Refinement and ( 2 0 0 4 ) . Bunga Rampai Guru
reassessment of the SERVQUAL dan Pendidikan . Ja k a rt a:
scale. Journal of Retailing, Vol. 67 No. B a lai P usta ka.
4.
Werther, William B & Davis, Keith.
Prasojo, Eko. (2006). Reformasi Birokrasi (1996). Human Resources and
di Indonesia Beberapa Catatan kritis. Personel Management. Boston:
Jurnal Ilmu Administrasi dan McGraw Hill, Inc.
Organisasi, Bisnis & Birokrasi,
Volume 14, Nomor 1. Zalbianis & Rossi Sanusi. (2006).
Hubungan Besar Sisa Gaji Yang
Dibawa Pulang dan Komitmen

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 212


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Ecodemica, Vol. IV, No. 2, September 2016
Organisasi Dengan Ketidakhadiran BIOGRAFI PENULIS
Karyawan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi, Working Paper Series Ria Yuli Angliawati lahir di Bandung, 02
No. 13 November, KMPK Universitas Juli 1987, menyelesaikan program S2
Gadjah Mada, Yogyakarta. Magister Manajemen (MM) di
Universitas BSI Bandung Tahun 2014.
Zauhar, Soesilo. (2001). Administrasi
Saat ini sebagai dosen tetap di Fakultas
Pelayanan Publik: Sebuah
Perbincangan Awal. Jurnal Ilmiah Ekonomi Universitas BSI Bandung. Aktif
Administrasi Publik Jurusan Ilmu menulis dan mengikuti seminar di bidang
Administrasi Publik Fakultas Ilmu manajemen dan ekonomi. Sangat tertarik
Administrasi Universitas Brawijaya, meneliti kajian ilmu tentang Manajemen
Vol. 1, No.2. Sumber Daya Manusia (MSDM) dan
kajian ilmu lainnya yang relevan dengan
Zeithaml, Valerie A. A. Parasuraman &
Leonard L. Berry. (1990). Delivering bidang studi ilmu ekonomi, manajemen
Quality Service, Balancing Customer dan bisnis.
Perception and Expectations. USA:
The Press.
.

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 213


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

Anda mungkin juga menyukai