Anda di halaman 1dari 4

1.1.

Latar Belakang

Pembangunan sebagai suatu kegiatan yang berkesinambungan dan selalu meningkat seiring
dengan baik dan meningkatnya jumlah dan kebutuhan penduduk, menarik serta mengundang resiko
pencemaran dan perusakan yang disebabkan oleh tekanan kebutuhan pembangunan terhadap sumber
daya alam, tekanan yang semakin besar tersebut ada dan dapat mengganggu, merusak struktur dan
fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Perusakan lingkungan dilakukan karena
kurang memperhatikan ekosistem, yang tidak jarang kita lihat disebabkan karena limbah industri atau
kegiatan penambangan. Pengertian pencemaran itu sendiri adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan sehingga kualitas lingkungan tidak pada titik standarnya dan menyebabkan lingkungan
berubah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Melihat perkembangan zaman yang semakin maju, banyak hal-hal termasuk sumber daya alam
yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan dan peningkatan taraf hidup masyarakat termasuk
penambangan minyak bumi. Penambangan minyak bumi yang tidak sesuai standar pembangunan
berwawasan lingkungan secara otomatis hal ini akan memberikan banyak dampak dan kendala terhadap
lingkungan hidup sekitar, dari tingakatan paling rendah sampai kendala yang paling berat. Di dalam
Undang-Undang Pokok Lingkungan Hidup Pasal 22 ayat (1) Tahun 2009 “Kriteria usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan Membuat Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) terhadap setiap rencana yang diperkirakan mempunyai Dampak penting terhadap
lingkungan hidup, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan Pasal 1 ayat (1) Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha. Kegiatan yang wajib AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan hidup (UKL-UPL) dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan. AMDAL sebagai studi ilmiah dianggap
mempunyai kemampuan untuk melakukan prediksi dan identifikasi itu terhadap kemungkinan timbulnya
dampak lingkungan, atas dasar pemikiran tersebut, analisis masalah hukum tentang AMDAL pertama-
tama akan membantu memberikan uraian keterkaitan perundang-undangan dan pelaksanaan AMDAL
dengan Undang-undang atau ketentuan hukum sektoral untuk memperoleh persamaan persepsi dan
penafsiran atas hukum yang mengatur pelaksanaan AMDAL dilihat dari penyusunan, penilaian, dan
pengambilan keputusan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan
Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh banyak Negara sebagai suatu
instrumen hukum lingkungan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dari suatu fasilitas.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini
dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi,
sosial-ekonomi, sosial-budaya,dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup”.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).

3.Dokumen Rencana Michelangelo Lingkungan Hidup (RKL)

4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

AMDAL digunakan untuk:

a)Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah 

b)Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidupdari rencana usaha
dan/atau kegiatan

c)Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan

d)Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup

e)Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suaturencana usaha dan atau
kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

1.Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL


2.Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencanausaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan, dan

3.masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentukkeputusan dalam
proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1.Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan


langkahdengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one stepscoping by pre request list). Daftar
kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di PeraturanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2006

2.Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusunUKL-UPL, sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86Tahun 2002

3.Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai denganPermen LH NO.


08/20064.Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah Menurut Undang-undang RI No. 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Menteri ESDM tahun 2008, minyak dan gas
bumi merupakan sumber daya alam strategis yang tidak dapat diperbarui, dikuasai oleh negara serta
merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting
dalam perekonomian nasional. Pengelolaannya harus secara maksimal dapat memberikan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat. Peranan minyak bagi perekonomian Indonesia merupakan faktor yang sangat
menentukan, baik sebagai sumber penerimaan negara, sumber cadangan devisa, alat, atau sarana
stabilisasi ekonomi.

Negara Indonesia memiliki beberapa wilayah penambangan minyak bumi yang dikelola
menggunakan cara modern maupun cara tradisional. Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten
Blora merupakan salah satu tempat penambangan tradisional di Indonesia. Lapangan produksi minyak
kawasan Cepu memiliki 252 sumur minyak tua. Sumur tersebut sebagian besar tidak diusahakan karena
faktor ekonomis, yaitu produksinya rendah tetapi membutuhkan biaya produksi yang tinggi.

Tahun 1998 di lapangan Ledok, hak pengelolaan sumur minyak yang sudah tidak diproduksi
oleh Pertamina secara resmi diberikan kepada kelompok masyarakat lokal. Masyarakat melakukan
proses pengambilan minyak secara tradisional dengan memanfaatkan kembali sumur minyak yang
sudah tidak diproduksi oleh Pertamina. Keterlibatan masyarakat dalam penambangan minyak bumi
kawasan Cepu khususnya di Desa Ledok, merupakan upaya Kerjasama antara Pertamina sebagai pemilik
sumber daya dengan masyarakat lokal. Aktivitas penambangan minyak tradisional di Desa Ledok sudah
berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama yaitu 21 tahun, sehingga kegiatan ini memunculkan
dampak bagi masyarakat, lingkungan hingga ekonomi di Desa Ledok.

Anda mungkin juga menyukai