Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga & Ilmu Kesehatan Masyarakat FKIK UMY
A. IDENTITAS PASIEN
No Kasus 1 (satu)
Nama Lengkap Dian Pujiati, Ny Jenis kelamin : L / P
Tanggal Lahir 18 September 1984 Umur: 36 tahun
Alamat Cungkuk RT 09 RW 9 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
Telepon/ No.HP 08157641384
Pekerjaan Pedagang Cinderamata Keliling
Agama Islam
Pendidikan Terakhir SMA
No RM 031411
Nomor BPJS 0001893537369 (BPJS kelas II ikut perusahaan suami)
Pindah ke KPF 4 Juli 2018 (Sebelumnya BPJS dokter praktek Mandiri, dr.
Ria- Jl. Soragan, Kasihan-Bantul)
Kunjungan Terakhir KPF 24 Februari 2021
Prolanis KPF Tidak
Jika data didapatkan dari anggota keluarga atau orang lain (heteroanamnesis)
Nama Lengkap : - Jenis kelamin: -
Tanggal Lahir : - Umur: -
Alamat : -
Telepon/ No.HP : -
Pasien seorang perempuan berusia 36 tahun datang ke poli umum Klinik Pratama
Firdaus (KPF) dengan keluhan nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot di
kepala bagian belakang hingga tengkuk dengan VAS 6. Nyeri kepala muncul sejak 2
hari yang lalu saat pasien bangun tidur sebelum mulai beraktivitas. Nyeri kepala
dirasakan memberat saat pasien beraktivitas seperti menyapu, dan berkurang setelah
pasien minum obat Paracetamol 500 mg atau Amlodipin 1x5 mg.
Dua hari sebelum ke KPF, saat pasien mulai merasakan nyeri kepala, pasien pergi
Pada bulan Juli 2018 pasien pindah FKTP dari dokter praktek mandiri, dr. Ria di
Jalan Soragan, Kasihan, Bantul ke KPF karena praktek dokter mandiri tidak dapat
membuat rujukan ke RS Panti Rapih yang merupakan RS tempat keluarganya berobat.
Sejak berobat di KPF hingga tahun 2020, tekanan darah pasien selalu diatas 140/90
mmHg, hanya 1 kali di bulan Februari 2020 menunjukkan hasil 122/68 mmHg. Di KPF
pasien mendapat terapi berupa Amlodipin 5 mg atau Amlodipin 10 mg atau Captopril
12,5 mg. Selanjutnya, pasien tidak pernah kontrol rutin, minum obat jika ada gejala saja.
Jika ada keluhan nyeri kepala pasien mengonsumsi Paracetamol 500 mg untuk
meredakan nyeri kepalanya. Jika keluhan nyeri kepala tidak membaik, pasien cek tensi
di apotek dan membeli obat Amlodipin 5 mg untuk mengurangi keluhan nyeri
kepalanya.
Pada akhir 2020 pasien datang ke KPF dengan keluhan nyeri kepala belakang
hingga mual dan muntah. Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
dikatakan pasien hasilnya 180/112 mmHg, oleh karena tekanan darahnya terlalu tinggi
dokter merujuk pasien ke RS Ludiro Husodo untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Sampai di RS Ludiro Husodo, pasien mengaku hanya berkonsultasi dengan dokter, tidak
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pasien mengatakan mendapat terapi berupa 3 jenis
obat yaitu 2 obat tensi dan 1 obat nyeri kepala yang diminum pagi hari dan malam hari
selama 1 bulan, namun pasien lupa nama obatnya. Selain itu, pasien mendapat surat
kontrol ke RS Ludiro Husodo, namun pasien tidak kontrol karena merasa keluhan nyeri
kepala sudah membaik.
Selama menderita hipertensi, pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan
seperti kesemutan pada anggota gerak, kelemahan anggota gerak, wajah perot, bicara
pelo. Keluhan nyeri pinggang, nyeri saat berkemih, urin sedikit, urin berwarna merah,
dan urin berpasir disangkal. Pasien juga mengatakan tidak ada masalah dengan
penglihatannya, keluhan seperti penglihatan tidak jelas, penglihatan berkabut,
keterbatasan melihat jarak jauh maupun dekat disangkal.
B. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini bekerja sebagai pedagang cinderamata keliling seperti sandal
dan gantungan kunci. Pekerjaan ini sudah dilakukan selama 10 tahun. Pasien
membeli cinderamata dari toko grosir kemudian berkeliling mengendarai motor
untuk menjual dagangannya kepada wisatawan di hotel, rumah makan, dan
tempat wisata. Pasien bekerja setiap hari, namun sering libur pada hari Senin dan
Selasa karena sepi wisatawan. Pasien bekerja mulai dari jam 06.30-21.00 WIB
dan beristirahat di jam 12.00-13.00 WIB untuk memasak dan makan siang
bersama anak-anak. Pendapatan pasien sebelum pandemi sekitar Rp 3.000.000,00
per bulan (diatas UMR Yogyakarta). Pendapatan suami pasien sebagai OB di
PLN Rp 3.000.000,00 per bulan. Pasien merasa cukup untuk biaya hidup sehari-
hari bersama ketiga anaknya dengan pendapatan tersebut. Sejak pandemi,
pendapatan pasien berkurang menjadi Rp 1.000.000,00 per bulan, sedangkan
pendapatan suami tidak berkurang. Pasien merasa pendapatan setelah pandemi
menurun, namun masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
C. Riwayat Perkawinan & Interaksi Keluarga
Pasien menikah pada tanggal 30 Mei 2004, menikah 1x, usia pernikahan 17
tahun dan memiliki 3 anak. Anak pertama seorang laki-laki kelahiran Oktober
2004 yang saat ini kelas 1 SMK di SMK Ma’arif. Anak kedua seorang laki-laki
kelahiran Oktober 2009 yang saat ini duduk di kelas 5 SD. Anak terakhir seorang
laki-laki kelahiran Februari 2016 yang sebelumnya bersekolah di TK, namun sejak
pandemi, anak terakhir tinggal di rumah dengan kakak ipar pasien atau tinggal di
rumah Ibu pasien jika pasien pergi bekerja. Pasien tidak memiliki masalah yang
berarti dengan suami, hubungan dengan suami beserta anak kedua, anak ketiga,
dan kakak ipar baik. Namun, hubungan pasien dengan anak pertama kurang baik.
Sejak pandemi, anak pertama pasien belajar online di rumah karena sekolah
ditutup. Karena merasa bosan, anak pertama pasien sering main bersama teman-
temannya hingga larut malam. Pasien dan suami sudah mengingatkan untuk
pulang sebelum jam 21.00, namun diabaikan. Hal ini membuat hubungan mereka
kurang baik, apalagi sejak SMA anak pertma pasien sudah jarang bercerita
mengenai aktivitas sehari-hari ke pasien.
Sebelum sakit : Pola makan pasien tidak teratur karena pasien sibuk
bekerja. Pasien makan sebanyak 2-3x dalam sehari. Pasien biasanya
membeli sarapan di warung pecel lele. Pada siang hari, pasien pulang dan
memasak untuk makan siang di rumah. Makan siang biasanya berupa 1
centong nasi, 1 centong sayur dengan variasi sayur berupa oseng kangkung,
sop, sayur bayam, brokoli tumis telur. Sayur dimakan 1 kali sehari. Pasien
suka menambahkan penyedap rasa saat memasak sayur karena terasa lebih
enak. Lauk pauk tidak menentu biasanya berupa tempe goreng, ayam,
brokoli goreng. Pasien jarang makan ikan atau daging-dagingan selain ayam
karena anak-anak pasien kurang suka lauk tersebut sehingga pasien tidak
membelinya. Pada malam hari, pasien biasanya membeli makan di
angkringan berupa nasi kucing dan gorengan, namun tidak setiap hari.
Pasien minum air putih sekitar 1 liter/ hari. Pasien terkadang minum yang
manis-manis seperti es teh dan kopi 2-3x dalam 1 minggu. Pasien biasa
mengonsumsi buah semangka atau pisang 3-4x dalam 1 minggu.
Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola makan.
Sebelum sakit : Pasien tidak pernah tidur siang, pasien mulai tidur malam
jam 21.00 dan bangun pagi sekitar pukul 05.00. Durasi tidur pasien rata-rata
7-8 jam dalam satu hari. Kualitas tidur pasien cukup baik, dan merasa segar
di pagi harinya.
Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola istirahat.
- Sistem gastrointestinal : Mual (+) muntah (+), nyeri ulu hati (+), diare (-),
sembelit (-)
- Sistem urinary : BAK lancar, nyeri berkemih (-), anyang-anyangan (-), nyeri
pinggang (-)
2. Perasaan:
a. Reaksi Emosi Pasien Terhadap Penyakitnya
Pasien mengaku awal terdiagnosis hipertensi, pasien merasa kaget karena ia
tidak pernah memiliki keluhan sebelumnya dan tidak ada keluarga inti yang
memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan pembengkakan jantung. Pasien
mengaku saat terdiagnosis tekanan darah tinggi dan pembengkakan jantung
merasa sedih tetapi tidak berlarut-larut dan tidak sampai mengganggu aktivitas
(dari skala 0-10 pasien mengatakan pada skala 8).
Saat ini, pasien sudah tidak sesedih sebelumnya terhadap penyakit tekanan
darah tinggi yang dideritanya (dari skala 0 - 10 pasien mengatakan pada skala
5).
b. Penerimaan (Kubler Ross Model)
Pasien mengaku saat terdiagnosis hipertensi dan pembengkakan jantung
merasa down, dan baru dapat menerima hal tersebut satu minggu kemudian
karena dukungan dari suaminya (dari skala 0-10 pasien mengatakan pada
skala 5) (bargaining). Saat ini, pasien sudah dapat menerima penyakit
hipertensinya (dari skala 0-10 pasien mengatakan pada skala 10) (acceptance).
c. Tingkat Kekhawatiran Pasien terhadap Penyakitnya
Pasien mengatakan saat awal terdiagnosis hipertensi pasien sangat khawatir
karena pasien takut mengalami stroke (dari skala 0-10 pasien mengatakan
pada skala 8). Saat ini pasien memiliki kekhawatiran terhadap kematian
karena pasien masih memiliki cita-cita untuk menjadikan anak-anaknya
sebagai orang yang sukses dan ingin membahagiakan kedua orangtuanya (dari
skala 0-10 pasien mengatakan pada skala 6).
4. Harapan:
Pasien berharap ingin sembuh dari penyakit hipertensi dan tidak minum obat lagi
(terdapat mispersepsi). Pasien berharap selalu diberikan kesehatan dan tidak
meninggal lebih cepat karena memiliki cita-cita untuk menjadikan anaknya
sebagai anak yang sukses dan orang tuanya hidup lebih baik sebelum meninggal.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum = Tampak sakit ringan
2. Kesadaran = Compos Mentis (GCS E4V5M6)
3. Tanda Vital =
Pemeriksaan tanggal 26 Februari 2021
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 19x/menit
Suhu : 36,3 oC
Tekanan darah 1 : 160/100 mmHg
Tekanan darah II : 160/110 mmHg
Tekanan Darah III : 160/100 mmHg
Rerata tekanan darah : 160/103 mmHg
4. Antropometri =
Tinggi Badan : 149 cm Indeks Massa Tubuh (IMT): 27,02
kg/m2
Berat Badan : 60 kg
Status Gizi : obesitas kelas I (WHO Asia Pasifik)
5. Pemeriksaan Umum
Kulit : warna sawo matang, luka (-), sianosis (-)
Kelenjar Limfe : limfadenopati (-)
Otot : atrofi (-), nyeri (-)
Tulang : deformitas
Sendi : ROM bebas
6. Pemeriksaan Khusus
Kepala : mesosefal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : CA (-/-) SI (-/-), jaringan parut pada konjungtiva bulbi
sinistra bagian medial (+), pasien tidak memakai kacamata
Hidung : deviasi septum nasi (-), discharge (-), epistaksis (-)
Telinga : discharge (-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut dan Gigi : bibir sinanosis (-) karies gigi molar 1 kiri bawah (+), gusi
bengkak (-) stomatitis (-)
Tenggorokan : T1/T1, hiperemis (-/-),
Leher : pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-), pembesaran
tiroid (-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Pada bulan Februari 2016 pasien melakukan EKG di RS PKU Kota Gede dan pasien
mengatakan hasilnya terdapat pembengkakan jantung.
2. Radiologi
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan foto rontgen dada.
3. Laboratorium
Pasien sudah pernah diperiksa pada saat rawat inap di RS Panti Rapih, namun pasien
tidak diberikan hasilnya.
Tekanan Darah:
2018 2019 2020 2021
04/07/2018:167/10 18/02/2019:165/110 03/02/2020: 122/68 24/02/2021:150/100
2
04/08/2018: 149/97 12/03/2019: 143/95 16/04/2020:180/120
17/05/2019: 160/90 20/07/2020:180/100
26/08/2019:146/107 10/11/2020:158/118
28/08/2019:166/130 25/11/2020:190/100
21/10/2019:172/104
HIPERTENSI
G. DIAGNOSIS KLINIS
Tn. K Ny. N
As Ny. M
Tn. S 55 th
th.2001 th.2010 60 th
(B, D) (C)
Ny. D Tn. AG Tn
Tn. DA Ny.R Ny. SS Ny. WS Tn. M Tn.SU Tn. W 36 th 32 th 22
60 th 55 th 53 th 45 th 43 th 42 th 39 th HT, O
m.2004
A1
P : Pasien
A2 S : Suami
A1 : Anak pertama
A2 : Anak kedua
S P A3 : Anak ketiga
: Hubungan fungsional
: Hubungan berjarak
A3
a. Lokasi
Rumah pasien terletak di Desa Cungkuk, Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul. Rumah tersebut milik suami pasien. Rumah pasien berada
di pedesaan di ujung gang, sehingga jarang ada orang berlalu lalang.
b. Kondisi Rumah
Rumah pasien beratap asbes, tembok dilapisi semen dan bercat warna putih
dengan lantai semen tanpa keramik. Rumah ini terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan 1 gudang. Pencahayaan
bersumber dari listrik PLN. Terdapat 1 pintu di depan rumah dan terdapat 7
jendela, ventilasi rumah baik. Luas rumah kurang lebih 120 m2.
c. Sanitasi
Sumber air yang digunakan pasien untuk minum, makan, dan memasak berasal
dari air sumur yang dimasak, sedangkan untuk mandi dan mencuci berasal dari
air sumur. Sumber air tidak terdapat jentik-jentik nyamuk dan selalu dalam
keadaan kering karena setelah mandi pasien selalu mengosongkan ember.
Ember untuk menampung air yang digunakan untuk mandi dibersihkan setiap 1
minggu sekali. Pasien memiliki satu jamban berupa wc jongkok. Jarak
pembuangan kotoran dengan sumber air sekitar 10 m.
3. Denah Rumah
(Gambarkan denah rumah/ pembagian ruangan dalam rumah, dilengkapi dengan keterangan/ legenda)
4 4 4 5
U
3 6
2
7
1
8
10
Keterangan :
1. Teras
2. Ruang tamu Pintu
3. Ruang keluarga Jendela
4. Kamar tidur
5. Kamar mandi
6. Dapur
7. Gudang
8. Sumur
9. Tempat pembuangan kotoran
10. Tempat sampah
N. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Diagnosis Psiko-sosial & Kultural-spiritual
Seorang perempuan dewasa dengan pengetahuan serta kekhawatiran yang cukup,
mispersepsi terhadap penyakitnya, dan hubungan yang kurang baik dengan anak
pertamanya.
OBESITAS :
a. Gambaran bahwa obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan antara tinggi badan dengan berat badan akibat jaringan
lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui
ukuran ideal.
b. Gambaran terkait faktor resiko dan dampak obesitas.
c. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan obesitas dengan
mengatur pola makan dan beraktivitas fisik.
d. Menargetkan penurunan berat badan mencapai rentang normal (IMT 18,5-
22.9 kg/m2).
2. Upaya Preventif
2.1 Mengatur pola makan
HIPERTENSI
a. Melakukan pengaturan makan dengan prinsip DASH (Dietary Approaches to
Stop Hypertension) yaitu meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran dan
rendah lemak yang efektif dalam menurunkan tekanan darah.
OBESITAS
a. Atur pola makan menggunakan pola makan model T
b. Menikmati hari
Seperti rekreasi, melakukan hobi yang disenangi seperti bersepeda,
menikmati liburan bersama keluarga, beribadah, tidur yang cukup. DI
EDUKASI
c. Hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda.
d. Timbang berat badan dan ukur lingkar perut secara teratur. DI EDUKASI
e. Jaga berat badan agar tetap ideal dan tidak berisiko dengan
mempertahankan Indeks Massa Tubuh (IMT) di kisaran 18-23 kg/m2 dan
lingkar perut wanita <80 cm. DI EDUKASI
3. Upaya Kuratif
R/ Amlodipin 10 mg tab No. X
S 0-0-1
R/ Bisoprolol
R/ Dimenhidrinat 50 mg tab No. VI
S 2 dd tab I prn mual, muntah
R/ Paracetamol 500 mg tab No. IV
S 1 dd tab I prn pusing
Mindfulness for TTH
4. Upaya Rehabilitatif
Belum diperlukan.
Diagnosis : munculkan pembengkakan jantung
5. Upaya Paliatif
a. Mempertahankan hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan orang-
orang terdekat.
b. Menjelaskan dan menekankan peran serta dukungan keluarga atau orang-
orang terdekat pasien dalam pengelolaan penyakit pasien.
c. Mengajak keluarga untuk menjadi pendukung aktif dalam tercapainya
keberhasilan pengelolaan kasus pasien.
d. Menyerahkan hasil pada Tuhan yang menyembuhkan, memperkuat usaha
untuk mengendalikan penyakitnya.
P. LEMBAR EVALUASI
(Diisi oleh Dosen Pembimbing)
Aspek Penilaian Nila Komentar
i
1. Wawancara Medis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Keputusan Klinis
4. Edukasi & Konseling
5. Humanisme & Profesionalisme
6. Organisasi & Efisiensi
7. Kompetensi Klinis Keseluruhan
Skor Total : 7
Skor Akhir
(……………………………………………………
)
LEMBAR
Penilaian:
Sesuai standar penilaian pendidikan profesi dokter FKIK UMY, yaitu:
A: ≥ 80 AB: 75-79,9 B: 70-74,9 BC: 65-69,9 C: 60-64,9