Anda di halaman 1dari 15

TRADISI KEILMUAN MUSLIM DAN REINTEGRASI KEILMUAN

MAKALAH
Dipresentasikan dalam Forum Seminar Kelas untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Oleh
KELOMPOK 6
A. St. Nurfaida : 180101033
Arman Maulana : 180101064
Mirdatul Haya : 180101036

Dosen pengampu:
Dr. Hardiaoto Rahman, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt., yang tiada sekutu baginya. Tiada daya dan
upaya melainkan pertolongan Allah yang dengan rahmat dan izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada nabi
Muhammad Saw., yang merupakan suri tauladan bagi kita semua dalam menjalani
segala aspek kehidupan. Meneladani sikap amanah dan penuh tanggung jawab
Rasulullah dalam menyelesaikan tugas kuliah.
Pada makalah ini dibahas tentang Tradisi Keilmuan Muslim dan Reintegrasi
Keilmuan. Sekalipun penulisan makalah ini kami upayakan seoptimal mungkin, kami
sangat menyadari kelemahan kami sebagai manusia, karena bagaimanapun juga tak
ada gading yang tak retak begitu juga dengan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik
kami butuhkuan untuk pengembangan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dicatat sebagai amal
yang baik. Amin.

Sinjai, 12 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PEMBAHASAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Maksud dan Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Tradisi Keilmuan Muslim 3


B. Reintegrasi Ilmu 6
C. Research Based Knowledge 8

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11
B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat
mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain
Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tertentu,
Pengetahuan dapat diartikan secara luas yang mencakup segenap apa yang kita
tahu tentang suatu objek. Ilmu merupakan sarana untuk mengembangkan
peradaban manusia, dengan ilmu manusia akan terangkat derajatnya. Akan tetapi
dalam perkembangan tradisi keilmuan Islam dari zaman rasulullah sampai
sekarang tentu mengalami perubahan yang selalu berubah, oleh kerena itu dalam
kajian ini akan dipaparkan tentang pengembangan tradisi keilmuan pada
masyarakat Islam kontemporer.
Ilmu adalah sesuatu hasil yang dicapai oleh manusia berkat kemampuan-
kemampuannya sebagai anugrah dari Tuhan yang Maha pencipta. Ilmu tidak di
bekalkan sebagai barang jadi, ilmu harus dicari, dan untuk ikhtiar mencari ilmu
ini tuhan membekali manusia denga berbagai kemampuan yang memang
kodratnya sesuai dengan keinginan mengetahui apa saja.
Permasalahan pendidikan yang sangat krusial saat ini adalah masalah
dikhotomi (pemisahan) ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama.
Masyarakat terpecah menjadi dua komunitas besar, yaitu masyarakat yang hanya
menekuni ilmu-ilmu agama serta antipati terhadap ilmu umum, sedangkan
kelompok kedua adalah masyarakat yang hanya mempelajari ilmu umum yang
alergi terhadap ilmu-ilmu agama.
Permasalahan inilah menurut penulis menjadi salah satu faktor penghambat
terbesar atas tercapainya tujuan pendidikan nasional Indonesia serta tujuan

1
pendidikan Islam secara umum. Fenomena ini dapat dilihat dari produk lulusan
pendidikan Indonesia secara umum hanya menguasai ilmu agama dan miskin
ilmu umum, atau yang lebih buruk lagi adalah mereka hanya menguasai ilmu
umum akan tetapi tidak bermoral. Fenomena ini juga,dapat disaksikan pada
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia dalam mengelola kurikulum.
Kurikulum yang diterapkan terkesan timpang dalam menggabungkan kedua
macam ilmu tersebut. Bukankah menurut para ahli ilmu agama tanpa ilmu umum
adalah lumpuh sedangkan ilmu umum tanpa ilmu agama adalah buta. Inilah harus
direintegrasikan dengan sistematis, terstruktur dan porporsional.1
Penelitian tersebut hendaknya tidak sekedar melihat aspek kekuatan dan
kelemahan semata, melainkan juga menyediakan Reseach Based Knowlodge
yang amat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Apakah program pendidikan itu
di evaluasi denag menggunakan pendekatan menyeluruh dan seperangkat standar
panduan umum sebagai basis bagi perbandingan program pendidikan yag ada dan
teori pendidikan yang bisa dikembangkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Tradisi keilmuan muslim?
2. Bagaimanakah Reintegrasi ilmu?
3. Bagaimanakah Research based knowledge?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui Tradisi keilmuan muslim
2. Untuk mengetahui Reintegrasi ilmu
3. Untuk mengetahui Research based knowledge

1
Abdul Hafidz, Reintegrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum Sesuai Tujuan Pendidikan Islam
Dalam Dunia Pendidikan, hlm. 61.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tradisi keilmuan muslim


Tradisi adalah “sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita, yang berasal
dari masa lalu kita atau masa lalu orang lain, ataukah masa lalu tersebut adalah
masa yang jauh maupun masa yang dekat.” Tradisi adalah titik temu antara masa
lalu dan masa kini.2
Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun rapi dengan metode ilmiah. Ilmu
berasal dari kata ‘alima, pengambilan istilah ilmu dalam bahasa Indonesia
terpengaruh oleh bahasa Arab. Sementara itu, pengetahuan hanya sekedar
mengetahui tanpa melalui metode tertentu. Sementara itu secara istilah, ilmu
terdapat beberapa pendapat, antara lain:
a. Menurut Al-Akhdhori, ilmu adalah membuahkan pikiran akan arti dari
sesuatu, contoh pisang, pikiran kita pasti dapat membayangkan arti dari kata
pisang dalam pikiran.
b. Menurut Montagu, ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem
yang berasal dari pengamatan studi dan pengalaman untuk menemukan
hakekat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
c. Menurut Darajat, ilmu adalah seperangkat rumusan pengembangan
pengetahuan yang dilaksanakan secara obyektif, sistematis baik dengan
pendekatan deduktif, maupun induktif yang dimanfaatkan untuk memperoleh
keselamatan, kebahagiaan dan pengamanan manusia yang berasal dari Tuhan
dan disimpulkan oleh manusia melalui hasil penemuan pemikiran oleh para
ahli.3

M. Abed Al-Jabiri, Post Tradisonalisme Islam, (Yogyakarta: LKIS, 2000), hlm. 24.
2

http://muhfathurrohman.wordpress.com, di akses pada 12 November 2020 pukul


3

09:38 WITA

3
Terbentuknya tradisi keilmuan terkait langsung dengan nilai- nilai yang
terkandung dalam sumber utama ajaran Islam, yaitu Al- Qur’an dan Hadits.4
Islam sangat mendukung terhadap perkembangan ilmu pengetahuan hal itu
ditunjukkan dalam al Qur‟an surah Al-„Alaq ayat 1-5 yang artinya, “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diperintahkan untuk membaca
ayat-ayat Allah, baik berupa ayat kauniyah maupun ayat kauliyah. Karena
membaca merupakan salah satu cara mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahwa
ilmu itu sangat penting dan berguna bagi manusia untuk kesejahteraan hidupnya.
Ayat tersebut juga memerintahkan manusia untuk mencari dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan seseorang
maka akan semakin kokohlah imannya.
Sejumlah literature Islam menyebutkan, muslim secara harfiyah berarti
“seseorang yang berserah diri”, yakni berserah diri kepada Allah SWT. Diambil
dari kata aslama yang berarti menyerahkan diri.
Kata muslim terdapat antara lain dalam QS Ali Imran 3:52.
Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata,
“Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama
Allah?” Para Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab. Kamilah penolong
Agama Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami
adalah orang-orang muslim.

4
Jalaluddin, Peran Universitas Negeri (Uin) Menyongsong Kebangkitan Tradisi Keilmuan
Islam, hlm. 1

4
Muslim adalah sebutan bagi pemeluk agama Islam. Jadi, jika seseorang
mengatakan “Saya beragama Islam” atau “Saya penganut Islam” maka seseorang
itu adalah Kaum Muslim disebut juga umat Islam.5
Yang dimaksud dengan era kontemporer adalah “era tahun-tahun terakhir
yang kita jalani hingga saat sekarang ini”.6
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dirumuskan pengertian tradisi
keilmuan Islam kontemporer adalah segala sesuatu yang menyertai kekinian
pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang dimanfaatkan untuk
memperoleh keselamatan dan kebahagiaan manusia yang berasal dari Allah Swt,
melalui ajaran-ajaran-Nya dan segala fenomena yang terjadi kemudian
disimpulkan melalui hasil penemuan pemikiran.7
Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman
modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15,
sedangkan zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi
hingga sekarang.8 Tulisan ini memandang bahwa periode Islam kontemporer
dimulai sejak paruh kedua abad ke-20, yaitu sejak berakhirnya Perang Dunia II
sampai sekarang. Periode Islam kontemporer ini ditandai oleh dua peristiwa
utama. Pertama, dekolonisasi negara-negara Muslim dari cengkraman
kolonialisme Eropa. Kedua, gelombang migrasi Muslim ke negara-negara Barat.
Dua peristiwa itu telah mengubah lanskap geografi dunia Muslim. 9 Apa yang
disebut dunia Muslim tidak lagi identik dengan dunia Arab, tetapi meliputi
berbagai negara nasional yang tersebar di hampir seluruh penjuru dunia,
merentang dari mulai Afrika Utara hingga Asia Tenggara. Selain itu, sejak itu
pula kaum Muslim telah menjadi bagian dari demografi negara-negara Barat.

5
http://umma.id/article/share/id/1002/327095, diakses pada 12 November 2020 pukul
09:52 WITA.
6
(Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 64.
7
Muhamad Afandi, “Pengembangan Tradisi Keilmuan Pada Masyarakat Islam Kontempore”,
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Volume 2, Nomor 2, (Lampung, 2015), hlm. 287
8
http://irwan-cahyadi.blogspot.com, diakses pada 12 November 2020 pukul 12:07 WITA.
9
http://irwan-cahyadi.blogspot.com, diakses pada 12 November 2020 pukul 12:10 WITA.

5
Pada zaman kontemporer perkembangan ilmu berkembang dengan sangat
cepat. Masing-masing ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya dan berbagai
macam penemuan-penemuannya. Hal ini harus diterima, dihadapi, dan diimbangi
dengan peningkatan keilmuan yang memadai sehingga umat Islam tidak
mengalami ketertinggalan oleh dunia yang semakin maju tanpa menghilangkan
dan melupakan identitas keIslaman.10
B. Reintegrasi ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah di klasifikasi, diorganisasi,
diseitematisasi, dan diinterprestasi. Ilmu menghasilkan kebenran objektif sudah di
uji kebenarannya dan dapat di uji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata
ilmu berarti kejelasan karena itu segala terbentuk dari akar katanya mempunyai
ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-
qur’an. Setiap ilu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu,
seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai spesialis. Dari
sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan pengetahuan.
Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak
positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknnya
dampak negatif berupa kesimpangan-kesimpangan dalam kehidupan manusia dan
alam semesta yang berakibt kehancura alam semesta. Oleh sebab itu teknologi
bersifat netral, artinya bahwa teknologi dapat digunakan untuk pemanfaatan
sebesar-besarnya atau bisa juga digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.
Adapun seni termasuk bagian dari budaya Indonesia.11
Reintegrasi (menggabungkan kembali) ilmu agama dan ilmu umum
merupakan terobosan baru dalam rangka melahirkan generasi unggul dan
berkarakter. Tentunya hal ini perlu diupayakan semaksimal mungkin oleh
berbagai pihak, utamanya para tenaga pendidik dan kependidikan. Karena secara

Muhamad Afandi, “Pengembangan Tradisi …(Lampung, 2015), hlm. 300.


10

11
Abdurahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2011), hlm 266

6
historis sebenarnya Islam tidak mengenal istilah ilmu agama dan ilmu umum.
Islam memandang pada dasarnya ilmu hanya satu dan semua ilmu bersumber dari
Allah Swt.
Dalam sejarah pendidikan Indonesia istilah itu dikenal setelah terjajahnya oleh
kolonial Belanda yang sengaja memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum.
Terbukti saat ini di Indonesia sering terdengar istilah sekolah agama, sekolah
umum, lembaga pendidikan agama, lembaga pendidikan umum, guru agama dan
guru umum. Istilah tersebut sangat tidak menguntungkan bahkan berdampak
negatif pada tatanan masyarakat dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan
nasional dan pendidikan Islam. Paradigma ini pada akhirnya melahirkan lembaga
pendidikan agama yang antipati terhadap kurikulum umum, dan lembaga
pendidikan umum yang alergi terhadap ilmu agama, dan menganggap mata
pelajaran agama sebagai suplemen yang tidak begitu penting.
Fenomena ini tentunya tidak dapat dibiarkan terus menerus, karena hal ini
akan menghancurkan moralitas dan karakter bangsa Indonesia. oleh karena itperlu
reintegrasi (menggabungkan kembali) ilmu agama dan ilmu umum di lembaga
pendidikan dalam arti luas, seperti lembaga pendidikan formal, nonformal,
maupun informal, di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing-
masing harus mendapat perhatian yang sama dan seimbang sehingga objek
pendidikan yang menurut Bloom meliputiaspek kognitif, afektif dan psikomotorik
tersentuh secara profesional dan porporsional.12
Selanjutnya, setelah menyadari akan pentingnya reintegrasi ilmu agama dan
ilmu umum dengan didasarkan terhadap tujuan pendidikan Islam di atas, perlu
diperjelas wilayah ilmu yang bersumber dari wahyu/ ayat-ayat Allah di dalam
kitab-Nya dan ilmu yang diperoleh dari hasil observasi dan analisis dari ayat-
ayat Allah yang terhampar di alam semesta. Sekali lagi, ini berangkat dari

12
Abdul Hafidz, Reintegrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum Sesuai Tujuan Pendidikan Islam
Dalam Dunia Pendidikan, hlm. 71

7
pandangan Islam bahwa pada dasarnya pengetahuan itu hanya satu, yang
kemudian diklasifikasikan untuk kepentingan pendidikan.13

C. Research based knowledge


Manusia selalu mengahdapi masalah, baik besar maupun kecil. Dalam
mengatasi masalah itu, kemampuan seseorang berbeda satu sama lain, ada yang
cepat menyelesaikannya namun ada juga yang lambat bahkan tak sanggup
mengatasinya. Seseorang yang berpengalaman dalam menghadapi suatu masalah
pada umumnya telah belajar dari pengalam dan lebih muda mengatasi masalah.
Kadang kala apabila dipandang tidak cocok dengan teuan penelitian yang ia
lakukan. Semakin banyak guru yang meaksanakan penelitian disebuah sekolah,
maka akan semakin mandiri pula sekolah tersebut,. Dengan demikian, penelitian
telah membantu memperlancar upaya pembaruan pendidikan menuju terwujudnya
otonomi sekolah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kebijakan
desentralisasi di bidang pendidikan.14
     Pendidikan merupakan suatu bidang yang sangat memerlukan upaya penelitian
terus-menerus. Penelitian itu mencakup banyak hal, seperti administrasi,
kurikulum, kelembagaan, organisasi, kebijakan, proses belajar mengajar,sampai
pada pelaku pendidikan, yakni guru. Pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
penelitian ini dapat di pastikan akan mampu mengidentifikasi potensi yang
dimilikinya serta keluar dari kemelut yang dihadapi dengan sejumlah alternatif
solusi  yang diperoleh melalui hasil penelitian.
     Guru yang mau dan mampu melakukan releksindiri terhadap kinerjanya
melalui penelitian, didamping akan tampil penuh percaya diri, juga akan memiliki
posisi tawar ketika berhadapan dengan pengawas atau penssilai. Ia akan nmampu
meunjukan sikap kritis dalam merespon petunjuk-petunjuk yang datang dari pihak
pengawas atau penilai. Saran-saran perbaikan akan bersifat top-down tidak akan

13
Ibid.,hlm. 72
14
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat pendidikan islam, (Jakarta: Rajawal Pers, 2011), hlm 279

8
di telan mentah-mentah begitu saja apabila di pandang tidak cocok denggan
temmuan penelitian yang ia lakukan. Semakin banyak guru yang melaksanakan
penelitian din sebuah sekolah, maka akan semakin manddiri pula sekolah
tersebut. Dengan demmikian, penelitian telah membantu memperlanacar upaya
pembaruan pendidikan menuuju terwujudnnya otonomi sekolah yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan.
     Guru yang mengajar sambil melakukan penelitian berarti pula melakukan
evaluasi pendidikan. evaluasi pendidikan yang dilakukan secara sistematis bbisa
memberi penjelasan tentang banyak hal. Meskipun demmikian, diakui
bahwa sampai saat ini masih sedikit sekali penelitian yang dilakukan oleh para
guru dalam mengevaluasi proses pendidikan yang sedang berjalan, hal itu
dikarenakan pekerjaan guru yang semakin mengarah pada beban administrasi dan
pemenuhan target kurikullum. Padahal, telah banyak dana yang dikucurkan demi
membangun gedung, menyediakan fasilitas, pelatihan dan pendidikian guru,
namun toh kebabyakan guru hanya disibukan dengn mengajar.
     Dari sudut pandang penelitian, guru perlu melakukan evaluasi kinerjanya
dengan efektivitas proses pendidikan secara keseluruhan. Penelitian evaluative
tersebut dilaksanakan agar semua peserta didik dan komunitas  pendidikan dapat
mengetahuai kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknes) yang dimilikinya bila
dibandingkan dengan standar yang menjaadi benchmark dan nilai kualitas yang di
capai. Dengan diketahuinya kekuatan dan kelemahan tadi barulah dapat
diterapkan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan perbaikan, pengkayaan, atau
pengembangan program pendidikan yang harus dilakukan. Itu semua terjadi
bilamana guru, sebagai pelaku pendidikan, melkasankan fungsinya sebagai
pengajar sekaligus peneliti.  Bahkan ilmu yang di ajarkan pun disampaikan atas
dasar penelitian, research based knowledge.
     Agar efektif, penelitian tersebut hendaknya tidak sekedar melihat aspek
kekuatan dan kelemahan semata, melainkan juga menyediakan research –based
knowledge yang amat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Apakan program

9
pendidikan itu di evaluasi dengan menggunakan pendekatan menyeluruh dan
seprangkat standar panduan umum sebagai basis bagi perbandingan  program
pendidikan yang ada dan teori pendidikan yang bisa di kembangkan. Bilamana
hal ini dilakukan, maka pendidikan memiliki research based knowledge untuk
menopang perencanaan dan peningkatan programnya.
     Pendidikan Islam, mau atatu tidak, suka atau tidak, akan berhadapan dengan
tanggung jawab research based knowledge ini. Tugas pendidik muslim saat ini
lebih dari sekedar menyampikan (ballighu ‘anni walau ayat), namun juga
meneliti. Perkembangan mutakhir yang terjadi diluar tembok pagar pendidikan
yang mempengaruhi proses pendidikan islam, harus menjadi perhatian. Perubahan
sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum bahkan pendidikan itu sendiri, tentulah
akan bergesekan dengan kepentingan pendidikan islam, dan karenanya pendidik
muslim perlu memiliki bekal dan  kemampuan mengevaluassi dan meneliti
kinerja dan efektivitas pendidikan yang dilaksanakan.
     Titik lemah yang sampai saat ini  melanda dunia pendidikan islam adalah
terletak pada budaya peneliti. Pendidikan islam yang sekedar  menyampaikan
keilmuan (transfer of knowledge)  senantiasa berakhir dengan pola mengajar.15

15
https://fahmiarsyad1960.blogspot.com/2019/07/filsafat-pendidikan-islam-
abdurrahman.html?m=1

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. tradisi keilmuan Islam kontemporer adalah segala sesuatu yang menyertai
kekinian pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang dimanfaatkan
untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan manusia yang berasal dari
Allah Swt, melalui ajaran-ajaran-Nya dan segala fenomena yang terjadi
kemudian disimpulkan melalui hasil penemuan pemikiran.
2. Reintegrasi (menggabungkan kembali) ilmu agama dan ilmu umum
merupakan terobosan baru dalam rangka melahirkan generasi unggul dan
berkarakter. Tentunya hal ini perlu diupayakan semaksimal mungkin oleh
berbagai pihak, utamanya para tenaga pendidik dan kependidikan. Karena
secara historis sebenarnya Islam tidak mengenal istilah ilmu agama dan ilmu
umum. Islam memandang pada dasarnya ilmu hanya satu dan semua ilmu
bersumber dari Allah Swt.
3. research –based knowledge yang amat dibutuhkan dalam dunia pendidikan.
Apakan program pendidikan itu di evaluasi dengan menggunakan pendekatan
menyeluruh dan seprangkat standar panduan umum sebagai basis bagi
perbandingan  program pendidikan yang ada dan teori pendidikan yang bisa di
kembangkan. Bilamana hal ini dilakukan, maka pendidikan
memiliki research based knowledge untuk menopang perencanaan dan
peningkatan programnya.
B. Saran
Penyusunan makalah ini tentunya pembaca akan masih banyak menemukan
berbagai kekurangan atau kesalahan didalamnya termasuk pada kelengkapan isi
makalah. Oleh karena itu, penulis sarankan agar sekiranya pembaca bisa

11
menambah referensi mengenai Tradisi Keilmuan Muslim Dan Reintegrasi
Keilmuan pada sumber-sumber yang lainya juga.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabiri, M. Abed, Post Tradisonalisme Islam, Yogyakarta: LKIS, 2000.

Afandi, Muhamad, “Pengembangan Tradisi Keilmuan Pada Masyarakat Islam


Kontempore”, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Volume 2, Nomor
2, Lampung, 2015.
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat pendidikan islam, (Jakarta: Rajawal Pers, 2011)

Bachtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004.

Hafidz, Abdul, Reintegrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum Sesuai Tujuan Pendidikan
Islam Dalam Dunia Pendidikan.
http://muhfathurrohman.wordpress.com, di akses pada 12 November 2020 pukul
09:38 WITA

http://umma.id/article/share/id/1002/327095, diakses pada 12 November 2020 pukul


09:52 WITA.

http://irwan-cahyadi.blogspot.com, diakses pada 12 November 2020 pukul 12:07


WITA.

http://irwan-cahyadi.blogspot.com, diakses pada 12 November 2020 pukul 12:10


WITA.
Jalaluddin, Peran Universitas Negeri (Uin) Menyongsong Kebangkitan Tradisi
Keilmuan Islam.
https://fahmiarsyad1960.blogspot.com/2019/07/filsafat-pendidikan-islam-
abdurrahman.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai