HORMON SITOKININ
STRUKTUR SITOKININ:
2. Nukleosida
3. Glicosida
MEKANISME TRANSPORTASI:
Berasal dari akar (tempat produksi utama) ke pucuk melalui xilem (secara pasif melalui jalur
transpirasi) sehingga cairan xilem mengandung sitokinin dalam konsentrasi tinggi lalu setelah
sampai di daun diubah menjadi basa bebas atau glucoosida
MEKANISME KERJA:
Meningkatkan sintesis asam nukleat dengan cara meningkatkan sintesis enzim t RNA
sintetase
FUNGSI SITOKININ:
Pemanfaatan sitokonin secara umum menyebabkan pertumbuhan tunas tunas samping (lateral)
sehingga tanaman menjadi rimbun. Fungsi sitokinin bersama auksin dan gliberelin yaitu
merangsang pembelahan dan pemanjangan sel, antara lain;
Asam absitat dihasilkan oleh daun, ujung akar, dan batang serta diedarkan oleh jaringan
pengangkut. Biji dan buah juga mengandung ABA dalam jumlah yang tinggi, tetapi tidak
diketahui apakah ABA disintetsis atau diedarkan ke biji dan buah. Asam absitat disebut juga
“hormon stress” karena memiliki sifat menghambat pertumbuhan tanaman. pada musim dingin
atau musim kering sering merupakan waktu dimana tanaman beradapatasi menjadi dorman
(penundaan pertumbuhan), dimana pada saat ini ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat
pembelahan sel pada jaringan meristem apical dan pada pembuluh kambium, sehingga penunda
pertumbuhan primer dan sekunder.
STRUKTUR ABA:
Merupakan salah satu asam yang ada di tumbuhan yang berfungsi sebagai hormon
2. Hidrogen
3. Oksida
MEKANISME TRANSPORTASI:
MEKANISME KERJA:
Tersebar luas dalam jaringan tanaman, umumnya berada di pucuk atau ujung tanaman
ABA berinteraksi dengan IAA, gliberalin, sitokinin dengan sifat antagonis, seperti:
GA dengan ABA terhadap pembungaan (GA merangsang, ABA menghambat)
Pada dormansi biji dan tunas (GA merangsang perkecambahan, ABA menghambat)
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 3: Perkembangan
Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Bandung: ITB Bandung.
Taiz, Lincoln dan Eduardo Zeiger. (2002). Plant Physiology Tirth Editions. USA: Sinauer
Assosiation.
Wattimena. G.A. (2000). Zat pengatur tumbuh tanaman. Bogor: Laboratorium Kultur
Jaringan Tanaman, PAU Bioteknologi IPB & Ditjen Dikti Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan