Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

Kebijakan Tata Kota Pro Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap Wajah


Perkotaan
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi perkotaan
Yang Diampu Oleh Bapak Achmad Room Fitrianto, SE, MEI ,MA ,Ph.d
Disusun Oleh:
Windi Asri Ila Firda G71218059

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA, 3 APRIL 2021
KEBIJAKAN MENGEMBALIKAN AHLI FUNGSI LAHAN SEBENARNYA TERHADAP
PERMASALAHAN SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN DAERAH SIDOARJO

PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah pada aspek pembangunan memang tidak seimbang. Hal ini
memperburuk keadaan ekonomi daerah tertinggal. Untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,
masyarakat daerah tentunya melakukan urbanisasi di daerah yang lebih maju. Salah satu sasaran
masyarakat urban adalah kota sidoarjo. Masyarakat urban tentunya mengadu nasib di kota maju
dengan bekerja pada sector yang ada seperti informal maupun formal. Entah ada skill atau tidak
mereka tetap tekad kuat untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhannya. PKL seringkali
dijadikan sebagai mata pencahariaan masyarakat urban, tanpa skill yang mumpuni, PKL sangat
membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Meskipun pemerintah telah membuat
regulasi, atau peraturan sedemikian rupa agar tidak berjualan di tepi jalan atau trotoar, itu tidak
menjadi permasalahan dalam mencari nafkah. Adanya nilai tambah pada perkembangan penduduk
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena sector informal yang
berkembang juga karena perkembangan suatu penduduk.hal ini membuat penataan ruang semakin
sulit. PKL merupakan bagian dari sektor informal dimana secara realita tak terlepas dari
pembangunan suatu kota. Karena untuk menunjang kesetahteraan masyarakat, harus adanya
pertumbuhan tinggi dimana dibarengi oleh pemerataan pendapatan masyarakat. Sektor informal
turut memberikan kotribusi pada PAD (Pendapatan Asli Daerah). Salah satu potensi yang dimiliki
daerah sidoarjo adalah sector informal, menurut data BPS, nyatanya memang sector informal
diminati oleh masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2010 dimana sector formal
dengan angka 31,41% dan informal 68,59%. Artinya sector informal lebih diminati. Salah satu
daerah yang dipenuhi sector informal adalah gading fajar sidoajo. Gading fajar merupakan daerah
di kota sidoarjo dengan penataan kota yang tidak teratur. Arus jalan seagai kegiatan ekonomi
maupun pergerakan manusia, telah dipenuhi para PKL dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Meskipun pemerintah telah menyediakan lahan untuk mereka berkumpul, rupanya hal itu tidak
mempengaruhi mereka untuk menempati ruang public tersebut. Sehingga, akibat dari mereka,
permasalahan di daerah tersebut seringkali meresahkan masyarakat sekitar, seperti kemacetan
yang hampir setiap hari. Kemudian lingkungan maupun kondisi alam yang tidak enak untunk
dipandang, kemudian seringkali terjadi tindak kriminalitas, dan masih banyak lagi. Kondisi inilah
memebuat pemerintah yakin atas relokasi penataan ruang kota, memperhatikan usaha, dan tidak
berurusan dengan permasalahan yang ilegal. Lantas berdasarkan uraian diatas, bagaimana peran
ruang publik sentra PKL dalam mengatasi permasalahan yang terjadi?
ISI
Pedagang Kaki Lima (PKL) dikecam sebagai onar dalam permasalahan kota, terutama
terkait dengan ruang publik, tata kota, serta estetika ruang kota. Keterbatasan lahan membuat PKL
melakukan penyimpangan terhadap ruang publik. PKL menggunakan area jalan di trotoar dengan
mepertimbangkan daerah yang strategis dan terjangkau atas wilayah lainnya. PKL seringkali tidak
memperhatikan kondisi lingkungan saat ia menginjakkan kaki untuk berjualan, masalah pun
seringkali muncul. Seperti kemacetan, lingkungan tidak estetik, dan tindak kriminalitas merajalela.
Sehingga kondisi PKL perlu ditnjau keberadaanya, terutama dengan memberikan fasilitas ruang
publik. Upaya dalam mengatasi masalah ini, pemerintah berpendapat dengan cara melakukan
relokasi. Relokasi merupakan jalan pintas dalam penataan ruang PKL. Sehingga terbentuklah tata
kota yang baik dalam wajah perkotaan. PKL sebagai penopang sumber pendapatan suatu daerah,
dimana PKL legal dimata hukum. PKL seringkali diartikan sebagai kegiatan yang illegal, dan
seringkali pemerintah memperlakukan secara kriminal. Adapun penelitian yang menunjukkan
bahwa negara se asia mengecam ini adalah ilegall, dengan hal ini pemerintah tata kota
menindaklanjuti dengan cara kekerasan dimana sesuai dengan program yakni penertiban dan
penataan. Selain itu peran industry pkl ini juga belum sepenuhnya pemerintah terima. Dalam hal
ini PKL dipandang sebagai kegiatan non-profit oleh pemerintah, karena sentra ini tidak
berkontribusi dalam perekonomian maupun sumbangsi pajak. Justru pemerintah lebih dirugikan
dalam agenda pembangunan, dengan demikian mempengaruhi aspek sosio makroekonomi. Kita
ketahui bahwa dukungan maupun kebijakan pemerintah mengenai hal ini sangat terbatas, sehingga
dikatakan kurang layak dan Dampak buruk turut dirasakan oleh masyarakat menengah bawah.
Sehingga diperlukan ruang public dengan mengantisipasi agar PKL tidak bertambah, serta kondisi
lingkungan menjadi baik.
Namun disisi lain, bagi kelompok masyarakat, justru PKL telah menyelamatkan kelompok
menengah ke bawah. Karena harga yang mereka tawarkan lebih rendah dibandingkan lainnya.
Oleh karenanya PKL seringkali menjadi pilihan diantara pasar tradisional, modern maupun sentra.
Padahal niat mereka adalah bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhannya. Ditinjau dari segi
harga, harga yang dipatok atas barang yang dijual sangat terjangkau, tentunya para masyarakat
menengah dan kebawah bisa menikmati dagangan yang mereka jual. Kemudan, sentra PKL
dijadikan sebagai pariwisata oleh masyarakat, menurutnya hl itu sudah membuat masyarakat
senang. Sehingga keberadaanya menjadi pendukung di sudut sudut kota. Salah satu upaya dalam
mengatasi permasalahan tersebut menurut pemerintah sidoarjo adalah relokasi. Adapun peraturan
pemerintah yakno no 3 tahun 2016 yang berfokus pada penataan dan pengembangan
pemberdayaan kaki lima, namun jika melihat fakta di masyarakat peraturan ini masih kurang
relevan karena, Masalah seringkali ditimbulkan oleh PKL. Permasalahan kemacetan, seperti di
daerah gading fajar, maupun terjadi di wilayah gajah mada dan jalan ponti. Program yang telah
dijalankan pemerintah yakni menindaklanjuti permasalahnPKL di jalan gajah mada, jalan ini
merupakan jalan primer yang menghubungkan antara Sidoarjo-Malang, dan salah satu cara
mengatasi hal ini adalah sentra PKL. Dimana ruang ini adalah sebagai alat promosi apa yang
mereka jual dengan selayaknya. Memang harus ada usaha bagaimana caranya agar pengunjung
untuk tertarik disana. PKL merupakan salah satu kegiatan yang berkontribusi dalam ruang publik.
Sehingaa PKL salah satu bagian dari desain fisik penataan ruang public tersebut. Kenyataannya
memang PKL susah dihilangkan dari permasalahan tata kota, karena pedagang tidak hanya sebagai
pelengkap kota, tetapi juga sebagai unsur yang berwarna dalam perkotaan.sehingga ruang public
salah satu program pendukung fasilitas untuk PKL. Urban Retrofitting yakni suatu konsep yang
pada dasarnya, membuat nilai ekonomi bangunan menjadi menarik tentu dapat dijadikan sebagai
perencanaan pembangunan dalam permaslahan ini, sehingga adanya daya Tarik masyarakat untuk
mengunjungi sentra PKL tersebut. Didukung dengan pembangungan yang tidak memiliki dampak
buruk bagi perekonomian maupun lingkungan sekitarnya. Kemudian juga perlu didukung konsep
dasar, misalnya rancangan low impact high perfomaance pada perancangan bangunan ini.
Kebijakan relokasi PKL turut mempengaruhi aspek sosial. para PKL merasakan kemajuan
dalam ruang relokasi, bisa dilihat melalui kondisi tempat berjualan yang aman. Biasanya jika di
jalanan maupun trotoar, tentunya mereka sudah tidak asing dengan preman yang selalu meminta
uang. Jika pedagang telah berada pada sentra PKL tentunya mereka aman karena adanya
pemerintah sebagai fasilitator dan dan regulator tentu lokasi relokasi semakin nyaman dan aman.
Apalagi jika di ruang relokasi PKL membayar kontribusi, tentunya pihak fasilitator memberikan
jaminan atas kenyamanan masyarakat serta pedagang. Selain itu di sector lingkungan. Kemacetan
pun berkurang dan pergerakan ekonomi menjadi stabil. Kemudian, Lingkungan menjadi bersih
dan wajah perkotaan akan lebih enak dipandang daripada sedia kala saat pedagang kaki lima
menjamur dijalanan. jika dilihat dari sector ekonomi. Peningkatan pendapatan pun juga naik di
sebabkan oleh, setelah adanya relokasi kondisi semakin nyaman, aman, enak dipandang, serta
pengunjung akan lebih mudah tertarik untuk membeli atas kondsi tersebut. Dampak sosial
ekonomi sesuai fakta di masyarakat yakni relokasi justru meningkatnya kelayakan dan
kenyamanan saat berjualan. kemudian peluang masuknya kesempatan kerja, dan PKL tidak lagi
disebut sebut sebagai sector informal yang ilegal
Namun disisi lain, dengan adanya kebijakan tersebut. PKL pun merasakan impact negative
yang sangat mempemgaruhi. Seperti pendapatan yang menurun kemudian mengeluarkan uang
untuk biaya operasional dll.Menurut peneliti terdahulu yakni Heriyanto dalam Economics
Development Analysis Journal mengemukakan memang adanya relokasi di daerah penelitian,
masalah paling tinggi yakni di sector kebersihan, kondisi keamanan, ketertiban dan efek negative
daripada pembeli.
menurut saya, kebijakan relokasi public salah satu solusi mengatasi permasalahan ini.
Selain mengurangi kemacetan yang ada. Lingkungan pun menjadi nyaman dan indah untuk
dipandang. Selain itu ruang public juga membantu perbaikan tata kota. Dengan adanya ruang
public sentra PKL. Biasanya tidak hanya untuk berbelanja kebutuhan. Tetapi bisa dijadikan salah
satu obyek wisata dan sarana berinteraksi untuk memenuhi aspek sosial dan lingkungan.
Kemungkinan yang terjadi jika ada sentra PKL, pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana, biaya
maupun tenaga dalam penertiban seperti sebelum sebelumnya. Adanya tujuan tersebut, penataan
ruang sebagai suatu proses perencanaan serta pemanfaata nruang, merupakan sistem yang tidak
mungkin untuk dipisahkan. Oleh karenanya, tujuan adanya pembangunan struktur kota, selain
untuk menjaga kualitas lingkungan dan ekologi, juga turut membuat masyarakat nyaman. Dan jika
memang PKL masih susah untuk diingatkan alangkah baiknya, Kita juga harus mengesampingkan
permasalahan humanisme. Jika kita memikirkan PKL maka keteraturan suatu kota semakin sulit
diatasi. Jadi kita perlu melakukan perancangan terhadap jalan yang dibuat PKL berkumpul. Seperti
melakukan penyudetan jalan di arah sidoarjo barat, nantinya aka nada jalur baru sebagai
penghubung dari arah sidoarjo-malang. Sehingga terbentuklah jalan raya perkotaan secara riil. Jika
sudah menjadi jalan raya kota, maka pkl sendiri enggan untuk berjualan disana karena memang
jalan tersebut sudah selayaknya untuk jalan umum. Nantinya akan terbentuk suatu kota baru
sebagai pendukung akibat adanya penyudetan tersebut. Seperti solusi yang ditawarkan oleh PT
jasa marga dalam mengatasi kemacetan di Jakarta yakni membuat sudetan dan jalur baru. Dan
permasalahan seperti kemacetan, lingkungan yang tidak estetik akan hilang secara alami.
Selanjutnya kita bisa menerapkan teori new urbanism yakni berfokus pada pembangunan
berkelanjutan, dengan adapun cara dalam mendorong pembangunan. Salah satunya dengan
pendekatan ini, kemudian lingkungan dibangun sesuai redesign city. Adapun beberapa mengecam
teori new urbanism sebagai strategi pembangunan yang pro lingkungan dengan cara meningkatkan
kualitas lingkungan serta berbasis pembangunan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Pedagang kaki lima khusunya di daerah sidoarjo, pada dasarnya memang perlu adanya
ruang public sebagai ganti ahli fungsi lahan yang digunakan sebagai kegiatan. Solusi selanjutnya
adalah sudetan jalan atau jalur baru agar pkl tidak menjamur di ruas jalan maupun trotoar. Sehingga
permasalahan, khusunya sosial dan lingkungan bisa teratasi. Konsep urban retrofitting dirasa
mampu sebagai rancangan ruang public PKL. Selain itu konsep new urbanism perlu diterapkan.
Karen ide dan gagasan dalam pendekatan ini mengacu pada pembangunan berkelanjutan. sehingga
tidak memberikan impact buruk bagi sosial dan lingkungan. Support sangat penting dalam
menunjang keberhasilan, seperti pemerintah pedagang dan masyarakat agar konsep ini bisa
terealisasikan dan permasalahan sosial lingkungan cepat terselesaikan. Jika konsep tersebut sudah
terealisasikan diharapkan masyarakat turut serta menjaga atas bangunan dan lingkungan tersebut.
SUMBER RUJUKAN

Budiman, B. (2010). Kajian Lingkungan Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjaran
Kabupaten Tegal. Tesis, 1-108.
Mohammad Hatta Kurniawan, A. P. (2015). Analisis Dampak Sosial Ekonomi Relokasi
Pedagang. Jkmp, 116.
Muslimah, S. (2015). Tawaran Solusi Macet Dari Pihak Pengelola Jorr: Sodetan Fatmawati.
Jakarta: Detik News.
Panologi, R. (2015). New Urbanism Untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Sidoarjo, P. (2016). Peraturan Daerah (Perda) Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima. Sidoarjo: Jdih Bpk Ri.

Anda mungkin juga menyukai